cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 27 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2022): April 2022" : 27 Documents clear
Membangun Teologi Alteritas Heteronom: Upaya Mengentaskan Sisa-Sisa Stigma Anti-Tionghoa di Indonesia Alvian Apriano; Binsar Jonathan Pakpahan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.533

Abstract

Abstract. This study aims to build a theological construction that can help erase anti-Chinese stigma in Indonesia post-1998, so religious people, especially Christians, become more sensitive about ethnic discrimination. The discrimination against ethnic Chinese in Indonesia has occurred for a long time, usually because of their capability to control the market and business. Their success in business impacts hatred and racism and turns into an anti-Chinese stigma. The research uses qualitative study on the philosophy of heteronomous alterity, and builds a theological framework on the theory of heteronomous alterity in positivistic philosophy. The theological framework will remove the anti-Chinese stigma in Indonesia. This study concludes that the theology of heteronomous alterity can help decrease anti-Chinese stigma by appreciating trinitarian relations and accepting the other as they are.Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun konstruksi teologi yang dapat membantu menghapus stigma anti-Tionghoa di Indonesia pasca 1998, sehingga umat beragama khususnya Kristen menjadi lebih peka mengenai diskrimasi etnis. Sudah sejak lama, masalah diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia terjadi, yang biasanya karena kelihaian mereka menguasai pasar dan bisnis. Hal ini berdampak pada kebencian yang bersifat rasialis dan menubuh ke dalam stigma anti-Tionghoa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif yang berbasis pada analisis filosofi alteritas heteronom. Teori alteritas heteronom dalam filsafat positivistik dijadikan sebagai kerangka berpikir teologis untuk melepas stigma anti-Tionghoa di Indonesia. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa teologi alteritas heteronom dapat membantu menghapus stigma anti-Tionghoa melalui penghayatan relasi trinitarian dan penerimaan orang selain dirinya sebagaimana adanya.
WhatsApp Group Sebagai Ruang Percakapan Pastoral di Masa Pandemi Covid-19 Antonius Denny Firmanto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.552

Abstract

Abstract. This study discussed pastoral activities during the Covid-19 pandemic through WhatsApp group as pastoral space. It investigated group-based communication in WhatsApp based on a survey toward the Catholic Family Ministry in the Diocese of Malang. The result was that the conversations in the WhatsApp group in form of reflections, shared links, inspiration, prayers, and information showed that the ecclesiastical community has the courage to be present and involved in human life today. Conversations in WhatsApp groups taught and shared Christian values that opposed to individualism, consumerism, and hedonism, as well as to be a space to proclaim the values of Christian life, namely: love, care, fellowship, justice, peace, solidarity, sharing and living hopefully to God the source of life.Abstrak. Penelitian ini mendiskusikan aktivitas pastoral selama masa pandemi Covid-19 yang menggunakan WhatsApp group sebagai ruang pastoral. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Studi ini mensurvey percakapan yang terjadi di Whatsapp group komunitas Catholic Family Ministry Keuskupan Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa percakapan dalam WhatsApp group berupa renungan, share link, inspirasi, doa, dan informasi menunjukkan bahwa komunitas gerejawi berani hadir dan terlibat dalam hidup manusia pada masa kini. Percakapan dalam WhatsApp group menampilkan nilai Kristiani yang melawan individualisme, konsumerisme dan hedonism di ruang digital, dan sebaliknya, menjadi ruang menyuarakan nilai-nilai kehidupan Kristiani, yaitu: cinta kasih, perhatian, persekutuan, keadilan, perdamaian, solidaritas, berbagi serta hidup penuh pengharapan kepada Allah Sang Sumber Hidup.
Practicing Communicability, Redeemability, and Educability: The Response of Christian Education to Violence against Women during the Covid-19 Pandemic Jeniffer Fresy Porielly Wowor
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.488

