cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 703 Documents
PENGARUH PERBEDAAN KASEIN DALAM PAKAN BUATAN UNTUK PENDEDERAN BENIH RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia parva) Siti Subandiyah; Sukarman Sukarman; Nina Meilisza; Rina Hirnawati; I Wayan Subamia
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.603 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.2.2014.251-262

Abstract

Budidaya ikan rainbow kurumoi (Melanotaenia parva) umumnya menggunakan pakan alami, namun ketersediaan tidak stabil sehingga perlu pakan buatan untuk suplementasi atau menggantikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penggunaan kasein yang paling efisien dalam formulasi pakan benih ikan rainbow kurumoi. Ikan rainbow kurumoi berumur satu bulan ditebar dengan kepadatan 30 ekor/wadah dalam 12 akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm. Perlakuan yang diujikan adalah tingkat penggunaan kasein dalam pakan sebanyak 0%, 5%, 10%, dan 15%. Parameter yang diamati meliputi: efisiensi pakan, konversi pakan, panjang mutlak, bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan sintasan. Pengukuran kualitas air, profil asam amino dan asam lemak pakan dilakukan sebagai data penunjang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan kasein 10% dalam pakan benih ikan rainbow kurumoi paling efisien yaitu 80,67%.
PERAN IKAN LIAR YANG BERASOSIASI DENGAN KERAMBA JARING APUNG DALAM MEREDUKSI BUANGAN NUTRIEN PAKAN Muhammad Chaidir Undu; Rachmansyah Rachmansyah; Makmur Makmur
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.582 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.327-332

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ikan liar yang hidup di sekitar keramba jaring apung dalam meminimalisir buangan nutrien yang berasal dari kegiatan budidaya melalui pendekatan kecernaan ikan. Ikan sersan mayor Abudefduf vaigiensis dan capungan Sphaeramia orbicular yang dominan di keramba jaring apung ditangkap dan dipelihara selama dua bulan dan diberi pakan ikan kerapu komersial. Apparent Digestibility Coefficient (ADC) kemudian dihitung menggunakan metode tidak langsung dengan cara mencampurkan indikator khromium oksida (Cr2O3) ke dalam pakan. ADC ikan sersan mayor untuk N, P dan bahan kering berturut-turut sebesar 12,88%; 15,47%; dan 66,67%. Selanjutnya jumlah N dan P yang tersimpan dalam karkas ikan sebesar 19,90% dan 12,76%. Ikan sersan mayor dengan FCR 3,0 melepaskan N dan P ke perairan sebanyak 104,78 dan 42,66 gram setiap penambahan 1 kg bobot badan. Ikan capungan, dengan ADC terhadap N, P dan bahan kering pakan sebesar 12,52%; 59,07%; dan 62,15% menahan 16,76% N dan 11,71% P dalam karkasnya. Dengan FCR 5,0, ikan capungan mengeksresikan N sebanyak 181,46 gram dan 71,96 gram P ke perairan ketika terjadi peningkatan biomassa 1 kg. Ikan liar yang hidup di sekitar keramba jaring apung di Teluk Awerange dapat meminimalisir buangan limbah dari keramba jaring apung sebesar 10% – 20%.   The study was aimed to point out the role of wild fishes associated with floating net cage in minimizing nutrient loading from fish farming through digestibility approach. Abudefduf vaigiensis and Sphaeramia orbicular as the dominant species around sea cage were caught and fed ad satiation with commercial grouper food for 2 months period. Apparent Digestibility Coefficient (ADC) was then calculated using indirect method by mixing indicator chromium oxide (Cr2O3) with fish food. ADC of A. vaigiensis for nitrogen (N), phosphate (P) and dry matter were 12.88%, 51.47%, and 66.67 % respectively. Moreover, N and P retained from fish carcass were 19.90% and 12.76%. Furthermore, these fishes with FCR of 3.0 release N and P to sea water as much as 104.78 gram and 42.66 g respectively when biomass increase to 1 kg. For Sphaeramia orbicularis, ADC for N, P and dry matter were 12.52%, 59.07%, and 62.15% respectively and retained 16.76% N and 11.71% P in their carcass. Moreover, with FCR of 5.0, these fishes excreted 181.46 gram of N and 71.96 gram of P into the environment when the biomass increases to 1 kg. Wild fishes associated with sea cage in Awarange bay have the potential of minimize released nutrient between 10%–20%.
STIMULASI PERTUMBUHAN JUVENIL ABALON, Haliotis squamata DENGAN PEMBERIAN HORMON REKOMBINAN IKAN rElGH Fitriyah Husnul Khotimah; Gusti Ngurah Permana; Ibnu Rusdi; Bambang Susanto; Alimuddin Alimuddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.158 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.4.2016.331-338

Abstract

Masalah yang paling utama dalam budidaya abalon tropis adalah pertumbuhan yang lambat. Penggunaan rElGH (recombinant giant grouper, Epinephelus lanceolatus growth hormone) untuk menstimulasi pertumbuhan beberapa spesies ikan sudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akselerasi pertumbuhan juvenil abalon tropis, Haliotis squamata setelah diberi perlakuan perendaman hormon rekombinan ikan kerapu kertang, Epinephelus lanceolatus pada frekuensi yang berbeda. Ada empat perlakuan frekuensi perendaman rElGH yaitu 4, 9, 16 kali, dan tanpa perendaman (kontrol). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Perendaman dilakukan selama tiga jam, dengan interval waktu empat hari. Kepadatan abalon tropis 100 ekor/L air laut yang mengandung 30 mg rElGH. Wadah untuk perendaman berupa beaker glass yang dilengkapi dengan aerasi. Penelitian dilakukan selama tujuh bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abalon tropis yang direndam rElGH dengan frekuensi empat kali menghasilkan pertumbuhan bobot tubuh dan panjang cangkang tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,05). Sintasan abalon tropis yang diberi perlakuan perendaman hormon rElGH lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol.The most crucial problem in tropical abalone aquaculture is the slow growth of the species. Studies investigating the use of rElGH (recombinant giant grouper, Epinephelus lanceolatus growth hormone) for promoting growth have been performed in various species. This research aimed to examine the growth acceleration of tropical abalone, Haliotis squamata juvenile after being treated in different immersion frequencies of recombinant giant grouper, Epinephelus lanceolatus growth hormone (rElGH). There were four treatments of rElGH immersion frequency: 4, 9, 16 times and without rElGH immersion (control). Each treatment was performed in triplicates. Immersion was performed for 3 hours, at 4-day intervals and a density of 100 tropical abalones in 1 L seawater containing 30 mg rElGH. Immersion was conducted in a beaker glass supplied with oxygen. The results indicated that rElGH immersion for total of 4 times showed significantly higher (P<0.05) body weight and shell length of tropical abalone compared to other treatments. The Survival of tropical abalone treated with rElGH was also significantly higher than control.
PEMANFAATAN PROBIOTIK KOMERSIAL PADA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Evi Tahapari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.821 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.3.2017.275-281

Abstract

Ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) merupakan spesies asli Afrika yang telah diintroduksikan dan dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Upaya peningkatan efisiensi produksi ikan lele terus ditingkatkan guna meningkatkan keuntungan. Salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas budidaya ikan lele adalah melalui penggunaan probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan probiotik pada pembesaran ikan lele. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian pakan hasil fermentasi probiotik dan pakan tanpa fermentasi (kontrol) dengan tiga ulangan. Pengujian dilakukan pada kolam terpal berukuran 3 m3 dengan padat tebar yang digunakan yaitu 500 ekor/wadah dan dipelihara selama 35 hari. Berdasarkan hasil pengujian, pemberian probiotik pada pakan dengan cara fermentasi mampu meningkatkan bobot dan biomassa panen secara signifikan (P<0,1). Bobot akhir ikan lele yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 76,9 ± 0,2 g; sedangkan kontrol 74,2 ± 0,2 g. Biomassa akhir ikan lele yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 37,91 ± 0,29 kg; sedangkan kontrol 34,65 ± 1,70 kg. Pemberian pakan yang difermentasi probiotik mampu meningkatkan retensi protein sebesar 1,02%; retensi karbohidrat sebesar 10,26%; dan retensi lemak sebesar 7,22%. Selain itu, penggunaan probiotik mampu menekan biaya produksi sebesar Rp 561,00/kg dan meningkatkan keuntungan sebesar 5%.African catfish (Clarias gariepinus) is a native African species that has been introduced and cultivated commercially in Indonesia. Efforts to increase the efficiency of catfish production were conducted in order to increase profit. One effort to increase the effectiveness of catfish farming is through the use of probiotics. This study was aimed to evaluate the use of probiotics in catfish farming. The treatments were fermented feed by probiotic and non fermented feed (control) and repeated three times. The experiment was conducted on a 3 m3 tarpaulin pond, with a density 500 fishes/pond, and reared for 35 days. Based on the results, the fermented feed by probiotic could increase the weight and biomass of harvested fish significantly. The weight of catfish fed with fermented feed reached 76.9 ± 0.2 g while the control was 74.2 ± 0.2 g. The final biomass of catfish fed with fermented feed reached 37.91 ± 0.29 kg while the control was 34.65 ± 1.70 kg. Feeding fermented feed by probiotic Gut Bio Aero increased the protein retention by 1.02%, carbohydrate retention by 10.26%, and lipid retention by 7.22%. The application of probiotic could reduce production cost by 561 IDR/kg and increased profit by 5%.
LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG PADA LARVA DAN BENIH IKAN KLON ( Amphiprion ocellaris ) Ketut Maha Setiawati; Philip Teguh Imanto; Daniar Kusumawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.435 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.1.2012.33-39

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk pengosongan lambung baik pada larva maupun benih ikan klon sebagai dasar manajemen pemberian pakan pada larva maupun benih ikan klon. Penelitian ini dilakukan pada larva umur 10 hari dengan panjang total 7,07±0,50 mm, dan benih umur 2 bulan dengan panjang total berkisar antara 2,64±0,23 cm. Masing-masing hewan uji tidak diberi pakan dari pukul 15.00 WITA (puasa selama 18 jam), kemudian keesokan harinya pukul 09.00 hewan uji diberi pakan buatan sampai kenyang untuk benih, sedangkan untuk larva diberi pakan Artemia selama 1 jam, setelah itu, air pada bak larva dialirkan agar pakan yang tersisa terbuang. Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 jam pada larva sedangkan untuk benih dilakukan setiap 2 jam sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jam ke-4 isi lambung pada larva umur 10 hari sudah mulai kosong, sedangkan pada benih ikan klon isi lambung akan kosong setelah 11 jam 37 menit sejak pemberian pakan terakhir.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PAKIS SEBAGAI MOULTING STIMULAN PADA INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon. Fab) DI HATCHERY Emma Suryati; Andi Tenriulo; Syarifuddin Tonnek
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.561 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.221-228

Abstract

Tumbuhan pakis (Pteridophyta) merupakan salah satu tumbuhan yang memilikikandungan senyawa steroid yaitu fitoekdisteroid dalam bentuk 20-Hydroxyecdyson atau Ecdysteron berfungsi sebagai moulting stimulan pada krustase. Pada umumnya ecdysteron ditemukan pada krustase baik yang ada di darat maupun yang berada di dalam air seperti kepiting, udang, dan krustase lainnya yang ditemukan secara alami dan berfungsi sebagai pengatur proses penggantian kulit dan mengontrol pembentukan exoskeleton baru untuk menggantikan exoskeleton yang lama. Selain ablasi proses moulting pada udang dapat diinduksi melalui penambahan 20-hydroksi ecdysteron (20 E) pada hemolim sehingga fase premoulting dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. 20-hydroksiecdysteron dapat diperoleh dari ekstrak tumbuhan di antaranya bayam, asparagus, pakis, dan lain-lain melalui pemisahan dengan ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian dengan HPLC dilanjutkan dengan elusidasi struktur. Pemberian ekstrak pakis pada induk udang windu untuk memacu terjadinya pergantian kulit dilakukan melalui dengan beberapa konsentrasi menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil analisis memperlihatkan bahwa kandungan phytoecdysteron pada pakis perkisar 230-730 mg/L dari larutan ekstrak yang setara dengan 20 g bahan segar. Konsentrasi ECD 25 mg/L, memperlihatkan respon yang paling baik sebagai moulting stimulan.
PENGGUNAAN TEPUNG SILASE USUS AYAM DALAM PAKAN PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus Rachmansyah Rachmansyah; Usman Usman; Naftali Kabangnga; Makmur Makmur
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.243 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.87-96

Abstract

Substitusi tepung ikan dengan tepung silase usus ayam dalam pakan telah dilakukan untuk mengevaluasi respon pakan terhadap keragaan biologi ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Ikan uji diberi pakan yang mengandung tepung silase usus ayam pada level 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% sebagai pengganti tepung ikan dan dibuat dalam bentuk pelet basah. Pakan diberikan secara at satiation dua kali sehari selama masa pemeliharaan 20 minggu di keramba jaring apung berukuran 1 x 1 x 2 m. Penggantian tepung ikan dengan tepung silase usus ayam sampai 20% atau setara dengan 39% protein tepung ikan tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol terhadap keragaan biologi ikan kerapu. Diduga tepung silase usus ayam cukup memadai sebagai pengganti tepung ikan dengan kadar lebih dari 20% dalam pakan pembesaran ikan kerapu macan jika asam amino methionine dan lysine ditambahkan ke dalam pakan.Feeding experiment was conducted to evaluate the effects of replacing fishmeal with poultry offal silage meal (POSM) in diet on biological performance of tiger grouper. Dietary inclusion level of PSOM at 5%, 10%, 15%, and 20% substitution of fish meal were compared with the fish meal based control diet (0% PSOM). Fish were fed diets (moist pellet) at satiation two times daily for 20 weeks rearing at a floating net cage of 1 x 1 x 2 m. The result showed that replacement of fish meal with POSM up to 20% or equivalent to 39% fish meal protein were not significantly different (P>0.05) compared with control diet on all of the biological performance of tiger grouper. From the result, we expected that POSM is suitable as a partial replacement of fish meal more then 20% in tiger grouper diet if methionine and lysine are added.
KARAKTER GENETIK INDUK (F-0) DAN TURUNANNYA (F-1) PADA IKAN HIAS LAUT CLOWN (Amphiprion percula) MENGGUNAKAN MARKER RAPD (Random Amplified Polymorfism DNA) Sari Budi Moria Sembiring; Ketut Maha Setiawati; Haryanti Haryanti; Ida Komang Wardana
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.351 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.183-190

Abstract

Studi analisis karakter genetik ikan hias laut clown menggunakan metode penanda DNA RAPD dilakukan dalam upaya membantu pengembangan perbenihan dan budidaya ikan hias laut clown di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeterminasi karakter genetik dengan menggunakan analisis individu dari populasi induk (F-0) dan turunannya (F-1) sehingga diperoleh tingkat penurunan keragaman genetik dan keterkaitannya dengan karakter morfologi. Sampel yang dianalisis terdiri atas 5 pasang induk ikan clown (10 sampel) dan masing-masing turunannya sebanyak 10 ekor (50 sampel) sehingga total 60 sampel. Nilai rata-rata keragaman genetik induk ikan clown dari semua lokus primer sebesar 0,253, sedangkan pada turunannya (F-1) adalah 0,157. Hal ini menggambarkan adanya pengaruh genetik terhadap perbedaan pola pemunculan band putih.Study genetic characteristic of clownfish, Amphiprion percula using RAPD DNA marker was conducted in order to support development of breeding and culture program of marine ornamental clownfish in Indonesia. The objective of this research was to determine of genetic characteristic of clown fish using individual analysis from F-0 population and its generations (F-1) to find specific marker which is related to its morphology. Total samples analyzed were 60, consist of 5 pairs of clownfish broodstock (10 samples) and 10 ind each generations (50 samples). Mean value of genetic diversity of clown fish broodstock from all primer loci was 0.253, while on its generation F-1 was 0.157. This result showed there was effect of genetic on the differences of white band pattern appearance.
PENGARUH SISTEM PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr.) Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.53-61

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sistem pergantian air yang paling baik pada pemeliharaan benih ikan betutu. Wadah penelitian: 12 unit bak kayu berlapis plastik (1,9m x 0,8m x 0,5m) diisi air 500 L, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran bobot 0,96±0,08 g/ekor, padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi pakan alami secara berlebih dengan waktu pemeliharaan selama 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan sistem pergantian air: (a) resirkulasi, (b) semi-statis, dan (c) continous flow. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian air dengan sistem resirkulasi memberikan sintasan yang paling baik terhadap benih ikan betutu (33,0%) dibanding continous flow (28,3%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan sistem semi-statis (21,3%). Laju pertumbuhan spesifik benih ikan betutu antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai secara berturut-turut sebesar: 1,41%; 1,31%; dan 1,50%.The aim of this experiment is to obtain the information on survival rate and growth of sand goby fries. The experiment was conducted at research station CibalagungBogor. Twelve container of 1.9m x 0.8m x 0.5m were used in this experiment, each container was stocked with 1 fish/5L of sand goby fry with 0.96±0.08 gram weight. Three different water exchange were aplied i.e (a) recirculation, (b) semi static, and (c) continous flow. Each treatment was done in three replicates. The result showed that the recirculation gave the best result on survival rate (33.0%) compared with continous flow (28.3%) and significantly different from semi static (21.3%).
KARAKTERISTIK FENOTIPE DAN GENOTIPE IKAN GURAMI, Osphronemus goramy, STRAIN GALUNGGUNG HITAM, GALUNGGUNG PUTIH, DAN HIBRIDANYA Otong Zenal Arifin; Imron Imron; Nandang Muslim; Ade Hendri; Aseppendi Aseppendi; Akhmad Yani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.835 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.2.2017.99-110

Abstract

Persilangan antara dua populasi yang berbeda secara genetik lazimnya menghasilkan kombinasi genetik baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik fenotipe dan genotipe ikan gurami strain Galunggung Hitam, Galunggung Putih, dan Hibridanya. Perkawinan dalam galur (GP X GP dan GH X GH) dan persilangan dua arah antara betina GH dan jantan GP (GH X GP), dan resiprokalnya (GP X GH) telah dilakukan di BPBIGN Singaparna. Fenotipe dianalisis berdasarkan metode truss morfometrik dan meristik, sedangkan karakteristik genotipe diamati menggunakan metode PCR-RAPD. Hasil analisis menunjukkan berdasarkan 21 karakter truss morfometrik, centroid hibrida GH X GP lebih tinggi dari centroid ketiga populasi lainnya pada PC-1 yang dicirikan oleh karakter B3, B4, B5, A3, A4, dan A6, dan bersifat intermediate pada PC-2, PC-3, dan PC-4. Berdasarkan delapan karakter meristik, centroid hibrida GH X GP lebih tinggi dari kedua tetua dan hibrida GP X GH pada PC-1 yang dicirikan oleh karakter SPR dan SDA, lebih rendah dari kedua tetua, tetapi lebih tinggi dari populasi GP X GH pada PC-2, dan lebih rendah dari ketiga populasi lainnya pada PC-3 dan PC-4. Polimorfisme dan heterozigositas pada populasi hibrida GH X GP dan GP X GH lebih tinggi daripada kedua tetuanya GH X GH dan GP X GP. Hibridisasi yang dilakukan meningkatkan variasi genetik yang dapat berguna dalam peningkatan produktivitas budidaya.Hybridization between two genetically different populations is expected to generate a population carrying new genetic combinations which may be expressed in both phenotypes and genotypes. This study was carried out to explore the phenotype and genotype characteristics of reciprocal hybrids of goramy of Galunggung black (GH) and Galunggung white (GP) with respect to their parental lines. Matings within the same line producing GP X GP and GH X GH, and reciprocal mating producing hybrids GH X GP and GP X GH, were conducted at BPBIGN Singaparna. Samples representing the four populations were analyzed for their morphology using truss morphometric and meristic methods, while genotypes were analyzed using PCR-RAPD method. The results showed that based on the 21 morphometric characters, the centroid of hybrid GH X GP was higher than those of the other three populations at PC-1, which was marked by the characters B3, B4, B5,A3, A4, and A6, and was intermediate at PC-2, PC-3, and PC-4. Based on the eight meristic characters, the centroid of GH X GP was also higher than those of their parents and hybrids GP X GH at PC-1, which was marked by the characters SPR and SDA, lower than those of their parents but higher than that of hybrid GP X GH at PC-2, and lower than those of the other three populations at PC-3 and PC-4. The genetic diversities in terms of polymorphism and heterozygosity levels in hybrids GH X GP and GP X GH were higher than those found in the pure-line (GH X GH and GP X GP). Hybridization conducted in this study had resulted in the enhancement of genetic variations which could be useful in increasing aquaculture productivity.

Page 4 of 71 | Total Record : 703


Filter by Year

2006 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue