cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Invensi (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni)
ISSN : 24600830     EISSN : 26152940     DOI : -
INVENSI adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Jurnal INVENSI memuat semua tulisan yang berobjek materi seni, baik seni pertunjukan, seni rupa, maupun seni media rekam dan bersifat multidimensional. INVENSI bermaksud untuk memberikan ruang mewadahi berbagai macam ide, gagasan, atau kritik yang merupakan hasil penelitian empiris kuantitatif dan kualitatif terkait dengan seni pertunjukan, seni rupa, dan seni media rekam yang belum pernah diterbitkan dalam bentuk apapun.
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
Perubahan Persepsi Ruang Personal Warga Kampung Wisata Jodipan Malang Firdha Amalia
INVENSI Vol 7, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i1.5717

Abstract

ABSTRAKPengembangan potensi wisata di Kota Malang yang padat penduduk, salah satunya diwujudkan dengan mengembangkan konsep kampung tematik. Kampung Wisata Jodipan (KWJ) adalah salah satu dari 20 kampung tematik di Kota Malang yang berperan sebagai pemrakarsa lahirnya kampung tematik lainnya. Mengusung tema warna-warni, KWJ dibentuk berdasar ide dari sekelompok mahasiswa dengan menggandeng perusahaan cat PT Indana serta mendapat dukungan partisipasi aktif warga setempat. Kampung yang dahulu merupakan permukiman kumuh dan terancam penggusuran ini telah menjadi kampung dengan tampilan penuh warna. Perubahan yang kentara ini menjadi perhatian dan buah bibir masyarakat hingga perlahan menjadikannya salah satu objek wisata di Kota Malang. Kawasan permukiman yang telah bertambah fungsi menjadi area wisata sedikit banyak memengaruhi kehidupan sehari-hari warga dan berpotensi mengubah batas ruang personal warga. Guna mengetahui perubahan tersebut, dilakukan penelitian kualitatif dengan wawancara terhadap warga Kampung Warna-Warni Jodipan yang telah menetap jauh sebelum dilakukan penambahan fungsi wisata. Dari penelitian yang dilakukan, didapati tiga fase perubahan persepsi ruang personal yang terbentuk seiring dengan fase-fase perubahan kondisi permukiman.Changes in Perception of Personal Space Residents of Jodipan Malang Tourism VillageABSTRACTThe development of tourism in Malang, which has a high density of urban population, was realized by developing the thematic tourism village concept. Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ) is the first colourful-themed tourism village in Malang. KWJ was formed and initiated by a group of students. By cooperating with the paint company and the active participation of the local community, all parties involved together made the village which was once a slum and threatened with eviction become a village with an attractive colourful display. This noticeable change became the attention and the talk of the people until slowly making it one of the attractions in the city of Malang. The residential area has become a tourist area, and it possibly influences the daily lives of citizens. This condition has the potential to change the personal boundaries of residents. To know the change, a qualitative study was conducted by interviewing the residents of Kampung Warna-Warni Jodipan who had settled long before the addition of the tourist function. From the interview-based research conducted, three phases of change in perception of personal space were found along with phases of changes in settlement conditions.
Penciptaan Seni Lukis Naturalistik Wayang Topeng Jatiduwur Ofi Irmawati; Hariyanto Hariyanto; Abdurahman Prasetyo
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.6330