Abstract

This article explores violence against women in Yogyakarta, which increased rapidly during the pandemic. The study showed that violence against women is also the result of deep and troubling cultural structures that oppress women. Based on a see–judge–act analysis, this article proposes that church educational ministries can build relationships with women victims and their families through a variety of transformational ways, even amid a pandemic. The church can develop communication, healing, and education through a holistic approach in Christian education (practicing communicability, redeemability, and educability). The paradigm of gender equality should be integrated into our attitudes and actions in daily life and in the whole range of the church’s ministry to create spaces for women’s voices not only through education and ritual action but also actual transformation.
Pembacaan Eco Hermeneutic terhadap Narasi Air dalam Kejadian 26:12-33 Nelci Nafalia Ndolu; Robert Setio; Daniel Kurniawan Listijabudi
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.569

Abstract

Abstract. Natural restoration poses a current theological challenge. Readings that support adaptation, mitigation and recovery efforts are the purpose of writing articles to respond to these challenges. The method used in reading the selected text, namely Genesis 26:12-33, is eco hermeneutic as proposed by Norman Charles Habel. The results showed that Gerar water was compassionate toward Isaac, his family and animals as refugee in the Philistines during that time of famine. However, water stopped serving Isaac because Isaac became unfriendly to him by exploiting him when he was starving. From there Isaac was aware of Water's sovereignty in his encounter with the wells of Sitnah, Esek and Rehoboth. At the same time, Isaac realized that God as the source of Water defends Water in an effort to maintain its intrinsic value for all people fairly.Abstrak. Pemulihan alam menjadi tantangan berteologi saat ini. Pembacaan yang mendukung upaya adaptasi, mitigasi dan pemulihan komunitas alam menjadi tujuan dari penulisan dari artikel untuk merespon tantangan tersebut. Metode yang digunakan dalam pembacaan teks terpilih adalah eco hermeneutic sebagaimana yang digagas oleh Norman Charles Habel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Air Gerar berbela rasa dengan Ishak, keluarga dan hewan-hewannya sebagai pengungsi di Filistin selama masa kelaparan saat itu. Namun Air berhenti melayani Ishak karena Ishak menjadi tidak ramah kepadanya dengan mengeksploitasi dirinya saat kelaparan. Dari situ Ishak sadar akan kedaulatan Air dalam perjumpaan dengan sumur Sitnah, Esek dan Rehobot, sekaligus menyadari Tuhan sebagai sumber Air membela Air dalam upayanya mempertahankan nilai intrinsiknya bagi semua orang secara adil.
Pemaknaan Ibadah Live Streaming Berdasarkan Fenomenologi Edmund Husserl Johana Ruadjanna Tangirerung; Kristanto Kristanto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.643

Abstract

Abstract. This study aimed to find the meaning of worship, fellowship and liturgy experienced by the congregation during Sunday Worship live streaming during the Covid-19 pandemic. The method used was descriptive qualitative phenomenological Edmund Husserl, which explains the meaning or meaning of a life experience of several people, groups of a concept, habit or phenomenon. This study found that the congregation was less able to experience the meaning of live streaming worship related to the meaning of fellowship, worship and liturgy during the Covid-19 pandemic, because they did not understand its essence. The true meaning of worship can be experienced when understanding worship as fellowship with the Triune God who transcends time and space.Abstrak. Penelitian ini bertujuan menemukan makna ibadah, persekutuan dan liturgi yang dialami jemaat dalam Ibadah Minggu secara live streaming pada masa pandemi Covid-19. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif fenomenologis Edmund Husserl, yang menjelaskan arti atau makna sebuah pengalaman hidup beberapa orang, kelompok atas sebuah konsep, kebiasaan atau fenomena. Penelitian ini menemukan bahwa jemaat kurang dapat mengalami makna ibadah live streaming terkait makna persekutuan, ibadah maupun liturgi pada masa pandemi Covid-19, karena kurang memahami esensinya. Makna ibadah yang sesungguhnya dapat dirasakan apabila memahami ibadah sebagai persekutuan dengan Allah Tritunggal yang melampaui urang dan waktu.
Akulturasi Kepemimpinan Transformasional Paulus dan Falsafah Pemimpin Negeri di Minahasa Christar Arstilo Rumbay; Wolter Weol; Handreas Hartono; Maria Magdalena; Binsar Hutasoit
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.625

