cover
Contact Name
Noh Ibrahim Boiliu
Contact Email
nohibrahim.boiliu@uki.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
regulafidei@uki.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pendidikan Agama Kristen, FKIP, Universitas Kristen Indonesia., Indonesia
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 25028030     EISSN : 26209926     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
REGULA FIDEI: Jurnal Pendidikan Agama Kristen diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Agama Kristen, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia. Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk memublikasikan hasil kajian ilmiah di bidang Pendidikan Agama Kristen dan yang terkait dengan studi keagamaan Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 106 Documents
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KOTBAH DI BUKIT Aeron Frior Sihombing
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.461 KB)

Abstract

Latar belakang permasalahan dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan dalam generasi zaman ini akibat media massa yang mengubah pola pikir, perilaku, maupun kebiasaan pemuda zaman sekarang, disertai pendidikan yang kecenderungannya berbasiskan pengetahuan atau kognitif. Semua ini akan mengakibatkan manusia tidak menjadi manusiawi. Maka, pendidikan karakter ditawarkan oleh Yesus dalam ucapan bahagia di Kotbah di Bukit merupakan pendidikan berbasiskan karakter yang berpusatkan pada imitasi Kristus, yaitu mengikuti jejak atau langkah Kristus dalam kehidupan mahasiswa/i Kristen Indonesia. Kerangka berpikir atau world view inilah yang menjadi pendidikan Karakter Kristen. Dengan demikian, penelitian ini akan mengunakan metode sinkronik yaitu mengeksegese apa yang dikatakan dalam teks Matius 5:1-12.
MOTIVASI DAN KEBERHASILAN BELAJAR SISWA Yohanes Joko Saptono
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.131 KB)

Abstract

Motivation to learn is so important, because it affects students’ learning outcomes. Anyone who is not motivated to learn will be unable to carry out the learning activities. Naturally, everyone performs an activity with a purpose. A motivated person will utilize all means he can get to achieve his goal. The levels of motivation are even used as an indicator of good or poor learners. Students who like certain subjects will study happily and vigorously. Motivation will undoubtedly determine learners’ level of achievement. Abstrak: Motivasi belajar begitu penting, sebab berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik. Setiap orang mempunyai tujuan melakukan sebuah aktivitasnya. Terdorongnya seseorang melakukan sebuah kegiatan, akan berjalan bersama dengan motivasi yang kuat, Motivasi untuk mencapai maksudnya dengan memanfaatkan segala daya upaya yang dapat dilakukan. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator terhadap baik buruknya prestasi belajar peserta didik. Anak didik yang menyukai mata pelajaran tertentu akan senang mengikuti dan dengan penuh semangat mempelajarinya. Motivasi akan menentukan tinggi rendahnya pencapaian prestasi peserta didik.
FENOMENA GAME POKÉMON GO DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI DAN TEOLOGI Joseph Christ Santo
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2018): September 2018
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.266 KB) | DOI: 10.46307/rfidei.v3i2.26

Abstract

Pokémon Go is one of the augmented reality based games and is rampant in 2016. To declare that this game needs to be banned or not, researchers need a psychological and theological approach to assess this game. Based on a psychological approach, this game actually contains positive things. The player gets up and moves around, and relates to strangers. Theologically, Pokémon Go as a form of entertainment does not have anything that needs to be banned. What is needed from Pokémon Go players is self-control so that they don't get caught up in addiction. The ban on Pokémon Go does not touch the real problem, what is needed more than Pokémon Go players is self-control. Abstrak: Pokémon Go adalah salah satu game yang berbasis augmented reality dan marak pada tahun 2016. Untuk menyatakan bahwa game ini perlu dilarang atau tidak, Peneliti memerlukan pendekatan psikologis dan teologis untuk menilai game ini. Berdasarkan pendekatan psikologis, game ini justru mengandung hal positif. Pemainnya bangkit dan bergerak di sekeliling, serta berelasi dengan orang asing. Secara teologis, Pokémon Go sebagai salah satu bentuk hiburan tidak memiliki sesuatu yang perlu dilarang. Yang dibutuhkan dari pemain Pokémon Go adalah pengendalian diri sehingga tidak terjebak kepada kecanduan. Pelarangan Pokémon Go tidak menyentuh persoalan yang sesungguhnya, yang lebih dibutuhkan dari pemain Pokémon Go adalah pengendalian diri.
Kesiapan Mengajar Pendidikan Agama Kristen Berdasarkan Kurikulum 2013 pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Tunggul Yulianto; Binsar Hutasoit
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 5, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.028 KB) | DOI: 10.46307/rfidei.v5i1.47