Abstract

Wayang Topeng Jatiduwur merupakan seni pertunjukan dari Kabupaten Jombang. Wayang Topeng Jatiduwur merupakan seni pertunjukan yang menampilkan seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni teater. Masyarakat Jombang mempergelarkan kesenian tersebut sebagai bagian dari ritual nazar. Kesenian ini merupakan kekayaan budaya asli Jombang yang kehilangan eksistensinya. Tujuan dari penciptaan karya lukis ini menghasilkan enam karya lukisan yang mempresentasikan gerakan-gerakan tarian Klana sebagai bentuk ekspresi keprihatinan dan kepedulian terhadap kesenian Wayang Topeng Jatiduwur. Metode penciptaan menggunakan model penciptaan dari L.H. Chapman. Karya lukis yang dihasilkan berjumlah enam, mempresentasikan beberapa gerakan Prabu Klana Jaka dalam tarian Klana sebagai tari pembuka pada kesenian Wayang Topeng Jatiduwur. Media yang digunakan adalah cat akrilik di atas kanvas. The Creation of Naturalistic Painting of Jatiduwur Mask Puppet ABSTRACT Jatiduwur Mask Puppet is a performing art from Jombang Regency.Jatiduwur Mask Puppet is a performing art showing dance, music, fine arts and theater. The people of Jombang held this art as part of of the community's promise. This art is the original culture of Jombang which has lost its existence. The purpose of making this painting that produces six paintings isto present the Klana dance moves. as a form of expression of sadness and concern for the Jatiduwur Wayang Topeng art. This painting method uses the creation model of L.H. Chapman. The resulting painting consists of six paintings which represent some of Prabu Klana Jaka's movements in the Klana dance as the opening dance in the Jatiduwur mask puppet art.The media used is acrylic paint on canvas.
Proses Pembuatan Kerajinan Kopiah Riman di Desa Dayah Adan, Kabupaten Pidie Fauziana Izzati; Putri Dahlia; Tria Ocktarizka
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.4978

Abstract

Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang kaya akan kebudayaan, banyak hasil kebudayaan Aceh yang tidak terlepas dari nuansa Islami, salah satu contoh dalam seni rupa adalah kopiah riman yang digunakan oleh kaum lelaki Aceh. Terdapat dua jenis kopiah yang ada di Provinsi Aceh yaitu Kopiah Meukeutop dan Kopiah Riman. Pada tulisan ini membahas mengenai kopiah Riman. Kerajinan kopiah riman sampai saat ini masih diproduksi di Desa Dayah Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie. Kopiah riman memiliki ciri khas motif tradisional Aceh, seperti: motif pintoe Aceh, bungong kupula, bungong jeumpa, dan lain-lain. Kopiah ini digunakan dalam berbagai upacara adat. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat Aceh pada umumnya dan Kabupaten Pidie khususnya, dapat mengenal kekayaan budaya daerah seperti kopiah riman agar dapat dijaga dan dilestarikan keberadaannya serta mengetahui proses pembuatan dari Kopiah Riman tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Kopiah Riman mempunyai dua bentuk yaitu bentuk lonjong dan bentuk bulat. Sedangkan proses pembuatan kopiah riman memakan waktu hampir satu bulan dimulai dari proses pengambilan pelepah pohon riman untuk dijadikan serat, proses pewarnaan, dan proses rajut sehingga menjadi sebuah kopiah. The Process of Making Riman Skullcap Crafts in Dayah Adan Village, Pidie Regency ABSTRACT The Aceh province is one of the provinces rich in culture; many Acehnese cultural products are inseparable from the nuances of Islam. One example in fine arts is kopiah riman used by Acehnese men. There are two types of kopiah in Aceh Province, namely, Kopiah Meukeutop and Kopiah Riman. This paper discusses the riman kopiah. Riman kopiah handicrafts are still produced in Dayah Adan Village, East Pearl District, Pidie Regency. Kopiah riman has the characteristics of traditional Acehnese motifs, such as the Aceh pintoe motif, kupula bungong, jeumpa bungong, and others. Kopiah is used in various traditional ceremonies. This research aims to make the people of Aceh commonly and Pidie regency, in particular, know the richness of regional culture, such as kopiah riman, so that it can be maintained and preserved its existence and know the manufacturing process of Kopiah Riman. This research uses qualitative methods with descriptive. Kopiah riman has two forms; they are oval and circle. To make kopiah riman, it takes almost one month from taking the stalk tree to processing to be fiber, then coloring process, and finally processing of knit to become kopiah riman ready to use.
Penciptaan Seni Lukis Semi-Realis Digital sebagai Apresiasi Terhadap Pemuda Penggiat Kebudayaaan Tradisional Masa Kini Firstyan Artista Sakti; Triyono Widodo; Abdul Rahman Prasetyo
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.6344

