cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Invensi (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni)
ISSN : 24600830     EISSN : 26152940     DOI : -
INVENSI adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Jurnal INVENSI memuat semua tulisan yang berobjek materi seni, baik seni pertunjukan, seni rupa, maupun seni media rekam dan bersifat multidimensional. INVENSI bermaksud untuk memberikan ruang mewadahi berbagai macam ide, gagasan, atau kritik yang merupakan hasil penelitian empiris kuantitatif dan kualitatif terkait dengan seni pertunjukan, seni rupa, dan seni media rekam yang belum pernah diterbitkan dalam bentuk apapun.
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
SENSASI COLOR SPLASH DALAM KARYA FOTOGRAFI EKSPRESI Syafriyandi Syafriyandi
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.776 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1615

Abstract

Fotografi ekspresi merupakan ungkapan jiwa yang mengutamakan ekspresi jati diri pribadi seseorang yang akan diekspresikan dalam karya seni murni. Ide penciptaan karya fotografi ini berawal dari problematika yang sering dijumpai dalam karya fotografi yang tidak mampu memberikan kesan ataupun sensasi yang merespon emosional kepada khalayak ramai. Dari sebab itu timbul kegelisahan penulis untuk menciptakan karya fotografi dengan subjek color splash dengan action figure, dengan adanya warna yang diolah kreatif menjadi color splash yaitu sebuah cipratan warna yang membentuk kedinamisan pola yang tidak terduga yang mampu memunculkan sebuah sensasi yang mengunsung suatu nilai yang pada ujungnya mampu memberikan impresi di dalam perasaan yang merespon emosional ataupun daya ganggu yang dapat diintepretasikan oleh khalayak ramai sesuai dengan pengalaman-pengalaman pribadi. Metode dalam penciptaan ini diawali dengan penggalian ide dan konsep yang dilanjutkan dengan setudi referensi dan eksplorasi yang kemudian diakhiri dengan keputusan eksekusi. Dari penciptaan karya ini sesuatu hal yang didapat yaitu pengaruh warna di setiap karya, dengan menghadirkan warna yang diolah kreatif menjadi suatu bentuk yang artistik didalam sebuah karya, dapat mengatasi sebuah karya agar tidak lagi menjadi suatu karya foto yang berhenti menjadi gambar indah saja. Tetapi dengan adanya warna didalam sebuah karya foto akan memberikan sensasi yang dapat merespon emosional penikmat karya. Photographic expression is an expression of the soul that promotes expression of one's personal identity to be expressed in a fine art. The idea of the creation of this photography project started from the problems that are often encountered in photographic work can not afford to give the impression or sensation that responds emotionally to the general public. From hence arises the anxiety authors to create works of photography with the subject color splash with action figures, with their color-treated creatively into color splash is a splash of color that make up the dynamic of a pattern that is not unexpected that is able to bring a sensation mengunsung a value which in the end able to give the impression in the sense that respond to emotional or interrupt power to Interpret the general public in accordance with personal experiences. The method in this creation begins with extracting ideas and concepts followed by the reference of the studies and exploration that later ended with the execution of the decision. From the creation of this work were obtained something that is the influence of color on each work, by presenting creative color processed into a form that is artistic in a work, can cope with a work so it will not be a work of photo stop being a wonderful image only. but with the absence of color in a photo work will give the sensation that can respond to an emotional audience of work.
Redesain Meja dan Kursi Siswa di Yaketunis Yogyakarta Wahyu Waskito Putra
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 3, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.048 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v3i1.2107