Abstract

Abstract. The encounter between religion and culture receives resistance as it is considered as the syncreticsm. Acculturation approach, however, offers alternative contribution to the tension of leadership with its cultural features. Paul transformational leadership and Minahasa leadership philosophy are two discussion materials that potentially could donate insight with acculturative construction. The research question that lead this work was how is Pauline transformational leadership and Minahasan leadership philosophy acculturative construction? This research attempted to see possibities that could be an alternative contribution to cultural and Christian leadership discussion. This research involved to leadership tension with qualitative and ethnography approach. Sources such as book, article, and academic essay were combined with field interview. In sum, collaboration between Paul transformational leadership and Minahasa leadership philosophy offers a new modification and construction perspective, a continuity leadership and dichotomous with solid cultural identity.Abstrak. Perjumpaan antara agama dan budaya menerima resistensi karena dianggap sebagai realisasi sinkretisme. Namun pendekatan akulturasi menawarkan alternatif yang kontributif bagi gejolak krisis kepemimpinan bercorak budaya. Konsep kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan di Minahasa merupakan dua objek diskusi yang berpotensi menyumbangkan pemikiran baru jika dikonstruksikan secara akulturatif. Rumusan masalah yang menuntun penelitian ini adalah, bagaimana konstruksi akulturatif kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan Minahasa? Penelitian ini mencoba untuk melihat kemungkinan  yang dapat menjadi kontribusi alternatif bagi diskusi kepemimpinan kultural dan Kristen. Penelitian ini mendekati problematika kepemimpinan dengan metode kualitatif dan etnografi. Sumber pustaka seperti buku, artikel dan naskah akademik lainnya dikombinasikan dengan hasil wawancara di lapangan. Sebagai hasilnya, kolaborasi konsep kepemimpinan transformasional Paulus dan falsafah kepemimpinan Minahasa menawarkan sebuah modifikasi dan konstruksi baru, kepemimpinan yang kontinuitas dan terdikotonomikan dengan identitas budaya yang kuat.
Exploring Dimensions of Spiritual Faithfulness in Church Ministry: A Narrative Study of Senior Pastor’s Ministry Dadang Irawan; Rudy Pramono; Oki Hermawati; Erwin Santosa; Wylen Djap
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.584

Abstract

Faithfulness is often a virtue that sustains a mission of service. This study aimed to tell the experience one of the important actors (participants), a pastor. What are the dimensions that can build a faithful construction, especially in church services based on the experiences of participants. In a religious context, faithfulness has a different dimension, namely a transcendental dimension that does not stand alone, but is also influenced by a horizontal perspective which can be explained by the theory of stewardship. When stewardship is understood horizontally, the highest measurement of a relationship tends to be welfare and harmony. It gets reinforced by the vertical dimension where God becomes the authority of truth and becomes the reason to keep serving, especially serving faithfully. This study tries to frame the story about the phenomenon of faithfulness dimension in church ministry with a narrative approach. This study seeks to show how life of a pastor who uses faithfulness as the main pillar of his ministry.
Menelaah Dinamika Kontekstualisasi Sebagai Upaya Pendekatan Penginjilan yang Memberdayakan Budaya Penerima Injil Marde Christian Stenly Mawikere
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.554

