cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Invensi (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni)
ISSN : 24600830     EISSN : 26152940     DOI : -
INVENSI adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Jurnal INVENSI memuat semua tulisan yang berobjek materi seni, baik seni pertunjukan, seni rupa, maupun seni media rekam dan bersifat multidimensional. INVENSI bermaksud untuk memberikan ruang mewadahi berbagai macam ide, gagasan, atau kritik yang merupakan hasil penelitian empiris kuantitatif dan kualitatif terkait dengan seni pertunjukan, seni rupa, dan seni media rekam yang belum pernah diterbitkan dalam bentuk apapun.
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
IMAJINASI BERBASIS GENDER (PENAFSIRAN ATAS MODEL PEREMPUAN DALAM IKLAN) Prayanto Widyo Harsanto
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.99 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i2.1867

Abstract

Iklan adalah hasil kebudayaan modern disadari atau tidak mempengaruhi tingkah laku masyarakat. Model perempuan yang digunakan sebagai model iklan dapat membangkitkan daya tarik pada pandangan pertama, dimana hal ini sesuai yang diharapkan sebuah iklan adalah mampu menarik perhatian. Tujuan penelitian ini untuk melihat peran perempuan dalam iklan. Pendekatan visual methodologies dari Gillian Rose digunakan pada kajian ini, dimana iklan dalam sebuah kajian merupakan objek material yang berupa artefak yang utamanya bisa dilihat, diamati melalui indera penglihatan. Hasil kajian ini tampak perempuan berfungsi sebagai nyawa dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan dan perempuan digunakan sebagai obyek utama untuk membangkitkan daya tarik erotik terhadap sebuah produk, sehingga produk yang ditawarkan diharapkan mampu terjual atau mampu mendongkrak penjualan. Advertising is the result of modern culture realized or does not affect the behavior of society. The female model used as an advertising model can generate attraction at first glance, where it is as expected an ad is capable of attracting attention. The purpose of this study is to look at the role of women in advertising. Gillian Rose's visual methodologies approach is used in this study, where the advertisement in a study is a material object in the form of an artifact that is primarily visible, observed through the sense of sight. The results of this study show that women function as lives of a product or service offered and women are used as the main object to generate erotic attractiveness of a product, so that the products offered are expected to be sold or able to boost sales.
KAJIAN IKONOGRAFI DAN IKONOLOGI LUKISAN A. ARIFIN MALIN DEMAN II Nessya Fitryona
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.96 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i1.1584

Abstract

Lukisan Malin Deman II adalah salah satu karya dari seniman A.Arifin yang memiliki visual yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motif artistik, konsep dan tema serta nilainilai simbolik yang terdapat dalam lukisan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah ikonografi dan ikonologi Erwin Panofsky. Hasil penelitian menunjukkan motif artistik yang ada di dalam lukisan tersebut adalah kegairahan seniman untuk merepresentasikan bentuk estetik tubuh perempuan dengan gaya fantasi. Tema dalam lukisan tersebut adalah penindasan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan dengan konsep dasar tentang konflik antar gender. Nilai simbolik yang terdapat pada karya tersebut adalah pergeseran posisi perempuan Minangkabau dan gejala penyimpangan moral. Painting Malin Deman II is one of the art works of artists, A.Arifin, who have a unique visual. This study aims to identify the artistic motifs, concepts and themes and symbolic values contained in the painting. The approach used iconography and iconology Erwin Panofsky. The results showed an artistic motif that is in the painting is excitement artist to represent form of female body aesthetic with fantasy style. Themes in the painting is the oppression of men and women with the basic concept of conflict between gender. Contained symbolic value of these works is a shift in the position of Minangkabau women and symptoms of moral aberration.
KESENIAN JANENGAN; IDENTITAS KEETNISAN MASYARAKAT JAWA DI PAJARESUK LAMPUNG Fitrianto Fitrianto
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.1 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i1.1805

Abstract

The emigration of nations from Java to Lampung whichtakes placefor many years, precisely since 1905, sets off the occurrence of the social and cultural development that includes adaption and formation of identity. The question of identity is a part of each person’s life either individually or in groups who experience with it a differentiator or a commonality with a human being or another group. One material that can be used in the identification process is art. As it happens in the Javanese society in Pajaresuk, Pringsewu, Lampung which represents the art of Janengan to assert its identity as Javanese. The purpose of this research is to find out what kind of presentation form and play scheme the Janengan art contents, as well as how Janengan art becomes the identity of the Javanese society in Pajaresuk, Pringsewu, Lampung. This research has the quality of descriptive analytical methods andan Etnomusicological perspective. Based on this procedure it can be said that Janengan art describes the identity of Javanese society in Pajaresuk, Pringsewu, Lampung by dint of elements of Javanese culture that contained in it.
ANALISIS STRUKTURAL STIKER DIGITAL LINE POCONG PINKY Happy Yugo Prasetiya
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.689 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1613