Abstract

Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh anak termasuk siswa tunanetra. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan meja dan kursi yang ergonomis. Sebaliknya, meja dan kursi yang tidak ergonomis cenderung menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Penelitian pendahuluan dilakukan terhadap siswa tunanetra di Yaketunis dengan menggunakan metode design thinking dan dilanjutkan dengan checklist penelitian dan Standard Nordict Questionnaire (SNQ). Hasil checklist penelitian siswa kelas satu dengan rata-rata tinggi badan 115,6 cm diperoleh bahwa ketidaksesuaian dari tinggi meja dan tinggi kursi dengan siswa. Siswa kelas lima dengan rata-rata tinggi badan 133,7 cm diperoleh bahwa ketidaksesuaian tinggi meja dan tinggi kursi dengan siswa. Hal ini cenderung menyebabkan siswa mengalami keluhan muskuloskeletal yang diukur dengan SNQ pada leher, tangan, kaki, punggung, pinggang, siku, dan lutut. Meja dan kursi yang tidak ergonomis menyebabkan postur tubuh anak bekerja secara tidak alami. Ketidaksesuaian meja dan kursi dengan siswa diminimalisasi dengan redesain meja dan kursi berdasarkan antropometri tubuh siswa dengan metode perancangan Pahl dan Beitz. Metode ini terdiri dari perencanaan dan penjelasan tugas, perancangan konsep produk, perancangan bentuk produk dan perancangan detail. Redesain meja dan kursi anak ini menghasilkan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tubuh anak tunanetra dan keergonomiannya terhadap pengguna produk tersebut. Desk and chair are kinds of school furniture that influence for posture. Usage of unergonomically desk and chair will cause musculoskeletal complaint in student. Based on preliminary research conduct to student of ABC elementary school grade one and grade five with checklist and Standard Nordict Questionnaire (SNQ). Result of checklist in student grade one in average stature 115,6 cm mismatch hight of desk and hight of chair with the student. Student grade five in average stature 133,7 cm mismacth hight of desk and hight of chair with the student. This cause student musculoskeletal complaints result with SNQ in neck, hand, foot, back, wait, elbow and knee. Unergonomic desk and chair cause bad posture. Mismatch of desk and chair minimalizeted by redesign desk and chair with antropometry of student according to Pahl and Beitz methods. Step of this methods are clarification of task, conseptual design, embodiment design dan detail design. Redesign of school desk and chair result adjustable hight of desk and hight of chair with hight of desk 41,4- 58,9 cm and hight of chair 30,2-40,6 cm. Width of desk 56,3 cm, width of chair 27,3 cm, lenght of chair 39,2 cm and height of backrest 43,5 cm.
MEMBACA BUKU FOTO “ENCOUNTERS” KARYA RONY ZAKARIA Aji Susanto Anom Purnomo
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.288 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i1.1603

Abstract

Buku foto adalah salah satu bentuk produksi karya fotografi dengan komplektivitas yang tinggi.Penerbitan buku foto di Indonesia pada tahun 2012-2016 mengalami peningkatan yang signifikandan menjadi penanda baru dinamika karya fotografi di Indonesia. Salah satu judul buku foto yangterbit dalam periode ini adalah “Encounters” karya Rony Zakaria. “Encounters” menjadi salahsatu variabel unik dalam konstelasi buku foto Indonesia karena memiliki cara bercerita yangberbeda. Buku foto ini merupakan penafsiran ulang dari si fotografer dari film “Close Encountersof the Third Kind”. Kajian ini bertujuan memberikan pembacaan dan analisis buku foto“Encounters” melalui metode penelitian kualitatif interpretatif dengan teori utama membaca fotoRoland Barthes. Dengan adanya pembacaan ini, penulis berharap akan munculnya apresiasiapresiasilainterhadapkarya-karyabukufotoIndonesia yang masih sangat minim saat ini.  Title : Study of “Encounters” Photobook by Rony Zakaria Photobook is one of the way to presenta photography work which have a high complextivity. In 2012 to 2016, photobook publication inIndonesia growth with a big improvement in a terms of number which is very significant andbecame a milestone of photography history in Indonesia. One of the photobook that had beenpublished in this period is “Encounters” From Rony Zakaria. “Encounters become one of uniquevariable in Indonesian photobook constellation because of how unique and different thisphotobook deliver the narratives. “Encounters” photobook is a re-interpretation of “CloseEncounters of the Third Kind” movie. This study aim to construct an interpretative reading andstudy of “Encounters” photobook through an interpretative qualitative research method withRoland Barthes’s theory of reading a photograph.
KEBUDAYAAN LOKAL DALAM KOMIK SUPERHERO INDONESIA Rendya Adi Kurniawan
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.603 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i1.1803

Abstract

Komik merupakan suatu bacaan yang populer di Indonesia. Terdapat beragam genre komik yang dapat kita nikmati. Mulai komik dalam genre wayang, silat, roman remaja sampai komik dengan genre superhero. Komik superhero Indonesia sendiri sudah mulai berkembang, hingga saat ini komik superhero Indonesia menjadi populer di masyarakat. Beberapa diantaranya adalah Sri Asih karya Kosasih, Gundala karya Hasmi, hingga yang terbaru adalah Volt karya Marcelino Lefrant. Terlepas dari nama-nama besar komikus pada eranya, kini komikus-komikus muda mulai bermunculan. Berbagai genre pun kembali dimunculkan. Namun tetap yang menonjol adalah genre superhero. Namun dibalik banyaknya bentuk komik superhero yang tak bisa diragukan lagi, sangat terpengaruh oleh gaya Barat dan Jepang, terdapat satu kesamaan yang coba diangkat oleh komikus-komikus muda ini, yaitu kebudayaan lokal. Penelitian ini akan mencoba mengaplikasikan metodologi visual dari Gillian Rose untuk melihat hubungan antara kebudayaan lokal dengan komik superhero Indonesia.
KLASIFIKASI PRIORITAS KETERTARIKAN PERILAKU PENGUNJUNG PAMERAN TERHADAP KARYA SENI RUPA KONTEMPORER Dessy Rachma Waryanti
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.633 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1611

Abstract

Many elements are presented to visitors during an exhibition of contemporary art. These elements include the overaching concept of the exhibit (Ko), issues raised in the exhibition (Is), the name of the artist whose popularity attracts patrons (Na), and visual forms of the art itself (Vi). Using these four elements I compiled questions and interviewed patrons with various backgrounds in the arts. The goal was to find out these patron’s interest priorities; in other words, which aspects of the exhibit were of most interest to them as an observer. Previous literature on visitor behavior and social response at contemporary art exhibitions has been used as a base for this research. This study aims to highlight the different interest priorities as a visitor behaviour and audiens reception due to exhibition. I My respondences in this research is the exhibition visitors who had a background in art, but not necessarily in the discipline being exhibited. The results of this study will serve to determine the interest of art exhibition patrons, so that artists and curators can be made more aware of the gaps that exist between exhibit creation and viewer interest, and how those gaps can be better closed.
SI GANJUA LALAI (KEKUATAN DAN KELEMBUTAN PEREMPUAN MINANGKABAU) Fitriani Fitriani
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.961 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i2.1872

Abstract

Karya tari Si Ganjua Lalai merupakan gambaran tentang perempuan Minangkabau yang selain memiliki kekuatan juga memiliki kelembutan. Si Ganjua Lalai adalah ungkapan untuk gadis Minangkabau yang menggambarkan pribadi perempuan Minangkabau yang lembut namun tegas, bijaksana dan bertindak di atas kebenaran. Karya tari Si Ganjua Lalai berawal dari rangsang visual yaitu saat mendapatkan informasi dari cerita Kaba Sabai Nan Aluih berupa pepatah “alua tataruang patah tigo, Samuik tapijak indak mati”. Dari pepatah tersebut memberitahukan bahwa perempuan Minang selain memiliki kekuatan juga memiliki kelembutan. Landasan penciptaan yang digunakan adalah kreativitas dan koreografi. Pendekatan kreativitas digunakan karena penciptaan karya seni tidak lepas dari proses berpikir dan bekerja secara kreatif. Melalui pendekatan inilah cara berpikir dan cara bekerja secara kreatif akan dibangun. Pendekatan kedua adalah koreografi, yang digunakan sebagai landasan dalam mencipta estetika tari yang meliputi gerak tubuh, komposisi, kesatuan dan harmoni, serta aspek-aspek laku dan visual lainnya. Si Ganjua Lalai dance work is a picture of Minangkabau women who besides having strength also has tenderness. Si Ganjua Lalai is an expression for the Minangkabau girl who portrays the Minangkabau female personality who is gentle yet firm, wise and acts upon the truth. Si Ganjua Lalai dance work originated from visual stimuli that is when getting information from the story of Kaba Sabai Nan Aluih in the form of the saying “alua tataruang patah tigo, Samuik tapijak indak mati ”. From the saying goes that Minang women in addition to having strength also has a tenderness. The foundation of creation used is creativity and choreography. Creativity approach is used because the creation of art cannot be separated from the process of thinking and working creatively. Through this approach the way of thinking and how to work creatively will be built. The second approach is choreography, which is used as a foundation in creating aesthetic dance that includes gestures, composition, unity and harmony, as well as other aspects of behavior and visual.
PERANCANGAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT “SPORT ANYWHERE” SEBAGAI LANGKAH PENANGGULANGAN DIABETES Ahmad Zakiy Ramadhan
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 2, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.702 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v2i1.1808

Abstract

People’s lifestyle today can be said to have been very bad, starting from diet, activity, until the rest, everything is not in its part. Meals ranging from mild to severe food straggle to various points across the country. Culinary business as though there is no ending, even continue to increase at it will. Advances in technology is growing rapidly, all competing to offer convenience in the activity. This development is inversely related to community health awareness. Low physical activity level, mixed with uncontrolled diet lead to the appear of degenerative diseases such as diabetes. Visual communication design is a study that is considered capable of being a problem solver. In designing a public service ad, it takes step by step to realize it. Starting from research on diabetes, target audience analysis until the realization process. The messages changing lifestyle of the people with visual media that expected to overcome the problem of diabetes in this country. Messages are metaphors that can be an alternative as the idea of creating public services advertisement.
STORY OF SHADOW KARYA KRIYA TEKSTIL DENGAN IDE INSPIRASI DARI PAPER CUT LIGHT BOX Centaury Harjani
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.633 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i2.1616

Abstract

Sumber inspirasi penciptaan tidak harus dari karya-karya dengan material yang sejenis. Seperti karya kriya tekstil tidaklah harus memiliki sumber penciptaan dari karya-karya kriya tekstil sejenis yang lain. Pada tulisan kali ini akan dibahas sebuah karya kriya tekstil yang memiliki ide sumber penciptaan dari karya bermaterial kertas yaitu paper cutting. Penulisan artikel ini mengangkat teori mimesis (imitasi) Plato dan menggunakan metode eksperimen dalam melakukan uji coba pada material kain agar dapat diperlakukan seperti paper cutting pada material kertas. Artikel ini akan memberikan wawasan baru mengenai sumber ide bagaimana rasa kagum dalam pengalaman estetis dapat menginspirasi dalam mencipta sebuah karya yang memanfaatkan bayangan serta cahaya dalam perwujudannya.
Restricted Narration pada Penciptaan Iklan Layanan Masyarakat “Remaja Anti Narkoba” I Wayan Nain Febri
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 3, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.708 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v3i1.2108

Abstract

Iklan layanan masyarakat ini, merupakan sebuah hasil karya seni audiovisual yang dibuat berdasarkan pengamatan sosial yang sedang terjadi di Indonesia, dengan judul karya “Restricted Narration (Penceritaan terbatas)Pada Penciptaan Iklan Layanan Masyarakat “Remaja Anti Narkoba”. Karya iklan ini menggunakan metode restricted narration (Penceritaan terbatas) dalam penyampaian ceritanya, sehingga selalu ada informasi penting yang dirahasiakan dari penonton dan akan ditampilkan pada saat yang tepat. Penerapan restricted narration pada iklan ini adalah melalui penceritaan tokoh utama yang selalu menggambarkan sebuah kehidupan seorang pelajar yang terlihat baik-baik saja dengan keluarga yang harmonis, namun pada kenyataannya, pelajar tersebut adalah seorang pengguna narkoba yang dihantui hukum dan akan menjemput kematian. This public service advertisement is a final assignment work of visual audio art which is based on the social observations that are taking place in Indonesia, with the title of the work “Penggunaan Restricted Narration (Penceritaan terbatas) pada Penciptaan Iklan Layanan Masyarakat Remaja Anti Narkoba”. This advertisement work used restricted narration method (penceritaan terbatas) to display its story, so that there was always important information that kept hidden from viewer and would be revealed at the right moment. The application of restricted narration in this advertisement is through main character’s story that was described as a student with a good life and harmonious family, but in reality that student is a drug user that would always haunted by laws and will die.
AKULTURASI ESTETIKA SEBAGAI MODAL UNTUK MENGHADAPI PERTUKARAN KESENIAN DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (Sebuah Kajian Holistik Terhadap Perkembangan Kesenian Modern di Indonesia) Vedy Santoso
INVENSI (Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni) Vol 1, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.014 KB) | DOI: 10.24821/invensi.v1i1.1604

Abstract

Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah program kerjasama internasional yang menjadi usaha negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas pasar. Dengan terjalinya kerjasama di segala bidang termasuk seni dan budaya, maka kesenian akan memasuki era konseptual “baru”. Sebuah era yang secara ekonomi penting dan berharga secara personal. Nilai keindahan seni (estetika) akan dihadapkan oleh tuntutan nuansa fantastis namun juga harus menarik secara emosional. Selain itu, masyarakat penyangga pada era konseptual ini memiliki corak maya yang hidup dalam dunia yang penuh dengan simulasi. Sehingga untuk menghadapi MEA diperlukan faktor daya modal sebagai benteng pertukaran seni. Metode holistik dalam penelitian ini digunakan untuk : (1) Menjelaskan konsep akulturasi estetika sebagai sebuah toleransi masyarakat dalam berbudaya dengan pendekatan sosio-historis, (2) Menganalisis hubungan perkembangan teknologi informasi dengan kesenian modern yang telah melampaui batas-batasnya dan menjalar keseluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat modern dari sudut pandang konvensi komunikasi massa. Data penelitian diperoleh dari pengamatan terhadap fenomena munculnya budaya populer di Indonesia, objek materi kesenian modern dan studi pustaka. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa akulturasi estetika dapat menjadi daya modal alternatif dalam proses pertukaran seni dan interaksi sosial masyarakat ekonomi ASEAN. Namun dengan catatan kerjasama internasional yang dilakukaan merupakan sebuah aktivitas pertukaran dalam perspektif pasar yang berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan tujuan yang saling menguntungkan. Bukan sebuah perdagangan dengan tujuan untuk saling menguasai yang berpotensi pada penjajahan. ASEAN Economic Community (AEC) is a program of international cooperation into the business of ASEAN member countries to expand the market. With coop- eration in all fields including the arts and culture, it will enter the era of conceptual art “new”. An era which are economically important and valuable personal. The value of the beauty of art (aesthetics) to be confronted by the demands of the fantastic shades, but also must be emotionally appealing. In addition, public support on this conceptual era has a style of living in a virtual world filled with simulations. So, as to face the AEC required power factor capital as a bastion of art exchange. Holistic method in this study is used for: (1) explain aesthetics acculturation concept as a culture of tolerance in the society with the socio-historical approach, (2) analyze the relationship development of information technology and artistry that has gone beyond limits and spread throughout the joints of modern society from the standpoint of mass communication convention. Data were obtained from observations of the phenomenon of the rise of popular culture in Indonesia, material objects of art and literature. The study showed that acculturation aesthetics can be an alternative capital in the process of artistic exchange and social interaction ASEAN economic community. But with a record of international cooperation is an activity in the exchange market perspective, which means meeting place for sellers and buyers with mutually beneficial goals. Not a trade aimed at mutual control of potential colonization.

Page 3 of 11 | Total Record : 103