cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.inada@uki.ac.id
Editorial Address
Redaksi Jurnal Inada, Pusat Studi Wanita, Gedung LPPM Lantai 2 Universitas Kristen Indonesia Jl. Mayjen Sutoyo, No. 2 Cawang, Jakarta Timur 13630 Telp (021) 8009190 ext 244 Email: jurnal.inada@uki.ac.id
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
ISSN : 26223937     EISSN : 26208229     DOI : https://doi.org/10.33541/ji
Jurnal Inada adalah jurnal ilmiah yang fokus pada kajian perempuan di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) berupa hasil penelitian maupun hasil pemikiran konseptual yang mencakup isu kekerasan, diskriminasi, stereotipisasi maupun keterkaitan perempuan dengan isu lingkungan, perubahan iklim, energi, politik, ekonomi, tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, teknologi, media dan komunikasi, agama dan budaya, dan isu lain yang berhubungan dengan perempuan.
Articles 54 Documents
Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di Kabupaten Nias Berbasis Sumber Daya Lokal Nenny Anggraini; Desideria Regina
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 1 (2018): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.866 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i1.828

Abstract

Abstrak: Perempuan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan di Indonesia, termasuk perempuan di wilayah pedesaan di daerah teringgal. Strategi pembangunan perempuan di daerah teringgal dilakukan dengan meningkatkan partisipasi, supaya kesejahteraan segera terwujud. Untuk itu , perlu diberikan pelatihan pengolahan bahan-bahan lokal kepada perempuan. Perempuan saat ini dituntut aktif dalam pemanfaatan sumber daya lokal. Wilayah Kabupaten Nias, sistem budaya patriarkhi masih sangat kuat ; perempuan cenderung ditempatkan di sektor domestik, sehingga seringkali tidak bernilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu diperlukan model pemberdayaan perempuan dengan melibatkan perempuan secara aktif. Model ini adalah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Dengan demikian diharapkan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan keluarga meningkat. Kata Kunci: Model Pemberdayaan Perempuan, Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Abstract: Women have strategic roles in general development in Indonesia, including women who live in underdeveloped region. Women development strategy in underdeveloped regions performed with enhancing their participations, in order to make the welfare come true. Therefore, they need the local materials processing training. Women nowadays are demanded to be active to utilize local resources. In district of Nias, the patriarchy cultural system is still very strong; women are tended to be placed in domestic sector so that it does not have high economy values. Hence they need the women empowerment model by involving women actively in utilizing local resources. Therefore, it is expected that their economy and family welfare could be increased. Key Words: Women empowerment model, local resources utilization
Karakteristik Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan di Kabupaten Nias Formas Juitan Lase
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 1 (2018): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.799 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i1.824

Abstract

Abstrak: Artikel ini membahas karakteristik kekerasan seksual terhadap perempuan di Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Data diperoleh dengan studi pustaka, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kekerasan seksual dari 2009-2016 adalah tertinggi setelah kekerasan fisik. Ada empat jenis yang diidentifikasi: (1) perkosaan, (2) intimidasi seksual, (3) pemaksaan kehamilan untuk mendapat anak laki-laki, dan (4) pemaksaan penggunaan alat-alat kontrol reproduksi. Kasus perkosaan yang paling banyak ditemukan. Penanganan kasus kekerasan seksual di Kabupaten Nias masih bersifat sporadis, dan belum ada sinergi yang berarti antara pemerintah, lembaga pengada layanan dan sektor kriminal dan keadilan sipil. Kata Kunci: Kekerasan Seksual, Perempuan, Nias, Karakteristik Abstract: This article focuses on characteristics of sexual violence againts women in Nias Distric, North Sumatera. Data obtained by literature study, observation and interview. The results showed the number of sexual violence from 2009-2016 was the highest after physical violence. There are four types identified: (1) rape, (2) sexual intimidation, (3) coercion of pregnancy, and (4) forcible use of reproductive control devices. The most prevalent cases are rape. The handling of sexual assault cases in Nias District is still sporadic, and there is no meaningful synergy between the government, service provider institutions and the criminal and civil justice sectors. Key Words: Sexual Violence, Women, Nias, Characteristics
Percepatan Pembangunan di Empat Daerah Tertinggal di Jawa Timur: Perspektif Feminis Mita Yesyca
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 1 (2018): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.872 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i1.825

