cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.sosek.kehutanan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Gunung Batu No.5 Bogor 16118 Indonesia
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
ISSN : 19796013     EISSN : 25024221     DOI : https://doi.org/10.20886/jpsek
Core Subject : Economy, Social,
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan telah terakreditasi berdasarkan Keputusan Kepala LIPI No.818/E/2015. Jurnal ini memuat karya tulis ilmiah dari hasil - hasil penelitian di bidang sosial. ekonomi, dan lingkungan kehutanan yang meliputi aspek: sosial ekonomi kemasyarakatan, sosiologi kehutanan, politik dan ekonomi kehutanan, studi kemasyarakatan, kebijakan lingkungan, ekonomi kehutanan/sumber daya hutan, ekonomi sumber daya alam, ekonomi pertanian, ekonomi ekoturisme, furniture value chain, kehutanan masyarakat, kebijakan kehutanan, kebijakan publik, perubahan iklim, ekologi dan manajemen lanskap, konservasi sumberdaya alam, kebakaran hutan dan lahan, global climate change, konservasi tanah dan air, agroklimatologi dan lingkungan, mitigasi REDD+, adaptasi perubahan iklim. Terbit pertama kali tahun 2001, terakreditasi tahun 2006 dengan nomor 60/Akred-LIPI/P2MBI/12/2006. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan terbit dengan frekuensi tiga kali dalam setahun (April, Agustus, Desember). Jurnal ini diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nama penerbit telah berubah karena penggabungan dari Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Lingkungan Hidup, menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Republik Indonesia (Perpres No. 16/2015). Logo penerbit juga mengalami perubahan menyesuaikan Logo Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Arjuna Subject : -
Articles 319 Documents
KEUNGGULAN KOMPARATIF HASIL HUTAN BUKAN KAYU DARI HUTAN TANAMAN Satria Astana; M Zahrul Muttaqin; J T Yuhono
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2004.1.1.31-44

Abstract

Pasokan kayu dari hutan alam diperkirakan akan terus menurun dan di masa mendatang diharapkan akan digantikan oleh hutan tanaman. Apabila hutan tanaman tidak berkembang sesuai dengan harapan, pertanyaan nya adalah apakah hasil huran bukan kayu dapat menggantikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut diantaranya bergantung pada apakah hasil hutan bukan kayu sekurang-kurangnya memiliki keunggulan komparatif yang sama dengan kayu bulat dari hutan tanaman. Hasil hutan yang dikaji adalah gondorukem, terpentin dan minyak kayu putih. Penelitian dilaksanakan pada tahun 1999. Untuk gondorukem dan terpentin, penelitian dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Pekalongan Timur dan Lawu DS, sedangkan untuk minyak kayu putih di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) lndramayu, Gundih dan Madiun. Keunggulan komparatif ketiga hasil hutan tersebut dihitung dengan menggunakan metode Biaya Sumberdaya Domestik (BSD). Dengan menggunakan data sekunder tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga komoditas yang diteliti memiliki keunggulan komparatif yang relatif tinggi, ditunjukkan oleh nilai koefisien BSD-nya yang relatifrendah. Koefisien BSD gondorukem berkisar antara 0,35-0,59,terpentin 0, 10-0, 13 dan minyak kayu putih 0,54-0, 71. Gondorukem masih memiliki keunggulan komparatif jika harga ekspornya menurun dari harga ekspor tertinggi (US$ 437/ton) menjadi US$ 153/ton atau menurun 64,99%, dan terpentin dari harga ekspomya tertinggi (US$ 325/ton) menjadi US$ 35/ton atau menurun 89,23%, serta minyak kayu putih dari harga ekspomya tertinggi (US$ 4938/ton) menjadi USS 2874/ton atau menurun 41,80%. Memperhatikan koefisien BSD-nya yang relatif rendah dan perkembangan harga pada periode 1994 - 1998, prospek ekspor ketiga komoditas tersebut di masa datang diperkirakan relatif tetap baik.Perkembangan harga gondorukem cenderung meningkat (1,35%-1,74%) dan terpentin juga cenderung meningkat ( 14,39%-16,54%). Sebaliknya, perkembangan harga minyak kayu putih tidak diketahui secara pasti, tetapi jika harganya less-distortive diperkirakan juga memiliki prospek yang baik di masa datang. Direkomendasikan untuk melakukan penelitian keunggulan komparatifhasil hutan bukan kay u yang lain, terutama yang tumbuh di luar Jawa.
KAJIAN PEDOMAN PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DI HUTAN RAKYAT SEBAGAI DASAR ACUAN PEMANFAATAN HUTAN RAKYAT Epi Syahadat
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2006.3.1.75-90

