cover
Contact Name
Karto Wijaya
Contact Email
kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arcade@universitaskebangsaan.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ARCADE
Published by Universitas Kebangsaan
ISSN : 25808613     EISSN : 25973746     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Architecture Journal A R C A D E is Open Journal System published by Prodi Architecture Kebangsaan University, Bandung. Architectural Journal A R C A D E is, is a peer-reviewed scientific journal, publishing scholarly writings about Architecture and its related discussion periodically. The aims of this journal is to disseminate research findings, ideas, and review in architectural studies SCIENTIFIC AREAS: Building (architecture) and Urban/Regional Study: theory, history, technology, landscape and site planning, behavioral, social and cultural, structure and construction, traditional architecture, criticism, digital architecture, urban design /planning, housing and settlements, and other related discussion Architecture Education and Practice: curriculum/studio development, work opportunities and challenges, globalization, locality, professionalism, code of ethics, project managerial etc. Architectural Journal A R C A D E is published 3 times a year in March, July and November every last date of the month.
Arjuna Subject : -
Articles 305 Documents
PENINGKATAN KUALITAS KEANDALAN SARANA DAN PRA-SARANA SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA TASIKMALAYA Dicky Nurmayadi; Mohammad Syarif Al Huseiny
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.903 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.137

Abstract

Abstract:. The level of risk of public buildings, especially traditional markets, is very high, the facilities and infrastructure available to protect the market are largely unable to function optimally. The purpose of this research is to find out and measure the extent to which traditional markets in Tasikmalaya City are ready and responsive in protecting buildings and the environment from the risk of fire. The method starts with the formulation of the problem, setting the goals to be achieved, compiling a literature review, formulating hypotheses, collecting and processing data, conducting discussions, and the final stage is by drawing conclusions. Based on the results of research and observations carried out in four traditional markets in Tasikmalaya City, the readiness of market facilities and infrastructure as measured by 1) safety procedures in all four markets is still low, 2) evacuation routes and gathering points, there are still no clear evacuation routes and gathering points (there has not been found a marker / director), 3) active protection system (hydrant and APAR), three of the four markets are equipped with a hydrant system but the condition is largely unable to function properly, 4) there is a distance between each building block, from the four observation sites are only the Pancasila market which does not have a clear distance between each building block, 5) supervision and control, management and application of rules on fire risk in almost all market locations is still very low. Overall based on the results of research in four traditional market locations in the City of Tasikmalaya it is still very necessary to improve the quality of fire protection system facilities and infrastructure.Keyword: Facilities_infrastructure, fire_protection, traditional_markets Abstrak: Tingkat risiko bangunan publik khususnya pasar tradisional terhadap bahaya kebakaran sangat tinggi, sarana dan prasarana yang tersedia untuk memproteksi pasar sebagian besar tidak dapat berfungsi secara optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengukur sejauh mana pasar tradisional yang ada di Kota Tasikmalaya siap dan tanggap dalam memproteksi bangunan dan lingkungan dari risiko kebakaran. Metode yang dilakukan dimulai dengan melaksanakan perumusan masalah, menetapkan tujuan yang akan dicapai, menyusun tinjauan pustaka, merumuskan hipotesa, pengumpulan serta pengolahan data, melakukan pembahasan, dan tahapan terakhir adalah dengan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilaksanakan di empat pasar tradisional di Kota Tasikmalaya kesiapan sarana dan prasarana pasar yang diukur berdasarkan 1) prosedur keselamatan di keempat pasar masih rendah, 2) jalur evakuasi dan titik kumpul, masih belum ditemukan jalur evakuasi dan titik kumpul yang jelas (belum ditemui adanya penanda/pengarah), 3) sistem proteksi aktif (hydrant dan APAR), tiga dari empat pasar sudah dilengkapi dengan system hydrant akan tetapi kondisinya sebagian besar tidak dapat berfungsi dengan baik, 4) ada jarak antara tiap blok bangunan, dari keempat lokasi pengamatan hanya pasar pancasila yang tidak memiliki jarak yang jelas antara masing-masing blok bangunan, 5) pengawasan dan pengendalian, pengelolaan dan penerapan aturan tentang risiko kebakaran di hampir seluruh lokasi pasar masih sangat rendah. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian di empat lokasi pasar tradisional di Kota Tasikmalaya masih sangat perlu untuk dilakukan peningkatan kualitas sarana dan prasarana sistem proteksi kebakaran. Kata Kunci: Sarana_prasarana, Proteksi_kebakaran, Pasar_Tradisional.
HUBUNGAN SETING JPO DENGAN ATRIBUT AKSESIBILITAS DAN PRIVASI (Studi Kasus: JPO Pasar Karang Ayu, Semarang) Bio Bhirawan; Djoko Indrosaptono; Suzanna Ratih Sari
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.846 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.79

