cover
Contact Name
Yushak Soesilo
Contact Email
yushak@sttintheos.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.dunamis@sttintheos.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
ISSN : 25413937     EISSN : 25413945     DOI : -
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani dengan nomor ISSN 2541-3937 (print), ISSN 2541-3945 (online) diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu Teologi Kristen, terutama yang bercirikan Injili-Pentakosta, dan bidang Pendidikan Kristiani.
Arjuna Subject : -
Articles 227 Documents
Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia Sonny Zaluchu
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 1 (2017): Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i1.129

Abstract

Abstract: This article is a contemporary theology study about an idea of suffering God. Although there were some notion of suffering God in the church history, yet this remain important to be reconstructed today’s in considering the suffering of believers nowadays. This article is a literature research using methodology with qualitative approach, considered developing phenomenons surrounded churches, and analyzed it with biblical reflection of an idea of God’s suffered. As the conclusion, with biblical and theological phenomenon analysing, the suffered of Christ must be understood from a big God’s plan upon human being.Abstrak: Tulisan ini merupakan sebuah kajian Teologi Kontemporer tentang ide Allah yang menderita. Walaupun ada banyak pendapat atau pemikiran teologis tentang Allah yang menderita di sepanjang sejarah gereja, namun ide ini tetap penting untuk dikaji kembali pada masa kini, dengan mempertimbangkan konteks penderitaan orang percaya di masa kini. Penelitian ini merupakan literasi dengan menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif, mempertimbangkan fenomena yang berkembang di sekitar gereja, dan menganalisisnya dengan pendekatan refleksi biblikal atas ide Allah yang menderita tersebut. Pada akhirnya, melalui analisis biblikal dan fenomena teologis, maka penderitaan Kristus harus dipahami dari sebuah rancangan Allah yang besar atas manusia.
Orang Kristen dan Politik: Belajar dari Kasus Salomo dan Adonia dalam Persaingan Menuju Takhta Yohanes Krismantyo Susanta
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 1 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i1.187

Abstract

Abstract. This article aimed to give theological biblical insight how Christian should be involved in politics. Trough narrative interpretation to the books of 1 Kings 1-2 revealed the rivalry between Solomon and Adonijah for the throne filled with intrigue and political exclusion. Trough this analysis shown that the story could not be used as theological justification but as an example so that the same incident does not happen anymore. On the other hand Christians also need to understand that politics is an effort in embodying love and justice for others.Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman teologis biblis bagaimana sikap umat Kristiani dalam menghadapi perpolitikan nasional. Melalui pendekatan tafsir naratif terhadap teks 1 Raja-raja 1-2 terungkap persaingan antara Salomo dan Adonia dalam memperebutkan takhta yang dipenuhi intrik dan politik penyingkiran. Melalui analisis terhadap teks tersebut terlihat bahwa kisah tersebut tidak bisa dijadikan pembenaran teologis tetapi berperan sebagai pembelajaran agar hal yang sama tidak terulang kembali. Sebaliknya umat Kristiani juga perlu memahami bahwa politik adalah media perjuangan kasih dan keadilan kepada sesama.
Yesus sebagai Role Model bagi Guru Pendidikan Agama Kristen: Studi Eksposisi Matius 5-7 Lasmaria Lumban Tobing
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.326

Abstract

Abstract. This paper aimed to analyze the teaching model of Jesus in the Sermon on the Mount, in order to provide a teaching paradigm that originates from Jesus himself. This study was conducted by using Matthew 5-7exposition. The exposition resulted several effective ways in which Jesus taught. It can be concluded that Jesus worthy to be called as the Great Teacher, because it was not only the content of His great teachings but also in the way He taught that showed Him as a perfect teacher.Abstrak. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji model pengajaran Yesus dalam Khotbah di Bukit, dalam rangka memberikan paradigma pengajaran yang bersumber dari Yesus sendiri. Kajian ini dilakukan dengan metode eksposisi terhadap Matius 5-7. Dari eksposisi terhadap teks tersebut dihasilkan beberapa cara efektif dalam pengajaran yang dilakukan oleh Yesus. Dapat disimpulkan bahwa Yesus disebut sebagai Guru Agung, oleh karena bukan hanya isi ajaran-Nya yang agung tetapi juga dalam cara-Nya mengajar yang menunjukkan Ia sempurna sebagai seorang guru.
Menggagas Penerapan Pengajaran Tentang Akhir Zaman Dalam Pendidikan Agama Kristen Di Tingkat Sekolah Dasar Dan Menengah Pertama Bimo Setyo Utomo
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i1.102

