cover
Contact Name
Yoga Adwidya
Contact Email
-
Phone
+6289619714482
Journal Mail Official
baktibudaya.fib@ugm.ac.id
Editorial Address
Zoetmulder/G Building, 1st Floor, Faculty of Cultural Sciences Sosiohumaniora 1 St., Bulaksumur, UGM, Yogyakarta, Indonesia
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
ISSN : -     EISSN : 26559846     DOI : https://doi.org/10.22146/bb
Bakti Budaya mempublikasikan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tulisan yang dimuat berupa temuan penelitian atau re?eksi pengajaran yang terhilirkan untuk pemanfaatan secara lebih luas oleh masyarakat. Hilirisasi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat tidak terbatas pada konsep, metode, objek material penelitian dan kajian, tetapi juga aspek aspek penguatan kapasitas masyarakat dalam mengidentifkasi dan menyelesaikan permasalahan. Bakti Budaya terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober dan diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Articles 65 Documents
Pendampingan Warga Desa Sigedang, Wonosobo, Jawa Tengah tentang Dampak Negatif Perkawinan Sedarah dan Pola Konsumsi Makanan Rendah Nutrisi Atik Triratnawati; Istiti Kandarina; Laksmi Savitri; Suzie Handajani; Khidir Prawirosusanto; Yauma Ayu Arista
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.652 KB) | DOI: 10.22146/bb.45027

Abstract

The Community service in Sigedang Village, Kejajar Subdistrict, Wonosobo Regency, Central Java was carried out in the form of mentoring and discussion about the problems of stunting toddlers who were found in the region. The target of the activity was Posyandu members, PKK and pengajian groups as well as the youth of the mosque. This community service is delivered through discussions about the dangers or negative impacts of management and consumption patterns of improper nutrition, blood marriages or marriages with lineages that are too close (endogamy), as well as the implications in living with stunting conditions. This activity is expected to help in reducing stunting cases in Sigedang village in the future.=================================================================== Kegiatan PkM di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah dilakukan dalam bentuk pendampingan dan diskusi tentang permasalahan balita stunting dan orang cebol yang cukup banyak ditemukan di wilayah tersebut. Sasaran kegiatan adalah ibu-ibu anggota Posyandu, PKK, dan kelompok pengajian, serta para remaja masjid. Kegiatan pengabdian ini berupa diskusi dan rembuk tentang bahaya atau dampak negatif dari pengelolaan dan pola konsumsi makan yang tidak benar, perkawinan sedarah atau perkawinan dengan garis keturunan yang terlalu dekat, serta implikasi-implikasi dalam hidup dengan kondisi stunting dan cebol. Kegiatan ini diharapkan dapat ikut membantu pengurangan kasus stunting dan cebol di Desa Sigedang pada masa yang akan datang.  
Model Pengembangan Wawasan Multikultural bagi Angkatan Kerja Aris Munandar; Rahmawan Jatmiko; Karlina Maizida
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1053.968 KB) | DOI: 10.22146/bb.45029

Abstract

The development of New Yogyakarta International Airport is expected to increase the number of inbound tourists. The inbound tourists will bring their cultures into contact with the local culture. A contact between global and local cultures has potential to cause cultural shock and change of values to the local community. Consequently, the local community needs to be aware of the adverse effect of cultural contact, such as the vulnerability of the local values and identity to the hegemony of global culture and identity. Multiculturalism with proper understanding may reduce the adversity the local community faces and in the long run strengthen their local identity and values. Cultivating multicultural understanding can be initiated at the grassroot level among youth by means of exposure to cases of cultural contact. Community engagement program applying simulation is a better model to to build multicultural competence among youth since it brings a closer-to-reality contact situation that stimulates sensible responses to cultural contact.===================================================================Pembangunan New Yogyakarta International Airport diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta dan daerah-daerah sekitarnya. Masuknya wisatawan mancanegara ke Yogyakarta akan mengakibatkan kontak budaya lokal dengan budaya global. Kontak tersebut berpotensi menimbulkan gegar budaya dan mengubah nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, masyarakat lokal harus menyadari dampak negatif akibat kontak budaya,seperti kerentanan nilai-nilai dan identitas lokal terhadap hegemoni identitas dan nilai-nilai global. Pemahaman mengenai multikulturalisme diharapkan mampu mengurangi dampak negatif yang akan dihadapi masyarakat lokal dan dalam jangka panjang mampu memperkuat identitas serta nilai-nilai lokal. Penanaman kepahaman multikultural dapat dimulai pada kelompok akar rumput di antara kaum muda melalui pajanan terhadap kasus-kasus kontak budaya. Program pemberdayaan masyarakat dengan penerapan metode simulasi merupakan model yang lebih baik untuk menumbuhkan kompetensi multikultural di antara para pemuda karena kaum muda dibawa ke dalam kontak situasi yang mendekati kenyataan, yang dapat merangsang respons yang bijak terhadap kontak budaya.  
Manggis Menuju Kampung Jaranan Aprinus Salam; Wiwien Widyawati Rahayu
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1774.943 KB) | DOI: 10.22146/bb.45031