Abstract

Abstract: The Karang Ayu market pedestrian bridge is one of crossing facilities for the pedestrian on Jend. Sudirman street Semarang, however this pedestrian street has not been functioned well, and it is assumed that it is caused by the attributes of the bridge users which has not been fulfilled.   This research wants to discover the relation between bridge setting with the accessibility and privacy attributes. The method used is qualitative-rationalistic, using statistic descriptive analysis by doing interpretations and meaning of the result on relation from the collected data. From the collected resource, it shows that the demand for achievement of accessibility attribute for the interest over the pedestrian movement has not been well fulfilled, also with the demand on the smoothness of accessibility attribute , topography of accessibility attribute, personal space of privacy attribute, and verbal communication of privacy attribute which has not been fulfilled, thus, users are forced to walk on overpass, and also the high expectation of the users on the optimum function of the overpass. The result of this research shows that there is a connection between overpass setting with the attributes in which the demand of users’ attribute on overpass setting has not been fulfilled that makes the overpass cannot be fully functioned.Key Words: Setting, Accessibility Attribute, Privacy Attribute. Abstrak: Jembatan penyeberangan orang (JPO) pasar karang ayu merupakan fasilitas penyeberangan bagi pejaaalan kaki yang ada pada kawasan koridor jalan Jend. Sudirman, Semarang, namun jembatan penyeberangan tidak berfungsi secara optimal, dan diduga atribut pengguna jembatan penyeberangan tidak terpenuhi. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara seting jembatan penyeberangan dengan atribut aksesibilitas dan privasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif rasionalistik, dengan analisis statistik deskriptif dengan melakukan interprestasi dan pemaknaan hasil hubungan dari hasil data yang didapat. Dari hasil temuan menunjukan bahwa tuntutan atribut aksesibilitas pencapaian bagi beberapa minat pergerakan pejalan kaki kurang terpenuhi, kemudian juga tuntutan atribut aksesibilitas kelancaran, atribut aksesibilitas topografi, atribut privasi ruang personal, dan atribut privasi komunikasi verbal yang tidak terpenuhi, sehingga pengguna terpaksa menggunakan jembatan peyebangan, serta tingginya harapan pengguna agar jembatan penyeberangan dapat digunakan secara optimal. Dari hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan seting jembatan penyeberangan dengan atribut, yang mana tuntutan atribut pengguna pada seting jembatan penyeberangan tidak terpenuhi sehingga jembatan penyeberangan tidak dapat berfungsi optimal.Kata Kunci: Seting, Atribut Aksesibilitas, Atribut Privasi.
PROSES DAN ALASAN TERJADINYA TRANSFORMASI MASJID RAYA BANDUNG Tri Widianti Natalia; Heru Wibowo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.869 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.49