Abstract

Stiker digital menjadi sarana baru dalam berkomunikasi melalui aplikasi penyampaian pesan. Stiker digital Pocong Pinky menjadi objek material utama karena memiliki konsep visual yang khas tentang kepercayaan mistis di Indonesia. Melalui analisis struktural sebagai pisau bedah, bisa membantu evaluasi terhadap objek material stiker digital. Sehingga stiker digital bisa menjadi sarana komunikasi bersifat visual yang mengandung nilai tertentu di dalamnya. LINE sebagai lembaga penyedia jasa sekaligus produk berperan penting pada perkembangan stiker digital, menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembahasan. Penelitian ini melalui pengamatan terlibat dalam penggunaan aplikasi LINE dan stiker digital Pocong Pinky. Dari data-data dari objek penelitian, didapat hasil bahwa kreator stiker digital yang memiliki subjektifitas karya terikat aturan-aturan dalam berkarya yang diajukan oleh lembaga penyedia layanan yaitu LINE. Namun yang terpenting gagasan karya kreator pada penelitian ini memberikan perspektif dan nilai baru dalam mengangkat karakter makhluk mistis yang pada awalnya menakutkan bagi masyarakat dikemas dengan lucu, menyenangkan, dan menghibur.
Perancangan Komunikasi Visual Kampanye Pengurangan Konsumtivisme Elfa Swaratama
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 3, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.032 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v3i1.2105

Abstract

erilaku konsumtif dapat mengakibatkan dampak-dampak negatif seperti membuat seseorang untuk memiliki pola hidup boros dan dapat membuat orang menjadi tidak lagi membedakan antara kebutuhan akan tetapi mengutamakan keinginan. Perancangan komunikasi visual, kampanye pengurangan konsumtivisme ini bertujuan untuk mengurangi sifat konsumtif khususnya generasi muda. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam perancangan ini adalah kualitatif deskriptif, serta perancangan ini melalui tiga tahap, yaitu pembuatan konsep kampanye, konsep media, dan pembuatan konsep kreatif berdasarkan studi literatur, observasi, dan wawancara terhadap target audiensi. Berdasarkan penelitian berupa observasi dan wawancara terhadap target audiensi didapati bahwa media-media yang akan digunakan sebagai media kampanye berdasarkan intensitas pemakaiannya adalah sosial media Facebook dan Instagram. Sedangkan isi pesan yang akan disampaikan adalah "Belilah Barang sesuai dengan Fungsinya", dengan cara penyajian pesan yaitu dengan menggunakan humor satir. Kampanye ini dirancang dalam bentuk lima buah poster yang akan disebarkan di media sosial seperti yang telah disebutkan di atas, dengan karakter visual dan verbal yang kontroversial. Penggunaan karakter tersebut diharapkan dapat membantu target audiensi untuk turut menyebarkan pesan tersebut sehingga kampanye ini akan menjadi viral. Consumer behavior can lead to negative effects such as making a person to have an extravagant lifestyle and can make people no longer distinguish between needs and desire. Visual communication design consumerism reduction campaign aims to reduce the consumptive nature of the young generation. Data collection methods used in this design is qualitative descriptive, and this design through three stages, namely the concept of the campaign, the concept of media, and the making of creative concepts based on the study of literature, observation, and interviews with the target audience. Based on research in the form of observations and interviews with the target audience, found that the media will be used as a media campaign based on the intensity of their use of social media is Facebook and Instagram. While the contents of the message to be conveyed is "buy goods in accordance with its function", by way of presenting a message that is using satirical humor. The campaign is designed in the form of five posters that will be distributed in social media such as those mentioned above, with the controversial visual and verbal content that is expected to help the target audience to also spread the message so that this campaign will become viral.
Estetika Rhein II (Praxis, Wacana, dan Pasca Praxis) Marventyo Amala
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 3, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.632 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v3i1.2102