Abstract

The students of the study program of PAK are prepared to become instructors at all levels of education at the elementary, junior, and senior high school levels. However, data is needed about the readiness of students in teaching at all levels. The range of levels from primary education or even PAUD and Kindergarten to junior high and high school levels is a very wide range. In this case, it is necessary to know which level is the choice of students to be ready to teach. Students have reasons for readiness and unpreparedness in teaching. Data is obtained, that all students are ready to teach elementary level for all teaching material. At the junior secondary level, teaching readiness decreases in line with the increasing difficulty of teaching materials on certain themes. At the high school level, students have the lowest teaching readiness because there are teaching materials that are more difficult than the level of education below. The results of the analysis found that the difficulty of teaching materials based on the 2013 curriculum in students is closely related to the learning process in tertiary institutions in terms of the types of subjects and special courses of PAK based on the 2013 curriculum. AbstrakMahasiswa prodi PAK disiapkan utuk menjadi pengajar pada semua jenjang pendidikan baik di tingkat pendidikan dasar, menengah pertama maupun menengah atas. Namun diperlukan data tentang kesiapan mahasiswa dalam mengajar pada semua jenjang tersebut. Rentang jenjang dari pendidikan dasar atau bahkan PAUD dan TK sampai dengan jenjang SMP dan SMA merupakan rentang yang sangat luas. Dalam hal ini perlu untuk diketahui pada jenjang manakah yang menjadi pilihan mahasiswa untuk siap megajar. Mahasiswa memiliki alasan-alasan tentang kesiapan dan ketidaksiapan dalam mengajar. Diperoleh data, bahwa semua mahasiswa sudah siap mengajar tingkat SD untuk semua materi ajar. Pada tingkat SMP, kesiapan mengajarnya menurun sejalan dengan meningkatnya kesulitan bahan ajar pada tema-tema tertentu. Pada tingkat SMA, mahasiswa memiliki kesiapan mengajar yang paling rendah karena adanya bahan ajar yang lebih sulit dibandingkan jenjang pendidikan dibawahnya. Hasil analisis didapat bahwa kesulitan bahan ajar berdasar kurikulum 2013 pada mahasiswa sangat berkaitan dengan proses belajarnya di perguruan tinggi dalam hal jenis mata kuliah dan mata kuliah khusus PAK yang berdasarkan kurikulum 2013.
KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA: STUDI KITAB ULANGAN 6:1-9 Janse Belandina Non-Serrano
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.656 KB)

Abstract

The experience during their childhood is a very important factor in the next development phase of children’s life. One of the most significant forms of the experience is parental exemplary, an influential means of faith and moral education for children. Proper parental exemplary will make children responsible, possess good attitude and healthy social relationships, and have a good religiosity. God commands parents to educate their children to know and love Him. This indicates that parents—the leaders in the family—should carry out God’ mandate commanding them to be the first and primary educator for their children. The education provided by parents is through verbal teachings and exemplary through real daily activities. Only parents who know God and who keep closely associating with Him through prayer and reading the Bible will be resilient and able to educate their children on the right path and in the will of God. Every parent is obligated to train their children in the womb. Childhood is an important period for imparting integral education. Abstraks: Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Keteladanan orang tua menjadi wahana pendidikan iman dan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk individu yang bertanggung jawab, memiliki sikap dan hubungan sosial yang sehat, memiliki religiusitas yang baik. Allah memberikan tugas pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya mengenal dan mengasihi Allah. Itu berarti, orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga yang mengemban amanah dari Allah untuk menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua adalah melalui ajaran verbal dan keteladan hidup melalui perbuatan nyata yang patut diteladani. Hanya orang tua yang mengenal Allah, bergaul erat dengan Allah melalui kesetiaan berdoa dan membaca Alkitab yang akan tabah dan mampu mendidik anak-anaknya di jalan yang benar dan dikehendaki Allah. Setiap orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya sejak dalam kandungan. Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam menanamkan pendidikan yang bersifat integral.
HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE PENDEKATAN DALAM TEOLOGI Deora Westa Purba
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.848 KB)

Abstract

Theology is science. As a science, theology requires an approach method in discussing and accounting for the results of the discussion. Hermeneutics is an approach method used by theology in discussing the field of theological work. Hermeneutics in theology at the level of implementation is operated in the act of exegesis. Although as a science, there are intellectus quarens fidems in theology. Abstrak: Teologi adalah ilmu. Sebagai ilmu, teologi membutuhkan metode pendekatan dalam membahas dan mempertanggungjawabkan hasil pembahasan. Hermeneutika merupakan metode pendekatan yang digunakan teologi dalam membahas bidang garapan teologi. Hermeneutika dalam teologi dalam tataran implementasi dioperasikan dalam tindakan eksegesis. Meski sebagai ilmu, di dalam teologi terdapat unsur intellectus quarens fidems.
HUBUNGAN ANTARA PERSIAPAN MENGAJAR GURU DENGAN DAYA TANGKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS XI DAN XII DI SEKOLAH SMA 4 PSKD PANGLIMA POLIM Tuti Waty Boang Manalu; Christina Metallica Samosir; Ronny Gunawan
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 2 (2019): September 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.654 KB) | DOI: 10.46307/rfidei.v4i2.40

Abstract

This study aims to find out how preparations for teaching the teacher with the catching power of class XI and XII students in SMA 4 PSKD Panglima Polim. In this study the population is students of class XI and XII SMA 4 PSKD Panglima Polim totaling 60 people. The method used in this research is quantitative descriptive method. The data obtained were analyzed using a percentage frequency distribution. The instrument used is a questionnaire with table form. This method is chosen because it suits the research objectives to be achieved. From the results of the research of the two variables shows that there is a positive and significant relationship between the preparation variables of teaching the teacher with the student's catching power. In other words, the alternative hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected, this is indicated by the correlation coefficient of 0.501 or 50.1% which shows the correlation of the two variables is positive. As well as the coefficient of determination of 0.251 or 25.1% which shows the teacher's teaching preparation variable has a relationship with the student's catching power of 25.1% while 74.9% is influenced by other factors. Another thing is also indicated by the ANOVA or F test, Fcount of 9.336 with sig. = 0.005
PENGARUH PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MINGGU TERHADAP PEMAHAMAN MATERI YANG DIAJARKAN PADA ANAK USIA 9-12 (Kelas Besar) TAHUN DI GBI TAMAN Marta Uli Nadapdap
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2016): September 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.224 KB)

Abstract

This study was conducted to represent the importance of professionalism of Sunday school teacher toward understanding of material taught to 9-12-year-old students (youth class) at GBI Meruya Jakarta Barat. In this study, the researcher wanted to know how significant the effect of professionalism of Sunday school teacher toward understanding of material. The data of this research is quantitative where the method of this research is survey of correlation or the effect between the variables investigated. The researcher, in this case, wanted to test the hypothesis related to dependent and independent variables. The independent variable is professionalism of Sunday school teacher (X) and the dependent variable is understanding of material (Y). The population of this research is 9-12-year-old students (youth class) at GBI Meruya Jakarta Barat. To collect the data, the researcher used questionnaire form answered in research sample. Based on the result, it is known that tcount (4.097) > ttable (2.048), so H0 was accepted and Ha was rejected. It means that professionalism of Sunday school teacher affected toward the understanding of material taught to 9-12-year-old students (youth class) (Y) at GBI (gereja Bethel Indonesia) Meruya Jakarta Barat. Based on the result above, it was found that determination coefficient (r square) reaches 0.375. Thus, the effect of teacher variable professionalism (X) toward understanding of material taught to 9-12-year-old students (youth class) (Y) at GBI (gereja Bethel Indonesia) Meruya Jakarta Barat is 37.5%, while the rest (37.5%) was affected by another factor not researched. Abstrak: Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa pengaruh profesionalisme guru Sekolah Minggu terhadap pemahaman materi. Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dimana jenis penelitian yang digunakan oleh penulis ini yaitu metode survei berbentuk korelasi atau pengaruh antar variabel yang diteliti. Dalam hal ini peneliti bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam skripsi ini adalah Profesionalime guru Sekolah Minggu (X) dan variabel terikatnya adalah Pemahaman materi (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak Sekolah Minggu pada Usia 9-12 tahun (kelas besar) Gereja Bethel Indonesia (GBI) Taman Meruya, Jakarta Barat. Untuk pengumpulan data penelitian ini digunakan angket yang disusun oleh peneliti dan dijawab pada sampel penelitian. Berdasarkan hasil dapat diketahui bahwa thitung (4.097) > ttabel (2.048) jadi H0 ditolak dan Ha diterima, berarti profesionalisme guru sekolah minggu (X) berpengaruh terhadap pemahaman materi yang diajarkan pada anak usia 9-12 (kelas besar) tahun di GBI Taman Meruya,Jakarta Barat, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengaruh profesionalisme guru terhadap pemahaman materi yang diajarkan pada anak usia -12 tahun di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Taman Meruya, Jakarta Barat. Dan Dari hasil pengujian di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.375. Jadi sumbangan pengaruh dari variabel profesionalisme guru (X) terhadap pemahaman materi yang diajarkan pada anak Usia 9 -12 tahun (Y) di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Meruya, Jakarta Barat adalah sebesar 37.5%, sedangkan sisanya (100% - 37.5%=62.5%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
FILSAFAT PENDIDIKAN DRIYAKARA DALAM MENJAWAB TANTANGAN ERA INDUSTRI 4.0 Eustalia Wigunawati
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.303 KB)