Abstract

Abstract:. Masjid Raya Bandung is the oldest mosque in the city of Bandung which has a very important role in the city structure and the neighborhood of town square. The Masjid Raya Bandung and the square have undergone a transformation many times, until the original building is almost gone. Transformation of the form Masjid Raya Bandung will affect the structure and the face of downtown Bandung. Therefore the purpose of this study is to see how the transformation process that occurs in the building of Masjid Raya Bandung is seen from the reason for the transformation. And see how the impact on the structure of the downtown Bandung and its influence on the quality of its functions and architecture. The method used is qualitative analysis by examining several similar studies. The results of the study reveal that every process of change that occurs in the building of Masjid Raya Bandung is always influenced by agents of control, namely the government as the control holder and the actor namely the architect as the designer. Changes in the form of Masjid Raya Bandung have changed the live configuration of the structure and the face of downtown area of Bandung. Keyword: Transformation, Masjid Raya Bandung, live configuration, city structure Abstrak: Masjid Raya Bandung menjadi salah satu masjid tertua di kota Bandung yang memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kota dan lingkungan Alun-alun Badung. Masjid Raya Bandung dan alun-alun telah mengalami transformasi berkali kali, hingga bangunan asli hampir sudah tidak ada. Perubahan bentuk  Masjid Raya Bandung akan mempengaruhi struktur dan wajah pusat Kota Bandung. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana proses transformasi yang terjadi pada bangunan Masjid Raya Bandung dilihat dari alasan terjadinya transformasi.  Serta melihat bagaimana dampaknya terhadap struktur wajah pusat Kota Bandung dan pengaruhnya terhadap kualitas fungsi dan arsitekturnya. Metode yang digunakan yaitu analisis kualitatif adalah dengan mengkaji beberapa penelitian sejenis. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa setiap proses perubahan yang terjadi pada bangunan Masjid Raya Bandung selalu dipengaruhi oleh agen konrtrol yakni pemerintah sebagai pemegang kontrol dan aktor yakni arsitek sebagai perancang. Perubahan bentuk Masjid Raya Bandung telah mengubah live configuration struktur dan wajah kawasan pusat kota Bandung.Kata Kunci: Transformasi, Masjid Raya Bandung, Struktur Wajah Kota
SISTEM SPASIAL PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN BERBASIS MASYARAKAT (BANK SAMPAH) DI KOTA YOGYAKARTA Carina Sarasati; Edward Endrianto Pandelaki; Suzanna Ratih Sari
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2094.5 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.80

Abstract

Abstract:. The city of Yogyakarta has a waste problem where there is an imbalance between the amount of waste generated and waste management space. Therefore, community-based waste management was appear in the form of ”Garbage Bank” which expected to manage the inorganic waste at RW level. The existence of the “Garbage Bank” is supported by the Mayor of Yogyakarta program and also some policies of the Central and Regional Governments. However, in reality there is no spatial system of waste management of settlements which clear and integrated through "Garbage Bank” in Yogyakarta City. Therefore, the purpose of this research is to look at micro, mezo and macro scale and look for spatial system form of community-based waste management system (Garbage Bank) which integrated in Yogyakarta City. The methods of this research used a qualitative approach with inductive thinking (bottom up), descriptive analysis technique by mapping existing data. “Garbage Bank” has different models according to the condition of the settlement area. A “Garbage Bank” minimum needs a weighing space, administration space, packing space and garbage storage that has been weighed. In the City Scale, it needs a settlement waste management system through integrated Waste Bank from start source (household) to Kota level.Keyword : spatial system, waste management, Garbage Bank Abstrak: Kota Yogyakarta memiliki masalah persampahan di mana  terjadi ketidakseimbangan antara jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dengan ruang pengelolaan sampahnya. Oleh karena itu muncul pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat dalam bentuk Bank Sampah yang diharapkan dapat mengelola sampah anorganik pada tingkat RW. Keberadaan Bank Sampah tersebut didukung oleh program Walikota Yogyakarta dan juga beberapa kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah. Namun pada kenyataannya belum terdapat sistem spasial pengelolaan sampah permukiman melalui Bank Sampah yang jelas dan terintegrasi di Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah melihat dalam skala mikro, mezo dan makro serta mencari bentuk sistem spasial pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat (Bank Sampah) yang terintegrasi di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pola pikir induktif (bottom up), teknik analisa secara deskriptif  dengan memetakan data yang ada. Bank Sampah memiliki model yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayah permukimannya. Minimal sebuah Bank Sampah membutuhkan ruang penimbangan, ruang administrasi / pencatatan, ruang pengepakan dan ruang penyimpanan sampah yang telah ditimbang. Dalam Skala Kota, dibutuhkan sistem pengelolaan sampah permukiman melalui Bank Sampah yang terintegrasi dari mulai sumber (rumah tangga) hingga tingkat Kota.Kata kunci : sistem spasial, pengelolaan sampah, Bank Sampah
KONDISI TERMAL PADA PENGHAWAAN ALAMI DI RUANG TUNGGU UTAMA STASIUN SEMARANG TAWANG Hana Faza Surya Rusyda; Erni Setyowati; Gagoek Hardiman
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 3 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.534 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i3.60

Abstract

Abstract:. Thermal comfort is a state of mind that expresses a user's satisfaction with thermal conditions. This study focuses on the design of natural ventilation which is one of the efforts to reduce the heat that exists in the building, especially in maintaining the thermal conditions. Tawang Train Station, Semarang has a natural ventilation design that is still maintained especially in the waiting room. This study aims to determine the thermal conditions of the design of ventilation using the theory of Mom and Wiseborn, SNI 03-6572-2001, and Olgyay chart. This research method uses quantitative and field measurements were done for 14 hours to know the movement of air, temperature, humidity. The results were then compared with the standard and the theory. It was found that thermal comfort conditions that still utilize the movement of the wind from natural ventilation in the main waiting room of Tawang Semarang Station.Keyword: Thermal Condition, Natural Ventilation, Semarang Tawang Station.Abstrak: Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan pengguna terhadap kondisi termal.  Penelitian ini berfokus pada desain penghawaan yang merupakan salah satu upaya mengurangi panas yang ada dalam bangunan terutama dalam menjaga kondisi termal. Stasiun Tawang Semarang, mempunyai desain penghawaan alami yang masih dipertahannkan terutama pada ruang tungguya. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui kondisi termal dari desain penghawaan dengan menggunakan teori mom dan wiseborn, SNI 03-6572-2001, serta grafik olgyay. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif dan pengukuran dilapangan dilakukan selama 14 jam untuk mengetahui pergerakan udara, temperature, kelembaban. Hasil penelitian kemudian di bandingkan dengan standar SNI, Mom & Wiseborn dan Diagram Olgyay. Ditemukan bahwa kondisi kenyamanan termal yang masih memanfaatkan pergerakan angin dari ventilasi alami pada ruang tunggu utama Stasiun Semarang Tawang.Kata Kunci: Kondisi Termal, Ventilasi Alami, Ruang tunggu, Stasiun Semarang Tawang
EASY ACCESS TO PUBLIC TRANSPORTATION FOR SUSTAINABLE SITE DEVELOPMENT, ACASE STUDY OF UNISULLA KALIGAWE SEMARANG Muhammad Ismail Hasan; Anityas Dian Susanti; Chely Novia Bramiana
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.025 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.173

Abstract

Abstract: Global warming issue generates some sustainable-oriented actions aiming at protecting and improving environment quality. Air pollution caused by vehicles is one of the causes of global warming. Sustainability can be started in academic phase, such as campus environment, landscape, and buildings. This paper aims at explaining the sustainable development in Sultan Agung Islamic University (UNISSULA) and especially in its sustainable site development. Method used for this paper is qualitative case study that is suitable to answers questions about how and why. Case study requires a collection of site’s data as much as possible before being analyzed based on relevant theories. The result of this paper suggested the applications of sustainable site development in a campus ground especially with an easy access public transportation for Islamic campus and with Islamic values within.Keyword: Campus Ground, Site Development, Sustainable Architecture Abstrak: Isu pemanasan global menyebabkan beberapa aksi keberlanjutan yang pada dasarnya bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor adalah merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Keberlanjutan dapat dimulai dari tingkat akademisi, seperti lingkungan kampus, lansekap, dan bangunan-bangunannya. Paper ini bertujuan untuk menjelaskan pembangunan keberlanjutan di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) dan khususnya pada bagian pembanguan site yang berkelanjutan. Metode yang digunakan untuk paper ini adalah kualitatif studi kasus yang dinilai cocok untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana dan mengapa. Studi kasus membutuhkan pengumpulan data dari site sebanyak mungkin sebelum dianalisa berdasarkan teori yang berhubungan. Hasil dari paper ini dapat menjelaskan pembangunan site yang berkelanjutan terutama pada kemudahan mengakses transportasi umum pada kampus Islam dan dilengkapi dengan nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya.Kata Kunci: Kampus, Site Berkelanjutan, Arsitektur Berkelanjutan
PENGARUH MATERIAL KACA SEBAGAI SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP BESAR PERPINDAHAN PANAS PADA GEDUNG DIKLAT PMI PROVINSI JAWA TENGAH Wingky Aseani; Erni Setyowati; Suzanna Ratih Sari
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.45 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.202