Abstract

Eskatologi, khususnya dalam tradisi gereja kita merupakan salah satu topik yang terabaikan. Bahkan dalam pendidikan agama kristen di sekolah, kita dapat melihat tidak ada topik khusus mengenai eskatologi.Topik tentang eskatologi sangat penting untuk diajarkan kepada siswa di sekolah agar mereka dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) di sekolah, seharusnya topik atau pelajaran ini mendapat perhatian dan alokasi waktu yang cukup. Melalui topik atau pelajaran ini diharapkan dapat memperkuat keimanan siswa; menolong siswa untuk merubah sikap yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan menanamkan dalam diri siswa bahwa kelak Tuhan Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya. Eschatology, particularly in the tradition of our church is one of the neglected topic. Even, in Christian religious education in schools, we can see there is no specific topic about eschatology.The topic of eschatology is very important to be taught to students in schools, so that they can prepare as well as possible for the Lord Jesus' second coming.This topic should have received attention and allocation on sufficient time. This topic is expected to strengthen students’faith, helping them exchanging attitudes which are not in accordance with the will of God and convince that one day the Lord Jesus shall come.
God’s People Struggle and Justice: An Exposition Review Amos 1: 1-15 Bobby Kurnia Putrawan
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i1.321

Abstract

Abstract. This article aimed to show God's justice in the midst of lives of His people. The method used is the historical and grammatical exposition of Amos 1: 1-15. The struggle of faith of God's people is never loose in sorrow, sadness, and cheering. In the book of Amos 1: 1-15 teaches us that the people's struggle is inseparable from God's justice. God gives protection to His people to pass through every issue or problem of life. God also does His justice both to good doers and condemnation to those who do evil. Thus every people should live what God promised and hold in hope in God.
Prinsip Creatio Continua dan Imago Dei dalam Penerapan Kloning Terapetik: Manusia Merampas Peran Allah? Yushak Soesilo
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 2 (2019): April 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v3i2.194

Abstract

Abstract. Therapeutic is a branch of genetical engineering technology that handles the healing of genetical diseases. The way to handle it is by manipulating human stem cell. Because it was related in trying to manipulate human genes, it raised the question of whether this technology was an attempt to seize God's role of life and death. This study aims to provide answers and at the same time determine the position of the Christian faith towards therapeutics through biblical studies based on creatio continua and imago Dei concept. Through this study, it was concluded that therapeutic is a space for human effort in carrying out their duties as a co-worker of God to improve the imperfection of creation.Abstrak. Terapetik adalah salah satu cabang dari teknologi rekayasa genetika yang menangani penyembuhan penyakit genetif. Cara penanganannya adalah dengan memanipulasi stem cell manusia. Oleh karena berkaitan dengan usaha memanipulasi gen manusia, maka menimbulkan pertanyaan apakah teknologi ini adalah upaya merampas peran Allah atas kehidupan dan kematian. Kajian dalam artikel ini bertujuan untuk memberikan jawaban dan sekaligus menentukan posisi iman Kristen terhadap terapetik melalui kajian biblika atas prinsip creatio continua dan imago Dei. Melalui kajian tersebut ditarik kesimpulan bahwa pada batas tertentu terapetik adalah ruang bagi upaya manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai rekan sekerja Allah untuk memperbaiki ketidaksempurnaan ciptaan.
Merayakan Cinta Berdasarkan Kidung Agung 1:9-17 Mick Mordekhai Sopacoly
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 2 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i2.290

