cover
Contact Name
Harls Evan Siahaan
Contact Email
evandavidsiahaan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kurios@sttpb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Kurios
ISSN : 2615739X     EISSN : 26143135     DOI : -
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2614-3135 (online), ISSN: 2406-8306 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta.
Arjuna Subject : -
Articles 219 Documents
Pelestarian Alam sebagai Perwujudan Mandat Pembangunan: Suatu Kajian Etis-Teologis Kalis Stevanus
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.107

Abstract

Lately, the attention and awareness of humankind to protect and maintain environmental sustainability are increasing. Environmental damage today is a big problem and is global, which is now an increasingly critical problem. The world is experiencing the danger of an ecological crisis. This article is intended to describe the Church's ethical-theological attitude in addressing environ-mental issues today is a very crucial issue to consider. Using research that uses qualitative research using descriptive methods based on the Bible and also using library research by analyzing literature both books and journals that discuss environmental issues. Based on ethical-theological studies, it can be concluded that humans are the managers of nature, and preservation of nature is as an implementation of love for others. By understanding this, it is hoped that the Environment, which has been entrusted to humans, needs to be managed wisely, responsibly and productively as possible for the needs and progress of future generations. Abstrak Akhir-akhir ini perhatian dan kesadaran umat manusia untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidupnya semakin meningkat. Kerusakan lingkungan hidup dewasa ini merupakan isu besar dan bersifat global (mendunia), yang kini menjadi masalah yang semakin genting. Dunia sedang menghadapi bahaya krisis ekologis. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan sikap etis-teologis Gereja dalam menyikapi isu tentang lingkungan hidup dewasa ini menjadi isu yang sangat krusial untuk diperhatikan. Adapun pende-katan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif berdasarkan Alkitab dan juga menggunakan penelitian kepustakaan dengan cara menganalis literatur baik buku maupun jurnal yang membahas permasalahan lingkungan hidup. Berdasarkan kajian etis-teologis diperoleh kesimpulan bahwa, manusia adalah pengelola alam, dan pelestarian alam adalah sebagai implementasi kasih kepada sesama. Dengan pemahaman ini, diharapkan lingkungan hidup yang telah dipercayakan kepada manusia, perlu dikelola secara bijak, bertanggungjawab dan seproduktif mungkin untuk kepentingan dan kelangsungan generasi mendatang.
Memahami Penyembuhan Orang Buta dalam Yohanes 9:1-40 dengan Pendekatan Poskolonial Vincent Kalvin Wenno
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.114

Abstract

One of the important efforts in the postcolonial approach to biblical interpretation of the Bible is the emergence of other voices which so far have been marginalized due to the dominance of the structure or, and of a nation. The study is used in biblical texts, to see how domination takes place in text and interpretation, by seeing hegemonic power in a structure of society. The other voices to be raised in this article are the voices of persons with disabilities, especially in the text of John 9: 1-40. The text describes a long narrative about the miracle of healing a child who was born blind, who at the same time became a figure, who dared to voice his existence and identity, in the midst of fierce dialogue with Jews and Pharisees. In this narrative there is an attempt to read and interpret the text of John 9: 1-40 using the postcolonial approach. Abstrak Salah satu upaya penting dalam pendekatan postkolonial pada penafsiran Alkitab adalah memunculkan suara liyan yang selama ini termarjinalisasi akibat dominasi struktur atau, dan dari suatu bangsa. Studi tersebut digunakan ke dalam teks-teks Alkitab, untuk melihat bagaimana dominasi itu terjadi di dalam teks dan penafsiran, dengan cara melihat kuasa yang hegemonik dalam suatu struktur masyarakat tersebut. Suara liyan yang hendak dimunculkan di dalam artikel ini adalah suara dari para penyandang disabilitas terutama di dalam teks Yohanes 9:1-40. Teks tersebut mendeskripsikan narasi panjang tentang mukjizat penyembuhan anak yang terlahir buta, yang sekaligus menjadi tokoh, yang berani menyuarakan keberadaan dan identitasnya, di tengah dialog yang sengit dengan orang Yahudi dan Farisi. Dalam narasi inilah ada upaya untuk membaca dan menafsirkan teks Yohanes 9:1-40 dengan menggunakan pendekatan postkolonial.
Misi Gereja dalam Mewujudkan Keadilan Sosial: Sebuah Perspektif dari Sila Kelima Pancasila Piter Randan Bua; David Samiyono; Tony Christian Tampake
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.97

Abstract

This article aims to see the mission of the Gereja Kristen Indonesia (GKI Peterongan) in the perspective of the fifth principle of Pancasila namely social justice for all Indonesian people. Social justice in the perspective of the fifth principle of Pancasila is political justice and economic justice. Equally the same is based on the constitution and the same sense in the economic field. The meaning of social justice is built on the basis of kinship and mutual cooperation and all for all. The method used in this study uses qualitative methods through the study of documents, interviews and observations. In this study it was found that GKI Peterongan aspires to realize social justice for all people but has not been reflected and implemented in existing programs. In reality the implementation of the GKI Peterongan mission has not yet led to the realization of social justice for all Indonesian people. The mission of the GKI Peterongan is still exclusive and qualitative and has not given much thought to the community outside the church. Abstrak Artikel ini bertujuan melihat misi Gereja Kristen Indonesia Peterongan (GKI Peterongan) dalam perspektif Sila Kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan Sosial dalam perspektif Sila Kelima Pancasila adalah keadilan politik dan keadilan ekonomi. Sama – sama rata sama rasa berdasarkan konstitusi dan sama rata – sama rasa dalam lapangan ekonomi. Artinya keadilan sosial yang dibangun atas dasar kekeluargaan dan gotong royong serta semua untuk semua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi dokumen, wawancara dan observasi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa GKI Peterongan bercita – cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat namun belum tercermin dan terimplementasi dalam program – program. Kenyataannya pelaksanaan misi GKI Peterongan belum mengarah pada perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Misi GKI Peterongan masih bersifat ekslusif dan karitatif serta belum banyak memikirkan masyarakat di luar gereja.
Politik Identitas Etnis Toraja sebagai Masalah Teologis: Kasus di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara Rumbi, Frans Paillin
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.104

Abstract

The issue to be examined is identity politics by Torajanese in Kolaka Regency and how to highlight it in terms of Christian political theology. To obtain the data, the writer uses a grounded theory type of qualitative research method. From the results of the research, it appears that identity politics is used to: First, to cultivate compassion or solidarity. Second, realizing the interests of certain elements in the realm of practical politics, especially related to the position in the system of government. Those research show that there is a gap in vision among the community, this situation also triggered internal conflicts between them. The problem needs to be addressed immediately, specifically the author highlights it from the perspective of political theology. Conflict can be overcome if the conflicting parties hold a dialogue to prioritize life values such as love, justice and peace. Abstrak Masalah yang hendak dikaji dalam artikel ini ialah politik identitas orang Toraja di Kabupaten Kolaka dan bagaimana menyorotinya dari segi teologi politik Kristen. Untuk memeroleh data, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif jenis grounded theory. Dari hasil penelitian, tampak bahwa politik identitas digunakan untuk: Pertama, membudayakan belarasa atau solidaritas. Kedua, mewujudkan kepentingan oknum tertentu pada ranah politik praktis terutama terkait dengan kedudukan dalam sistem pemerintahan. Kedua temuan memperlihatkan adanya kesenjangan visi dalam komunitas, situasi itu turut memicu konflik internal di antara mereka. Masalah tersebut perlu segera diatasi, secara khusus penulis menyorotinya dari perspektif teologi politik. Konflik dapat diatasi jika pihak-pihak yang bertikai mengadakan dialog mengutamakan nilai-nilai kehidupan seperti kasih, keadilan, dan damai sejahtera.
Menerapkan Model Penginjilan pada Masa Kini Hannas Hannas; Rinawaty Rinawaty
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.118

Abstract

Evangelism has many obstacles, it cannot be done optimally, the challenges faced cannot weaken the spirit of winning souls for Jesus Christ. That is why it is necessary to try to develop the right evangelistic model. This study found 6 (six) evangelistic models, namely: interpersonal, personal, mass, media services, social services and friendship. The research method used is qualitative with the approach phenomenology. In conclusion, the preaching of the gospel can still be done by developing suitable models according to the needs of each person receiving Jesus Christ as Lord or Savior. Abstrak Penginjilan mengalami banyak kendala, sehingga kurang bisa dilakukan dengan maksimal, berbagai tantangan yang dihadapi tidak dapat melemahkan semangat memenangkan jiwa bagi Yesus Kristus. Itulah sebabnya perlu upaya mengembangkan model penginjilan yang tepat. Penelitian ini menemukan 6 (enam) model penginjilan, yakni: interpersonal, pribadi, massal, pelayanan media, pelayanan sosial dan persahabatan. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan pendekatan ilmu fenomenologi. Kesimpulannya, pekabaran Injil tetap dapat dilakukan dengan mengembangkan model yang cocok sesuai kebutuhan dengan tujuan setiap orang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan atau Juruselamat.
Diam atau Bersuara: Tafsir terhadap Kisah Safira dan Izebel dari Perspektif Feminis Asnath Niwa Natar
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.117

Abstract

Women are always placed as second class under their husbands in the patriarchal culture. The wife belongs to the husband who must obey her husband, no matter what, whether it is good or bad. This makes women unable to show a critical manner and attitude for fear of the risks they will face. Such attitude has also happened since the time of the Bible, which could be unconsciously imitated by the wives today. Thus, a reinterpretation from a feminist perspective will be made to contribute ideas and insight for women or wives nowadays and to see how the roles of wives towards their husbands. The two biblical narratives to be raised are Interpretations of Acts 5: 1-11 and 1 Kings 21: 1-29. Abstrak Dalam budaya Patriarkhi, perempuan selalu ditempatkan pada posisi nomor dua di bawah suaminya. Istri adalah milik suami yang harus patuh pada suaminya, entah itu perbuatan yang baik atau yang tidak baik. Kondisi ini membuat kaum perempuan atau istri tidak mampu menunjukkan sikap kritis karena takut pada resiko yang akan dihadapi. Sikap istri yang seperti ini ternyata juga sudah terjadi sejak jaman Alkitab, yang bisa secara tidak sadar ditiru oleh para istri saat ini. Sehubungan dengan hal ini, maka akan dilakukan tafsir ulang dari perspektif feminis untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para perempuan atau istri bagaimana peran istri yang seharusnya terhadap suaminya. Kedua kisah istri dalam Alkitab yang akan diangkat adalah Tafsiran Terhadap Kis. 5:1-11 dan 1 Raj. 21:1-29
Memahami Konstruksi Teologi Keindahan Paulus Eko Kristianto
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v5i2.98

Abstract

True beauty brings our joy in knowing and loving everything. God is perfect, while humans are limited. True love and joy breeds love for everything as they are. True happiness is always related to our true knowledge and love of true beauty and goodness. Based on this condition, this article tries to trace the source of that true beauty to God. The conceptual frame offered in this article is looking at God in the theology of beauty. This frame is obtained through library research methods on various relevant books and journals. This study concludes that if we do not love God as God exists or loves anything above all things, we do not have true joy in loving God. Abstrak Keindahan sejati mendatangkan kegembiraan kita dalam mengetahui dan mencintai segala sesuatu. Allah itu sempurna, sedangkan manusia itu terbatas. Cinta dan kegembiraan sejati melahirkan cinta terhadap segala sesuatu sebagaimana mereka ada. Kebahagiaan sejati selalu berhubungan dengan pengetahuan dan cinta kita yang sejati terhadap keindahan dan kebaikan sejati. Berpijak pada kondisi ini, artikel ini mencoba menelusuri sumber keindahan sejati tersebut pada Allah. Bingkai konseptual yang ditawarkan pada artikel ini yaitu memandang Allah dalam teologi keindahan. Bingkai ini diperoleh melalui metode penelitian pustaka terhadap berbagai buku dan jurnal yang relevan. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa jika kita tidak mencintai Allah sebagaimana Allah ada atau mencintai apapun di atas segala sesuatu, kita tidak memiliki kegembiraan sejati dalam mencintai Allah.
Tuhan Ada di Mana-mana: Mencari Makna bagi Korban Bencana di Indonesia Johannis Siahaya; Karel Martinus Siahaya; Nunuk Rinukti
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 6, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v6i1.147

Abstract

The phenomenon of natural disasters has been felt in recent years and has become a global concern. This concern occurs because, the intensity of natural disasters that are increasingly frequent in various parts of the world lately, taking many victims both human, property, and other lives. Religions (including the church), however, have an essential calling and responsibility in dealing with the problem of the victims of the disaster. However, today's reality shows that religions (as well as internal church) are still involved and struggling in classical debates about teachings (dogma) about who God is: about his name, which God or religion is true, or what God teaches in which religion or church which is considered correct. Abstrak Fenomena bencana alam sangat terasa dalam beberapa tahun terakhir sampai-sampai menjadi perhatian dunia. Hal ini terjadi karena, intensitas benca-na alam yang semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia akhir-akhir ini, bahkan mengakibatkan banyak korban yang berja-tuhan, selain kehilangan harta benda. Melihat fenomena ini gereja memiliki panggilan dan tanggung jawab yang hakiki dalam dalam menangani korban bencana tersebut. Namun, realitas yang terjadi adalah Agama-agama lain bahkan gereja masih saja terlibat dalam berbagai perdebatan mengenai siapa Tuhan itu, mengenai nama-Nya, Agama mana yang benar, ataupun ajaran Tuhan dari agama atau gereja mana yang dianggap benar.
Pendampingan Pastoral Keindonesiaan Jacob Daan Engel
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 6, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v6i1.153

Abstract

Indonesian pastoral assistance is affiliated with developing potential and improving the quality of life in cultural encounters in Indonesia. This was motivated by the fact of rejection of Western aid, which is only emphasized as an individual approach without regard to the plural of socio-cultural and religious values of Indonesian society. A descriptive-analytical approach is describing and analyzing cultural encounters in spiritual and religious perspectives becomes a mentoring effort that refers to the improvement, development, and transformation of society. Besides that, the cultural encounter is a pastoral assistance effort to empower, revive, and humanize Indonesian people with different characteristics. Meanwhile, the study found that the meaning of pastoral care in the Indonesian context is cooperation, share feelings and mutual acceptance, harmonious brotherhood, solidarity, and friendship that show respect to one another. Pastoral assistance is also carried out to develop their potential, to empower and improve their quality of life. The development of the potential and quality of life occurs in cultural encounters, which are related to the development of mindsets, feelings, and personal behavior patterns of each individual as well as the community and society. Abstrak Pendampingan pastoral keindonesiaan berafliasi pada pengembangan potensi dan peningkatan kualitas hidup dalam perjumpaan budaya di Indonesia. Hal tersebut dimotivasi oleh fakta penolakan terhadap pendampingan barat, yang hanya menekankan pada pendekatan individualis tanpa memperhatikan nilai-nilai sosial budaya dan agama masyarakat Indonesia yang plural. Pende-katan deskriptif analitis untuk mendeskripsikan dan menganalisis perjumpaan budaya dalam perspektif spiritual dan agama menjadi suatu upaya pendam-pingan yang mengacu pada peningkatan, pengembangan dan transformasi masyarakat. Perjumpaan budaya menjadi suatu upaya pendampingan pastoral dalam rangka memberdayakan, menghidupkan serta memanusiakan manusia Indonesia yang berbeda-beda karakteristiknya. Kajian tersebut menemukan pen-dampingan pastoral dalam konteks Indonesia mempunyai arti gotong ro-yong, berbagi rasa dan saling menerima, persaudaraan yang rukun dan solida-ritas serta pertemanan yang saling menghargai dan menghormati. Pendam-pingan pastoral dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pengembangan potensi dan kualitas hidup terjadi dalam perjumpaan budaya, yang berkaitan dengan pengembangan pola pikir, perasaan dan pola perilaku pribadi setiap individu maupun komunitas dan masyarakat.
Perempuan dan Kepemimpinan Gereja: Suatu Dialog Perspektif Hermeneutika Feminis Bobby Kurnia Putrawan
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 6, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v6i1.130

Abstract

The feminist movement became a movement that moved and challenged the church from the comfort of male domination. The role of women is increasingly strengthened and developed in various aspects of life, including aspects of church leadership. This resulted in debates among male-dominated church leaders; whether women's leadership roles can be accepted or rejected. This article is presented to add to the theological study of women and their leadership in the church through the perspective of feminist hermeneutics while upholding respect and authority for the Bible. The method used is grammar-accommodative, which is a combination of grammatical understanding of the text and translatively translated. Finally, the involvement of women in the formation of Christian social ethics in the future will broaden the horizon of understanding the interaction of women and men in social structures and ecclesiastics. Abstrak Gerakan feminis menjadi sebuah gerakan yang menggugah dan meng-gugat gereja dari kenyamanannya dominasi laki-laki. Peranan perempuan semakin diperkuat dan dikembangkan di pelbagai aspek kehidupan, termasuk aspek kepemimpinan gereja. Hal ini ini berdampak perdebatan di kalangan pimpinan gereja yang didominasi laki-laki; apakah peranan kepemimpinan perempuan bisa diterima atau ditolak. Artikel ini disajikan untuk menambah kajian teologis mengenai perempuan dan kepemimpinannya di gereja melalui perspektif hermeneutika feminis, dengan tetap menjunjung tinggi penghargaan dan otoritas terhadap Alkitab. Metode yang digunakan adalah grammar-akomodatif, yang merupakan perpaduan pengertian teks secara gramatikal dan diterjemahkan secara akomo-datif. Akhirnya, keterlibatan perempuan ke dalam pembentukan etika sosial Kristen di masa depan akan memperluas cakrawala pemahaman tentang interaksi perempuan dan laki-laki dalam struktur sosial dan kegerejawian.

Page 5 of 22 | Total Record : 219