Abstract

Pola hidup pemuda penggiat kebudayaan tradisional yang dapat bersinergi dengan masa kini perlu diapresiasi dalam karya. Hal itu disebabkan oleh pemuda penggiat kebudayaan tradisional di masa kini menawarkan pola hidup yang dapat memanfaatkan kecanggihan zaman dan nilai luhur kebudayaan tradisional. Apresiasi dilakukan untuk menghargai pencapaian tersebut serta memberi wawasan tentang keberadaan pemuda penggiat kebudayaan tradisional kepada penikmat karya. Metode yang digunakan adalah empat tahap penciptaan milik Catharina Patrick. Tahapan tersebut antara lain, tahap persiapan, tahap penetasan, tahap inspirasi, dan tahap pengembangan. Seni lukis digital dengan corak semi realis dipilih sebagai bentuk perwujudan karya. Hasil dari keseluruhan proses penciptaan kali ini adalah enam karya lukis digital yang dicetak pada neon box. Digital Semi-Realist Painting Creation as an Appreciation for Youth Activists of Today's Traditional Culture Abstract The accomplished lifestyle of young traditional culture activists that could be synergized with the current situation should be appreciated through artwork. It was because the young traditional activists in the current situation offer a lifestyle that could optimize the recent development with the great value of traditional culture. The appreciation is created to value that achievement as well as give some insights about the existence of the young traditional culture activist to the artwork appreciator. The methodology used in this research is based on Catharina Patrick's four stages of creation, which were the preparation stage, idea emergence stage, inspiration stage, and development stage. The digital paintings with semi-realism visualization were selected as a medium for the artwork's embodiment. This creation process results are six digital paintings applied to neon boxes.
Tangan sebagai Metafora Realitas Kehidupan dalam Karya Seni Rupa M Yasir
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.6737

Abstract

Penciptaan karya ini adalah untuk melihat realitas hari ini dengan menggunakan idiom tubuh. Tubuh pada bagian tangan dipilih sebagai daya ungkap dan inspirasi. Karya memvisualisasikan tangan sebagai metafora dalam realitas kehidupan saat ini. Metode yang digunakan adalah metode penciptaan seni berbasis praktik (Practice Based Research). Proses ini dibagi dua yaitu: 1) Practice dan 2) Study Literatur. Pemilihan metode ini sangat sesuai dengan yang penulis visualkan karena di dalamnya terdapat in and through atau pengalaman mengalami. Proses penciptaan mengombinasikan karya lukis dan karya seni rupa lainnya. Karya yang dibuat mewakili tema yaitu tentang fenomena realitas hari ini, mulai dari masalah sosial hingga politik, dan fenomena mutakhir. Semua bentuk visual karya menggunakan idiom tangan sebagai metafora. Tangan menjadi makna kritik dan pesan moral atas realitas hari ini. Hands as a Metaphor of the Reality of Life in Fine Art ABSTRACT This work of art aims to examine contemporary reality using the body idiom. The hand part of the body is selected as the power of expression and inspiration. The painting visualizes hands as metaphors in today’s reality. Practiced-based research is used as the primary method in which practice and literature study are the methods used in the process of creation. The chosen method is under the author’s visualization since it contains “in and through” of the author’s immersion in the experience. The production process combines paintings and other works of art. The created art represents the theme of reality in present phenomena ranging from social and political issues to the latest phenomena. All visual forms of creation utilize hand idioms as metaphors because hands manifest the meaning of criticism and moral messages toward modern reality.
Kecemasan Penampil Musik (Keyboardist) pada Pengiring Ibadah Gereja Nonni Betania
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.6931