Abstract

Abstrak: Di tingkat global, nasional dan daerah, perempuan dipandang sebagai agen pembangunan. Ibarat ‘sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui,’ program pemberdayaan ekonomi perempuan khususnya di pedesaan atau daerah-daerah tertinggal diyakini mampu membawa dampak positif terhadap perempuan itu sendiri, keluarga atau rumah tangganya, perekonomian daerah setempat hingga perekonomian nasional. Studi pustaka ini hendak meninjau kembali keyakinan tersebut. Dengan menunjukkan interaksi antara gender dan ketimpangan ekonomi dalam hidup laki-laki dan perempuan di daerah-daerah tertinggal, khususnya di Jawa Timur, simpulan dari tulisan ini adalah bahwa program-program yang menitikberatkan pada pelibatan perempuan pedesaan agar dapat membuka akses mereka terhadap pasar belum tentu memberdayakan perempuan pedesaan dalam artian mentransformasi posisi mereka yang timpang terhadap keutamaan laki-laki dalam ekonomi. Pemberdayaan yang transformatif inilah yang sudah seharusnya tetap menjadi agenda pembangunan daerah-sensitif gender. Kata Kunci: Perempuan, Daerah Tertinggal, Jawa Timur, Pembangunan, Pemberdayaan Abstract: At the global, national and local levels, women are seen as the development agent. It’s like ‘once rowing, two or three islands are passed,’ women’s economic empowerment programs, especially in rural or underdeveloped areas are believed to be able to bring positive impact on women themselves, their families or households, local economies and national economies. This literature study wants to take a further look at the notion. By showing the interaction between gender and economic inequality in men and women’s lives in underdeveloped areas, especially in East Java, the conclusion of this paper is that programs that focus on rural women’s involvement in order to enable their access to the markets are not necessarily empowering women in the sense of transforming their unequal position against men’s preeminence in the economy. Such transformative empowerment should become an agenda for local development—a gender sensitive one. Key Words: Women, Underdeveloped Area, East Java, Development, Empowerment
Mereka yang Keluar dari Rumahnya: Pengalaman Perempuan Madura di Bekasi Khaerul Umam Noer
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 1 (2018): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.786 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i1.826