Abstract

Abstract. At a glance reading the Song of Songs gives the impression as a book that displays mere sensuality. Therefore raising the question why the Song of Songs was included in the canonization of the Bible which is the Word of God. This paper aimed to explore the meaning of the great love found in the Song of Songs text that seems vulgar and sensual. The method used in this study was a historical criticism of the Song of Songs 1: 9-17. Through this study, it could be concluded that the love texts in Song of Songs display the power of love that is unique, creative, and contains a sacred dimension, which not only focuses on the physic, but also in the emotional aspects, conscience, and inner bonds, as a form of celebration of God's grace.Abstrak. Membaca kitab Kidung Agung sekilas memberikan kesan sebagai kitab yang menampilkan sensualitas semata. Hal itu tentunya menggugah pertanyaan mengapa Kidung Agung masuk dalam kanonisasi Alkitab yang adalah merupakan Firman Tuhan. Tulisan ini bertujuan untuk menggali makna cinta yang agung di balik tulisan dalam kitab Kidung Agung yang terkesan vulgar dan sensual. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kritik historis terhadap teks Kidung Agung 1:9-17. Melalui kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa teks-teks cinta dalam Kidung Agung menampilkan kekuatan cinta yang unik, kreatif, dan mengandung dimensi kesakralan, yang tidak hanya berfokus kepada fisik, tetapi juga dalam aspek emosional, nurani, dan ikatan batin, sebagai bentuk perayaan atas anugerah Allah.
Pohon Keramat dan Pohon Pengetahuan: Studi Etno-Teologi tentang Atoni Pah Meto dan Kejadian 2:16-17 Hendrikus Nayuf; John Christianto Simon
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.396

Abstract

Abstract. The story of environmental preservation begins with the community's perspective on nature and the environment. Each group of people always has a different perspective on nature, the environment and their relations. This paper showed the two community groups in their efforts to preserve the environment. The Atoni Pah Meto community preserve nature and its environment by respecting its traditional wisdom in cutting down the trees. There are sacred trees that supposed not to cut down. Likewise with the story in Genesis 2: 16-17, God forbade humans consumming the fruit of the tree of knowledge. These two stories were then examined using qualitative methods. The results of the study were analyzed ethnographically and theologically. This approach is referred to as ethnotheological studies. Through this study, it could be concluded that local wisdom can help the understanding to the biblical text in order to find theological basis for nature preservation efforts.Abstrak. Cerita tentang pelestarian lingkungan hidup berawal dari cara pandang masyarakat tentang alam dan lingkungan hidupnya. Setiap kelompok masyarakat selalu memiliki cara pandang yang berbeda tentang alam, lingkungan dan relasi keduanya. Tulisan dalam artikel ini melihat dua kelompok masyarakat dalam upaya melestarikan lingkungan hidup. Komunitas masyarakat Atoni Pah Meto melestarikan alam dan lingkungan hidupnya dengan menghargai kearifan tradisionalnya dalam menebang pohon. Ada pohon itu dimaknai sebagai pohon keramat, yang tidak boleh ditebang. Begitu juga dengan cerita dalam Kejadian 2:16-17, Allah memerintahkan kepada manusia agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan. Kedua kisah ini kemudian diteliti dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian tersebut dianalisis secara etnografis dan teologis. Pendekatan ini disebut sebagai studi etnotheologis. Melalui kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal dapat membantu pemaknanaan terhadap teks Alkitab dalam rangka menemukan dasar teologis bagi upaya pelestarian alam.
Analisis Pertanyaan Retorika dalam Ayub 40:1-28 Kalis Stevanus
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 2 (2018): April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v2i2.163

Abstract

Abstract. The purpose of the analysis of the rhetorical question in Job 40: 1-28 is to look at theological and practical implications. Theologically: 1) Everything under God's control. Including Job with all the agonizing suffering he experienced remained under God's control; 2) Keep believing in God even if you do not feel His physical presence; 3) Behind the suffering of the righteous man is the divine will of God. God never allows anything to happen to believers, without God's purpose in it. In suffering there is God's gracious will, in God's will, there is His grace. So believers can reach His great purpose and plan. Practically: 1) God is big, strong and we are small, weak. Let believers  keep giving thanks to God even in suffering, then pray (ask) to God for strengthening us when we face the tests of faith; 2) Live honestly and humbly. Do not despise or judge a person for not having the spiritual experience that Ayub once experienced. For the Lord opposes the proud and the pity of the humble; 3) Rely completely on God. In both temptation and suffering, there is nothing better that believers can do than always depend entirely on God.Abstrak. Tujuan analisis pertanyaan retorika dalam Ayub 40:1-28 ini adalah untuk melihat implikasi teologis dan praktis. Secara teologis: 1) Segala sesuatu di bawah penguasaan dan kendali Tuhan. Termasuk juga Ayub dengan segala penderitaan berat yang dialaminya tetap berada di bawah penguasaan dan kendali Tuhan; 2) Tetaplah percaya pada Tuhan walau tidak merasakan kehadiran-Nya secara fisik ; 3) Di balik penderitaan orang saleh terkandung kehendak Allah yang rahmani. Tuhan tidak pernah mengizinkan sesuatu menimpa orang percaya, tanpa maksud Tuhan di dalamnya. Di  dalam penderitaan ada kehendak Tuhan yang rahmani, di dalam kehendak Tuhan ada anugerah-Nya, sehingga orang percaya bisa mencapai maksud dan rencana-Nya yang agung. Secara praktis: 1) Tuhan itu besar, kuat dan manusia kecil, lemah. Hendaklah orang percaya tetap bersyukur kepada Tuhan sekalipun dalam penderitaan dan berdoalah (mintalah) kepada Tuhan agar Ia menguatkan saat-saat menghadapi ujian-ujian iman; 2) Hiduplah jujur dan rendah hati. Janganlah memandang rendah atau menghakimi seseorang karena tidak memiliki pengalaman rohani seperti yang dialaminya. Sebab Tuhan menentang orang sombong dan mengasihani orang yang rendah hati; 3) Bergantunglah sepenuhnya kepada Allah. Dalam pencobaan maupun penderitaan, tidak ada yang lebih baik yang dapat dilakukan orang percaya selain bergantung sepenuhnya kepada Allah.
Peran Ekonomi, Politik, dan Sosial dalam Kekerasan atas Nama Agama Edi Purwanto
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 1 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v4i1.204

Abstract

Abstract. This article with written with the aim to study the debate about the relationship between religion and violence, and to answer the following questions: Was religion the cause of violence or wars in the name of religion? Was religion responsible on various violence through giving legitimacy and facilitating violence? What were the economic, social and political motives, which were actually behind of violence in the name of religion? This study was conducted through a literature review by synthesized several different views from a number of experts in matters of religious relations and violence. The result was a conceptual framework that violence in the name of religion was motivated by motives of powerful groups to maintain power with violence, motives of oppressed groups to gain freedom by violence, motives of politicians gain political gain by the occurrence of violence, and the motives of religious leaders to gain political advantage by legitimizing violence.Abstrak. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk mengkaji perdebatan tentang hubungan agama dan kekerasan, serta untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: Apakah agama adalah penyebab tindakan kekerasan atau perang atas nama agama? Apakah agama bertanggung jawab atas berbagai tindakan kekerasan melalui pemberian legitimasi dan memfasilitasi terjadinya kekerasan? Apakah motif-motif ekonomi, sosial dan politik, yang sesungguhnya berada di balik berbagai tindakan kekerasan yang mengatas-namakan agama? Kajian ini dilakukan melalui tinjauan pustaka dengan mensintesakan beberapa pandangan yang berbeda dari sejumlah ahli dalam hal hubungan agama dan kekerasan. Hasilnya berupa pemikiran konseptual bahwa kekerasan atas nama agama dilatarbelakangi oleh motif kelompok berkuasa untuk mempertahankan kekuasan dengan kekerasan, motif kelompok tertindas untuk memperoleh kebebasan/kemerdekaan dengan jalan kekerasan, motif politisi mendulang keuntungan politis dengan melakukan pembiaran terjadinya kekerasan, dan motif pemimpin agama mendulang keuntungan politis dengan memberikan legitimasi kekerasan.

Page 2 of 23 | Total Record : 227