Abstract

Many people are recently pushing their village to become a tourist village as best as they can. Manggis people has no exception; they also want their village to become a tourist destination. With their uniqueness, of course each village has the potential to become a tourist village. With its quite-high hill and rivers surrounding, its trademark art performances like tayub, sholawatan, and especially jaranan, the community service team of FIB UGM will be doing the best at empowering the local people and guiding them to establish Manggis village as a tourist village. Te frst thing to do is identifying the potentials that Manggis village owned and formulating those potentials to become tourist-worthy, afterward. However, with several limitations, mainly because the village is quite far from transportation centers and crowds, hence the most suitable tourism potential of Manggis village is as a special tourist village, namely to Kampung Jaranan.  =================================================================Saat ini, banyak masyarakat sedang memacu daerahnya untuk sebisa mungkin menjadi desa wisata. Tidak terkecuali masyarakat Manggis yang menginginkan desanya dapat menjadi salah satu destinasi wisata. Dengan keunikannya masing masing, tentu setiap desa berpotensi untuk dijadikan desa wisata. Dengan potensi alam yang berbukit cukup tinggi dan bersungai sertaadanya kesenian khas seperti tayub dan sholawatan, terutama kampung jaranan, maka tim Pengabdian Masyarakat FIB UGM turut mengupayakan agar Desa Manggis dapat dijadikan desa wisata. Hal-hal yang dilakukan adalah dengan mengidentifkasi potensi yang dimiliki dan memformulasikan potensi itu menjadi layak wisata. Namun, dengan beberapa keterbatasan lainnya, utamanya karena desa ini cukup jauh dari pusat-pusat transportasi dan keramaian, maka potensi wisata Desa Manggis yang paling cocok adalah sebagai desa wisata khusus, yaitu Desa Manggis menuju Kampung Jaranan.
Tradisi Lisan Yogyakarta: Narasi dan Dokumentasi Sulistyowati Sulistyowati
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.549 KB) | DOI: 10.22146/bb.45032

Abstract

Yogyakarta is one of the provinces where people are still aware of their oral tradition. Oral tradition as a culture contains aspects of life of a society. Types of oral tradition are verbal oral traditions, half-oral traditions, and non-verbal (material) oral traditions. Narrating the tradition in written form becomes an effort in documentation, both in Javanese and Indonesian narratives. To translate it from the original language (Javanese) to Indonesian language creates some problems. The narrative script of the oral tradition still requires a lot of improvements in terms of language and the content of story. This research aims to train and assist people of Yogyakarta to write down their oral traditions. The activity specifcally aims to create texts of oral tradition in Yogyakarta which can be published into a semi popular book. The program, then, should be followed up by cultural discussions on oral tradition in Yogyakarta.  =================================================================Salah satu daerah yang masyarakatnya masih sadar akan kehadiran tradisi lisan adalah Yogyakarta. Tradisi lisan sebagaikebudayaan mengandung segala aspek kehidupan yang ada di masyarakat. Jenis kelompok tradisi lisan di antaranya tradisi lisan verbal, tradisi lisan setengah verbal, dan tradisi lisan nonverbal (material). Narasi tulis tradisi lisan menjadi sebuahupaya dalam dokumentasi, baik narasi berbahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Adanya alih bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya membuat permasalahan baru muncul. Sebagian besar narasi yang terkumpul belum sepenuhnya dapat dianggap sebagai naskah karena masih memerlukan banyak perbaikan dalam segi bahasa ataupun isi cerita. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk melatih dan mendampingi masyarakat Yogyakarta untuk menulis naskah tradisi lisan. Kegiatan pengabdian ini secara khusus bertujuan untuk menciptakan naskah tradisi lisan Yogyakarta yang dapat dipublikasikan menjadi buku semipopuler. Keberlanjutan program yang dapat dilakukan adalah terlaksananya diskusi budaya secara rutin tentang tradisi lisan Yogyakarta.  
Kolaborasi Masyarakat dan Akademisi dalam Produksi Pengetahuan Arkeologi di Masjid Sang Cipta Ras, Cirebon, Jawa Barat Adieyatna Fajri
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.623 KB) | DOI: 10.22146/bb.45034