Abstract

Fotografi adalah sebuah seni melihat. Dengan kata lain, fotografi mengajarkan kepada kita cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyadaran baru akan segala keindahan yang ada di sekitar kita. Fotografi juga mengajarkan kepada kita untuk melihat lebih dalam, menggali makna, dan memahaminya sehingga menumbuhkan rasa cinta yang dapat menciptakan inspirasi. Lalu dari situlah berbagai karya fotografi dari fotografer-fotografer dunia bermunculan. Salah satunya adalah Andreas Gursky, seorang seniman foto kelahiran Jerman, dengan karyanya yang berjudul Rhein II. Karya tersebut sangatlah berlawanan dengan apa yang dilihat banyak orang. Kedalaman makna serta kehadirannya mampu membuka mata akan suatu kehadiran fiksi sebuah keberadaaan nyata. Photography is an art of seeing. In other words, photography taught us a unique way of seeing the world and provide a new awareness of the beauty in all around us. Photography also teaches us to look deeper, dig meaning, and understand that foster a sense of love that can create inspiration. And that's where a variety of photographic works of world photographers popping. One of them is Andreas Gursky, a German-born artist photo, with his work entitled Rhein II. The work contrasts sharply with what is seen by many people. The depth of meaning and its presence will be able to open the eyes of a fictional presence of a real existence.
PENGARUH PERILAKU BERLALU LINTAS TERHADAP EFEKTIVITAS VIDEOTRON Fentisari Desti Sucipto
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.611 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i2.1862

Abstract

Videotron merupakan salah satu media periklanan yang merupakan pengembangan dari billboard (papan reklame) dengan menggunakan teknik gambar bergerak untuk menampilkan iklan kepada khalayak. Videotron sengaja diletakkan pada pemberhentian rambu apill agar dapat terlihat secara langsung oleh para pengendara yang berhenti. Peletakan videotron di tiap arah pemberhentian lampu apill yang berbeda tentu berdampak pada perilaku pengendara dalam berlalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penempatan videotron terhadap perilaku berlalu lintas yang mengacu pada prinsip pengamatan nonparticipant observation dan participant observation. Teknik analisis data menggunakan sistem coding (pengkodean), dengan memperhatikan faktor atensi pengendara terhadap rambu apill. Videotron is one of the advertisement media basicly development from billboard using image moving technique or motion. The purpose is for showing the advertisement for public. Videotron deliberate places in the four junction near by aphill traffic sign, thus videotron can be seen directly by the rider who stop because of the traffic light. The different videotron placing in every direction impacts on driver traffic behaviour. This is research investigated the impacts of traffic behaviour which refers to non participant observation and participant observation principal. The data analysis used coding which consider the attention factor of driver to the aphill traffic.
EKSISTENSI GRUP MUSIK KERONCONG DIANTARA PENGGEMAR MUSIK DANGDUT STUDI KASUS: DESA SUKOREJO KECAMATAN TEGOWANU, KABUPATEN GROBOGAN Dani Nur Saputra
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.479 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1618

Abstract

Perkembangan musik keroncong di desa Sukorejo, kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan mengalami pasang surut, karena struktur masyarakat pinggir Pantai Utara Jawa yang kebanyakan menyukai musik dangdut. Kehadiran grup musik Sukmo Budaya dengan warna musik keroncong ternyata mampu menarik antusiasme masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Tegowanu di daerah pinggir Pantai Utara Jawa. Hal tersebut sesuai dengan data pengamatan berdasarkan fenomena yang terjadi dalam masyarakat Sukorejo kabupaten Grobogan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus agar dapat secara tepat menggambarkan, mengkaji, dan menganalisa eksistensi grup musik keroncong Sukmo Budaya. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pengelolaan grup, ciri khas, panggilan pentas, bentuk penyajian, tempat pentas atau panggung, tata suara, tehnik bernyanyi keroncong, penggunaan alat musik, jenis lagu keroncong dan antusias masyarakat yang mendukung eksistensi grup musik keroncong Sukmo. Selain itu temuan lain yang muncul dengan adanya eksistensi grup Sukmo Budaya ialah dampak psikis yang terlihat dari masyarakat desa yang menunjukkan respons menyenangkan sebagai bagian dari kenyamanan hidup melalui waktu luang khususnya bagi para lansia. Kroncong music development in the village Tegowanu, district Sukorejo, Grobogan experiencing ups and downs, because the structure of the coastal communities of North Java who most love music dangdut. Then comes the music group Sukmo Budaya with the kroncong music is able to attract enthusiastic villagers Sukorejo subdistrict of Tegowanu at North coast of Java. It is in accordance with the observations made by researchers on a phenomenon that exists in the society Sukorejo Grobogan. This research uses qualitative research methods with the case study approach because it aptly describes, examine, and analyze the existence of kroncong music group Sukmo Budaya. The collection of data obtained through observation, interviews, and documentation. Technique of data analysis performed using analysis techniques, by reducting the data, presenting of the data, and draw conclusions or verification. The results showed the existence of factors that support the existence of the kroncong music group Sukmo consists of a management group, hallmark, calls the stage, form of presentation, stage, sound, makeup, singing keroncong techniques, the use of a musical instrument, a type of kroncong songs and enthusiastic communities against band kroncong. Besides research results that appear with the existence of a group of Sukmo Budaya is the psychological impact seen from villagers indicating feelings happy as a part of well-being through leissure time especially for the elderly.
INDIKASI PENCITRAAN DALAM UPACARA ADAT REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA Galih Puspita Karti
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (978.566 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1612