Abstract

Abstract: Buildings in the tropical area should be able to anticipate the tropical climate well. Buildings with active systems design need to be planned in such a way that energy use in the building becomes effective and efficient, Setyowati (2015). The envelope  of the building became the front guard of radiation into the building. With the right building envelope  design, the use of energy in the building can be optimally saved. Building envelope  as a building element that enclosesit  is a wall and translucent roof or non-translucent light where most thermal and light energy moves through the element. The results show that solar radiation contributes the largest amount of heat entering the building. The concept of OTTV calculates the heat transfer from outside into a building that is conduction through infinite walls of light, sun-glass radiation, and heat conduction on glass. Large solar radiation transmitted through the building envelope is influenced by the building facade, the ratio of the glass area and the overall wall of the wall (wall to wall ratio), and the type and thickness of glass used. If the OTTV value of a building is less than or equal to 35 W / m2, then the building is in compliance with the Energy Efficient Building Terms SNI 03-6389-2011. PMI Training Center Central Java Province as the object of study is a modern building dominated by glass material. The glass used is a hot-colored glass. The result of the OTTV calculation on the East wall of the Central Java Education Center was 33.140 W / m2, on the North Wall was 33.577 W / m2, on the West wall was 41.645 W / m2, at the South wall of 30.468 W / m2. From the OTTV calculation, total OTTV value is 35,5991 W / m2, so it is concluded that the building of PMI Training Center in Central Java Province does not meet the requirement of energy-saving building based on SNI 03-6389-2011. To achieve the ideal value of OTTV energy-saving buildings based on SNI 03-6389-2011 at PMI Training Center Central Java Province, it is necessary to reduce the use of glass to 10.5% of the wall area on the western wall. From the simulation result after repairing on West side wall, total OTTV value is 32.9795 W / m2 in order that PMI Training Center of Central Java Province could fulfilled energy saving building requirement based on SNI 03-6389-2011.Keywords: Building Envelope, Glass, OTTVAbstrak: Bangunan di daerah tropis seyogyanya dapat mengantisipasi iklim tropis dengan baik. Bangunan dengan sistem aktif desain perlu direncanakan sedemikian rupa agar pemanfaatan energi didalam bangunan menjadi efisien, efektif dan hemat, Setyowati (2015). Selubung bangunan menjadi garda depan masuknya radiasi ke dalam bangunan. Dengan desain selubung bangunan yang tepat, maka pemakaian energi didalam bangunan dapat dihemat seoptimal mungkin. Selubung Bangunan sebagai elemen bangunan yang menyelubungi yaitu dinding dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar energi termal dan cahaya berpindah melalui elemen tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Konsep OTTV menghitung perpindahan panas dari luar ke dalam bangunan yaitu konduksi melalui dinding tak tembus cahaya, radiasi matahari yang melalui kaca, dan konduksi panas pada kaca. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan. Bila nilai OTTV suatu bangunan yang dihasilkan kurang/sama dengan 35 W/m2, maka bangunan tersebut sudah sesuai dengan Syarat Bangunan Hemat Energi pada SNI 03-6389-2011. Gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah sebagai objek studi adalah bangunan berlanggam modern dengan dominasi bukaan dinding bermaterial kaca. Kaca yang digunakan adalah kaca berwarna jenis Panasap. Hasil perhitungan OTTV pada dinding Timur Gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah sebesar 33,140 W/m2, pada dinding Utara sebesar 33,577 W/m2, pada dinding Barat sebesar 41,645 W/m2, pada dinding Selatan sebesar 30,468 W/m2. Dari hasil perhitungan OTTV didapatkan nilai Total OTTV sebesar 35,5991 W/m2, sehingga disimpulkan bangunan Gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah tidak memenuhi syarat bangunan hemat energi berdasarkan SNI 03-6389-2011. Untuk mencapai nilai ideal OTTV bangunan hemat energi berdasar SNI 03-6389-2011 pada Gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah, maka perlu dilakukan pengurangan  pemakaian kaca menjadi 10,5% dari luas dinding pada dinding sisi Barat. Dari hasil simulasi setelah dilakukan perbaikan pada dinding sisi Barat, didapatkan nilai Total OTTV sebesar 32,9795 W/m2 sehingga Gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah memenuhi syarat bangunan hemat energi berdasarkan SNI 03-6389-2011.Kata Kunci: Selubung Bangunan, Kaca, OTTV
SOUNDSCAPE KAWASAN: EVALUASI RUANG BERKELANJUTAN Nur Rahmawati Syamsiyah; Atyanto Dharoko; Sentagi Sesotya Utami
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1041.613 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.181

Abstract

Abstract: The density of major cities in Indonesia is the impact of the rapid development of the population. Increasing the population as well as their welfare make the residential and traffic environment in urban areas less healthy. Noisy, and air quality as the main indicators that can be felt to be very disturbing to the human environment. The sound quality perspective is one that is overlooked. Even though the government of the Republic of Indonesia has issued standard noise levels in Kep-48 / MENLH / 11/1996, evaluation and control of reality in the field is still lacking. The soundscape approach that is very concerned about the environment as a resource will be the most effective when applied in urban and regional planning. This paper aims to explore how sound impacts in providing an auditory experience in open space through a soundscape approach with case studies of open space or the court of the Great Mosque of Yogyakarta. This case can be an example of implementing a strategy to create peace of space in the midst of the hustle and bustle of the city. On the other hand soundscaping techniques become the needs of every city to do, and in particular there must be a spatial pattern that unites and adapts to each other between buildings, open spaces, vegetation, water elements and activities, so that the sustainability of a comfortable and calm space will last long. Keywords: space sustainability; noise; auditory experience; soundscapeAbstrak: Kepadatan kota-kota besar di Indonesia merupakan dampak perkembangan penduduk yang begitu cepat meningkat. Peningkatan jumlah penduduk sekaligus kesejahteraan mereka membuat lingkungan pemukiman dan lalu lintas di perkotaan semakin kurang sehat. Bising, dan kualitas udara sebagai indikator utama yang dapat dirasakan sangat mengganggu lingkungan hidup manusia. Perspektif kualitas suara adalah salah satu yang terabaikan. Sekalipun pemerintah Republik Indonesa sudah mengeluarkan baku tingkat kebisingan dalam Kep-48/MENLH/11/1996, namun evaluasi dan kontrol terhadap kenyataan di lapangan masih kurang dilakukan. Pendekatan soundscape yang sangat memperhatikan lingkungan sebagai sumber daya akan menjadi yang paling efektif bila diterapkan dalam perencanaan kota dan kawasan. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana dampak suara dalam memberikan pengalaman auditory dalam ruang terbuka melalui pendekatan soundscape dengan studi kasus kawasan ruang terbuka atau pelataran Masjid Agung Yogyakarta. Kasus ini dapat menjadi contoh penerapan strategi menciptakan ketenangan ruang di tengah hiruk pikuk kota. Di sisi lain teknik soundscaping menjadi kebutuhan setiap kota untuk dilakukan, dan secara khusus harus ada pola spasial yang menyatukan dan saling menyesuaikan antara bangunan, ruang terbuka, vegetasi, unsur air dan aktifitas, sehingga keberlanjutan ruang kawasan yang terkondisi nyaman dan tenang akan bisa bertahan lama.Kata Kunci: keberlanjutan ruang; kebisingan; pengalaman auditory; soundscape
PENERAPAN TEMA PANOPTICON ARCHITECTURE DALAM MERANCANG LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SIMALUNGUN Aulia, Dwira Nirfalini; BR Perangin-Angin, Cynthia Adelina
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1547.978 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.96