Abstract

Abstrak; Sebagai salah satu kelompok etnis yang paling banyak dipelajari di Indonesia terkait dengan mobilitas penduduknya, perempuan sering terabaikan ketika membahas perilaku migrasi Oreng Madura. Tulisan ini akan mencoba untuk menangkap perilaku migrasi perempuan Madura. Secara khusus, migrasi individu oleh perempuan Madura tanpa anggota keluarga mereka dan/atau orang-orang dengan kelompok etnis yang sama di Kabupaten Bekasi. Studi ini mengambil sepuluh orang sebagai subjek, dan berfokus pada mereka yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga, pedagang dan pekerja pabrik di beberapa tempat sebagai informan. Secara umum migrasi perempuan Madura di Bekasi mengikuti tiga pola umum: (1) bermigrasi ke tempat di mana ada anggota keluarga, (2) bermigrasi ke tempat di mana tidak ada anggota keluarga namun tetap dalam kelompok etnis yang sama, atau (3) bermigrasi ke tempat yang benar-benar baru. Dalam upaya untuk mengeksplorasi fenomena migrasi individu, tulisan ini berfokus pada poin ketiga. Alasan utama perempuan bermigrasi dari Madura adalah mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari kesempatan kerja yang lebih terbuka daripada di daerah asal mereka. Masalahnya adalah, banyak yang tidak memiliki kemampuan yang memadai, sehingga pekerjaan yang tersedia sebagai pekerja rumah tangga dan buruh, namun demikian, pekerjaan tersebut masih diambil sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan, baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai remitan. Dalam beberapa kasus, mereka tidak lagi kembali ke Madura tetapi memilih untuk tinggal di Bekasi. Tulisan ini berusaha untuk mengeksplorasi alasan bagi perempuan untuk bermigrasi, bagaimana mereka beradaptasi dengan daerah migrasi baru, dan khususnya menjelaskan bahwa perempuan juga sangat kalkulatif dan rasional ketika dihadapkan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan yang terbatas. Kata Kunci: Perempuan, Migrasi, Ekonomi, Madura Abstract: As one of the most studied ethnic groups in Indonesia related to population mobility, women are often overlooked when discussing the migration behavior of Oreng Madura. This paper will try to capture the migration behavior of Madurese women. Specifically, individual migration by Madurese women without their family members nor people with the same ethnic group in the District of Bekasi. This study takes ten peoples as the subject, and focuses on those who work as household workers, merchants and factory workers in several places as informants. In general it can be said that migration by Madurese women in Bekasi follows three general patterns: (1) migrating to a place where there are family members, (2) migrating to places where no family members yet have the same ethnic group, or (3) migrate to a completely new place. In an attempt to explore the phenomenon of individual migration, this paper focuses on the third point. The main reason women migrate to Madurese is to seek a better life and look for more open employment opportunities than in their home regions. The problem is, many do not have adequate capability, so they actually work more as domestic workers and laborers. Nevertheless, the work is still taken as an opportunity to earn income, either for himself or as a remittance. In some cases, they no longer return to Madura but choose to stay in Bekasi. This paper seeks to explore reasons for women to migrate, how they adapt to new migration areas, and in particular is to explain that women are calculative beings when confronted with limited economic and environmental conditions. Key Words: Women, Migration, Economy, Madura
Potret Keterwakilan Politik Perempuan Anggota Legislatif di DPRD NTT pada Pemilu 2014 Audra Jovani
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 1 (2018): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.151 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i1.829

Abstract

Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan mengenai potret perempuan anggota legislatif di DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpilih dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014. Dalam kerangka implementasi afirmative action (kuota 30 persen) mengenai keterwakilan perempuan di parlemen sudah dilakukan sejak tahun 2004, dan artikel ini ingin menjelaskan bagaimana keterwakilan perempuan NTT di lembaga legislatif dilihat dari latar belakang dan motivasi perempuan dalam mengikuti pemilu. Dengan menggunakan metode studi kasus dan analisis melacak proses, artikel ini berpendapat bahwa perempuan NTT yang berpartisipasi dalam pemilu 2014 mampu berkontribusi dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan parlemen, walaupun dalam perjalanannya, banyak menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal. Kata Kunci: Keterwakilan, Legislatif, Partai Politik, Nusa Tenggara Timur Abstract: This article describes about women legislative member in Provincial Parliament in Nusa Tenggara Timur, who elected in legislative election in 2014. On the frame of the implementation of women’s representation in parliament that has been started since 2004 election, this article explains representation of NTT’s women in parliament based on back ground and the motivation to participate in election. Using case study method and analysis with process tracing, this article argues that NTT’s women who participated in election, have contributed to consummate women’s representation into their political party and parliament. Even thought, NTT’s women has been faced internal and external challenges. Key Words: representation, legislative, political party, Nusa Tenggara Timur
Upaya Pencegahan Praktik Perdagangan Perempuan di Nusa Tenggara Timur Audra Jovani
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 2 No. 1 (2019): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.4 KB) | DOI: 10.33541/ji.v2i1.1040

