cover
Contact Name
Argyo Demartoto
Contact Email
jas@mail.uns.ac.id
Phone
+62271637277
Journal Mail Official
jas@mail.uns.ac.id
Editorial Address
https://jurnal.uns.ac.id/jas/about/editorialTeam
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Analisa Sosiologi
ISSN : 23387572     EISSN : 26150778     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Analisa Sosiologi (JAS) diterbitkan per semester pada bulan April dan Oktober oleh Program Studi Magister Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ISSN : 2338 - 7572 (Print) dan ISSN: 2615-0778 (Online). JAS berdasarkan kutipan dan keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor: 21/E/KPT/2018, tanggal 9 Juli 2018 tentang hasil akreditasi jurnal ilmiah periode 1 tahun 2018, telah terakreditasi Peringkat 4 yang berlaku 5 Tahun, yaitu Volume 5 Nomor 1 tahun 2016 sampai Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020. JAS memfokuskan diri pada hasil penelitian terkait isu-isu sosial-kontemporer di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan perkembangan masyarakat dari berbagai aspek. Selain itu, JAS juga menerima artikel yang bersumber pada telaah pustaka terkait dengan upaya pengembangan teori-teori sosiologi. Informasi mengenai JAS juga bisa diperoleh melalui media sosial.
Articles 225 Documents
EKSISTENSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI (STUDI KASUSPEMANFAATANPERPUSTAKAAN SEKOLAHDI SMA NEGERI 1 SURAKARTA) Isdhiega Arya Subiyantara
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.616 KB)

Abstract

The objectives of research were to find out the students’ perception on school library, to find out the effect of information technology development on the existence of school library in SMA Negeri 1 Surakarta, and to find out the school’s attempt in maintaining the existence of school library in SMA Negeri 1 Surakarta. This research employed a descriptive qualitative method with case study. The primary data source was obtained from informants consisting of deputy of head master for curriculum area, deputy of headmaster for infrastructure area, librarian, students, and teachers. Meanwhile, the secondary data source included profile, document, or school archive. The sampling techniques used were purposive sampling and snowball sampling technique. Techniques of collecting data used were in-depth interview, direct observation and document collection. To validate the data, data triangulation technique was used. The result of research showed that the students’ perception on library was affected by their perception on the completeness of library infrastructure. The students with independent learning pattern perceived positively the existence of school library by utilizing it actively as learning source and information source useful for their self development. Meanwhile the students rarely visiting the library tended to treat library pragmatically, i.e. as the place where they printed their assignment. The more rapidly development of technology made library reformed service by holding automation system to facilitated the service to users. The school’s attempt of maintaining the existence of school library was to cooperate actively with many parties such as government, students and teacher as users, and librarian. Keywords: School Library, Existence, Technology Development AbstrakTujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa di perpustakaan sekolah, untuk mengetahui efek dari pengembangan teknologi informasi tentang keberadaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta, dan untuk mengetahui sekolah mencoba dalam mempertahankan keberadaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif studi kasus.Sumber utama data Diperoleh dari informan terdiri dari wakil kepala sekolah untuk area kurikulum, wakil kepala sekolah untuk infrastruktur daerah, pustakawan, siswa dan guru.Sementara itu, sumber data sekunder termasuk profil, dokumen, atau sekolah Arsip.Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik sampel bola salju.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan langsung dan koleksi dokumen.Untuk memvalidasi data, data Triangulasi teknik digunakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Perpustakaan dipengaruhi oleh persepsi mereka pada kelengkapan Perpustakaan infrastruktur.Siswa dengan pola belajar mandiri dianggap positif keberadaan perpustakaan sekolah dengan memanfaatkan aktif sebagai belajar sumber dan sumber informasi yang berguna untuk pengembangan diri mereka.Sementara itu para siswa yang jarang mengunjungi perpustakaan cenderung memperlakukan Perpustakaan pragmatis, yaitu sebagai tempat di mana mereka dicetak tugas mereka.Lebih cepat pengembangan teknologi dibuat Layanan Perpustakaan direformasi oleh memegang otomatisasi sistem untuk memfasilitasi layanan kepada pengguna. Sekolah upaya mempertahankan keberadaan perpustakaan sekolah adalah untuk bekerja sama secara aktif dengan banyak pihak seperti pemerintah, siswa dan guru sebagai pengguna, dan pustakawan. Kata Kunci: Pengembangan teknologi Perpustakaan, keberadaan, sekolah
KENTONGAN DAN SIMBOL STATUS SOSIAL: STUDI KASUS DI WILAYAH DESA PAKETINGAN KECAMATAN SAMPANG KABUPATEN CILACAP teguh hindarto
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.39 KB)