Abstract

The Sang Cipta Rasa Great Mosque has become one of cultural assets and the icon of the people and Cirebon city. Unfortunately, currently information about the signifcance of the Cipta Cipta Mosque in terms of art and architecture is still very limited. Trough a people-centered cultural heritage preservation approach and the ideas brought by community archaeology, this service activity aims to produce and circulate knowledge collaboratively between the community and academics about the signifcance of the Sang Cipta Rasa Mosque. The cultural identity of the cosmopolitan and multicultural community of Cirebon was appointed as the main theme of this community service product in the form of informative leaflets. =================================================================Keberadaan Masjid Agung Sang Cipta Rasa telah menjadi salah satu aset kebudayaan masyarakat dan ikon kota Cirebon. Sayangnya, saat ini informasi mengenai signifkansi Masjid Sang Cipta Rasa dari sisi gaya seni maupun arsitektur masih sangat terbatas. Melalui pendekatan pelestarian cagar budaya people-centred dan gagasan yang dibawa community archaeology,kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memproduksi dan mensirkulasikan pengetahuan yang diproduksi secara kolaboratif antara masyarakat dan akademisi tentang signifkansi Masjid Sang Cipta Rasa. Identitas kultural masyarakat Cirebon yang kosmopolitan dan multikultur diangkat menjadi tema utama produk pengabdian berupa leaflet yang informatif. 
Pendampingan Berkelanjutan terhadap Pengembangan Pariwisata Desa Selopamioro Yulita Kusuma Sari
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.18 KB) | DOI: 10.22146/bb.45040

Abstract

Tourism development in rural areas with the method of community participation is an ideal condition that can be achieved on the basis of community spirit as basic and primary capital, supported by the availability of natural and cultural resources, good governance and supported by academics or other institutions as facilitators. In terms of developing tourism in Selopamioro Village, the study program of Tourism, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada acts as a supporting actor, through sustainable community service activities. Sustainability is important in developing tourism villages, it is intended that there is integration between activities carried out from year toyear. Continuous mentoring are carried out from November 2016 until the end of 2018. Tere are signifcant developments from the existence of tourist attractions, especially natural tourism, and tourist accommodation in the form of homestays. Using the potential of institutional networks, the study program of Tourism collaborate with students, alumni, and hoteliers to jointly transfer knowledge to the community as owners and managers of tourist destinations. Interaction with the community through direct discussions in joint forums, or representatives from the arts community, PKK associations, youth associations, and tourism conscious groups. Te results of the activity show that the assistance in developing sustainable tourism is able to build the spirit of the community to continue to participate in villagetourism development. Te spirit is the next capital of hard work, by utilizing institutional networks, the strength of the younger generation, village government support, and social media, the community has succeeded in generating new tourist attractions, improving accommodation facilities, and better tourism management.=================================================================Pengembangan pariwisata di perdesaan dengan metode partisipasi masyarakat merupakan sebuah kondisi ideal yang dapat tercapai atas dasar semangat masyarakat sebagai modal dasar dan utama, didukung oleh tersedianya sumber daya alam dan budaya, pemerintahan yang baik, dan didukung oleh akademisi atau lembaga lain sebagai fasilitator. Dalam hal pengembangan pariwisata di Desa Selopamioro, Prodi Pariwisata FIB UGM berperan sebagai aktor pendukung melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan. Berkelanjutan penting dalam pengembangan desa wisata. Hal tersebut dimaksudkan agar ada integrasi antarkegiatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun. Kegiatan pendampingan berkelanjutan dilaksanakan mulai November 2016 hingga akhir 2018. Tercatat perkembangan yang signifkan dari keberadaan daya tarik wisata, khususnya wisata alam, dan akomodasi wisata berupa homestay. Menggunakan potensi jejaring kelembagaan, Prodi Pariwisata menggandeng mahasiswa, alumni, dan pihak perhotelan untuk bersama-sama melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat sebagai pemilik sekaligus pengelola destinasi wisata. Interaksi dilakukan bersama masyarakat melalui diskusi langsung dalam forum bersama, yakni bersama perwakilan dari komunitas seni, perkumpulan PKK, perkumpulan pemuda, dan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pendampingan pengembangan pariwisata secara berkelanjutan mampu membangun semangat masyarakat untuk terus berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pariwisata desa. Semangat tersebut yang menjadi modal kerja keras selanjutnya, dengan memanfaatkan jejaring kelembagaan, kekuatan generasi muda, dukungan pemerintah desa, dan media sosial, masyarakat berhasil memunculkan atraksi wisata baru, memperbaiki fasilitas akomodasi, serta manajemen pariwisata yang lebih baik.
Peningkatan Kesadaran terhadap Cagar Budaya di Kotabaru Melalui Kegiatan Jelajah Wisata Heritage bagi Generasi Muda di Kota Yogyakarta Fahmi Prihantoro
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.153 KB) | DOI: 10.22146/bb.45041

