cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Arjuna Subject : -
Articles 88 Documents
Intensitas Penyakit yang Terdapat pada Tanaman Jagung dan Kacang Tanah dalam Pola Tumpangsari di Pertanian Lahan Kering Kabupaten Muna Barat Bande, La Ode Santiaji; HS, Gusnawaty; Resman, Resman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.962 KB) | DOI: 10.37149/3129

Abstract

Pola tanam tumpangsari jagung-kacang tanah telah lama dikembangkan oleh masyarakat Muna dan merupakan bentuk kearifan lokal pada pertanian lahan kering. Model budidaya tanaman semusim ini dilakukan dengan tanpa olah tanah (TOT) dan belum menggunakan pupuk kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah dalam pola tumpangsari jagung-kacang tanah pada pertanian tanpa oleh tanah di lahan kering dan kondisi yang mempengaruhinya. Penelitian ini di lakukan di Desa Wakontu Kecamatan Wadaga Kabupaten Muna Barat. Waktu penelitian dilakukan pada musim tanam bulan Januari 2015. Data diperoleh melalui survei pada kebun petani yang menerapkan pola tanam tumpangsari jagung-kacang tanah pada fase pertumbuhan vegetatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang terdapat pada tanaman jagung yaitu penyakit bulai dengan intensitas penyakit  sebesar 29,5%, dan penyakit pada kacang tanah yaitu penyakit bercak daun, penyakit belang, dan penyakit layu sclerotium dengan intensitas penyakit masing-masing sebesar 21,7, 9,2 dan 5,3%. Perbedaan waktu tanaman menyebabkan adanya variasi tingginya intensitas penyakit bulai jagung pada masing-masing kebun petani yakni yang ditanam pada curah hujan tinggi mempunyai intensitas penyakit bulai yang tinggi sedangkan yang ditanam pada awal musim hujan mempunyai intensitas penyakit yang rendah. Kebun yang sudah lama ditanami (4 kali musim tanam) mempunyai intensitas penyakit bulai lebih tinggi dibandingkan dengan kebun bukaan baru. Intensitas penyakit pada kacang tanah tidak dipengaruhi oleh waktu tanam dan lamanya kebun ditanami.
Penggunaan Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Pangan, Industri dan Hortikultura Baharudin, Baharudin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.568 KB) | DOI: 10.37149/3125

Abstract

Tanaman industri, pangan dan hortikultura pada lima tahun terakhir mengalami penurunan produksi baik dari segi kuantitas, maupun kualitas yang tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk baik di dunia maupun di Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah harus meningkatkan produksi pertanian salah satu melalui penggunaan pestisida nabati yang ramah lingkungan. Makalah ini bertujuan untuk mengendalikan Hama dan penyakit pada tanaman pangan, industry dan hortikultura berbasis ramah lingkungan. Penggunaan pestisida nabati di Indonesia dan di Sulawesi Tenggara sangat sesuai karena didukung dengan keanekaragaman hayati, tersedia di alam, biaya rendah dan sosial ekonomi petani. Keunggulan dari pestisida nabati mulai dari kandungan hingga hasil aplikasi untuk mengendalikan hama dan penyakit tidak berbeda dengan pestisida kimiawi, karena 50,58% mengatasi masalah hama, 19,40% penyakit, 5,60% pasca panen, 5,40% plasma nutfah dan 11,10% masalah lainnya. Kemampuan dalam mengendalikan pestisida nabati bersifat mencegah, mengusir, repellent, memerangkap, menghambat pertumbuhan, sporulasi dan rigumentasi, menurunkan bobot badan dan aktivitas hormonal, mengganggu komunikasi, pergantian kulit, menimbulkan tekanan sampai kematian. Di alam pestisida nabati mudah larut dan terurai atau hit an run. Peningkatan pendapatan petani dengan pestisida nabati sebesar Rp. 9.652.100/ha tidak berbeda dengan pestisida kimiawi/sintetis Rp. 9.920.000/ha dan pendapatan dengan pola introduksi teknologi sebesar Rp.12.930.000/ha dan teknologi petani Rp.2.400.000/ha, serta mengalami kerugian sebesar Rp. 1.701.800. Penggunaan pestisida nabati sudah menjadi perhatian beberapa kalangan baik peneliti, pengajar, penyuluh, stakeholders, petani, masyarakat luas baik nasiona maupun internasional dan pengguna lainnya.
Rekayasa Ekologis Ultisol Bervegetasi Alang-Alang dengan Kondisi Tercekam Biologis untuk Pengembangan Tomat Lokal Muna Kilowasid, La Ode Muhammad Harjoni; Lisnawati, Lisnawati; Nurhaida, Nurhaida; Sarawa, Sarawa; Alam, Samsu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.199 KB) | DOI: 10.37149/3130