Abstract

Abstract: Pematang Raya is the new capital city of Simalungun Regency, North Sumatera, Indonesia which used to be seated in Pematangsiantar. This capital city was formed on June 23rd, 2008 and some of the government institutions of Simalungun Regency have already been seated at Pematang Raya. As an example, The Regency Police of Simalungun and the District Military Command of Simalungun, which are one of the legal institutions, have already been seated at Pematang Raya while the District Court IB of Simalungun and the District Attorney of Simalungun are still seated at Pematangsiantar. JR Saragih, who is the regent of Simalungun Regency, is eager to move the seat of the District Court IB of Simalungun and the District Attorney of Simalungun to Pematang Raya. Simalungun Regency does not have any penitentiary until this day. That is why the inmates who get terms at the District Court IB of Simalungun are sent to Pematangsiantar Penitentiary. Researchers identify the need of Simalungun Regency to increase the strength of the legal institutions in Simalungun Regency by designing a penitentiary. As an addition, the penitentiaries in Indonesia are getting worse time by time. Analysis and concepts of this design are using the interpretation of Panopticon Architecture which emphasizes a maximum supervision to the penitentiary.Keywords: Simalungun, Panopticon Architecture, PenitentiaryAbstrak: Pematang Raya merupakan Ibukota baru Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia yang dulunya adalah Pematangsiantar. Pematang Raya dibentuk pada tanggal 23 Juni 2008 dan beberapa institusi kepemerintahannya sudah berkedudukan di Pematang Raya. Sebagai contoh, Polres Simalungun dan KODIM Simalungun merupakan salah satu dari instansi hukum Kabupaten Simalungun yang sudah berkedudukan di Pematang Raya, sedangkan Pengadilan Negeri Kelas IB Simalungun dan Kejaksaan Negeri Simalungun masih berkedudukan di Pematangsiantar sampai saat ini. Bupati Kabupaten Simalungun, JR Saragih, berkeinginan untuk memindahkan Pengadilan Negeri Kelas IB Simalungun dan Kejaksaan Negeri Simalungun dari Pematangsiantar ke Pematang Raya agar terciptanya instansi hukum yang kuat di Kabupaten Simalungun, Sampai saat ini, Kabupaten Simalungun tidak memiliki UPT Pemasyarakatan. WBP yang mendapat vonis hukum di Pengadilan Negeri Kelas IB Simalungun dititipkan ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pematangsiantar. Penulis mengidentifikasi kebutuhan Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kuatnya institusi hukumnya dengan merancang sebuah Lembaga Pemasyarakatan. Ditambah lagi, keadaan Pemasyarakatan di Indonesia kian memburuk. Dengan demikian, penulis menggunakan interpretasi tema Panopticon Architecture dalam analisis dan konsep rancangan yang menekankan kepada pengawasan yang maksimal di Lembaga Pemasyarakatan.Kata Kunci: Simalungun, Panopticon Architecture, Lembaga Pemasyarakatan
ANALISIS KONFIGURASI RUANG PONDOKAN MAHASISWA DI KAWASAN TAMAN HEWAN BALUBUR - TAMANSARI, BANDUNG Asep Yudi Permana; Karto Wijaya
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1882.602 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i1.209

Abstract

Abstract: In simple terms, space can be interpreted as a container of activity. The complexity of an urban environment begins with a variety of activities which then affect the arrangement of space. The variety of activities requires an effective and efficient space configuration that is determined by the formation of spatial structures. As part of a configuration, space is not only a node, but also a path or path that is generally public. This node and path connects the fields and binds them in a relationship system (lingkage system). The research method uses a space configuration analysis approach through calculation of total depth, mean depth, and RA. Next is a descriptive analysis. The research parameters consisted of: connectivity, integrity, intelligibility, and axial line. The results of the study showed that space configuration occurred resulting in 7 (seven) spatial configurations.Keyword: Connectivity, integrity, intelligibility, lingkageAbstrak: Secara sederhana, ruang dapat diartikan sebagai wadah aktivitas. Kompleksitas yang dimiliki lingkungan perkotaan dimulai dengan beragamnya aktivitas yang kemudian berdampak pada susunan ruang. Beragamnya aktivitas membutuhkan konfigurasi ruang yang efektif dan efisien yang ditentukan dari pembetukan struktur ruang. Sebagai bagian darisebuah konfigurasi, ruang tidak hanya berbentuk node, tetapi juga path atau jalur yang umumnya bersifat publik. Node dan path ini menghubungkan lahan-lahan dan mengikatnya dalam suatu sistem hubungan (lingkage system). Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis konfigurasi ruang melalui perhitungan total depth, mean depth, dan RA. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Parameter penelitian terdiri dari: cennectivity, integrity, intelligibility, dan axial line.  Hasil penelitian menunjukkan konfugiransi ruang yang terjadi menghasilkan 7 (tujuh) konfigurasi ruang.Kata Kunci: Konektivitas, integritas, kejelasan, keterkaitan

Page 4 of 31 | Total Record : 305