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan mengenai upaya pencegahan praktik perdagangan perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Data menunjukkan bahwa NTT merupakan salah satu provinsi dengan tingkat praktik perdagangan manusia yang tinggi. Hal ini terjadi karena beberapa persoalan, antara lain kemiskinan, rendahnya pendidikan, lemahnya penegakan hukum, kurangnya ketersediaan lapangan kerja serta ketidakadilan di bidang sosial, politik dan ekonomi. Selain itu, kuatnya pelaku jaringan mafia perdagangan manusia yang menjalar sampai ke pelosok daerah. Kondisi ini diperparah oleh tradisi masyarakat yang cenderung menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua. Perempuan sering kali menjadi korban dalam menjawab permasalahan kemiskinan dan masalah sosial lainnya. Dengan menggunakan metode studi kasus dan analisis melacak proses, artikel ini berpendapat bahwa dengan sosialisasi, membangun kerja sama dengan tokoh adat, kampanye gerakan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, memberdayakan balai latihan kerja dan membangun produk unggulan berbasis gender dapat mencegah terjadinya praktik perdagangan perempuan di NTT. Kata Kunci: Pencegahan, Perdagangan Perempuan, Nusa Tenggara Timur
Faktor yang Memengaruhi Asertivitas Perempuan di Kabupaten Nias Eustalia Wigunawati
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 2 (2018): DESEMBER
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.909 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i2.936

Abstract

Abstrak: Masyarakat Kabupaten Nias merupakan penganut budaya patriarki. Perempuan masih dianggap sebagai pelengkap bagi laki-laki dan bukan individu yang berdaya. Kondisi ini membuat perempuan rentan mengalami kekerasan. Kekerasan yang dialami perempuan menggambarkan seorang yang tidak memiliki asertivitas. Asertivitas penting dimiliki oleh perempuan dalam menghadapi banyak situasi yang kurang menguntungkan. Apa yang menyebabkan perempuan di Nias kurang memiliki asertivitas? Artikel ini mencoba menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas perempuan di Kabupaten Nias. Adapun faktor yang mempengaruhi asertivitas antara lain jenis kelamin, budaya, pendidikan, situasi tertentu yang dialami, dan harga diri. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang memengaruhi asertivitas perempuan di Nias. Harapannya, kajian ini dapat menjadi langkah awal dalam melakukan intervensi untuk meningkatkan asertivitas perempuan di Nias. Kata Kunci: Asertivitas, Perempuan, Nias, Patriarki Abstract: Key Words: The Nias District community is a follower of patriarchal culture. Women are still considered to be complementary to men and not empowered individuals. This condition makes women vulnerable to violence. Violence experienced by women describes a person who does not have assertiveness. Asertivity is important for women to face in many disadvantaged situations. What causes women in Nias District to have low assertiveness? This article tries to describe the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The factors that influence assertiveness include gender, culture, education, certain situations experienced, and self-esteem. The purpose of this article is to find out an overview of the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The hope, this study can be the first step in intervening to improve women's assertiveness in Nias. Key words: Asertivity, Women, Nias, Patriarchal
Perempuan Alor di Pusaran Budaya Belis: Sebuah Pendekatan Etnografis Melalui Revitalisasi Budaya Anil Dawan
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 2 No. 1 (2019): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.495 KB) | DOI: 10.33541/ji.v2i1.1037

Abstract

This article discusses about women in Alor in the Belis vortex in a dilemma that limits its empowerment efforts. Cultural revitalization is closely related to the issue of child protection and empowerment of women, therefore it is necessary to reconstruct existing and ongoing social constructs, but it has an impact on systematic impoverishment, where women's rights and children's basic rights are not met. The revitalization process starts from the perspective that influences human life in terms of race, religion, ethnicity and community. This research method uses qualitative ethnography to photograph the lives of Alor women in the vortex of Belis culture and how it impacts on women's empowerment. especially education and well-being. The result was the collective awareness of 3 Triple Helix (three stoves, namely traditional leaders, religious leaders and the government). Collective awareness results from a long process of journey and combinatorial collaboration between people who want to change, middle people who become assistants and change facilitators and the government as a key stake holder that provides power, funding and prayer support. Keywords: cultural revitalization, empowerment of women, belis
Delivering Justice for Women Victims of Conflicts: How Judicial Mechanisms Perpetuated Gender Inequality in Timor-Leste Sorang Saragih; Mita Yesyca
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 1 No. 2 (2018): DESEMBER
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.869 KB) | DOI: 10.33541/ji.v1i2.938