Abstract

Penelitian mengenai indikasi pencitraan dalam upacara adat Rebo Pungkasan bertujuan sebagai media introspeksi masyarakat agar selalu merawat nilai-nilai keaslian budaya dan spiritualnya. Kesadaran tentang upacara adat sebagai media untuk berhubungan dengan segala isi alam semesta dan Tuhan Yang Maha Esa perlu dibangunkan kembali guna menjadi pembatas agar tidak terjebak dalam sebuah pencitraan semata. Metode penelitian kualitatif dipilih untuk memperoleh segala informasi tentang upacara adat Rebo Pungkasan. Pada akhirnya sebuah indikasi pencitraan ditemukan dalam ritual tersebut. Pencitraan sudah merajalela dalam area ritual. Pada satu ruang lingkup upacara adat Rebo Pungkasan, pencitraan dapat dilihat jelas dalam kepalsuan lemper Boga Wiwaha yang dijadikan sebagai persembahan/caos dhahar. Wujud lemper dilebih-lebihkan dengan ukuran panjang antara dua meter dan diameter sekitar setengah meter supaya menarik untuk dijadikan sebuah ikon. Segalanya dikemas manis dan menarik seperti pada iklan di televisi, orasi pada kampanye, aktivitas dalam sosial media, dan sebagainya. Hampir dibalik itu semua terdapat sesuatu yang dilebih-lebihkan, kepalsuan bahkan kebohongan yang disembunyikan. Sesuatu yang disajikan/ditawarkan belum tentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Sebuah pencitraan sama halnya dengan sebuah topeng yang menjadi penutup citra yang sesungguhnya. Research on the imaging indication ceremonial Rebo Pungkasan intended as a medium of introspection people to always take care of the values of cultural and spiritual authenticity. Awareness about the ceremonies as a medium to get in touch with all the contents of the universe and God Almighty needs to be woken up again to be a barrier to not get stuck in an imaging alone. Qualitative research method was chosen to obtain any information about Rebo Pungkasan ceremonies. In the end an imaging indication is found in the ritual. Imaging is already rampant in the ritual area. In the scope of traditional ceremonies Rebo Pungkasan, imaging can be seen clearly in falsehood donuts Boga Wiwaha used as offerings / caos Dhahar. Exaggerated form of donuts with a length between two meters and a diameter of about half a meter so interesting to be an icon. Everything is packaged sweet and charming as the ads on TV, speeches on the campaign, the activity in the social media, and so on. Almost behind it all there is something exaggerated, even falsity lies hidden. Something that presented / offered not necessarily correspond with the reality of the matter. An imaging as well as a mask that became the cover image of the real thing.
DEKONSTRUKSI BENDA SEHARIHARI DALAM KARYA SENI LUKIS Anton Budi Setyawan
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.512 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i2.1868

Abstract

Kebudayaan selain sebagai sebuah tatanan nilai, bahasa, ilmu pengetahuan, religi dan sistem mata pencaharian juga merangkum persoalan mekanisme penggunaan peralatan hidup berupa benda-benda yang dipergunakan dalam keseharian sekelompok masyarakat. Kebudayaan juga bicara soal benda/objek/artefak. Setiap kelompok dan lapisan masyarakat telah memahami bagaimana benda-benda tersebut bergerak pada wilayah fungsi dan simbol. Persoalan narasi dalam benda-benda keseharian akan menjadi menarik bila dijadikan sebagai subject matter penciptaan karya seni rupa. Sebagai sebuah upaya untuk melepaskan diri dari genre seni lukis still life yang melukis objek benda sehari-hari dengan pendekatan estetika formalistik, penulis kemudian memilih mendekonstruksi benda-benda keseharian tersebut dengan tujuan untuk memaknai ulang narasi kebendaan agar kontekstual dengansituasisosialdankulturalsaatini. Culture than as a value system, language, science, religion and livelihood systems also summarizes the problems of life equipment usage mechanism in the form of objects used in everyday life of a people. Culture is also about things/objects/artifacts. Each groups and walks of life have to understand how these objects moving in the area of the function and symbol. The issue of narration in everyday objects will become attractive when used as the subject matter of the creation of works of art. As an effort to break away from the genre of still life paintings, which is painted everyday objects with formalistic aesthetic approach, the authors then chose to deconstruct objects daily with the aim to redefine the narrative material to be contextual with the social and cultural situation today.

Page 1 of 11 | Total Record : 103