Abstract

Kegiatan ibadah gereja identik dengan musik lagu-lagu pujian yang tidak bisa dilepaskan dari peran pemain musik. Instrumen musik yang paling umum digunakan adalah keyboard (piano elektrik). Karena peran keyboardist adalah mengiringi jemaat bernyanyi, maka terjadilah interaksi antar jemaat dan pengiring ketika lagu dimainkan. Hal ini tentu memicu adanya kecemasan (Music Performance Anxiety). Kecemasan dalam penampilan permainan musik dapat menyebabkan kesalahan permainan musik yang akan mengganggu fokus jemaat dalam beribadah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan cara observasi terhadap beberapa keyboardist gereja. Observasi dilakukan selama lima minggu di dalam setiap ibadah minggu pada Gereja Kristen Jawa Curug Sewu Kendal. Tempat ini dipilih karena memiliki tata ibadah liturgis sehingga mudah untuk diamati alur dan urutannya. Setelah dilakukan observasi kemudian dilakukan proses pengodean dua tahap. Tahap pertama adalah untuk menentukan gejala-gejala yang muncul berdasarkan catatan pengamatan, tahap kedua adalah untuk menyusun kategori yang terdiri dari kondusivitas, pra-penampilan, waktu penampilan (reaktif & adaptif), dan pasca penampilan. Penelitian ini mengidentifikasi bentuk-bentuk kecemasan yang muncul dalam mengiringi musik ibadah yang ditinjau dari aspek gejala fisik, gejala perilaku, dan gejala mental. Hasil menunjukkan bahwa pengiring musik gereja tergolong aktivitas yang memiliki tingkat ketegangan mental yang cukup tinggi karena adanya interaksi antar jemaat dan pengiring. Adapun faktor-faktor penyebab naiknya tingkat kecemasan ini di antaranya adalah familiaritas terhadap lagu yang dimainkan, perfeksionisme pengiring karena aktivitas ibadah, dan kondusivitas tempat dan suasana yang mendukung. Music Performance Anxiety (Keyboardist) on Church Worship Accompaniment Abstract Church worship activities are identical to the music of hymns that cannot be taken from the role of the musicians. The most commonly used musical instrument is the keyboard (electric piano). Because the role of the keyboardist is to accompany the congregation in singing, there is an interaction between the congregation and the accompanist when the song is played. This, of course, triggers the emergence of anxiety (Music Performance Anxiety). Anxiety about playing music can cause errors in playing music that will disrupt the congregation's focus in worship. This research was conducted using a qualitative method by observing several church keyboardists. Observations were made for five weeks in every Sunday service at the Gereja Kristen Jawa Curug Sewu Kendal. This place was chosen because it has a liturgical worship system, so it is easy to observe the plot and sequence. After the observations were made, a two-stage coding process was carried out. The first stage is to determine the symptoms that appear based on observation notes; the second stage is to compile categories consisting of conduciveness, pre-performance, perform (reactive & adaptive), and post-perform. This study identifies forms of anxiety in music that accompanies worship that arise from aspects of physical symptoms, behavioral symptoms, and mental symptoms. The results show that church music accompaniment is an activity that has a fairly high mental level because of the interaction between the congregation and the accompaniment. The factors that cause an increase in anxiety levels include familiarity with the song being played, the perfectionism of accompaniment due to worship activities, and conduciveness of place and a supportive atmosphere.
Representasi Dispersi Cahaya sebagai Sumber Ide Penciptaan Seni Kriya Tekstil Melvina Putri Valenti
INVENSI Vol 7, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v7i2.6742

Abstract

Dispersi cahaya merupakan suatu proses yang dijelaskan dalam cabang ilmu fisika sebagai penguraian cahaya polikromatik atau secara spesifik cahaya putih menjadi tujuh spektrum cahaya monokromatik atau cahaya pelangi. Dispersi cahaya berkaitan dengan objek benda yaitu prisma segitiga mengacu pada prisma optik yang juga berfungsi mengurai cahaya. Konsep dispersi cahaya dalam fisika dipandang oleh penulis menarik dan perlu untuk direpresentasikan dan menjadi sumber ide dalam suatu karya seni. Tujuan penciptaan ini adalah untuk merepresentasikan secara visual konsep dispersi cahaya ke dalam karya seni kriya tekstil. Metode penelitian dalam penciptaan ini yaitu practice-based research dengan teknik observasi mendalam terkait konsep dispersi cahaya dan teknik penciptaan meliputi proses desain dan perwujudan. Proses perwujudan menggunakan teknik batik jumputan, patchwork, dan batik tulis teknik pewarnaan colet. Hasil penciptaan dalam penelitian ini berupa dua karya seni kriya tekstil yang merupakan hasil representasi visual konsep dispersi cahaya secara ilustratif dan representasi visual secara ilusi dari objek prisma optik berbentuk prisma segitiga. Hasil karya seni kriya tekstil disajikan dalam bentuk busana kasual ready to wear. Representation of Light Dispersion as A Source of Ideas in Textile Craft Art Creation Abstract Light dispersion is a true process in the branch of physics as the breakdown of polychromatic or specific light into seven monochromatic or rainbow light spectra. The dispersion of light associated with objects, namely the triangular prism, refers to the optical prism, which also functions to decompose light. The concept of light dispersion in physics is considered by the writer to be attractive and needs to be represented and become a source of ideas in a work of art. The aim of this objective is to visually represent the concept of light dispersion in textile crafts. The research method in this group is practice-based research with in-depth observation techniques related to the concept of light scattering and techniques, including the design and embodiment process. The embodiment process uses the batik jumputan technique, patchwork, and hand-written batik, the colet coloring technique. The results of the research in this study are in the form of two textile crafts, which represent the visual representation of light dispersion in an illustrative way and an illusory visual representation of an optical prism object in the shape of a triangle. The craftsmanship is presented in the form of casual ready-to-wear clothes.
Hubungan Kesenian Folklasik Badui Bertajuk Religi di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Benny Harminto
INVENSI Vol 8, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v8i1.7102

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai hubungan religi agama dengan kesenian folklasik Badui sebagai persebaran agama Islam di wilayah Kabupaten Sleman. Kesenian Badui sebagai kesenian folklasik dalam jenis tari kelompok dengan tembang syair-syair selawatan menjadi salah satu ciri khas pada pertunjukan ini. Berdasarkan sejarah Badui yang berasal dari negara Arab Timur Tengah dibawa ke Indonesia yang berada wilayah Kabupaten Sleman dan folklasik Badui berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat. Folklasik Badui masih eksis dalam menampilkan seni pertunjukan, yang dapat dilihat dari keragaman kelompok dan menjadi identitas di Kabupaten Sleman. Adanya pertunjukan ini menjadi dampak baik bagi masyarakat sekitar, karena mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam. Metode yang digunakan untuk mengungkap tata hubungan folklasik Badui dengan religi yakni metode deskriptif kualitatif, beberapa contoh elemen yang terlihat dari kesenian bertajuk ke religi agama Islam yaitu, dari elemen tata busana, syair-syair selawatan, motif gerak, dan iringan yang digunakan. Maka secara elemen bentuk kultural folklasik Badui mempuyai nilai-nilai estetika adiluhung. Artikel ini berfokus pada sistematis hubungan pertunjukan folklasik Badui menjadi bersifat religi, terutama berfokus pada agama Islam sebagai bentuk seni pertunjukan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Badui Folkclassic Relations Titled Religion in Sleman Regency Special Region of Yogyakarta Abstract This article aims to describe the relationship between religion and Bedouin folk-classical art as the spread of Islam in the Sleman Regency area. Bedouin art as folk-classical art in the type of group dance with selawatan poetry is one of the characteristics of this show. Based on the history of Bedouins who came from Middle Eastern Arab countries and were brought to Indonesia in the Sleman Regency area, Bedouin folklore serves as entertainment for the community. Bedouin folklore still exists in performing arts, which can be seen from the diversity of groups and becomes an identity in Sleman Regency. This show positively impacts the surrounding community because most of the Indonesian population is Muslim. The method used to reveal the relationship between Bedouin folklore and religion is a qualitative descriptive method, some examples of visible elements from art entitled to the Islamic faith, namely from aspects of fashion, prayer poems, motion motifs, and accompaniment used. So, the Bedouin folk-classical cultural elements have noble aesthetic values. This article focuses on the systematic relationship between Bedouin folk-classical performances becoming religious, mainly focusing on Islam as a performing art form in the Sleman Regency, Yogyakarta Special Region.
Pengaruh Teknik Hand Skiving pada Hasil Sesetan Kulit Achmad Basri
INVENSI Vol 8, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v8i1.7123

Abstract

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh teknik hand skiving terhadap hasil sesetan pada kulit. Dengan teknik hand skiving yang benar maka kualitas hasil sesetan akan menjadi baik dan tentunya akan menunjang kualitas produk kulit yang baik pula pada akhirnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan dan wawancara untuk mengetahui bagaimana teknik hand skiving dikerjakan oleh seniman dengan baik. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hasil sesetan yang baik didapat dari teknik hand skiving yang mengombinasikan antara kuat tekanan pisau seset terhadap material kulit, kemiringan pisau seset, dan cara memegang serta menggerakkan pisau seset. Faktor-faktor tersebut berjalan dinamis saling berpengaruh satu dengan lainnya tergantung pada berbagai kondisi dan bagian kulit, tidak melulu hanya tentang alat tetapi juga tentang bagaimana alat tersebut digunakan oleh seniman. The Effect of Hand Skiving Technique on Leather Skiving Results ABSTRACT This study aims to determine the effect of hand skiving technique on leather skiving results. With the correct of hand skiving technique, the skived leather quality will be good and also will support quality of leather products to be better. This research used observations and interview methods towards experts to find out how the hand skiving technique is done well. It was found that quality of skived leather were obtained from hand skiving technique which combines the strength of the skiving knife pressure against the leather material, the tilt of skiving knife when used and the way to hold then move the skiving knife. These factors run dynamically and influence each other depending on various conditions and parts of the skin. It is not only about the tool but also about how the tool is used by an artist.
Keberagaman Busana Tari Gambyong: Konstruksi Sosial pada Busana Tari Gambyong di Yogyakarta Bening Krisnasari
INVENSI Vol 8, No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/invensi.v8i1.7100

Abstract

Tari Gambyong awalnya merupakan tari tunggal putri yang termasuk dalam tari tradisi gaya Surakarta. Pada perkembangannya, tari tunggal ini dapat ditarikan secara berkelompok, sehingga bisa menyesuaikan keinginan konsumen atau pun penyelenggara acara mengenai jumlah penari yang akan menarikannya. Tari Gambyong sering dijadikan sebagai pentas paket para seniman karena tari Gambyong sering ditarikan untuk pembukaan sebuah acara seperti gala dinner, penyambutan tamu, dan sebagainya. Maka tari Gambyong dapat digolongkan sebagai pertunjukan komersial karena dapat dipentaskan di acara besar maupun kecil. Karena sering dipentaskan pada berbagai acara, permintaan pada busana tari Gambyong pun bermacam-macam untuk menyesuaikan bentuk acara, sehingga terjadi keberagaman bentuk busana tari Gambyong pada masa kini. Artikel ini secara khusus membahas keberagaman bentuk busana tari Gambyong masa kini yang dipengaruhi oleh realita sosial, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Diversity of Gambyong Dance Dress: Social Construction on Gambyong Dance Dress in Yogyakarta Abstract Gambyong dance was originally a women's singles dance which was included in the Surakarta style traditional dance. In its development, this single dance can be danced in groups, so that it can adjust the wishes of consumers or event organizers regarding how many dancers will dance it. The Gambyong dance is often used as a stage for artists' packages because the Gambyong dance is often danced for the opening of an event such as a gala dinner, welcoming guests, and so on. So, the Gambyong dance can be classified as a commercial performance because it can be performed at both big and small events. Dances are often staged at various events, the demand for the Gambyong Dance dress also varies because it adjusts to the form of the event, so that there is a diversity of forms of the Gambyong dance dress today. This article specifically discusses the diversity of forms of contemporary Gambyong dance dress that are influenced by social reality, both intentionally and unintentionally.

Page 10 of 11 | Total Record : 103