Abstract

Abstract. Contextualization has long been recognized as an effective mission strategy. In general, evangelicals make use it as means of preaching the gospel by touching the historical, cultural, ideological, social and other contexts of the community receiving the gospel message. Meanwhile, Ecumenists take advantage of contextualization as a holistic mission itself. This article did not discuss the dichotomy of the contextualization between Evangelicals and Ecumenists, but rather discussed models, principles and steps in the contextualization process. The research conducted on the relevant literature written by remakable experts and practitioners of contextual missions. Through this study it could be concluded that contextual evangelism is way of responding to the culture and not being negative towards the culture.Abstrak. Kontekstualisasi telah lama dikenal sebagai strategi misi yang efektif. Pada umumnya kaum Injili memanfaatkan sebagai alat pemberitaan Injil dengan menyentuh konteks sejarah, budaya, ideologi, sosial dan lain sebagainya kepada masyarakat penerima berita Injil.Sedangkan kaum Ekumenis memanfaatkan kontekstualisasi sebagai misi holistik itu sendiri. Artikel ini tidak membahas dikotomi pemanfaatan kontekstualisasi antara kaum Injili dan Ekumenis, melainkan membahas mengenai model, prinsip dan langkah-langkah dalam proses kontekstualisasi. Penelitian dibangun berdasarkan literatur yang relevan yang ditulis oleh para pakar dan praktisi misi kontekstual yang telah dikenal secara luas. Melalui kajian ini dapat disimpulkan bahwa penginjilan secara kontekstual adalah menanggapi budaya dan bukan bersikap negatif terhadap budaya.
Teologi dan Kekerasan Kolektif: Tinjauan Historis-Teologis dari Periode Bait Suci Kedua sampai Perjanjian Baru Samuel Benyamin Hakh
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.682

Abstract

Abstract. Theology understanding often leads to violence against others. Theology is human answer to God in the struggle of his or her faith with the world around, while violence is an act committed by a group of people against other. The question arises: can theology, which emphasizes love and kindness, be misused to carry out violence to achieve a specific purpose? The purpose of this article was to analyze acts of violence by certain groups in the name of religion using historic-theological approach. The author’s thesis is that theology does not only show love and hospitality facet but also ruthless face by using the texts of the scriptures as a basis for committing violence against others.Abstrak. Pemahaman teologi seringkali menyebabkan timbulnya tindakan-tindakan kekerasan terhadap sesama. Teologi merupakan jawaban manusia kepada Tuhan dalam pergumulan imannya dengan dunia sekitar, sementara kekerasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap sesama. Timbul pertanyaan: apakah teologi, yang menekankan cinta kasih dan keramahan, dapat disalahgunakan untuk melakukan kekerasan demi mewujudkan maksud tertentu? Tujuan artikel ini adalah menganalisis tindakan-tindakan kekerasan oleh kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama dengan menggunakan pendekatan historis-teologis. Tesis penulis adalah teologi tidak hanya menampilkan wajah cinta kasih dan keramahan melainkan juga menampilkan wajah yang kejam dengan menggunakan teks-teks kitab suci sebagai dasar untuk melakukan kekerasan terhadap sesama.
Makna Belas Kasih Allah dalam Hidup Manusia Menurut Henri J. M. Nouwen Mathias Jebaru Adon; Antonius Denny Firmanto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.585

Abstract

Abstract. This research focused on the meaning and significance of compassion in human life. In daily life compassion is often understood as being sympatic to the sufferings of the other. More or less described as a sentiment feeling. Yet compassion is more than sentimental attitudes and feelings. This research was conducted using Henri J. M. Nouwen thoughts on God's compassion. Through this research, it was understood that compassion means sharing deeply with the suffering of others, namely: crying with those who shed tears, being vulnerable with those who are fragile and laughing with those who laugh. However, this cannot be done individually as individuals but in togetherness as a community. In this community of love, our hearts and ears are more sensitive to suffering.Abstrak. Fokus penelitian ini adalah pada arti dan makna belas kasih dalam hidup manusia. Dalam hidup sehari-hari belas kasih sering dimengerti sebagai bersikap ramah terhadap penderitaan dunia. Kurang lebih digambarkan sebagai perasaan belas kasihan. Padahal belas kasih lebih dari sikap dan perasaan sentimental. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pemikiran Henri J. M. Nouwen Belas tentang belas kasih Allah. Melalui penelitian ini diperoleh makna bahwa belas kasih lebih berarti compassion, ikut merasakan secara mendalam dengan penderitaan sesama, yakni: menangis bersama mereka yang mencucurkan air mata, ringkih bersama mereka yang ringkih dan tertawa mereka yang tertawa. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri sebagai individu-individu tetapi dalam kebersamaan sebagai komunitas. Dalam komunitas kasih ini, hati dan telinga kita lebih peka dengan penderitaan.

Page 1 of 3 | Total Record : 27