Abstract

Abstrak: Timor-Leste adalah salah satu kisah sukses operasi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlepas dari lamanya operasi tersebut dilakukan. Intervensi PBB di Timor-Leste bersifat khusus karena PBB menetapkan dua mekanisme peradilan selama operasi perdamaian berjalan, yaitu Serious Crime Unit (SCU) atau Unit Kejahatan Serius dan Komisi Kebenaran (CAVR). Baik SCU maupun CAVR memiliki mandat yang berbeda dengan tujuan bersama untuk mengatasi pelanggaran HAM yang terjadi di Timor-Leste. Tulisan ini bertujuan untuk mengkritik kedua mekanisme tersebut, khususnya mengenai bagaimana inisiatif ini mengusahakan keadilan bagi perempuan korban konflik di Timor-Leste. Kritik berfokus pada mandat, tindakan dan otoritas mereka. Berdasarkan ketiga aspek ini, kesimpulan yang dihasilkan adalah mekanisme –mekanisme ini gagal memberikan keadilan bagi para perempuan korban di Timor-Leste. Kata Kunci: Timor-Leste, operasi perdamaian PBB, pelanggaran HAM, mekanisme peradilan, SCU, CAVR, perempuan korban Abstract: Timor-Leste is one of few success stories of the United Nations (UN) peacekeeping operations despite its long period. The UN intervention in Timor-Leste is unique because it established two justice mechanisms during the peacekeeping operations, namely the Serious Crime Unit (SCU) and the Truth Commission (CAVR). Both SCU and CAVR have different mandates with a common objective to address human rights violations committed in Timor-Leste. This paper tries to criticize these two mechanisms, particularly on how these initiatives delivered justice for women victims of conflict in Timor-Leste. The critique focuses on their mandate, performance, and authority. Based on these three aspects, it is concluded that these mechanisms failed to deliver justice to women victims in Timor-Leste. Key Words: Timor-Leste, UN peacekeeping operation, human rights violations, justice mechanism, SCU, CAVR, women victims
Kesempatan Perempuan mendapatkan Pelayanan dan Hak Kesehatan Reproduksi di Pedesaan Alor, Nusa Tenggara Timur Sipin Putra
Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar Vol. 2 No. 1 (2019): JUNI
Publisher : Pusat Studi Wanita, Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.544 KB) | DOI: 10.33541/ji.v2i1.1036

Abstract

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dulu dianggap sebagai daerah di mana angka kematian ibu dan anak yang tinggi di Indonesia. Di saat yang bersamaan, Millennium Development Goals (MDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan terhadap semua negara dalam hal pengurangan substansial dalam kematian anak dan ibu hingga tahun 2015 (dari 1990). Karena itu, Indonesia dan NTT perlu memiliki program komitmen yang kuat. Mengurangi kematian ibu dan anak adalah salah satu dari program strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Indonesia masih mengalami permasalahan kematian ibu tinggi, kasus HIV, status gizi buruk dan penyakit tidak menular. Presiden Joko Widodo menyatakan pentingnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu agar kesehatan anak lebih baik, hal ini menjadi bagian dari program prioritas nasional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti berdasarkan peluang dan partisipasi perempuan dalam hak dan layanan kesehatan reproduksi. Penelitian ini juga mengidentifikasi pengucilan sosial di antara keputusan perempuan yang berkaitan dengan praktik tradisional dan budaya; untuk mengeksplorasi kebijakan kesehatan reproduksi di Alor. Peneliti mengambil informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabuaten Alor dengan menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi terbatas khususnya untuk perempuan. Konsultasi pra nikah adalah salah satu kebijakan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan Kementerian Agama dari tingkat pusat hingga kecamatan. Kekerasan berbasis gender biasanya terjadi terkait aktivitas seksual perempuan dan laki-laki. Posisi perempuan dalam komunitas masih lemah, terutama yang terkait dengan budaya mas kawin 'belis' - Moko. Belis menjadi sebuah belenggu bagi Perempuan Alor dalam mengakses hak dan kesehatan reproduksi. Perempuan Alor belum paham benar tentang hak kesehatan reproduksi mereka. Kata Kunci: Perempuan, Hak Kesehatan Reproduksi, FGD, Belis