Abstract

Penatausahaan hasil hutan di hutan rakyat belum tertata dengan baik dan pelaksanaannya oleh petugas atau oleh instansi di daerah asal dan tujuan peredaran kayu masih belum mampu menjamin kelestarian hutan dan penerimaan negara atas hasil hutan secara optimal. Kajian penatausahaan hasil hutan pada hutan rakyat dilakukan untuk mengetahui kelemahan kebijakan dan pelaksanaan penatausahaan hasil hutan yang menyebabkan tidak efektif mengendalikan peredaran kayu. Kajian dilakukan dengan melakukan review kebijakan penatausahaan hasil hutan yang ada, khususnya kebijakan penatausahaan hasil hutan di hutan rakyat. Hasil kajian menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu disempurnakan dalam aturan penatausahaan hasil hutan di hutan rakyat agar ketertiban, kelancaran, dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan rakyat dapat tercipta dengan baik. Penyempurnaan mulai dari pembuatan Surat Izin Penebangan (SIP) serta perlu adanya berita acara pemeriksaan penebangan sebelum pengesahan LHP, sampai kepada pengangkutan hasil hutan perlu disederhanakan tanpa mengurangi fungsi penatausahaan hasil hutan yang efektif dalam melestarikan hutan dan mejamin hak-hak negara atas hasil hutan.
ANALISIS FINANSIAL AGROFORESTRI KAYU BAWANG) DAN KEBUTUHAN LAHAN MINIMUM Dysoxilum Mollissimum Blume DI PROVINSI BENGKULU Bambang Tejo Pramono; Sri Lestari
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2013.10.4.211-223

Abstract

Salah satu jenis tanaman unggulan lokal penghasil kayu yang banyak ditanam pada lahan milik di Provinsi Bengkulu adalah kayu bawang (Dysoxilum mollissimum Blume). Masyarakat beranggapan penanaman kayu bawang pada lahan milik merupakan aset dan cadangan untuk kebutuhan mendesak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial agroforestri kayu bawang dan kebutuhan lahan minimum sehingga dapat memberi gambaran mengenai penanaman lahan milik dengan pola agroforestri kayu bawang dan tanaman tahunan yang menjadi pilihan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) desa di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu dimana masyarakatnya banyak menanam pola campuran (agroforestri) kayu bawang. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis finansial. Analisis sosial demografi masyarakat dilakukan secara deskriptif kuantitatif, sedangkan Analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR dan BCR. Hasil penelitian ini sebagai berikut: Penanaman kayu bawang pada lahan milik masyarakat di Propinsi Bengkulu dilakukan dengan pola campuran dengan tanaman tahunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti karet, kakao, dan sawit, pada tingkat suku bunga 11% dan 13 %didapatkan hasil bahwa pola-pola yang dikembangkan masyarakat layak secara finansial, pola penanaman agroforestri yang ada tidak peka terhadap perubahan harga dan volume produksi, kebutuhan lahan minimum penanaman campuran kayu bawang dan tanaman tahunan sekitar 0,34-1,01 ha per petani.
STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI AGROFORESTRY PADA LAHAN MASYARAKAT: STUDI KASUS DI KECAMATAN RANCAH, KABUPATEN CIAMIS, PROVINSI JAWA BARAT Idin Saepudin Ruhimat
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2015.12.2.99-110

Abstract

Land use with agroforestry system has ecological, economic and social advantages, so that the sustainability of  agroforestry should be maintained. This study aims to determine the state of sustainability and the key factors ffecting sustainability of  agroforestry. The research conducted in Rancah District, Ciamis from April to December 2013. Data is analyzed using RAP-AFS ordinated Regency and prospective analysis. The results showed that some of  ecological, economic and social problems potentially threatening the sustainability of  agroforestry. Agroforestry in Rancah is less sustainable with sustainability index value of  25.01-50.00 i.e. ecological, economic, social and multidimensional indexes are 32.26, 42.26, 48.59 and 46.20, respectively. The key factors that must be considered for the sustainability of  agroforestry are: extension role, the availability of  agroforestry technology package, government role and farmer groups existence. Therefore, it is recommended national and regional goverments prioritize the management of  the key factors in policy that development of sustainable agroforestry
KARBON DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATKAN KELAYAKAN USAHA HUTAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) DI KPH SARADAN, JAWA TIMUR Kirsfianti Linda Ginoga; Yuliana C. Wulan; Deden Djaenudin
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2005.2.2.149-167

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung karbon dan pengaruh nilai karbon pada kelayakan hutan tanaman Jati (Tectona grandis). Penelitian dilakukan di KPH Saradan, Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur. Metode perhitungan karbon menggunakan model alometrik Biomasa (Brown dan Vademikum Kehutanan) karena model ini sangat sederhana serta mengakomodasi variabel yang lebih banyak. Dengan kondisi tanah yang relatif kurang subur, pada akhir daur (60 tahun), Jati menghasilkan karbon per hektar berturut-turut sebesar 348,08 (Brown, 1997) dan 520,46 ton C/ha (Vademecum Kehutanan, 1976). Perkiraan biaya karbon berdasarkan pembuatan hutan tanaman per ton adalah sebesar Rp. 22.194 dihitung berdasarkan pembuatan hutan tanaman. Ditambahkannya nilai karbon akan meningkatkan kelayakan hutan tanaman, yang diindikasikan dengan meningkatnya IRR perusahaan sebesar 2%, dan NPV sebesar 73%. Implikasinya adalah dengan kondisi sekarang (daur panjang, resiko tinggi) pembangunan hutan tanaman jati layak untuk diusahakan terutama apabila nilai karbon dimasukan, karena itu perlu diteruskan.
PERSAMAAN ALLOMETRIK GENERA Intsia sp. UNTUK PENDUGAAN BIOMASA ATAS TANAH PADA HUTAN TROPIS PAPUA BARAT Sandhi Imam Maulana; Jarot Pandu P. A.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 7, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2010.7.4.275-284

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan persamaan alometrik untuk menilai jumlah total kandungan biomassa Intsia sp. di hutan tropis Papua Barat. Persamaan alometrik disusun berdasarkan hubungan antara diameter pohon setinggi dada (Diameter ata Breast Height: DBH), tinggi batang komersil (Commercial Bole Height: CBH), dan kerapatan kayu dengan total biomassa di atas permukaan tanah (Total Above Ground Biomass: TAGB). Persamaan alometrik dibuat mengikuti persamaan dasar pertumbuhan secara eksponen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan yang tepat untuk menilai total biomassa Intsia sp. di atas permukaan tanah adalah Log TAGB (kg/pohon) = -0,762 + 2,51 Log DBH (cm) (F statistic = 797,51; R-sq (adj) 98,50%; dan deviasi rata-rata =1,70%.
KEARIFAN LOKAL PETANI DALAM MEREHABILITASI LAHAN KRITIS (STUDI KASUS DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN BATUWARNO, KABUPATEN WONOGIRI) Sulistya Ekawati
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 3, No 3 (2006): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.315 KB) | DOI: 10.20886/jpsek.2006.3.3.205-214

Abstract

Kebijakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah pada masa lalu lebih menekankan aspek teknis dan mengabaikan aspek sosial, termasuk diantaranya nilai budaya lokal masyarakat setempat, akibatnya kegiatan tersebut kurang berhasil. Tulisan ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui kearifan lokal masyarakat dalam merehabilitasi lahan sebagai pembelajaran sosial bagi semua stakeholders. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Data dikumpulkan pada tahun 2005 dengan melalukan indepth interview, focus group discussion, content analysis dan observation. Proses analisis data secara interaktif. Hasil kajian menunjukkan bahwa: masyarakat dengan kearifannya sanggup merehabilitasi lahan kritis yang ada di sekitarnya dengan memilih jenis tanaman yang sesuai. Tanaman jati (Tectona grandis) dianggap sebagai “sejatine kayu” (sesungguhnya kayu), karena mempunyai keunggulan dalam hal: kemampuan beradaptasi di lahan kritis, keawetan kayu, kualitas kayu, kemampuan memunculkan sumber mata air dan nilai jual yang tinggi. Teknik pengelolaan tanaman yang diterapkan sangat sederhana, dengan ciri : bibit lokal, jarak tanam rapat, pemeliharaan tidak intensif dan sistem tebang butuh. Pengelolaan tanaman tersebut menjadikaan hutan rakyat yang ada dikelola secara lestari. Saran kajian ini adalah kebijakan pembangunan ke depan, termasuk diantaranya dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, harus memperhatikan bukan hanya aspek teknis, tetapi juga aspek ekonomis, sosial dan budaya masyarakat setempat.
KERENTANAN SOSIAL EKONOMI DAN BIOFISIK DI DAS SERAYU: Collaborative Management Nur Ainun Jariyah; Irfan Budi Pramono
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2013.10.3.141-156

Abstract

Selama ini faktor-faktor untuk mengukur monev kinerja DAS belum dilakukan secara menyeluruh masih bersifat parsial. Untuk itu diperlukan suatu kajian yang bisa menghubungkan aspek sosial ekonomi dan biofisik dalam kinerja DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan sosial ekonomi dan biofisik yang mendukung dalam monev kinerja DAS lintas kabupaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data sosek dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data biofisik diperoleh dari hasil interpretasi peta-peta dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan sosial ekonomi tinggi terjadi pada daerah dengan kerentanan biofisik tinggi atau sebaliknya. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS tidak dapat ditentukan apakah aspek sosial ekonomi atau biofisik yang diprioritaskan, tetapi harus dilihat kasus perkasus. Pengelolaan DAS akan berhasil apabila dilakukan secara “Collaborative Management”, sehingga diperlukan partisipasi aktif semua stakeholder.
KEARIFAN LOKAL PEMANFAATAN TUMBUHAN OBATDALAM OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL AKETAJAWE LOLOBATA, PROVINSI MALUKU UTARA Lis Nurrani
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2015.12.3.163-175

Abstract

Utilization of  forest plants in traditional medicine by community around the Aketajawe Lolobata National Park (ALNP) is  one of  local wisdom that must be maintained. The aim of  this research is to enrich the bioecology data so it can be used as a reference in forest management based on community welfare and environmental sustainability. This research was conducted to assess the utilization of  medicinal plants by the community in the traditional zones of  AL . The method used were in-depth interview (questionnaire), field NP  surveys, and phytochemical analysis. Results showed that as many as 78 species plants identified mostly are Fabaceae family. Habitus   majority of  the plants are in the form of  trees (42%) and part of  the plant most widely used are leaves as much as 40%. Plants used for treatment of  allergies and minor injuries (29 species); increase stamina (17 species); and internal and chronic diseases (32 species).       Phytochemical analysis showed that extracts of  Alstonia scholaris bark, Homalium grandiflorum stem, Crotalaria retusa leaves, Arcangelsia flava stem, and togutil rope stem contain triterpenoid compound (malaria). Extract of toyom bark (Sterculia bongifolia) contains tannin which has the function to stop bleeding and healing of burns infections.
IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN DI SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU S Andy Cahyono; Wahyu Wisnu Wijaya
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpsek.2014.11.1.32-43

Abstract

The purposes of this study are: (1) to identify leading economic sectors and (2) to analyse income disparity among regencies in Upper Bengawan Solo sub watershed. The study covers 5 regencies: Wonogiri, Boyolali, Klaten, Sragen and Karanganyar. Data were analyzed using a Klassen typology to determine pattern and economy structure, Location Quotient (LQ) to identify leading economic sectors, Williamson Index to determine economic disparity and sectoral contribution to determine role of sector. The results show that leading economic sectors were different for each regency, i.e.Wonogiri (transport and communications), Karanganyar (processing industry), Boyolali (finance, real estate, and business services), Sragen (agriculture, livestock, forestry, and fisheries), and Klaten (construction). The leading sectors identified in each regency varied depending on the endowment of resources and comparative advantage. Based on their pattern and economy structure, Karanganyar can be categorized as advanced and fast growing region but Wonogiri as disadvantaged regions. The results also show that the income disparity among regencies was low (0.25) and tended to increase. The development policy of high economic growth with low disparity can be inclusively done by developing the leading sectors and paying attention to the economic transformation that occurred in each regency.

Page 2 of 32 | Total Record : 319


Filter by Year

2004 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi dan Kehutanan Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 11, No 4 (2014): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 9, No 4 (2012): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 9, No 3 (2012): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 8, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 8, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 7, No 4 (2010): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 7, No 3 (2010): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 5, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 5, No 3 (2008): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 4, No 4 (2007): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 4, No 3 (2007): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 3, No 3 (2006): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 2, No 4 (2005): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 2, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan More Issue