Abstract

There are so many challenges faced in the world of education in the era of industrial revolution 4.0. In answering this, the writer made an article that use literature study methods from several literatures with content analysis studies. In the article the author emphasizes that educators must restore the essence of an education. As offered by Driyarkara in his thoughts and integrated with the philosophy of humanism education. The main actors in education are parents and children. The essence of an education is the inculcation of religious values and morals. The educational values conveyed by Driyarkara are basic education which consists of parents and children. The task of parents as educators is to accompany children to become mature humans. Children learn to become adults by learning directly and actively. Thus, children will realize the benefits of learning itself. In the process there must still be discipline and the implementation of values. Abstrak: Ada begitu banyak tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0. Dalam tulisan ini, penulis berusaha menjawab tantangan tersebut dengan metode studi pustaka dari beberapa literatur dengan kajian analisis isi. Dalam artikel penulis menekankan bahwa para pendidik harus mengembalikan esensi dari sebuah pendidikan. Seperti yang ditawarkan oleh Driyakara dalam pemikirannya dan dipadukan dengan filsafat pendidikan humanism. Pelaku dalam pendidikan yang utama adalah orangtua dan anak. Esensi dari sebuah pendidikan adalah penanaman nilai-nilai dan moral keagamaan. Nilai-nilai pendidikan yang disampaikan oleh Driyarkara adalah pendidikan mendasar yang didalamnya terdiri dari orangtua dan anak. Tugas orangtua sebagai pendidik adalah mendampingi anak agar menjadi manusia yang dewasa. Anak belajar menjadi manusia dewasa dengan belajar secara langsung dan aktif. Dengan demikian, anak akan menyadari manfaat dari belajar itu sendiri. Dalam prosesnya harus tetap ada pendisiplinan dan pelaksanaan nilai-nilai.
MANAJEMEN KONFLIK DAN PENDIDIK KRISTEN: SEBUAH TEORI DAN PRAKSIS Jerry Rumahlatu
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.879 KB)

Abstract

In most educational institutions’ daily life, various conflicts involving individualsor groups occur. The conflicts can be differentiated into five forms: a) conflict within the individual; b) conflicts between individuals; c) conflicts among members of one group; d) conflicts between educators and administrative personnels; and (e) conflicts between organizations. Conflicts are inevitable in an institutionn. Conflicts can also be positive and negative forces.The management, therefore, should not eliminate any conflicts, except the ones causing bad impact. Some types or levels of conflict may even be used to change or to innovate. Thus, conflict is not something to be feared. It is something to be managed so that itcontributein the trials to achieve tehe goals of the organization. Abstrak: Dalam aktivitas lembaga pendidikan, dijumpai bermacam-macam konflik yang melibatkan individu-individu, maupun kelompok-kelompok. Pada hakekatnya konflik ditandai dengan lima bentuk yaitu a). Konflik dalam diri individu b). Konflik antar individu c). Konflik antar anggota dalam satu kelompok, d). Konflik antar bagian pendidik dan kependidikan dalam institusi pendidikan dan juga konflik antar organisasi. Seringkali konflik tidak dapat dihindari dalam sebuah lembaga, karena pada prinsipnya konflik tersebut dapat menjadi kekuatan positif dan negatif, sehingga manajemen seharusnya tidak perlu menghilangkan semua konflik, tetapi hanya pada konflik yang menimbulkan dampak ganguan atas usaha organisasi mencapai tujuan saja yang perlu dihilangkan. Beberapa jenis atau tingkatan konflik mungkin terbukti bermanfaat pula digunakan sebagai sarana untuk perubahan atau inovasi. Dengan demikian konflik bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, tetapi merupakan sesuatu hal yang perlu untuk dikelola agar dapat memberikan kontribusinya bagi perncapaian tujuan organisasi.

Page 3 of 11 | Total Record : 106