Abstract

Memacu peningkatan laju pertumbuhan produktivitas pangan di Indoensia dilakukan melalui pendekatan peningkatan produksi per satuan luas, perluasan area pertanian, dan restorasi lahan-lahan pertanian terdegradasi. Paradigma teknologi peningkatan produksi tanaman pangan era pasca Bimas Pertanian (Green Revolution) diarahkan kepada penggunaan teknologi minimal bahan bakar, emisi gas teredusir, kesehatan petani terjaga, lingkungan sehat dan aman, serta kehilangan keanekaragaman hayati terhindarkan. Lahan pengembangan pertanian kelompok Ultisol  bervegetasi alang-alang cukup tersebar luas di wilayah Indonesia bagian Timur. Faktor fisik-kimia pembatas pertumbuhan tanaman tanah ini sering digunakan sebagai basis pendekatan pengembangan teknologi peningkatan produksi pangan pertanian. Sesungguhnya, faktor pembatas kelulus-hidupan tanaman tidak hanya dikendalikan faktor fisik-kimia tanah, tetapi juga ditentukan oleh faktor biologi tanah, yakni kelompok biota tanah yang mendapatkan makanan dengan memangsa akar tanaman, selanjutnya dalam makalah ini dirujuk sebagai cekaman biologis‖.Buah tomat sering dihidangkan dalam menu setiap hari baik bentuk buah segar ataupun hasil olahannya. Tomat lokal Muna sebagai salah satu kekayaan plasma nutfah dari Sulawesi Tenggara perlu mendapatkan perhatian untuk pengembangannya di berbagai tipe agroekologi dalam kerangka kerja teknologi produksi pangan era pasca Bimas Pertanian. Dinding sel akar tomat cukup lunak sehingga mudah diakses oleh sejumlah biota tanah pemangsa akar. Konsep yang dikembangkan pengaturan populasi pemangsa akar melalui rekayasa ekologis menggunakan fauna tanah perkayasa ekosistem dan bahan organik untuk mengatasi cekaman biologis. Makalah ini bertujuan untuk memelajari peran introduksi fauna tanah perekayasa dan bahan organik terhadap kerapatan nematoda pemakan akar pada Ultisol dan untuk mengkaji pengaruh jangka panjang hasil rekayasa in situ menggunakan fauna tanah perekayasa ekosistem dan berbagai jenis bahan organik pada Ultisol terhadap kelulus-hidupan dan hasil panen buah tomat lokal Muna.Tiga tingkatan jumlah individu cacing tanah epigeik (Lumbricus sp.), yakni 0, 20, dan 40 individu per petak dan tiga jenis bahan organik (pangkasan Chromolaena odorata, pangkasan Collopogonium sp., dan pangkasan Imperata cylindrica) diuji mengikuti prosedur rancangan acak kelompok. Benih tomat lokal yang diperoleh dari petani di Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna dikecambahkan pada media tumbuh dari campuran Ultisol dan pupuk kandang sapi dan dipelihara sampai bibit berusia 3 minggu. Bibit tomat ditanam di tiap petak dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Setelah petak percobaan diberokan selama tiga bulan, ditanami kembali bibit tomat lokal Muna pada tiap petak percobaan.Hasil penelitian pada tahap pertama menunjukan kerapatan nematoda pemakan akar pada 30, 60 maupun 90 hari setelah tanam antara kombinasi jumlah individu cacing tanah dan jenis bahan organik berbeda signifikan. Kerapatan nematoda pemakan akar menunjukan kecenderungan menurun sejalan dengan bertambahnya waktu setelah aplikasi cacing tanah dan bahan organik. Dalam percobaan tahap pertama tanaman tomat di semua petak percobaan hanya dapat bertahan hidup sampai usia dua minggu setelah tanam. Percobaan tahap dua menunjukan buah tomat dari tiap petak percobaan dapat dipanen. Jumlah buah dapat dipanen bervaraisi menurut jumlah cacing tanah dan jenis bahan organik. Total buah dipanen pada bahan organik dari C. odorata tanpa introduksi cacing tanah lebih rendah dibanding dengan introduksi 20 dan 40 individu cacing tanah. Total buah dipanen pada pangkasan Collopogonium sp. tanpa cacing tanah lebih banyak dibanding dengan introduksi 20 dan 40 jumlah individu cacing tanah. Total buah dipanen pada kombinasi pangkasan I. cylindrica untuk semua jumlah individu cacing tanah relatif mirip. Berat buah segar pada pangkasan I. cylindrica dengan introduksi 20 individu cacing tanah adalah paling tinggi, sedang pangkasan I. cylindrica dengan introduksi 40 individu cacing tanah adalah paling rendah.Temuan di atas membantu kami menyimpulkan bahwa pendakatan biologis melalui rekayasa ekologi menunjukan pengaruh bermanfaat dalam jangka panjang terhadap produktivitas pangan. Waktu mendatang, kajian terkait ―Agroecological Economic” metode rekayasa ekologi kualitas dan kesuburan tanah untuk produksi pangan masih perlu dikembangkan untuk mensikronkan antara upaya-upaya percepatan capaian swasembada pangan tiga tahuan ke depan dengan paradigma pertanian era pasca Bimas Pertanian (Green Revolution).
Perwujudan Swasembada Pangan Melalui Perbaikan Teknologi Pengelolaan Air Bahrun, Andi; Afa, La Ode; Erawan, Dedi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.842 KB) | DOI: 10.37149/3121

Abstract

Salah satu Nawacita pemerintah Jokowi-JK adalah mewujudkan kemandirian ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik khususnya sektor pertanian dalam upaya membangun dan mewujudkan kedaulatan pangan. Indonesia memiliki lahan kering dan basah potensial untuk mewujudkan target pemerintah tersebut, namun demikian tidaklah mudah karena sektor pertanian diperhadapkan dengan berbagai ancaman serius seperti degradasi sumber daya pertanian, konversi dan alih fungsi lahan, pencemaran pertanian serta variabilitas dan ketidak pastian iklim serta banyaknya jaringan irigasi yang rusak. Selain itu faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah anomali iklim baik pada skala lokal, nasional dan global karena secara langsung dan tak langsung mempengaruhi pencapaian swasembada pangan. Kejadian banjir dan musim kemarau berkepanjangan merupakan faktor yang sulit dihindari dan menjadi bagian yangtidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian khususnya pencapaian swasembada pangan. Swasembada pangan dapat dicapai antara lain harus didukung oleh ketersediaan sumber daya air dan teknologi pengelolaan air. Teknologi pengelolaan air menjadi faktor kunci sukses dalam upaya meningkatkan produksi guna mewujudkan swasembada pangan. Teknologi pengelolaan air yang perlu dilakukan di lahan basah seperti teknologi tata air mikro dan surjan, irigasi macak-macak, irigasi bergilir, dan irigasi berselang (alternate wetting and drying) sedangkan teknologi pengelolaan air di lahan kering meliputi konservasi tanah dan air, pengembangan embung dan pemanenan air, pengembangan irigasi bertekanan dan pompanisasi serta pengembangan irigasi hemat air lainnya seperti irigasi tetes, saluran resapan dan pengairan separuh daerah akar
Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan Sadimantara, H. Gusti Ray; Muhidin, Muhidin
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.637 KB) | DOI: 10.37149/3126

Abstract

Padi merupakan komoditi strategis yang dapat memberikan dampak yang serius pada bidang sosial, ekonomi, maupun politik di Indonesia. Pengadaan padi nasional harus betul-betul diperhatikan agar tidak terjadi gejolak yang tidak diinginkan. Peningkatan produktivitas padi guna mewujudkan swasembada pangan secara berkelanjutan, dapat dilakukan melalui: (1) pendekatan teknis/lingkungan (biotik, abiotik, dan manajemen); (2) perbaikan karakter tanaman (pemuliaan konvensional, bioteknologi/rekayasa genetik); (3) pemanfaatan sumber daya (varietas) lokal secara maksimal; (4) penambahan luasan lahan pertanian baru; dan (5) pendekatan sosial budaya. Produksi pangan tergantung dari berbagai faktor, seperti iklim, tanah, tanaman, sarana produksi, manajemen dan insentif bagi para petani dalam memproduksi komoditas pangan. Rendahnya laju peningkatan produksi pangan diduga disebabkan oleh: (1) produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; (2) peningkatan luas areal penanaman-panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif di pulau Jawa. Upaya-upaya terpadu secara terkonsentrasi pada peningkatan produksi padi nasional yang terencana mulai ―presisi‖ di sektor hulu – proses (on farm) dan hilirnya perlu dilakukan dengan penekanan pada: peningkatan produktivitas dan penerapan teknologi bio/hayati organik, perluasan areal pertanian pangan (padi) dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya pendukung lokalnya, kebijakan tataniaga beras dan pembatasan impor beras, pemberian kredit produksi dan subsidi bagi petani padi, serta pembatasan konversi lahan pertanian pangan menjadi lahan non-pertanian.
Pemanfaatan Informasi Klimatik Dan Karakterisistik Fisik Tanah Untuk Menentukan Neraca Air Dalam Mendukung Produksi Jagung Kacang Tanah Sistem Tumpangsari Sabaruddin, La Ode; Afa, La Ode; Syaf, Hasbullah; Kilowasid, La Ode Muhammad Harjoni; Ardi, Ardi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.29 KB) | DOI: 10.37149/3131

Abstract

Masalah yang sering dialami petani dalam pertanian lahan kering adalah pemanfaatannya yang belum optimal dari sisi informasi sumberdaya iklim dan tanah. Dalam bidang pertanian, informasi klimatik dan karakteristik tanah merupakan faktor yang sangat penting kaitannya dengan pemilihan teknologi budidaya dalam mendukung pertumbuhan dan produksi. Di sisi lain pengembangan  tanaman khususnya tanaman pangan masih berorientasi kepada kebutuhan petani dan keinginan pemerintah dan belum didasarkan pada informasi klimatik dan karakteristik tanah wilayah  pengembangan. Untuk menjawab masalah tersebut telah dilaksanakan penelitian untuk menentukan neraca air dalam mendukung produksi. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui tingkat produksi tanaman jagung dan kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan air tanah di wilayah penelitian adalah 29.01 %vol dan 20.06 %vol masing-masing sebagai batas atas dan batas bawah air, dengan tingkat ketersediaan 89.45 mm m-1. Interaksi antara pemberian pupuk urea:SP-36:KCl dosis 125:100:50 kg ha-1 dengan waktu tanam kacang tanah bersamaan jagung menghasilkan jagung 3.50 t ha-1 dan kacang tanah 1.37 t ha-1 dengan LER 1.69.
Pupuk Organik Plus “Biofresh” Solusi Untuk Meningkatkan Produksi dan Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Penyakit Di Lahan Marjinal Ultisol Khaeruni, Andi; Sutariati, Gusti Ayu Kade; Wijayanto, Teguh; Satrah, Vit Neru
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.501 KB) | DOI: 10.37149/3122

Abstract

Tanaman kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia sehingga memiliki nilai ekonomi yang penting dan strategis. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar (60%) masih dipenuhi oleh kedelai import, oleh karena perlu usaha yang keras untuk meningkatkan produktifitas kedelai baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Pengenbangan tanaman kedelai di luar Pulau Jawa, termasuk di Sulawesi Tenggara umumnya diusahakan di lahan kering yang tidak difasilitasi dengan irigasi, pada umumnya ditempati oleh tanah yang bereaksi masam, serta miskin hara dan bahan organik dengan kemampuan air yang sangat rendah, sehingga perkembangan perakaran tanaman sangat terbatas dan air hujan cepat hilang dari tanah. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu teknologi yang dapat memperdalam dan mempelebar jelajah akar serta mampu menyimpan air lebih lama. Teknologi budidaya terpadu yang berbasis biofertilizer dan bahan organik merupakan salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk maksud tersebut. ―BIOFRESH‖ merupakan salah satu produk biofertilizer yang telah dikembangkan di Jurusan Agroteknologi FP-UHO, produk ini berbahan aktif mikroba rizobakteri indigenos tanah ultisol. Penggunaan ―BIOFRESH‖ di tanah ultisol mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai, serta meningkatkan ketahanan terhadap penyakit tular tanah. Pemberian biofertilizer Biofresh 10 g pertanaman mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik N,P, dan K sebanyak 40-60%, memiliki efektifitas yang lebih baik dari fungisida mankozeb dalam mengendalikan penyakit busuk batang Rhizoctonia. Penambahan bahan organic sebanyak 2 ton per Ha semakin meningkatkan efektifitas Biofertilizer ―Biofresh‖ dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil panen dan ketahanan terhadap penyakit tular tanah.
Penerapan Bioteknologi Mikoriza Indigenus Gulma Pada Tanah Marginal Untuk Memperbaiki Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Halim, Halim; Rembon, Fransiscus Suraman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.119 KB) | DOI: 10.37149/3127

Abstract

Pemenuhan ketahanan pangan merupakan salah satu program utama revitalisasi pertanian dan strategi perlindungan tanaman untuk mendukung program nasional. Fokus pemenuhan ketahanan pangan, khususnya tanaman jagung yaitu pencapaian swasembada dan peningkatan daya saing ekspor. Usaha untuk mewujudkan program nasional tersebut masih diperhadapkan dengan berbagai kendala, salah satunya adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan mikoriza indigenus gulma dalam memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman jagung pada tanah marginal. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diuji adalah bobot propagul mikoriza indigenus gulma yang terrdiri dari 4 perlakuan yaitu: tanpa inokulasi propagul mikoriza indigenus (A0), 10 g propagul mikoriza indigenus (A1), 20 g propagul mikoriza indigenus (A2), dan 30 g propagul mikoriza indigenus (A3). Semua perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 kali sehingga menjadi 12 unit perlakuan. Variabel yang diukur yaitu tinggi tanaman, diameter batang tanaman, bobot tongkol dan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot,diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji pada tongkol, serta persentase infeksi mikoriza pada akar tanaman jagung. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi propagul mikoriza indigenus dengan dosis 40 g/lubang tanam (A3) memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman, diameter batang, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, diameter tongkol, serta jumlah baris biji pada tongkol.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor Produksi Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Limi, Muhammad Aswar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.129 KB) | DOI: 10.37149/3132

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung faktor produksi terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sawah. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan yang mayoritas petaninya mengusahakan usahatani padi sawah. Penelitian dilakukan di enam desa yang memiliki luas lahan dan luas panen usaha tani padi sawah yang paling luas dan produksi serta serta produktivitas padi sawah terbesar yaitu Desa Cialam Jaya, Desa Lawoila, Desa Wonua, Desa Pombulaa Jaya, Desa Masagena dan Desa Lambusa (BPS  Kecamatan Konda, 2014). Total responden sebanyak 110 rumah tangga responden yang ditentukan secara simple random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur, analisis pendapatan dan analisis efisiensi. Analisis jalur dilakukan dengan menggunakan variabel produksi, pendapatan, umur petani, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman  berusahatani, luas lahan, curahan kerja, jumlah benih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestsida, biaya produksi dan harga jual dengan formula sebagai berikut : Y1 = b1Y1X1 + b2Y1X2 + b3Y1X3 + b4Y1X4 + b5Y1X5 + b6Y1X6 + b7Y1X7 + b8Y1X8 + b9Y1X9+ b10Y1X10+ b11Y1X11 + ε1 Y2 = b12Y2X12 + b13Y2X13 + b14Y2Y1 + ε2 (Sunyoto, 2012) Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh langsung secara positif terhadap produksi padi sawah yaitu luas lahan, curahan kerja, pupuk serta pestisida dan yang mempunyai pengaruh langsung secara negatif terhadap produksi padi sawah yaitu jumlah benih dan umur petani sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh langsung secara positif terhadap pendapatan petani padi sawah yaitu produksi dan harga jual dan variabel yang mempunyai pengaruh langsung secara negatif terhadap pendapatan petani padi sawah yaitu biaya produksi 
COVER PROSIDING SEMINAR NASIONAL Proceeding, Cover
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN (Indonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Ke
Publisher : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.386 KB) | DOI: 10.37149/3123

Abstract

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGANIndonesia Menuju Swasembada Pangan dalam Tiga Tahun Kedepan Tinjauan Konseptual, Teoritis dan Empiris Dalam Rangka Pengukuhan Pengurus Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komisariat Daerah KendariKendari, 9 Maret 2015KerjasamaJurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo (UHO)Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Komisariat Daerah KendariPengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PP-PERHEPI)