cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bukittinggi,
Sumatera barat
INDONESIA
Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies
ISSN : 24771309     EISSN : 24771201     DOI : -
Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies is a journal which publishes the research results related to the Islamic and social theme from various disciplines or interdisciplinary such as education, law, history, literature, sociology, anthropology, politics, economics, communications, science, information technology, and others. The editorial team invites the researchers, scholars, and Islamic studies and social observers to submit the research result article which has never been published in the media or other journals. Islam Realitas is published twice a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 121 Documents
GERAKAN SEMPALAN AHMADIYAH :DARI FENOMENA URBAN KEAGAMAAN REFORMIS KE MESSIANIS-INTROVERSIONIS Nunu Burhanuddin
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 1, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v1i2.43

Abstract

The phenomenon of fragment movement in Indonesia nowaday becomes very popular along with the lunge and the accompanying notes. Recently, it is reported the existence of fragment such as the Ismailis, Baatinites, and Qaramithah of the Shiite sect; Bahaiyyah and Ahmadiyah, and so on. The topic of this study is the existence of Ahmadiyah, a fragment drifts in Islam of this country and has aroused many debates, even leads to chaos. This study used three instruments, namely concepts, propositions and theories. The three instruments is a methodology to clarify the limits and substance of the examined. From the result of research, it can be explained that the Ahmadiyah initially present itself (in India-Pakistan and also in Indonesia) as a religious reformer sect, submissive to justice and nationality. Then, Ahmadiyah becomes very messianic-introversionis and avoid the activities outside their own circles. Ahmadiyya ever involved in Islamisation process of Indonesian scholars during the colonial era, then changed by eliminating its function as a pioneer reformism and rationalism in Islam. Fenomena gerakan sempalan di Indonesia dewasa ini menjadi sangat populer seiring dengan sepak terjang dan catatan yang menyertainya. Belakangan ramai diberitakan keberadaan aliran sempalan seperti  Ismailiyah, Batiniyah, dan Qaramithah dari sekte Syiah;  Bahaiyyah dan Ahmadiyah, dan sebagainya. Pada aras ini eksistensi kelompok sempalan yang diteliti adalah Ahmadiyyah, suatu aliran yang menyempal dalam agama Islam di tanah air dan telah menuai banyak perdebatan, dan bahkan memicu terjadinya chaos. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yaitu konsep, proposisi dan teori. Ketiga intrumen ini merupakan bangunan metodologi untuk memperjelas batasan dan substansi yang dikaji. Dari hasil penelitian dapat diuraikan bahwa Ahmadiyah pada mulanya menampilkan diri (di India-Pakistan dan juga di Indonesia) sebagai aliran keagamaan reformis, berkhidmat kepada keadilan dan kebangsaan. Belakangan Ahmadiyah menjadi sangat messianis-introversionis dan menghindar dari kegiatan di luar kalangan mereka sendiri. Ahmadiyah yang pernah memainkan pengislaman kaum terdidik di Indonesia pada masa penjajahan, kemudian berubah dengan menghilangkan fungsinya sebagai pelopor reformisme dan rasionalisme dalam Islam
STRATEGI SEGMENTASI PASARAN PRODUK DALAM PERANCANGAN DAKWAH Maryam Binti Abd. Majid
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i1.191

Abstract

Da’wah is a mandatory requirement to be implemented by all Muslims. Da’wah planning and execution require a rigorous strategy to ensure the success of the Da’wah undertaken. This paper highlights one of the marketing strategies of the relevant product seen to be applied in the planning of the Da’wah of market segmentation. This study is an analysis of the text through documentation method. Market segmentation strategy involved in the design of propaganda using the basic outlines for each segment of the target, determine the profile, characteristics attraction towards the target, determines the number of segments, determine the location and form of the marketing mix for a given target segment propaganda Dakwah merupakan suatu tuntutan wajib untuk dilaksanakan oleh semua umat Islam. Pelaksanaan dakwah memerlukan perancangan serta strategi yang rapi bagi memastikan kejayaan proses dakwah yang dilaksanakan. Kajian ini mengutarakan salah satu strategi pemasaran produk yang dilihat relevan untuk diaplikasi dalam perancangan dakwah yaitu segmentasi pasaran. Kajian ini adalah analisis teks menerusi metode dokumentasi. Strategi segmentasi pasaran diaplikasi dalam perancangan dakwah menerusi kaedah menggariskan asas bagi setiap segmen sasaran, menentukan profil, ciri-ciri tarikan terhadap sasaran, menentukan jumlah segmen, menentukan lokasi serta membentuk campuran pemasaran bagi segmen sasaran dakwah yang ditentukan.
KUMPULAN LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGANDER (LGBT) ANCAMAN TERHADAP KEAMANAN DAN KEHARMONIAN BERAGAMA DI MALAYSIA Noor Hafizah Bt. Mohd Haridi; Norsaleha bt. Mohd Salleh
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 2, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v2i2.190

Abstract

Sexual and Gender disorder Issues, which refers to Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) community is not a new issue. Allah has explained about homosexual issues prevailing among the people of Prophet Luth. This paper discusses the related issues (LGBT) by analyzing a collection of aspects of this threat to the security and religious harmony. Various claims have been made by this group in the name of human rights. Symptoms, treatment and disposition opposed to the normal life of a person human system has become a regular affair in the world and especially Malaysia. In fact the case is cultivated in transnational level through United Nation Human Right Convention (UNHRC) and backed by the major countries in tthe world. The symptoms of lesbian, gay, bisexual and transgender (LGBT) has become accepted way of life by the outside community and now infiltrating in the life of islamic community in Malaysia. These symptoms shall be dammed to ensure public security and religious harmony in Malaysia. Permasaahan kecelaruan seksual dan jantina, yang merujuk kepada komuniti Lesbian, Gay, Biseksual. dan Transgender (LGBT) bukan merupakan isu baru. Sebaliknya, Allah swt telah menjelaskan tentang permasalahan homoseksual yang berlaku di kalangan umat Nabi Lut as. Penulisan ini membincangkan isu berkaitan (LGBT) dengan menganalisis dari aspek ancaman kumpulan ini terhadap keamanan dan keharmonian beragama. Pelbagai tuntutan telah dilakukan oleh kumpulan ini atas nama hak asasi manusia. Gejala, perlakuan dan tabiat bertentangan dengan sistem kehidupan normal seseorang manusia telah menjadi suatu perkara yang biasa di dunia amnya dan Malaysia khasnya. Malah perkara ini diperjuang di peringkat antarabangsa menerusi United Nation Human Right Convention (UNHRC) dan disokong oleh negara-negara besar dunia.Gejala lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) telah menjadi cara hidup yang diterima oleh masyarakat luar dan kini sedang meresap masuk ke ruang atmosfera kehidupan masyarakat Islam di Malaysia. Gejala ini wajib dibendung bagi menjamin kemanan dan keharmonian beragama masyarakat di Malaysia.
PERANAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DALAM MENGHAPUSKAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI KOTA BUKITTINGGI Rafikah Rafikah
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 1, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v1i2.48

Abstract

Violence in the house-hold (domestic violence) becomes an important issue in recent decades. According to the World Health Organization (WHO) between 40 to 70 percent of women in the world die for the violence in the household. In Indonesia, over the years the number of victims of domestic violence is increasing, so that led to the nativity of Law No. 23, 2004. By the law, there will be the power of law to govern the domestic violence cases in Indonesia, as well as an effort to overcome the problem of domestic violence in Indonesia. In order to provide the services for victims of violence at the Women and Child Protection, the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection (State Ministry of PP & PA) formed the Integrated Service Center for Women's Empowerment and Child (P2TP2A), special for Bukittinggi. Women's Empowerment and Child Protection (P2TP2A) Bukittinggi is an integrated activity center that provides services for women and children victims of violence in Bukittinggi which includes information services, psychological and legal consultation, assistance and advocacy as well as medical services. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi isu penting dalam beberapa dekade terakhir ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO) antara 40 hingga 70 persen perempuan di dunia meninggal akibat kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Di Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah korban KDRT selalu meningkat, sehingga mendorong lahirnya Undang-Undang No. 23 tahun 2004. Dengan Undang-undang tersebut, ada kekuatan hukum yang mengatur masalah kasus KDRT di Indonesia, sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan KDRT di Indonesia.  Secara spesifik, untuk memberikan pelayanan bagi korban kekerasan pada Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP &PA) membentuk Pusat pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). khusus Kota Bukittinggi. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) kota Bukittinggi adalah pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan di Bukittinggi yang meliputi pelayanan informasi, konsultasi psikologis dan hukum, pendampingan dan advokasi serta pelayanan medis
BEING MUSLIM AND MOTIVATION IN LEARNING ARABIC: AN INSIGHT FROM THREE DECADES Isral Naska
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i2.418

Abstract

This article is a literature review on accessible three decades publicized studies about student motivation learning Arabic which was conducted in different countries and contexts. Due to the importance of Arabic in Islam as the sacred language, those research are expected to reveal the religious aspects in maintaining and shaping student motivation in learning Arabic. Unfortunately, the issue did not likely obtain adequate attention from most of the researchers. Interestingly though, review on that studies still managed to reveal that the researchers apparently mentioned the role of identity in their studies. However, it was not supported by the proper analysis which made only little can be recognized from the role of religious identity in shaping the motivation. This circumstance likely has taken place since most of the researchers did not use the poststructuralist approach which may bring them to reveal a deeper understanding of the role of identity in Arabic language learning. Furthermore, in order to obtain the more precise finding on the role of identity in maintaining student motivation, it is suggested to use the approach when addressing student motivation during Arabic learning process. Artikel ini adalah sebuah literatur review terhadap penelitian-penelitian tentang motivasi belajar Bahasa Arab sekitar 3 dekade belakangan yang dilakukan pada beberapa negara dengan konteks yang berbeda-beda. Peran Bahasa Arab sebagai bahasa yang penting dalam Islam, seharusnya mengantarkan penelitian yang ada mengungkap adanya aspek-aspek religiustitas dalam pembentukan motivasi belajar. Sayangnya, hal ini tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari sebagian besar peneliti. Menariknya kendatipun hal tersebut terjadi, yaitu tidak tertangkapnya aspek religiusitas secara memadai, review terhadap hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan peran identitas religius para siswa tetap terlihat. Hanya saja hal tersebut tidak didukung oleh analisis yang memadai sehingga tidak banyak wawasan yang dapat diperoleh sekaitan dengan peran identitas religius tersebut. Hal ini terjadi karena kebanyakan peneliti tidak menggunakan pendekatan yang memungkinkan mereka mengeksplorasi peran identitas religius siswa dalam pembentukan motivasi belajar secara lebih mendalam, yaitu pendekatan post-structuralist. Dengan demikian, untuk memperoleh temuan yang lebih presisi, studi selanjutnya disarankan untuk menggunakan pendekatan post-structuralist untuk memahami peran identitas religius dalam pembentukan motivasi belajar Bahasa Arab
TRADISI LOKAL PAGANG GADAI DALAM MASYARAKAT MINAGKABAU Hasneni - Hasneni
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 1, No 1 (2015): June 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v1i1.6

Abstract

The implementation of ‘pagang gadai’ in Minangkabau’s local tradition is the lending agreement by giving assurance to the borrower, as long as the debt is not paid yet, so the assurance is still held by the borrower. This tradition arose through the principle of communal land ownership in Minangkabau’s maternal lineage that communal land ownership is not a private poverty and it cannot be traded. Thus, this local tradition came from an agreement that the main purpose was to help people inside the community. Moreover, it also has social function because most of people who pawn and lien holder is still in one community, in one tribe, and in one region. Besides, Islam came to Minangkabau when the tradition of “pagang gadai” had been a habitual tradition from generation to generation. However, in some views this tradition is contrary to Islamic rules; whether the pawning materials can be used by the pawning receiver. Pelaksanaan pagang gadai dalam tradisi lokal adat Minangkabau adalah perjanjian pinjam meminjam dengan memberikan jaminan kepada si peminjam, selama hutung itu belum dibayar maka barang jaminan akan tetap berada di tangan si peminjam. Tradisi ini muncul di tengah prinsip kepemilikan tanah yang bersifat komunal dalam adat matrineal Minangkabau bahwa tanah milik komunal adalah tanah yang tidak dimiliki secara privat dan tidak boleh diperjualbelikan. Sehingga tradisi lokal pagang gadai ini timbul dari suatu perjanjian yang bersifat tolong menolong, berfungsi sosial, sebab kebanyakan orang yang mengadaikan dan si pemegang gadai adalah orang yang masih sekaum, sesuku, dan sejauh-jauhnya adalah senagari. Di samping itu, Islam masuk ke dalam masyarakat adat Minangkabau disaat tradisi pagang gadai telah menjadi kebiasaan turun temurun masyarakatnya. Namun dalam beberapa pandangan, tradisi pagang gadai ini terdapat pertentangan dengan apa yang diatur oleh hukum Islam. Pertentangan terjadi dalam hak apakah barang gadaian itu boleh dimanfaatkan oleh si penerima gadai.
KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM: REFLEKSI ATAS KEPEMIMPINAN RKY RAHMAH EL YUNISIYAH Syafwan Rozi; Devi Wahyuni
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i1.273

Abstract

Normative female leadership has very strong legitimacy, both theologically, philosophically, and legally. One of them is Presidential Instruction No. 9 of 2000 on gender mainstreaming in National Development which requires all National Development Program policies and programs to be designed with a gender perspective. Education that has a basic concept as a process of transfer of value and transfer of knowledge can not be separated from the role and participation of women with the condescendent characteristics, educators, compassionate which is the key to the world of education. However, when it comes to the issue of women's public role it is still a hot and central issue both locally and nationally. The issue is still very seriously debated by society scientifically. Is it proper and capable if women appear to lead the public in social sectors including education. If we do reflections from the past of women's leadership journey, the answer will be found. As the work of Rky Rahmah el Yunusiyyah very subtle in 1923 when establishing a special religious school for women Diniyyah Puteri. The girls' Special School is the main female pillar in Minangkabau to establish its influence in the ranks of religious leadership in the effort to combine religious education and modern education. How a Rahmah strugles with traditions/ customs and religions to assure her debut and her work in leading an institution. In the contemporary context that needs to be prepared by women is the empowerment of independent and intelligent attitudes, so that the potential possessed can develop optimally. Kepemimpinan perempuan secara normatif memiliki legitimasi yang sangat kuat, baik secara teologis, filosofis maupun hukum. Salah satunya adalah Instruksi Presiden (Inpres) nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam Pembangunan Nasional yang mengharuskan seluruh kebijakan dan Program Pembangunan Nasional dirancang dengan perspektif gender. Pendidikan yang mempunyai konsep dasar sebagai proses alih nilai (transfer of value) dan alih pengetahuan (transfer of knowledge) tidak bisa dilepaskan dari peran dan keikutsertaan kaum hawa dengan sifat pengayom, pendidik, pengasih yang merupakan kunci utama dunia pendidikan. Hanya saja, ketika menyinggung persoalan peran publik perempuan masih merupakan isu hangat dan sentral baik secara lokal maupun secara nasional. Persoalan tersebut masih sangat serius diperdebatkan oleh masyarakat. Apakah pantas dan mampu perempuan tampil memimpin publik di sektor sosial kemasyarakatan termasuk pendidikan. Kalau kita lakukan refleksi dari perjalanan kepemimpinan perempuan masa lalu akan ditemukan jawabannya. Seperti kiprah Rky Rahmah el Yunusiyyah sangat kentara pada tahun 1923 pada saat mendirikan Sekolah agama khusus untuk perempuan Diniyyah Puteri. Sekolah Khusus putri ini adalah pilar utama perempuan di Minangkabau untuk menegakkan pengaruhnya dalam jajaran kepemimpinan agama dalam upaya menggabungkan pendidikan agama dan pendidikan modern. Bagaimana seorang Rahmah bergulat dengan tradisi/adat dan agama untuk meyakinkan debut dan kiprahnya dalam memimpin sebuah lembaga. Dalam konteks kekinian yang perlu dipersiapkan kaum perempuan adalah pemberdayaan sikap mandiri dan cerdas, sehingga potensi yang dimiliki bisa berkembang seoptimal mungkin.
ظاهرة العنف اللغوي في الميزان الشرعي، المشكلات والحلول Hayati MA
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 2, No 1 (2016): June 2016
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v2i1.104

Abstract

انتشرت ظاهرة العنف اللغوي بين ظهرانى المجتمع الإنساني في شتى المجالات والميادين واحتوت أوجهه المختلفة إلى عدة أشكاله وتأثيره المباشر ولم يوجد أي قانون كاف عادل للقضاء على هذه الظاهرة فقد استفاد بعض الناس فى بعض الأحيان لظلم الآخرين أو تكون وسيلة للاعتداء على الآخرين. و كل نوع من أوجه العنف اللغوي تعتبر ضمن القضايا الجنائية، فالإسلام كالمنهج الشامل للحياة البشرية تحتوى أحكامه على القضاء العادل لجميع قضايا الناس، وقد أصبح قانونا عادلا للقضاء على كافة الجرائم لإنسانية بصورة عامة وأما ظاهرة العنف اللغوي قد تكلم به الإسلام مسبقا بالأدلة القرآنية والسنة النبوية. وأما العقوبة الوضعية الموجودة لهذه الظاهرة حاليا لم تأت بالحل الواضح، والتعاليم الإسلامية جاءت بالحل الواضح لتحسين أحوال الناس. Problematika kekerasan bahasa telah menyebar dalam kehidupan masyarakat meliputi segala aspek kehidupan. Peliknya problematika ini disebabkan oleh luasnya cakupan kekerasan bahasa, beragam coraknya dan dampak langsungnya. Sehingga undang-undang yang ditetapkan belum mewakili problematika yang menggurita bahkan terkadang ada pihak yang terzholimi oleh undang-undang tersebut atau ada pihak yang memanfaatkan hukum sebagai alat untuk pelampiasan kemarahan, dendam, kebencian dan permusuhan. Kemudian semua corak kekerasan bahasa dikategorikan sebagai kasus pidana. Islam sebagai tuntunan hidup yang komprehensif telah menetapkan aturan yang adil dan bijaksana dengan mengkategorikan kekerasan bahasa kepada kategori pidana yang memiliki ketentuan absolute dari sumber hukum Islam dan kategori perdata yang tidak ada ketentuan kongkrit. Dari segi sanksi, undang-undang menetapkan sanksi berdasarkan tingkat keberatan kasus tanpa menyertainya dengan solusi perbaikannya. Sedangkan Syari’at Islam menetapkan sanksi disertai dengan tawaran solusi dan perbaikan.
COMPARING PATHWAYS AND OUTCOME FOR PATANI MUSLIM WOMEN OF DIFFERENT EDUCATION SYSTEMS SINCE 1959 Taweeluck Pollachom
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 1, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v1i2.44

Abstract

A new era of resolving the conflicts in the three southern border provinces of  Thailand began in the time of Field Marshal Sarit Thanarat  (1959-1963), with an assimilationist policy toward the Malay Muslims of the three southern  provinces. This involved not only assimilation through  educational, economic, and social development policies but also assimilation of the Malay Muslims in the southern border provinces with the Muslims of the central areas of Thailand through variou sgovernment  projects, such as the dhammacharika project. These projects initially began with an emphasis on the religious leaders of the communities, on bringing Muslim students on field trips to Bangkok, and on providing  instruction  and training  for  Muslim  women. All of these projects received support  from various Muslim associations and organizations in central Thailand. Eventhough this assimilationist  policy might be viewed as destroying the religious and cultural identity of Malay-Muslims in Yala, Pattani, and Narathiwat provinces. The field research data show that not only their education routes correlate with differences of status, family background, class, and degree of austerity inreligious practice, but the differences among the Muslim countries where they studied also have important  effects on their identity formation  and consequent  Malay-Muslim  consciousness. All of these differences  also had significant effects on their social roles and statuses after returning to work in their hometown  areas, and have also had important  effects on the ways in which Muslim women of this area display their piety.  Era baru menyelesaikan konflik etnik Thailand di tiga provinsi perbatasan selatan telah dimulai pada saat Field Marshal Sarit Thanarat (1959-1963), dengan kebijakan asimilasi terhadap Muslim Melayu. Hal ini tidak hanya melibatkan asimilasi melalui kebijakan pendidikan, ekonomi, dan sosial tetapi juga asimilasi Muslim Mayu dengan Muslim dari daerah Thai pusat melalui berbagai proyek pemerintah, seperti proyek dhammacharika. Proyek-proyek ini awalnya dimulai dengan penekanan pada para pemimpin agama dari masyarakat, untuk membawa siswa Muslim dengan kunjungan lapangan ke Bangkok, dan pelatihan bagi perempuan Muslim. Semua proyek ini mendapat dukungan dari berbagai asosiasi dan organisasi Muslim di Thailand pusat. Meskipun kebijakan asimilasi ini mungkin dipandang merusak identitas agama dan budaya Melayu-Muslim di Yala, Pattani, dan Provinsi Narathiwat. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa mereka mampu berkorelasi dengan perbedaan status, latar belakang keluarga, kelas, tetapi juga memiliki efek penting pada pembentukan identitas dan kesadaran Melayu-Muslim. Semua perbedaan memiliki efek yang signifikan terhadap peran setelah kembali bekerja di kampung halaman, dan juga memiliki efek penting wanita Muslim untuk menampilkan kesalehan mereka.
PENGUATAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA DI KENAGARIAN TANDIKAT KECAMATAN PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Gazali Gazali; Nafri Andy
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i2.403

Abstract

Nagari Tandikat is one of the Nagari in Padang Pariaman Regency that suffered severe impacts due to the earthquake of 30 September 2009. In the face of the earthquake, stoic attitude must be owned by earthquake victims as this will form a positive psychological condition (positive psychological functioning), which brings to the realization of psychological well being in a person especially religious values adopted because religion is able to create its own color in regulating the pattern of human attitudes. More specifically, religion also wrestles with various problems of human life both socially and psychologically, the belief in god is able to give calm, not infrequently the religion is also used as a solution to the problems of the mind and not visible, related to pleasure, to suffering. By using the CBR approach, this research will conduct research-based devotion in the strengthening of religious values for the September 30th Quake Victims in Nagari Tandikat Padang Pariaman. From the research results revealed there are several strengthening programs that have been and are being done as a strengthening of religious values for the earthquake victims such as wirid yasinan, tablig akbar, annual commemoration and religious strengthening program. Nagari Tandikat merupakan salah satu Nagari di Kabupaten Padang Pariaman yang mengalami dampak cukup parah akibat gempa bumi 30 September 2009. Dalam menghadapi gempa, sikap tabah harus dimiliki oleh korban gempa karena hal ini akan membentuk kondisi psikologis yang positif (positive psychological functioning), yang membawa kepada terwujudnya kesejahteraan psikologis (psychological well being) dalam diri seseorang terutama nilai-nilai agama yang dianut karena agama mampu menciptakan warna tersendiri dalam mengatur pola sikap manusia. Lebih spesifik, agama juga bergelut dengan beragam persoalan hidup manusia baik secara sosial maupun psikis, keyakinan terhadap tuhan mampu memberi ketenangan, tidak jarang agama juga dijadikan sebagai solusi atas permasalahan-permasalahan batin dan tidak terlihat, terkait kesenangan, hingga penderitaan. Dengan menggunakan pendekatan CBR, penelitian ini akan melakukan penelitian berbasis pengabdian dalam penguatan nilai-nilai agama bagi Korban Gempa 30 September di Nagari Tandikat Padang Pariaman. Dari hasil penelitian tersebut diungkap ada beberapa program penguatan yang telah dan tengah dilakukan sebagai penguatan nilai-nilai keagamaan bagi masyarakat korban gempa yaitu wirid yasinan, tablig akbar, peringatan tahunan dan program penguatan keagamaan.

Page 1 of 13 | Total Record : 121