Abstract

Kotabaru is one of the cultural heritage areas in the city of Yogyakarta which has a high degree of vulnerability to destruction because it is in the central business district. On the other hand, one of the conservation efforts depends on the level of public awareness to preserve it. The younger generation has the potential to support the preservation of cultural heritage. One of the ways is by increasing the awareness of the young generation towards cultural heritage. This activity aims to increase the cultural heritage awareness of the Yogyakarta younger generation in the Kotabaru Cultural Heritage Area. The method is done by means of heritage adventure. The results of this activity show that the level of knowledge and awareness of participants increasing after participating in the activity. They know the history, the characteristic of the building and the conservation efforts. Awareness of cultural heritage is obtained when visiting the Museum Sandi as a form of implementation of preservation and utilization of cultural heritage properly. =================================================================Kotabaru merupakan salah satu kawasan cagar budaya (KCB) di Kota Yogyakarta yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap perusakan karena berada di kawasan pusat bisnis. Di sisi lain, upaya pelestarian, salah satunya, tergantung pada tingkat kesadaran masyarakat untuk melestarikannya. Generasi muda merupakan kelompok yang berpotensi besar dapat mendukung upaya pelestarian cagar budaya. Salah satunya yaitu dengan meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap cagar budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda di Kota Yogyakarta terhadap cagar budaya di Kawasan Cagar Budaya Kotabaru. Metode yang dilakukan adalah dengan kegiatan jelajah wisata heritage. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran peserta meningkat setelah mengikuti kegiatan tersebut. Mereka mengetahui sejarah, bentuk bangunan, dan upaya pelestarian yang dilakukan. Pemahaman kesadaran tentang cagar budaya diperoleh ketika mengunjungi Museum Sandi sebagai bentuk implementasi pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya dengan baik. 
Pendampingan EPS-TOPIK (Employment Permit System–Test of Profciency in Korean) bagi Calon Pekerja Migran Indonesia dari Propinsi D.I. Yogyakarta Suray Agung Nugroho
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.006 KB) | DOI: 10.22146/bb.45042

Abstract

The relatively low numbers of Indonesian migrant workers who passed the EPS-TOPIK (Employment Permit System–Test of Profciency in Korean) as a prerequisite to work in Korea as well as the relatively small numbers of Korean language instructors with experiences and backgrounds in Korean language teaching are the rationales that prompted Korean Language and Culture Program, Faculty of Cultural Sciences UGM to carry out this Community Engagement Activity. As an initial engagement, we carried out an EPS TOPIK Try Out test to 48 migrant worker candidates who currently learn Korean language at 5 Korean Language Courses in Yogyakarta Province. Tis is the frst engagement activity planned to be carried out continuously as our endeavor to solve the aforementioned problems. Based on the results of the Try Out test, we observed that they need to brush up their Korean competency in understanding Korean conversations and in using vocabularies in the right context. We will use these initial fndings as a basis to make a Learning and Teaching Material suitable for both the learners and the instructors. We plan to make the materials by incorporating both the learners and the instructors’ difculties in learning and teaching Korean language with EPS-TOPIK as the starting point. It is also worth to note that in many Korean Language Courses across the country, the main Korean language instructors are the returned migrant workers themselves. Albeit being able to write and talk in Korean, they had no prior educational background of Korean language. Tus, we also plan to continue setting up methods to teach them Korean language in a series of Training for Trainers program (the next Community Engagement Activities) in cooperation with related institutions like BNP2TKI (Agency for the Protection and Placement of Indonesian Migrant Workers). We deem it necessary to go on with the plan as the Government to Government Agreement between Korea and Indonesia in dispatching Indonesian migrant workers to Korea is still in effect.  =================================================================Belum maksimalnya tingkat kelulusan para calon pekerja migran Indonesia (PMI) dalam ujian EPS-TOPIK (Employment Permit System–Test of Profciency in Korean) serta masih kurangnya jumlah pengajar bahasa Korea yang berlatar belakang pengajaran bahasa Korea di lembagalembaga pelatihan bahasa Korea mendorong Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB UGM untuk memulai sebuah kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan tema yang  berkaitan dengan problema tersebut. Untuk itulah, sebagai langkah awal, prodi mengadakan try out ujian EPS-TOPIK kepada 48 calon PMI yang tengah belajar bahasa Korea di lima Lembaga Kursus & Pelatihan (LKP) Bahasa Korea di Provinsi DIY. Kegiatan ini adalah PkM perdana yang didesain untuk dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai kontribusi langsung dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil try out yang menunjukkan masih perlu ditingkatkannya kemampuan bahasa Korea para peserta, terutama dalam hal memahami percakapan dan pemakaian kosakata secara tepat, maka prodi berencana untuk menggunakan hasil ini sebagai landasan untuk membuat bahan ajar terkait EPS-TOPIK yang dapat digunakan oleh peserta didik ataupun para pengajar dalam mempelajari dan mengajarkan materi-materi dalam EPSTOPIK (Rencana PkM tahap 2). Selanjutnya, prodi bekerja sama dengan BP3TKI dan instansi lainnya berencana untuk menyelenggarakan Training of trainers, yaitu lokakarya pengajaran bahasa Korea untuk para pengajar bahasa Korea di LKP LKP seluruh Indonesia (Rencana PkM tahap 3). Semua itu didasari dengan fakta bahwa kerja sama Goverment to Government (G to G) antara Korea dan Indonesia dalam pengiriman PMI terus berjalan. Oleh karena itu, kegiatan PkM berkelanjutan ini didesain untuk memberikan sumbangan awal prodi dalam mengatasi rendahnya penyerapan calon PMI ke Korea yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan bahasa Korea para calon PMI.
Pelatihan Bahasa Arab Peribadatan bagi Masyarakat Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Imam Wicaksono
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.025 KB) | DOI: 10.22146/bb.45044

Abstract

Dusun Klampok, Giripurwo Village, Purwosari District, Gunungkidul Regency, DIY consists of 469 families with a population of 1.543. Of the total population in Dusun Klampok, only a few of them have mastered the ability to use Arabic in their rituals, especially worship rituals that use loudspeakers and are heard by many people such as Friday sermons, recitations of prayer prayers, and azan prayers. Terefore, the community service team of the Arabic Literature, Faculty of Cultural Sciences, Gadjah Mada University took an initiative to conduct an Arabic language training program for the people of Dusun Klampok. The implementation of the program is carried out through several stages, namely (1) meetings with community leaders; (2) public lectures; and (3) intensive training. Tis community service activity has been successfully carried out in accordance with the goals and objectives planned at the beginning of the activity. Te community of Dusun Klampok hopes that the training can be carried out continuously, so that there will be more Arabic (in liturgy) that can be improved.=================================================================Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY terdiri atas 469 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 1.543 jiwa. Dari total penduduk yang ada di Dusun Klampok, hanya sedikit dari mereka yang memiliki kemampuan berbahasa Arab dalam ritual ibadah mereka, terutama ritual ibadah yang menggunakan pengeras suara dan didengar oleh banyak orang seperti khotbah Jumat, bacaan imam salat, dan azan salat. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat Prodi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada berinisiatif untuk melakukan program pelatihan bahasa Arab peribadatan bagi masyarakat Dusun Klampok. Pelaksanaan program tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) pertemuan dengan tokoh masyarakat; (2) ceramah umum; dan (3) pelatihan intensif. Kegiatan pengabdian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan sasaran, maksud, dan tujuan yang disusun pada awal kegiatan. Masyarakat Dusun Klampok berharap pelatihan dapat terlaksana secara berkelanjutan sehingga akan ada lebih banyak lafaz bahasa Arab peribadatan yang dapat diperbaiki.
Tanduk Alit Bakti Budaya
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (891.757 KB) | DOI: 10.22146/bb.45045

Abstract

Rubrik suplemen yang berisi ringkasan laporan dan output hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat.