cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 301 Documents
RISET PENGEMBANGAN PRA-BUDIDAYA IKAN NILA BEST (Oreochromis niloticus) DI MEDIA SALINITAS Muhammad Hunaina Fariduddin Ath-thar; Rudhy Gustiano
Media Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (Juni 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.109 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.1.2010.1-9

Abstract

Peningkatan permintaan ikan nila dan ketersediaan lahan perairan payau yang luas di Indonesia membuka peluang untuk mengembangkan strain baru yang lebih cocok untuk tumbuh dan dibudidayakan di perairan payau. Berkaitan dengan latar belakang tersebut dalam makalah ini akan dibahas beberapa aspek keragaan ikan nila dalam media salinitas. Beberapa hal yang akan dibahas adalah: toleransi ukuran benih ikan nila pada berbagai salinitas berbeda, evaluasi toleransi salinitas pada lima strain ikan nila dan keragaan benih ikan nila (0) BEST pada berbagai salinitas berbeda. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa ikan nila BEST ukuran 3-5 dan 5-8 cm dapat hidup dengan baik hingga salinitas 5 ppt. Sedangkan untuk perbandingan antar strain menunjukkan ikan nila BEST lebih baik dalam sintasan dan pertambahan biomassa total dibandingkan dengan strain lainnya. Dari segi keragaan pertumbuhan, peningkatan salinitas dapat meningkatkan keragaan pertumbuhan bobot dan biomassa sebesar 11%-18% ikan nila BEST. Salinitas 2,5 ppt memberikan hasil yang terbaik untuk parameter panjang, bobot badan dan biomassa total dibandingkan dengan 0 ppt (kontrol) dan 5 ppt dengan perbedaan yang nyata hingga sangat nyata.
KINERJA PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN Tor tambroides YANG DIBERI PAKAN KOMERSIAL DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA Deni Radona; Jojo Subagja; Irin Iriana Kusmini
Media Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Juni, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.454 KB) | DOI: 10.15578/ma.12.1.2017.27-33

Abstract

Protein merupakan nutrien yang sangat berperan dalam pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kebutuhan protein optimal untuk pertumbuhan ikan Tor tambroides dan pengaruh kandungan protein pakan terhadap efisiensi pakannya. Benih ikan Tor yang digunakan berukuran panjang (1,5 ± 0,1 cm) dan bobot (0,08 ± 0,01 g). Benih ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40 cm x 30 cm x 30 cm dengan ketinggian air 20 cm sebanyak 50 ekor. Selama 40 hari pemeliharaan benih ikan diberi pakan komersil berupa crumble dengan kandungan protein, (A) 25%, (B) 35%, dan (C) 50% sebanyak 20% per hari dari total biomassa ikan, pemberian pakan dengan frekuensi tiga kali sehari. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan ikan Tor tambroides yang diberi pakan dengan kandungan protein sebesar 35% dan 50% memiliki pertumbuhan panjang, bobot, laju pertumbuhan harian (LPH), biomassa, nisbah konversi pakan (FCR), dan efisiensi pakan yang sama (P>0,05) dan berbeda nyata pada pakan dengan kandungan protein 25% (P<0,05).Protein is a nutrient is which plays a major role in the growth of fish. This study was aimed to determine the optimal protein requirement for growing of Thai mahseer and the influence of different protein levels of feed on feed efficiency. The average length and weight of fish used were 1.5 ± 0.1 cm and 0.08 ± 0.01 g. The fish were reared in the aquarium (dimension= 40 cm x 30 cm x 30 cm filled with 20 cm of water and the stocking density of each aquarium was 50 individuals. During 40-day reared, seedling fish were fed by commercial crumble with different protein levels, (A) 25%, (B) 35%, and (C) 50%, as much as 20% of total weight every day with a feeding frequency of three times per day. This experiment was conducted by using completely randomized design (CRD) with three treatments and three replications for each treatment. The results showed that Tor tambroides fed diets with protein levels of 35% and 50% was not significantly different on the growth value (length and weight), specific growth rate, biomass, feed conversion ratio (FCR), and feed efficiency (P>0.05) and was significantly different on feed protein levels 25% (P<0.05).
PENGEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) UNTUK SKALA RUMAH TANGGA Asfie Maidie; Sumoharjo Sumoharjo; Sri Widowati Asra; Muhammad Ramadhan; Dwi Nugroho Hidayanto
Media Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.029 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.1.2015.31-37

Abstract

Penelitian pengembangan pembenihan ikan betok (Anabas testudineus) untuk skala rumah tangga telah dilakukan untuk mengatasi sulitnya ketersediaan benih ikan betok untuk keperluan budidaya di Kalimantan Timur. Sebanyak tiga orang warga Kota Samarinda telah dipilih untuk mengembangkan pembenihan ikan betok selama delapan bulan. Sebanyak 20 ekor indukan jantan dan 30 ekor indukan betina ukuran 30-110 g/ekor, dipelihara dalam kotak kayu ulin kedap air ukuran 2 m x 1 m x 0,75 m dengan menggunakan media air hujan dan diberi makan ad libitum pagi dan sore dengan menggunakan pelet mengandung protein minimal 30%. Indukan yang telah matang gonad disuntik dengan hormon Ovaprim sesuai dosis anjuran, dan selanjutnya 2 ekor jantan dan 1 ekor betina dipijahkan dalam akuarium kaca ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan ketinggian media air hujan 30 cm. Larva ikan betok diberi pakan 2x sehari pagi dan sore berupa larutan infusoria, dan kutu air (Moina sp.) hidup sebagai persiapan pakan lanjutan. Selain pengamatan terhadap pemahaman pembenihan ikan betok oleh pelaksana, dilakukan juga pengamatan terhadap tingkat keberhasilan pemijahan, bobot telur (butir), derajat penetasan (%), sintasan (ekor, %), jenis plankton di media, panjang dan bobot anakan pada umur empat bulan, serta kualitas air. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pengembangan pembenihan ikan betok dapat dilakukan di tingkat rumah tangga pada lahan sempit dengan metode induced breeding, dengan 100% terjadi pemijahan, jumlah telur: 8.978-39.868 butir, derajat penetasan: 69,40%-98,14%, derajat sintasan anakan hingga usia empat bulan: 0,17% dan 0,54%, panjang total anakan usia empat bulan adalah (nilai rata-rata ± simpangan baku): 49,51 ± 15,71 mm, dan bobot: 2,46 ± 2,50 g (n= 24), hubungan antara panjang total (X) terhadap bobot (Ŷ) pada umur yang sama adalah: Ŷ=4,59 + 0,15X dan keeratan korelasi (r) sebesar: 0,96. Ikan betok dapat dibudidayakan pada media air hujan dengan kejenuhan oksigen: 1,50%-47,4%, kelarutan oksigen: 0,12-3,80 mg/L, dan pH: 3,45-5,85. Rendahnya sintasan benih ikan betok utamanya disebabkan oleh tingginya pemangsaan antar sesama (kanibalisme) sejak benih berusia lebih dari satu minggu, dan sulit untuk dikendalikan.
MODEL ESTIMASI POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT Tarunamulia Tarunamulia; Akhmad Faisal; Hasnawi Hasnawi
Media Akuakultur Vol 11, No 1 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.791 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.1.2016.47-58

Abstract

Hingga tahun 2011 pemanfaatan lahan untuk budidaya tambak di Indonesia tercatat baru mencapai 23% (682.857 ha) dari total 2.963.717 ha estimasi potensi lahan yang ada. Potensi yang belum termanfaatkan tersebut menjadi salah faktor pemicu terjadinya ekstensifikasi tambak dengan hamparan yang cukup luas di berbagai kawasan pantai di Indonesia. Penelitian ini menjelaskan alternatif model estimasi potensi dan arah pengembangan tambak yang dikelola secara tradisional plus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Estimasi luas tambak eksisting dilakukan melalui analisis multi-spektral citra landsat 8 (resolusi spasial  30 m) untuk kawasan pesisir Kabupaten Cirebon. Potensi pengembangan wilayah tambak didekati dengan membangun tiga sub-model yang terdiri atas; a) potensi konversi lahan (land conversion); b) ketersedian air (water availability); dan c) zona penyangga (buffer zone). Hasil estimasi spasial luas tambak eksisting dan model arah pengembangan tambak diverifikasi melalui observasi lapang dan citra resolusi tinggi (WorldView-2 dan GoogleEarth) yang tersedia secara parsial di beberapa wilayah kawasan tambak. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa luas tambak di Kabupaten Cirebon sudah mencapai ± 7.700 ha pada tahun 2014 atau bertambah sekitar 200 ha sejak tahun 2011. Arah pengembangan lahan potensial terjadi di Kecamatan Losari sehubungan dengan karakteristik fisik lahan dan status pemanfaatan yang masih rendah. Potensi dan arah pengembangan tambak tersebut harus dimonitor dan dievaluasi sehubungan dengan potensi konflik dengan penggunaan lahan pantai lainnya seperti sektor (pertanian, peternakan, kehutanan, industri, dan pemukiman) untuk menjamin keberlanjutan dan tingkat produktivitas.The total area for brackishwater or land-based aquaculture in Indonesia was estimated about 2,963,717 hectares in 2011, of which, only about 23% are in operation. This large potential area is one of the factors triggering the pond extensification across Indonesia’s islands. This study presents an alternative estimation model of existing and potential development area of extensive brackishwater ponds in Cirebon, West Java Province.  To estimate the total area of existing ponds, a multi-spectral analysis of Landsat 8 imagery (30 m) was employed.  The potential development of pond area was approached with the construction of three sub-models namely; a) land conversion; b) water availability; and c) buffer zone.  The estimated ponds area and their direction of potential development were verified through field observations and the use of partially available high resolution imagery (e.g. WorldView-2 and GoogleEarth image).  The analysis showed that the total pond area in Cirebon regency reached about 7,700 ha in 2014, or has expanded to around 200 ha since 2011.  The potential expansion of brackiswater aquaculture area is predicted to occur in Losari sub-district considering the suitability of physical characteristics of existing land as well as availability. The potential and direction of development area should be monitored and evaluated with respect to potential conflicts with other coastal land uses (agriculture, livestocks, forestry, industrial and residential areas) for the sustainability and productivity of the existing brackishwater aquaculture.
PROSPEK PENGEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN HIAS LAUT DAN UPAYA PEMANFAATANNYA Bambang Priono; Ofri Johan
Media Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1331.884 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.2.2014.91-96

Abstract

Abstrak lengkap dapat di lihat di File PDF
PENYAKIT EKOR PUTIH (WHITE MUSCLE DISEASE) PADA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man) Ikhsan Khasani
Media Akuakultur Vol 8, No 1 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.964 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.1.2013.31-37

Abstract

Salah satu keunggulan sistem budidaya udang galah yang selama ini diyakini para pembudidaya adalah belum munculnya permasalahan penyakit serius sebagaimana pada sistem budidaya udang windu dan vaname, yang disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi, pada lima tahun terakhir infeksi virus mulai dilaporkan mewabah pada sistem budidaya udang galah di dunia, dan menjadi masalah yang serius. Penyakit ekor putih (white tail disease, WTD) merupakan salah satu penyakit serius pada kegiatan pembenihan udang galah, karena dapat menyebabkan kematian hingga 100% pada fase pembenihan, dan akhir-akhir ini juga telah terjadi di beberapa hatcheri di Indonesia. Pada tahun 2011, WTD telah terjadi di hatcheri Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan Samas, Jogjakarta, dan disusul pada tahun 2012 di hatcheri Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi. Makalah ini merupakan gambaran mengenai virus MrNV (Macrobrachium rosenbergii Noda Virus), dampak yang ditimbulkan, serta upaya-upaya penanganan.
KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN TIMBAL (Pb) PADA AIR DAN SEDIMEN KOLAM TANAH DI LOKA RISET BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR, DEPOK Ahmad Musa
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.83 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.89-92

Abstract

Pencemaran di daerah perkotaan merupakan efek dari meningkatnya industri, aktivitas penduduk, dan faktor penyebab lainnya. Logam berat merupakan salah satu pencemar yang dapat membahayakan lingkungan. Kolam-kolam budidaya yang terdapat pada daerah perkotaan dikhawatirkan telah tercemari oleh logam berat. Pengamatan kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada air dan sedimen di kolam tanah Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) didapatkan bahwa kolam tersebut telah tercemari oleh Cd dan Pb. Hal ini terlihat dari kandungan Cd dalam sedimen dan Pb dalam air di kolam tersebut yang telah melewati baku mutu yang ditetapkan. Perlu dilakukan upaya penanggulangan terhadap kondisi lingkungan ini, serta pengamatan terhadap efek akumulasi logam Cd dan Pb pada kulit maupun jaringan tubuh ikan hias yang dibudidayakan di kolam tersebut perlu dilakukan.
PERAN HORMON DAN SYARAF PADA OSMOREGULASI HEWAN AIR Imam Taufik; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.771 KB) | DOI: 10.15578/ma.1.2.2006.81-85

Abstract

Liat selengkapnya di File PDF
PENENTUAN JENIS KELAMIN BERDASARKAN REAKSI ANTIBODI PADA IKAN TUNA Gusti Ngurah Permana; Haryanti Haryanti
Media Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4153.25 KB) | DOI: 10.15578/ma.2.2.2007.77-79

Abstract

Pada budi daya ikan, identifikasi individu sangat penting untuk diketahui terutama dalam hal mengidentifikasi jenis kelaminnya. Bagaimana membedakan jantan atau betina ? Secara sepintas untuk membedakan ikan jantan atau betina memang mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Reaksi antibodi merupakan salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan untuk penentuan jenis kelamin pada ikan yang telah menunjukkan aktivitas hormon dan pembentukan vitelogenin. Hasil dari kajian analisis dengan metode dot blot adalah ekspresi vitelogenin nampak jelas pada individu betina dan efek plasma terlihat transparan dibandingkan pada individu jantan tetapi metode ini sangat memerlukan pengalaman dan keahlian dalam akurasi pembacaan hasil.
APLIKASI PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU SISTEM EKSTENSIF PLUS DI KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT Irsyaphiani Insan; Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Media Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (Juni 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.817 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.1.2014.43-47

Abstract

Abstrak lengkap dapat dilihat pada Full PDF Udang windu merupakan salah satu komoditas budidaya unggulan di Indonesia, budidaya udang windu mengalami permasalahan antara lain disebabkan serangan penyakit.

Page 1 of 31 | Total Record : 301