Abstract

Kentongan, not just a product of culture, has an intrumental function, one of which is a tool of communication among traditional communities by using certain tones that have been agreed upon and passed on from generation to generation. But for certain groups of people, especially the Paketingan Village, Sampang District, Cilacap Regency, Kentongan has a social function that is a marker of one's social status. Kentongan as a marker of social status is distinguished based on several categories of wood species, wood size, kentongan laying and a number of other categories. Through studies and case studies of Kentongan's social function as a marker of social status, it is hoped that it will enrich our understanding of the existence of kentongan which is not only understood as a product of a culture.Keywords: Kentongan, Social Status, Status SymbolAbstrakKentongan, bukan sekedar produk sebuah kebudayaan memiliki fungsi intrumental yang salah satunya sebagai alat berkomunikasi di kalangan masyarakat tradisional dengan menggunakan nada-nada tertentu yang telah disepakati dan diteruskan dari generasi ke generasi. Namun bagi kalangan masyarakat tertentu khususnya Desa Paketingan, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, kentongan memiliki fungsi sosial yaitu sebagai penanda status sosial seseorang. Kentongan sebagai penanda status sosial dibedakan berdasarkan beberapa kategori baik jenis kayu, ukuran kayu, peletakkan kentongan dan sejumlah kategori lainnya. Melalui kajian dan studi kasus mengenai fungsi sosial kentongan sebagai penanda status sosial, diharapkan memperkaya pemahaman kita mengenai keberadaan kentongan yang tidak sekedar dipahami sebagai benda produk sebuah kebudayaan.Kata Kunci: Kentongan, Status Sosial, Simbol Status
FIGURASI DALAM KELOMPOK TRAVELER Nurina Adi Paramitha
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 9 (2020): Edisi Khusus Sosiologi Perkotaan
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.699 KB) | DOI: 10.20961/jas.v9i0.39817

Abstract

Modernization makes citizen more distant from nature. Modern life makes people more individualistic, especially the youth. When they have free time or holiday, the youth citizen choose to travel to nature. Although in the daily life they are living individually, but most of them traveling in groups. As Elias stated that human identity as a unique individual only exists in and through networks or figuration. This study aims to analyze figuration in traveler group which travel to nature. This study was conducted in April - May 2017. This study uses qualitative method with a case study strategy. Data were collected through observation, documentation, interviews through social media, and the distribution of open questionnaires to informants. The informants are youth citizen selected through purposive sampling techniques. The data validated by source triangulation and data analyzed by interactive model. The results showed that youth citizen prefer to travel in groups, some of them even follow the traveler community. Traveling in groups has many advantages than solo traveling. The figuration in traveler group only occurs when the traveler goes on a trip. The traveler group is a figuration in which there is an interdependence relationship between one traveler and another traveler. Keywords:Figuration, Group, Youth, Traveler. AbstrakModernisasi membuat penduduk kota semakin jauh dari alam. Kehidupan modern membuat banyak orang semakin individualis, terutama para pemuda. Ketika luang atau libur, banyak pemuda kota yang memilih berlibur ke alam terbuka. Meski dalam keseharian para pemuda tersebut hidup individualis, namun mayoritas pemuda melakukan traveling secara berkelompok. Seperti yang dinyatakan Elias bahwa identitas manusia sebagai individu yang unik hanya ada di dalam dan melalui jaringan atau figurasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis figurasi dalam kelompok traveler yang melakukan perjalanan ke alam terbuka. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, wawancara melalui media sosial, dan pembagian angket terbuka kepada informan. Informan merupakan para pemuda kota yang dikumpulkan melalui teknik purposive sampling. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemuda lebih senang melakukan traveling secara berkelompok, bahkan ada yang mengikuti komunitas traveler. Traveling berkelompok memiliki banyak keunggulan daripada solo traveling. Figurasi kelompok traveler hanya terjadi ketika para traveler melakukan sebuah perjalanan. Kelompok traveler merupakan suatu figurasi yang di dalamnya terdapat hubungan saling ketergantungan antara traveler yang satu dengan traveler lainnya. Kata kunci : Figurasi, Kelompok, Pemuda, Traveler
TINDAKAN ORANGTUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 TANJUNG KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KOTA PURWOKERTO Ankarlina Pandu Primadata; RB Soemanto; Bagus Haryono
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.824 KB) | DOI: 10.20961/jas.v4i1.17402

Abstract

Education is the right for every Indonesian citizens, include the education for children with special needs (disability). Every parents who has child like this has aproblem in looking for special schools in order to give a good education for theirchildren for their child. It becomes a dilemma for every parents to send their child tothe special school or public school. The purpose of this research to figure howactions of parents in educating children on inclusive education services, as well as todescribe the actions of parents in educating children with special needs in inclusiveschool SDN 1 Tanjung, Purwokerto. This research was done in Purwokerto, precisely at SDN 1 Tanjung. This study usesqualitative method with case study strategy. The sampling technique used waspurposive sampling technique, the main informants were parents of students withspecial needs in SDN 1 Tanjung. Data collection techniques used in this study is indepthinterviews, indirect observation technique (Non-participatory observation)and document analysis techniques. The validity of the data in this study include source triangulation, triangulation method and review the informant. In this study,the interactive model was used for the analysis of the data. The results showed that there are internal and external factors that influence theactions of parents who have child with special needs in determining education fortheir children. In addition, parentsactalsodivided intofourtypesofactionasdictatedbyMaxWeber. These actionsareinstrumentalrationalaction,whichactsasa parenthas hopesand dreamsfor their children, sotheysend theirchildren topublicschoolsthatprovideformaleducationinclusive. Action secondly isrational action gets value orientation, which is action which done by parent bymerges ethical points, esthetic and religious in its child education that gets specialneeds. Third act is afektif action which is action which done by parent because moodor feel, severally parent gets that assumption its child doesn't child get specialneeds, they finally are opting school by service inclusive education thanextraordinary school. The last act is traditional action where parent school its childbecause vicinity environment charge. Happening interaction in social life parentsstudent gets special requirement result many signification symbols as lingual as.Symbol as lingual as in such event information that is passed on to student parentgets special requirement that is be next at interpretation by parents by undertakingaction school its child on inclusive school service Keyword: child with special needs, parent, inclusive education service, social action, interactionisme symboli
KEMISKINAN DALAM PEMBANGUNAN Solikatun Solikatun; Yulia Masruroh; ahmad zuber
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.424 KB) | DOI: 10.20961/jas.v3i1.17450

Abstract

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah tercantum tujuanpembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil danmakmur, material, dan spiritual berdasarkan Pancasila, di dalam wadahnegara kesatuan republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bersatu,dalam suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib, dandinamis, serta dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka,bersahabat, tertib, dan damai. Namun Maraknya kegiatan dan perencanaanpembangunan belum sepenuhnya mampu mensejahterakan bangsa danNegara. Pembangunan di berbagai sektor juga belum dapat menampung danmemenuhi kebutuhan masyarakat. Dapat kita lihat bahwa hingga kinimasalah kemiskinan belum bisa di tanggulangi dengan baik. Bahkansemakin maraknya pembangunan semakin menambah deret kemiskinan dinegeri ini. Ketidak sesuaian antara tujuan pembangunan dengan realitayang terjadi di lapangan dapat menimbulkan berbagai masalah. Perencanaandan program pembanguan belum dapat menanggulangi kemiskinan diNegara Indonesia. Selain itu munculnya berbagai faktor yangmempengaruhi kegagalan penanggulangan kemiskinan. Karena itudibutuhkan strategi pembangunan yang tepat guna menanggulangikemiskinan di Negara Indonesia.Keywords: Program Pembangunan, Kemiskinan.
GERAKAN SOSIAL BARU PADA MUSIK: STUDI ETNOGRAFI PADA BAND NAVICULA Gunawan Wibisono; Drajat Tri Kartono
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.413 KB) | DOI: 10.20961/jas.v5i2.18108

Abstract

Popular music not only being understood as entertainment media. Through audiences, popular music can be used as social movement instrument. This qualitative research using ethnography study as its approach. The subject on this resrach is Navicula band. The result of this stusy show that, the Navicula’s habitus about Tri Hita Karana’s life as a Balinese: the harmony between God, human and nature.Navicula’s cutural capital about knowledge of music as media and strong awareness of environment problems, social capital show their collaboration with several social organization, economic capital comes form album sales, band’s accessories and their concerts. Symbolic capital depicted by the term that Navicula as green grunge gentlemen. Navicula’s New social movement through Navicula’s discography as their messages, Borneo Tour  as new paradigm on collective action, cultural rebellion reflection through Navicula’s merchandise and hearing responses as movement’s impact. The finding on this research is relevant Bourdieu’s theory to depictedabout social praxis systematicly.New media movement theory can be alliance with other theory because its flexible nature to adjust with social dynamic society today.Keywords: New Social Movement, Music, Ethnography. AbstrakMusik popular tidak hanya dipahami sebagai media hiburan semata. Melalui khalayak ramai, music popular bias menjadi alat untuk gerakan sosial. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan studi etnografi. Subjek penelitian ini adalah band Navicula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitus Navicula tentang kehidupan Tri Hita Karana sebagai orang Bali; hubungan harmoni antara Tuhan, manusia dan alam semesta. Modal budaya Navicula tentang pengetahuan tentang music sebagai media dan pengetahuan yang kuat tentang masalah lingkungan, modal sosial menunjukkan kerjasama dengan beberapa organisasi sosial, modal ekonomi berasal dari penjualan album, aksesoris band dan konser mereka. Modal simbolik digambarkan dengan istilah Navicula sebagai green grunge gentlemen. Ranah Navicula menjelaskan di ranah jejaring sosial. Gerakan sosial baru Navicula melalui diskografi Navicula sebagai pesan yang disampaikan, Borneo Tour sebagai paradigma baru aksi kolektif, refleksi pemberontakan kultural melalui merchandise Navicula dan responpen dengar sebagai efek gerakan. Temuan penelitian ini menyiratkan teori Bourdieu yang relevan untuk menggambarkan tentang praktik sosial secara sistematis. Teori Gerakan Sosial Baru bisa dielaborasi dengan teori lain karena fleksibel untuk menyesuaikan diri dengan dinamika sosial masyarakat hari ini.Kata Kunci: Gerakan Sosial Baru, Musik, Etnografi.
FENOMENA MAKELAR KOST DALAM SUDUT PANDANG SOSIO EKONOMI DITINJAU DARI TEORI PERTUKARAN PETER MICHAEL BLAU Esty Setyarsih
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.391 KB) | DOI: 10.20961/jas.v6i2.18192

Abstract

Boarding house’s broker is a big phenomenon in Solo pricely located Sebelas Maret University. The theory employed as the instrument of analysis was M. Blau’s exchange theory. This study taken place in areas around Sebelas Maret University. The type of study was qualitative. The result as research showed that has a mutually beneficial effect both between the homecoming seeker, the owner of the homestayer, and the realtor itself, so it can be concluded that there has been a balanced exchange between the three sides. This can be proved by the presence of boarding owners who want to cooperate with the broker boarding house, and also still there are students who use the services of realtor in boarding their residence during education in the city of Solo.Keywords: Boarding House’s Broker, College Student, Exchange Theory. AbstrakMakelar kost adalah fenomena besar di Solo lebih tepatnya di Universitas Sebleas Maret. Teori yang digunakan sebagai instrumen analisis adalah teori pertukaran sosial dari M.Blau. Penelitian ini dilaksanan di daerah sekitar Universitas Sebelas Maret. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat efek yang saling menguntungkan dari kedua belah pihak yakni pihak pencari kost dan pemilik dari kost juga makelar itu sendiri, sehinga dapat disimpulkan bahwa terdapat keseimbangan antara pertukaran dari ketida pihak. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan pemilik kost yang ingin bekerjasama dengan makelar kos, dan juga masih terdapat mahasiswa yang menggunakan pelayanan dari makelar kosan untuk mencari kost untuk dihuni selama mereka menempuh pendidikan di kota Solo.Kata Kunci: Makelar Kost, Mahasiswa, Teori Pertukaran Sosial.
ALINEASI DAN GLOKALISASI BAHASA JAWA STUDI FENOMENOLOGI DI SURAKARTA Desi Puspitasari
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.943 KB)

Abstract

This study aims to describe (1) how alineasi society to the Java language and (2) How glocalization challenge the Java language. Qualitative research with phenomenological approach. Informants taste of a variety of parents, teachers and students. Data obtained from interviews and observation. The data can then be analyzed by data reduction, data presentation, conclusion and verification. The results of the study addressed that (1) the people alienated from the Java language because all the media studied in minimization sekmennya as in patterns of parenting, teaching in schools, dissemination of print and electronic media. Isolated communities of the Java language as to meet the demands of work and science that use languages other than the local. Optional Java language into a language or a second language as a national language and a foreign language. (2) glocalization challenge is how people still preserve the Java language as a symbol of identity and national unity of the State of Indonesia.Keywords: Alineasi, Javanese, GlocalizationAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1)  Bagaimana alineasi masyarakat terhadap bahasa jawa dan (2) Bagaimana tantangan glokalisasi bahasa jawa . Penelitian Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan berasa dari berbagai orang tua, guru dan siswa.  Data di peroleh dari wawancara dan obeservasi . Data kemudian di analisis dengan reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menujukan bahwa (1) masyarakat terasing dari bahasa jawa karena semua media belajar di minimalisasi sekmennya seperti  dalam pola asuh orang tua, pembelajaran di sekolah, sosialisasi media cetak dan elektronik. Masyarakat terasing dari bahasa jawa karena untuk memenuhi kebutuhan tuntutan pekerjaan dan ilmu pengetahuan yang menggunakan bahasa selain bahasa lokal. Bahasa jawa menjadi bahasa optional atau bahasa kedua setelah bahasa nasional dan bahasa asing. (2) tantangan glokalisasi adalah bagaimana masyarakat tetap melestarikan bahasa jawa sebagai simbol identitas  dan Bhineka Tunggal Ika dari Negara Indonesia.Kata kunci: Alineasi, Bahasa Jawa, Glokalisasi
MEMUPUK PRODUKTIFITAS KERJA KOMUNITAS DIFABEL DI YOGYAKARTA INDONESIA Alan Sigit Fibrianto; Ananda Dwitha Yuniar
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.288 KB)

Abstract

Work is the most important aspect for persons with disabilities. In this highly competitive era, people with disability in Yogyakarta are trying to break the stigma attached to them. Negative stigma that says they are not able (dis- ability or inability/ disable) from now on must be changed to different abilities (diff- ability/ difable). The purpose of this study was to determine the work productivity of people with difability in Yogyakarta who move through the limitations of limitations by opening a taxi bike (ojek) service business and city tour around the Yogyakarta City. This study uses a qualitative method with the Participatory Action Research (PAR) approach by emphasizing the empowerment patterns carried out in the people with difability community in Yogyakarta. Data obtained by observation and in-depth interviews, this was done in the physical difability community in Yogyakarta which is engaged in empowering the people with difability as a taxi bike service provider. The results showed that there are several things that underlie the formation of transportation for people with difability taxi bike which are accommodated in the physical difability community in Yogyakarta, consists of, covering aspects of democracy, equality, freedom, and welfare. Physical difability community who are active in the field of transportation services for people with difability taxi bike have become a creative, competitive, and empowering service business for people with difabilities in Yogyakarta Indonesia, which operates independently and is recognized by the public. Keywords:    community, taxi bike (ojek) of people with difability, physical difability, Participatory Action Research (PAR) AbstrakPekerjaan menjadi aspek terpenting bagi para penyandang disabilitas. Di era yang sangat kompetitif ini, difabel di Yogyakarta berupaya untuk mendobrak stigma yang melekat pada mereka. Stigma negatif yang menyebut mereka tidak mampu (dis- ability/ atau ketidak mampuan) mulai sekarang harus dirubah menjadi berbeda kemampuan (different ability/ perbedaan kemampuan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktifitas kerja komunitas difabel tuna daksa di Yogyakarta yang bergerak menembus batas keterbatasan dengan membuka usaha jasa ojek dan city tour keliling kota. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR) dengan menekankan pada pola-pola pemberdayaan yang dilakukan di dalam komunitas difabel di Yogyakarta. Data diperoleh dengan observasi dan wawancara mendalam, ini dilakukan di komunitas difabel tuna daksa di Yogyakarta yang bergerak dalam memberdayakan para difabel sebagai penyedia jasa transportasi ojek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang mendasari terbentuknya transportasi ojek difabel yang diwadahi dalam komunitas difabel tuna daksa di Yogyakarta yaitu, meliputi aspek demokrasi, kesetaraan, kebebasan, dan kesejahteraan. Komunitas difabel tuna daksa yang bergerak di bidang jasa transportasi ojek difabel ini menjadi sebuah usaha jasa kreatif, kompetitif, serta pemberdayaan bagi masyarakat difabilitas di Yogyakarta Indonesia, yang bergerak secara independen dan diakui masyarakat. Kata kunci:    komunitas, ojek difabel, tuna daksa, Participatory Action Research (PAR)
SUPREMASI PATRIARKI: REAKSI MASYARAKAT INDONESIA DALAM MENYIKAPI NARASI SEKSUALITAS DAN PERKOSAAN KASUS REYNHARD SINAGA Nikodemus Niko; Alfin Dwi Rahmawan
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.363 KB) | DOI: 10.20961/jas.v9i1.39781

Abstract

The main idea of this paper is to dismantle the narrative of sexuality which is often likened to sexual violence (rape) narratives in various cases. This Paper departs from a phenomenon that is being highlighted at the beginning of 2020, which is about rape involving Indonesian citizens who are in the UK. It is reported that rape made by Indonesian citizen is the biggest rape case in England. The problem is the phenomenon of rape made by the Indonesian citizen become a patriarchy supremacy with the number of comments that are in the universe of cyberspace. The method of this peper are qualitative with a library study approach. The presenting of descriptive data analysis derived from the secondary data. The data analyzed are from secondary data derived from media coverage, scientific journals and books related to this paper theme. Based on the analysis, Indonesian society is largely still assuming that rape crimes are related to sexuality. In the case of Reynhard the more condemned was the sexuality (homosexual) than the crimes and criminal he committed. Sexuality is a private realm, which is not a defining you want to be a good person or a bad person. While rape is a criminal offence that is entirely different to sexuality, where rape is not the case for sexuality but rather a lame power relationship.Keywords: Sexual Violence; Sexuality; Patriarchy Supremacy; Rape. AbstrakIde utama dari paper ini adalah ingin membongkar narasi seksualitas yang acapkali dipersamakan dengan narasi kekerasan seksual (perkosaan) pada berbagai kasus. Paper ini berangkat dari fenomena yang sedang menjadi sorotan di awal tahun 2020, yakni tentang pemerkosaan yang melibatkan warga negara Indonesia yang berada di Inggris. Diberitakan bahwa pemerkosaan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia ini merupakan kasus pemerkosaan terbesar di Inggris. Permasalahan disini, fenomena pemerkosaan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia tersebut menjadi sebuah supremasi patriarki dengan banyaknya komentar yang berseliweran di jagat dunia maya. Metode yang dilakukan dalam peper ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Penyajian data deskriptif analisis yang berasal dari data sukender. Data yang dianalisis berasal dari data sekunder yang berasal dari pemberitaan media, jurnal ilmiah dan buku yang berkaitan dengan tema paper ini. Berdasarkan analisis, masyarakat Indonesia sebagian besar masih beranggapan bahwa kejahatan perkosaan berkaitan dengan seksualitas. Pada kasus Reynhard yang lebih banyak dikutuk adalah seksualitasnya (homoseksual) dibandingkan kejahatan dan kriminal yang dilakukannya. Seksualitas adalah ranah privat, yang bukan menjadi penentu kau mau jadi orang baik atau orang jahat. Sementara perkosaan adalah tindak pidana yang sama sekali berbeda dengan seksualitas, dimana perkosaan bukan terjadi karena seksualitas melainkan adanya relasi kuasa yang timpang.Kata kunci : Kekerasan Seksual; Seksualitas; Supremasi Patriarki, Perkosaan.

Page 4 of 23 | Total Record : 225