cover
Contact Name
Akhmad Mustofa
Contact Email
garadaiva@gmail.com
Phone
+6287712362590
Journal Mail Official
jitipari@unisri.ac.id
Editorial Address
Jl. Sumpah Pemuda No. 18 Joglo Surakarta 57136
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)
ISSN : 25029347     EISSN : 25794523     DOI : 10.33061/jitipari
JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI) is a scientific periodical publication issued by the Faculty of Technology and Food Industry, Slamet Riyadi University, Surakarta. This journal holds the results of food research and also reviews of journals / articles in the food and industry sector. This journal is used to publish research results at the level of students, lecturers, and observers in the food sector.
Articles 238 Documents
KARAKTERISTIK COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG (CANNA EDULIS KER) DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN PENDAHULUAN Merkuria Karyantina, Indriastuti Wiharto, Linda Kurniawati &
JITIPARI Vol 1, No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.562 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1508

Abstract

Cookies adalah jenis biskuit (kue kering) yang biasanya dibuat dari tepung terigu sehingga ketergantunganterhadap impor terigu sangat besar. Pemanfaatan tepung ganyong sebagai bahan substitusi tepungterigu dalam pembuatan cookies akan mengurangi impor tepung terigu dan mendayagunakan bahan panganlokal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji karakteristik cookies dengan substitusitepung ganyong. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari2 faktor yaitu : kadar substitusi tepung ganyong (25%, 50%, 75% dan 100%) dan jenis perlakuan pendahuluan(tanpa perlakuan pendahuluan, perendaman Na bisulfit 0,2% selama 20 menit dan blanching uap selama 10menit). Data yang diperoleh dianalisis kimia dan fisika dengan Uji Sidik Ragam dan dilajutkan ke DMRT, untukmengetahui beda nyata antar perlakuan pada tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkanbahwa cookies yang paling disukai panelis dibuat dari substitusi tepung ganyong 25% dan jenis perlakuanpendahuluan perendaman Na bisulfit 0,2% selama 20 menit dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia(SNI). Hasil analisis menunjukkan bahwa cookies tersebut mempunyai kadar air 3,6953%; kadar abu1,2972%; kadar gula total 20,9976%; dan kadar protein 6,1809%; volume pengembangan 0,7985%; warnacoklat muda (1,8333); rasa sedikit berasa ganyong (1,5833); renyah (2,0833); dan disukai panelis (3,000).Kata kunci : cookies, tepung ganyong, subsitusi, perlakuan pendahuluan.
KARAKTERISTIK COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG (Canna edulis Ker) DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN PENDAHULUAN Indriastuti Wiharto, Linda Kurniawati & Merkuria Karyantina
JITIPARI Vol 1 No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.562 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1508

Abstract

Cookies adalah jenis biskuit (kue kering) yang biasanya dibuat dari tepung terigu sehingga ketergantunganterhadap impor terigu sangat besar. Pemanfaatan tepung ganyong sebagai bahan substitusi tepungterigu dalam pembuatan cookies akan mengurangi impor tepung terigu dan mendayagunakan bahan panganlokal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji karakteristik cookies dengan substitusitepung ganyong. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari2 faktor yaitu : kadar substitusi tepung ganyong (25%, 50%, 75% dan 100%) dan jenis perlakuan pendahuluan(tanpa perlakuan pendahuluan, perendaman Na bisulfit 0,2% selama 20 menit dan blanching uap selama 10menit). Data yang diperoleh dianalisis kimia dan fisika dengan Uji Sidik Ragam dan dilajutkan ke DMRT, untukmengetahui beda nyata antar perlakuan pada tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkanbahwa cookies yang paling disukai panelis dibuat dari substitusi tepung ganyong 25% dan jenis perlakuanpendahuluan perendaman Na bisulfit 0,2% selama 20 menit dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia(SNI). Hasil analisis menunjukkan bahwa cookies tersebut mempunyai kadar air 3,6953%; kadar abu1,2972%; kadar gula total 20,9976%; dan kadar protein 6,1809%; volume pengembangan 0,7985%; warnacoklat muda (1,8333); rasa sedikit berasa ganyong (1,5833); renyah (2,0833); dan disukai panelis (3,000).Kata kunci : cookies, tepung ganyong, subsitusi, perlakuan pendahuluan.
PEMBUATAN SUSU KECIPIR DENGAN VARIASI BERAT WIJEN DAN LAMA PEREBUSAN Linda Kurniawati, Wirnaningsih &
JITIPARI Vol 1, No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.482 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1509

Abstract

Tuntutan diperolehnya produk susu dengan keamanan dan kandungan protein yang menyerupai sususapi menyebabkan dialihkannya perhatian pada sumber protein nabati. Biji kecipir (Psophocarpustetragonolobus) dapat diolah menjadi susu karena memiliki kandungan protein yang hampir setara dengankedelai. Dalam proses tersebut, selain bahan baku, juga perlu penambahan bahan lain agar hasilnya memenuhiselera konsumen. Biji wijen (Sesamun indicum L.) merupakan bahan pembantu yang dapat menghilangkan baulangu pada susu kecipir, karena jika biji wijen disangrai, akan mengeluarkan minyak yang beraroma sangatharum dan gurih. Minyak wijen ini juga berperan sebagai pengikat aroma dan katalisator, sehingga bau langudapat dihilangkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)faktorial yang terdiri atas 2 faktor yaitu penambahan biji wijen (0 g, 75 g, 85 g dan 95 g) dan lama perebusan (20menit, 25 menit dan 30 menit). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam F pada jenjang 0,05. Jika adabeda nyata dilanjutkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) 5 % untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan berat wijen, maka kadar protein dan lemaksemakin meningkat. Pada perlakuan penambahan wijen 95 g dan lama perebusan 20 menit, menghasilkan susukecipir yang cukup disukai oleh panelis dengan didukung oleh faktor?faktor lain, yaitu kadar protein 2,846%,kadar lemak 3,348%, warna coklat muda sekali dan aroma kecipir (langu) tidak terasa.Kata kunci : Biji kecipir, berat wijen, lama perebusan, kualitas.
PEMBUATAN SUSU KECIPIR DENGAN VARIASI BERAT WIJEN DAN LAMA PEREBUSAN Wirnaningsih & Linda Kurniawati
JITIPARI Vol 1 No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.482 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1509

Abstract

Tuntutan diperolehnya produk susu dengan keamanan dan kandungan protein yang menyerupai sususapi menyebabkan dialihkannya perhatian pada sumber protein nabati. Biji kecipir (Psophocarpustetragonolobus) dapat diolah menjadi susu karena memiliki kandungan protein yang hampir setara dengankedelai. Dalam proses tersebut, selain bahan baku, juga perlu penambahan bahan lain agar hasilnya memenuhiselera konsumen. Biji wijen (Sesamun indicum L.) merupakan bahan pembantu yang dapat menghilangkan baulangu pada susu kecipir, karena jika biji wijen disangrai, akan mengeluarkan minyak yang beraroma sangatharum dan gurih. Minyak wijen ini juga berperan sebagai pengikat aroma dan katalisator, sehingga bau langudapat dihilangkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)faktorial yang terdiri atas 2 faktor yaitu penambahan biji wijen (0 g, 75 g, 85 g dan 95 g) dan lama perebusan (20menit, 25 menit dan 30 menit). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam F pada jenjang 0,05. Jika adabeda nyata dilanjutkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) 5 % untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan berat wijen, maka kadar protein dan lemaksemakin meningkat. Pada perlakuan penambahan wijen 95 g dan lama perebusan 20 menit, menghasilkan susukecipir yang cukup disukai oleh panelis dengan didukung oleh faktor‐faktor lain, yaitu kadar protein 2,846%,kadar lemak 3,348%, warna coklat muda sekali dan aroma kecipir (langu) tidak terasa.Kata kunci : Biji kecipir, berat wijen, lama perebusan, kualitas.
KARAKTERISTIK PERMEN JELLY WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) DALAM BERBAGAI KONSENTRASI GELATIN Akhmad Mustofa, Sriyono, Linda Kurniawati &
JITIPARI Vol 1, No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.692 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1510

Abstract

Carrots (Daucus carota L.) is one of the agricultural commodities in Indonesia which contains provitaminA. Beta?Caroten is known to maintain eye health. This research aimed to determine the ratio of gelatinconcentration and optimal concentration of carrot juice to produce carrot jelly candy that has quality andpreferred by consumers. The research was canducted using a completely randomized design (CRD) factorialconsisting of 2 factors. The first factor was concentration of gelatin i.e 3%, 5%, 7%. 9% and the second factorwas the concentration ratio of carrot juice i.e 50%, 75%, 100%. The results showed that the best combinedtreatment was consist of 7% gelatin concentration and 75% of carrot juice. This treatment had 32,500% ofmoisture content, 1,970% of ash, 4.88% of reducting sugar, 5.12 of acidity, 103.115 mg/g of Beta?Carotene, orangecalor (2,500); tasteless carrots (1,500); chewy (3,083) and preferred by consumers (2.667).Key words: Jelly Candy, Carrot, Calculate, Gelatin
KARAKTERISTIK PERMEN JELLY WORTEL (Daucus carota L.) DALAM BERBAGAI KONSENTRASI GELATIN Sriyono, Linda Kurniawati & Akhmad Mustofa
JITIPARI Vol 1 No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.692 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1510

Abstract

Carrots (Daucus carota L.) is one of the agricultural commodities in Indonesia which contains provitaminA. Beta‐Caroten is known to maintain eye health. This research aimed to determine the ratio of gelatinconcentration and optimal concentration of carrot juice to produce carrot jelly candy that has quality andpreferred by consumers. The research was canducted using a completely randomized design (CRD) factorialconsisting of 2 factors. The first factor was concentration of gelatin i.e 3%, 5%, 7%. 9% and the second factorwas the concentration ratio of carrot juice i.e 50%, 75%, 100%. The results showed that the best combinedtreatment was consist of 7% gelatin concentration and 75% of carrot juice. This treatment had 32,500% ofmoisture content, 1,970% of ash, 4.88% of reducting sugar, 5.12 of acidity, 103.115 mg/g of Beta‐Carotene, orangecalor (2,500); tasteless carrots (1,500); chewy (3,083) and preferred by consumers (2.667).Key words: Jelly Candy, Carrot, Calculate, Gelatin
KARAKTERISTIK KIMIAWI TEPUNG MOCAF DENGAN VARIASI FERMENTASI SPONTAN MENGGUNAKAN YOUGHURT SEBAGAI STARTER CULTURE Akhmad Mustofa, Y. Wuri Wulandari &
JITIPARI Vol 1, No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.79 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1511

Abstract

Mocaf or modified cassava flour is a cassava flour that is specifically processed by modifying of cassavacells though fermentation. The aim of the research was to produce mocaf by fermentation with differenttreatment, thera are by spontaneous fermentation and by species youghurt as bacteria culture.The research showed that treatment of fermentation would influence the characteristic of cassavaflour. Flour taste was unidentified and didn?t have cassava odor. Treatment fermentation by youghurt wasproduced higher quality cassava flour with specific characteristic are moisture content (11,957%), amilumcontent (79,934%), protein content (0,935%), lipid content (4,650%), ash content (0,321%), celulose content(1,795%), kalsium content (0,321 mg/100g), Fe content (54,041 mg/100g), fosfor content (178,596 mg/100 g),and HCN content HCN (23.751 ppm)Keywords: mocaf, flour, and cassava
KARAKTERISTIK KIMIAWI TEPUNG MOCAF DENGAN VARIASI FERMENTASI SPONTAN MENGGUNAKAN YOUGHURT SEBAGAI STARTER CULTURE Y. Wuri Wulandari & Akhmad Mustofa
JITIPARI Vol 1 No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.79 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1511

Abstract

Mocaf or modified cassava flour is a cassava flour that is specifically processed by modifying of cassavacells though fermentation. The aim of the research was to produce mocaf by fermentation with differenttreatment, thera are by spontaneous fermentation and by species youghurt as bacteria culture.The research showed that treatment of fermentation would influence the characteristic of cassavaflour. Flour taste was unidentified and didn’t have cassava odor. Treatment fermentation by youghurt wasproduced higher quality cassava flour with specific characteristic are moisture content (11,957%), amilumcontent (79,934%), protein content (0,935%), lipid content (4,650%), ash content (0,321%), celulose content(1,795%), kalsium content (0,321 mg/100g), Fe content (54,041 mg/100g), fosfor content (178,596 mg/100 g),and HCN content HCN (23.751 ppm)Keywords: mocaf, flour, and cassava
PREVALENSI, FAKTOR RISIKO, DAN DAMPAK STUNTING PADA ANAK USIA SEKOLAH Widanti, Yannie Asrie
JITIPARI Vol 1, No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.288 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1512

Abstract

Stunting merupakan salah satu kondisi kegagalan pertumbuhan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badanmenurut umur. Batasan stunting menurut WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z?score samadengan atau kurang dari ?2SD di bawah rata?rata standar. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahuiprevalensi stunting pada anak usia sekolah di Indonesia, serta faktor risiko stunting dan upaya pencegahannya.Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 37,2% pada balita (Riskesdas, 2013), 27,6 sampai 37,7% pada anak laki?laki usia 5 ? 12 tahun dan 25,1 sampai 35,8% untuk anak perempuan. Angka tersebut masihmelebihi batas non public health WHO yaitu 20%. Stunting disebabkan oleh berat bayi lahir rendah (BBLR),defisiensi gizi kronis sejak bayi, kurangnya asupan kalori, protein, vitamin dan mineral, terutama vitamin D.Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupunkognitif, dan akan berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa.Kata Kunci : Stunting, Faktor Risiko, Anak Usia Sekolah
PREVALENSI, FAKTOR RISIKO, DAN DAMPAK STUNTING PADA ANAK USIA SEKOLAH Yannie Asrie Widanti
JITIPARI Vol 1 No 1 (2016): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.288 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v1i1.1512

Abstract

Stunting merupakan salah satu kondisi kegagalan pertumbuhan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badanmenurut umur. Batasan stunting menurut WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z‐score samadengan atau kurang dari ‐2SD di bawah rata‐rata standar. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahuiprevalensi stunting pada anak usia sekolah di Indonesia, serta faktor risiko stunting dan upaya pencegahannya.Prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 37,2% pada balita (Riskesdas, 2013), 27,6 sampai 37,7% pada anak laki‐laki usia 5 – 12 tahun dan 25,1 sampai 35,8% untuk anak perempuan. Angka tersebut masihmelebihi batas non public health WHO yaitu 20%. Stunting disebabkan oleh berat bayi lahir rendah (BBLR),defisiensi gizi kronis sejak bayi, kurangnya asupan kalori, protein, vitamin dan mineral, terutama vitamin D.Stunting mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang rendah pada masa berikutnya, baik fisik maupunkognitif, dan akan berpengaruh terhadap produktivitas di masa dewasa.Kata Kunci : Stunting, Faktor Risiko, Anak Usia Sekolah

Page 1 of 24 | Total Record : 238