cover
Contact Name
asep miftahudin
Contact Email
donztsm@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bagas.afyad@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta utara,
Dki jakarta
INDONESIA
The Indonesian Journal of Infectious Diseases
ISSN : 23546077     EISSN : 25991698     DOI : -
The Indonesian Journal of Infectious Disese (IJID) is a peer-reviewed journal published by RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. It specializes in infectious disease : emerging disease, new emerging disease issues and tropical medicine). IJID has been published twice a year in Indonesian since 2013 and started from 2018 IJID will be fully published in Open Journal System (OJS).
Arjuna Subject : -
Articles 135 Documents
Surveilans Epidemiologi Kasus Terkonfirmasi COVID-19 pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Pusat Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2020 Herlina Herlina; Anita Puspitasari Diah Nugroho; Siti Maemun; Intan Pertiwi; Farida Murtiani; Andi Dala Intan Sapta Nanda
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i2.127

Abstract

Latar Belakang: Surveilans epidemiologi adalah pengamatan terus menerus terhadap perkembangan kasus dan kematian melalui analisis dan intervensi epidemiologi yang terstandar dengan tujuan untuk membatasi penyebaran penyakit, sebagai bahan bagi pemerintah daerah, otoritas Kesehatan masyarakat dan rumah sakit untuk mengelola kasus penyakit (dalam hal ini COVID-19), surveilans juga dibutuhkan untuk memantau tren jangka panjang penularan COVID-19 dan perubahan virus. Metode: surveilans pasif dan aktif Surveilans pasif adalah surveilans dengan cara mengambil data dari sumber status pasien (rekam medik) dan laporan dari ruang perawatan, sementara surveilans aktif  adalah mencari data langsung ke pasien (menanyakan langsung kepada pasien dengan cara menelpon ataupun melalui  whatsapp ).  Hasil: Jumlah pasien rawat inap COVID-19 tahun 2021 sebanyak 1065 pasien, sebagian besar kasus antara lain laki-laki (573 pasien), kelompok umur >18 tahun (1028 pasien), domisili Jakarta Utara (288 pasien), datang sendiri (35%)., sebagian besar pasien keluar hidup (911 pasien) dan hasil PCR terkonfirmasi (880 pasien). Kesimpulan: Pelaksanaan surveilans epidemiologi kasus COVID-19 di RSPI Sulianti Saroso  berdasarkan orang , tempat dan waktu ( variable jumlah kasus,  umur, jenis kelamin, asal domisili, pemeriksaan , luaran pasien dan asal rujukan).  Surveilans sangat dibutuhkan untuk evaluasi pelayanan dan program penanggulangan penyakit, oleh karena itu dibutuhkan dukungan kelengkapan data dan ketepatan waktu pelaporan untuk mendapatkan data yang valid.
Kompres dengan Teknik Warm Water Sponge pada Pasien Anak yang Mengalami Demam Novita Agustina; Nani Nurhaeni; Dessie Wanda
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i2.119

Abstract

Latar belakang: Demam pada anak  menyebabkan orangtua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan dan menjadi penyebab utama anak dirawat di rumah sakit. Warm water sponge adalah satu mekanisme menurunkan demam pada anak dimana keberhasilannya bisa mencapai 100 %, namun penggunaannya di Indonesia baru sebatas kompres dengan teknik tepid water sponge. Oleh karena itu tujuan dari study ini adalah untuk melihat efektifitas kompres menggunakan teknik warm water sponge pada anak dengan peningkatan suhu tubuh. Metode: Desain yang digunakan adalah quasi eksperimental pre-posttest with control group design. Responden berjumlah 36 pasien anak yang mengalami demam yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling, terdiri dari 18 pasien anak menerima perlakuan warm water sponge dan 18 pasien anak menerima perlakuan kompres sesuai standar rumah sakit. Analisis yang dilakukan adalah uji T Independent. Hasil: Intervensi warm water sponge efektif menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dengan hasil uji T Dependent diperoleh  Pvalue =0,000 < α (0,05). Kesimpulan: Warm water sponge efektif menurunkan suhu tubuh pasien anak yang demam dan pasien anak lebih merasa nyaman dibandingkan dengan terapi penurunan panas yang biasa dilakukan di rumah sakit.
Karakteristik Pasien Osteomielitis di Rumah Sakit Pusat Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso M Rifaldi Nabiu; Adinta Anandani; Nico Perdana Hardiansyah
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i1.115

Abstract

Latar Belakang: Osteomielitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada tulang dan strukturnya, proses inflamasi yang terjadi digolongkan berdasarkan durasi waktu mulai dari akut, subakut sampai dengan kronis. Bakteri penyebab infeksi osteomielitis yang paling sering adalah Staphylococcus aureus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung bahwa laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteomielitis dibandingkan dengan perempuan yaitu 4:1. Faktor risiko yang paling sering menyebabkan terjadinya osteomielitis adalah trauma dan diabetes melitus. Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik pada pasien osteomielitis di RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso sunter periode 2018 sampai 2019.Metode: Penelitian ini dengan desain deskriptif observasional dengan mengambil sampel rekam medik pada pasien pasien penderita osteomielitis periode 2018 sampai 2019.Hasil: Dari 22 kasus osteomyelitis, rentang usia terbanyak adalah 50-59 tahun (31,8%) dan jenis kelamin laki-laki 54,5%. Sebagian besar pasien menjalani perawatan lebih dari 7 hari (54,5%). Manifestasi klinis yang tampak adalah nyeri (100%), nyeri tekan (77.3%), ulkus (36.4%), gangguan mobilitas fisik (40.9%). Faktor risiko terbanyak adalah DM (54.5%) diikuiti oleh trauma (54.5%). Gambaran radiologis menunjukkan (59,1%) kesan osteomyelitis. Hasil laboratorium memperlihatkan lekositosis (40.9%), peningkatan LED (90.9%) dan peningkatan CRP (36.4%). Dari 22 kasus ostemielitis tersebut hanya 8 yang dilakukan pemeriksaan kultur dan terdapat pertumbuhan bakteri pada empat kasus yaitu (Staphylococcus aureus). Sebagian besar terapi empirik menggunakan metronidazole (20.6%). Terapi definitif sesuai hasil kultur. Semua kasus memperlihatkan prognosis yang baik. Rata-rata lama rawat di rumah sakit adalah >7 hari (54.5%).Kesimpulan: Osteomielitis terjadi pada rentang usia terbanyak 50-59 tahun dengan karakteristik klinis dominan nyeri dan peningkatan LED.
Geografi Emosi Tentang COVID-19 pada Pelajar Septian Andriyani; Upik Rahmi; Afianti Sulastri1; Dadang Darmawan
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i1.117

Abstract

Latar Belakang : Corona virus 2019 (COVID-19) merupakan salah satu jenis virus yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2), telah muncul sebagai ancaman kesehatan global Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari pandemi COVID-19. Selama masa pandemi banyak orang menunjukkan respon yang terkait dengan stres atau kecemasan. Anak –anak dan remaja mengalami kecemasan, takut, merasa tertekan, merasa tidak tenang, dan khawatir sehingga dapat menyebabkan gangguan emosi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi geografi emosi tentang COVID-19 pada siswa SMPN VIII di Kota Cimahi. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan google form yang disebar secara online kepada siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah mengacu kepada instrumen standar COVID Stress Scales (CSS) 2020 dengan 36 item pernyataan. Hasil : geografi emosi siswa paling tinggi berada pada domain Xenophobia dengan nilai rata-rata sebesar 3,394, selanjutnya adalah domain danger dengan nilai rata-rata 3,327. Untuk nilai rata rata yang paling rendah yaitu berada pada domain Compulsive Checking dengan nilai rata-rata 2,107. Selama pandemi nilai rata-rata geografi emosi tertinggi berada pada domain ketakutan (xenophobia). Kesimpulan : Xenophobia dalam ancaman penyebaran COVID-19 dapat meningkatkan ketakutan membawa penyakit sehingga mengarah pada penurunan kesejahteraan secara emosi. Pentingnya dapat meningkatkan kesejahteraan di masa pandemic COVID-19.
Physical Measurement Analysis in Pre-Utility Covid-19 Isolation Room: A Case Study Universitas Mataram Teaching Hospital Eustachius Hagni Wardoyo; Ida Bagus Alit; Monalisa Nasrul; Didit Yudhanto; Prima Belia Fathana; Rini Srikus Saptaningtyas
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i2.121

Abstract

Background: Negative pressure room is recommended for the treatment of COVID-19 patients. Aim this study to describe physical measurement analysis of isolation room Universitas Mataram Teaching Hospital. Methods: Newly developed negative pressure isolation room was physical measure using following instruments: anemometer, moisture meter, hygrometer and pressure gauge.  Results: This study showed physical measurement as follow: 1) ACH (air change per hour) 23.3 / hour [minimum: 12+ ACH]; 2) the difference in pressure gradient between the inpatient room and anteroom -30 Pa [minimum -15 Pa]; 3) the mean of air temperature 24.8°C [21-24]; 4) air humidity 58% [maximum 65%] and 5) concrete moisture 22.45%. Conclusion: The COVID-19 isolation room at the Universitas Mataram Teaching Hospital meets the standard criteria.
Biomarker T Cell dalam Diagnosis COVID-19 : Literatur Review Upik Rahmi; Septian Andriyani
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i1.116

Abstract

Latar Belakang : COVID-19 menjadi masalah kesehatan didunia. Penanda inflamasi yang dapat digunakan sebagai predictor prognosis COVID-19. Tujuan untuk melihat peran biomarker sel T pada penyakit COVID-19.  Metode: Pencarian literatur utama PubMed  dan Cinahl  untuk artikel yang diterbitkan antara Tahun 2015  hingga 2021 dan telah memenuhi syarat, artikel dipilih setelah evaluasi judul, abstrak, dan referensi. Sebanyak 7 artikel termasuk dalam ulasan ini. Hasil:  Analisis artikel ini ditemukan faktor sel T limfosit yang berperan dalam biomarker dalam diagnosis COVID-19 adalah CD4+, CD8+ dan CD3+ dan hasil yang meningkat secara signifikant adalah CD8+. Kesimpulan: Analisis artikel menunjukkan bahwa ada bukti yang jelas bahwa biomarker Limfosit T  dapat berubah sesuai dengan tingkat keparahan Infeksi COVID-19. Ini dapat digunakan sebagai tambahan dalam praktik klinis.  
Profil Pasien Suspek Resistensi Ganda Tuberkulosis HIV/AIDS di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2012 Pompini Agustina; Huda Rahmawati; Adria Rusli; Titi Sundari; Ida Bagus Sila Wiweka
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v3i1.26

Abstract

AbstrakLatar belakang : Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis terutama menyerang paru. Laporan World Health Organization (WHO) menuliskan pada umumnya hanya sedikit orang yang terinfeksi TB menjadi sakit TB namun pada orang dengan HIV/AIDS yang terinfeksi TB banyak menjadi sakit TB. Resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosa (OAT) menjadi salah satu masalah penting dalam pengobatan TB. Ketersediaan obat yang ampuh tetapi tidak diberikan dengan baik menimbulkan masalah resistensi termasuk Resistensi Ganda (RG)/ Multidrug Resistant (MDR).Metode : Penelitian ini mempunyai desain deskriptif potong lintang menggunakan data yang sudah direkapitulasi dari case report form (CRF). Sampel penelitian ini adalah pasien suspek resistensi ganda TB pada HIV. Kriteria inklusi adalah semua pasien usia > 15 tahun dengan HIV TB Paru BTA positif atau negatif kasus baru, kasus kambuh, kasus putus obat, gagal terapi (suspek resistensi ganda) yang berobat ke Instalasi rawat jalan maupun Instalasi rawat inap RSPI Prof Dr. Sulianti Saroso. Sampel berjumlah 21 orang pasien suspek resistensi ganda TB HIV/AIDS periode Maret – Desember 2012 di RSPI Prof dr Sulianti Saroso. Hasil disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara univariat.Hasil : Secara keseluruhan kelompok pasien suspek resistensi ganda TB HIV/AIDS paling banyak didapatkan pada usia 15-35 tahun sebesar 18 orang (85,7%), sebanyak 7 orang (33,33%) bekerja dengan pekerjaan sebagai karyawan, tingkat pendidikan paling banyak Sekolah Menengah Atas berjumlah 15 orang (71,4%) dan faktor risiko pasien paling banyak dari seks bebas dengan jumlah 13 orang (61,9%), Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah CD4 pasien cenderung rendah yaitu CD4 <100 sel/μL berjumlah 18 orang (66,7%), sementara jumlah limfosit paling banyak antara 15 % sampai 40 % sebanyak 10 orang (47,6%).Kesimpulan : Profil pasien suspek resistensi ganda TB HIV/AIDS RSPI Prof dr Sulianti Saroso pada kelompok usia produktif dengan faktor risiko utama adalah seks bebas dan kondisi sistem kekebalan tubuh buruk.
Profil Pasien Kandidiasis Oral dengan Koinfeksi Tuberkulosis-HIV di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Nina Mariana; Siti Maemun; Adria Rusli
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v3i1.27

Abstract

AbstrakLatar belakang: Kandidiasis oral banyak dijumpai pada pasien koinfeksi Tuberkulosis-Human Immunodefiency Virus (TB-HIV) dan meningkatkan morbiditasnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil pasien kandidiasis oral pada pasien koinfeksi TB-HIV di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso.Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang. Data penelitian didapatkan dari status rekam medik pasien kandidiasis oral dengan koinfeksi TB-HIV pada periode Januari 2011 hingga Mei 2014 di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien koinfeksi TB-HIV yang belum mendapat ARV (naive ARV) tetapi telah mendapat OAT yang yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 pasien.Hasil: Dari 62 pasien kandidiasis oral dengan koinfeksi TB-HIV yang belum mendapat terapi antiretroviral (ARV) didapat terbanyak laki-laki sekitar 74,6 %, usia produktif kurang dari 40 tahun (82,3%) dan pada stadium III sebesar 61,3 %, stadium IV sebesar 38,7 %. Hasil hitung CD4 terbanyak kurang dari 200 sel/μ. Rata-rata pasien menderita TB paru sebesar 72,6 %.Kesimpulan: Profil pasien kandidiasis oral dengan TB-HIV ditemukan terbanyak pada laki-laki dengan usia produktif pada stadium III dan IV, serta hasil hitung sel CD4 terbanyak kurang dari 200sel/μ.
Profil Pasien Suspek Koinfeksi TB pada HIV di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2015 NFN Rosamarlina; Farida Murtiani; Tri Yuli Setianingsih; Debby Permatasari
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v3i1.28

Abstract

AbstrakLatar belakang : Dampak pandemi Human Immunodefiency Virus (HIV) di dunia akan menambah permasalahan Tuberkulosis (TB). Koinfeksi TB dengan HIV merupakan tantangan besar dalam program pengendalian kedua penyakit tersebut. Kedua penyakit ini dan penyebabnya dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi epidemiologi masing-masing. Maka diperlukan beberapa penelitian untuk mengetahui besarnya angka kejadian koinfeksi TB-HIV dan juga profil dari pasien koinfeksi TB-HIV.Metode : Penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan data primer dengan instrument Case Report Form (CFR) dilakukan selama 3 bulan sejak September – November 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien suspek TB pada HIV dan HIV non TB sebanyak 38 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil : Jumlah pasien HIV pada periode September – November 2015 hanya 10 pasien yang TB-HIV. Dari 38 pasien suspek TB-HIV sebagian besar berusia < 35 tahun (52,6%) dan berjenis kelamin laki-laki (73,7%), menunjukkan Gejala klinis pasien suspek TB-HIV terbanyak adalah demam (94.7%), batuk (100%), batuk berdahak (89,5%), berkeringat malam hari (86,8%), mudah lelah (97,4%), gangguan tidur (86,8%), berat badan turun (100%), infeksi opportunistik candidiasis oral (60.5%) dengan hasil foto rontgen terbanyak yaitu Tb Paru (44,7%). Hasil apusan sputum pertama 84,2% BTA negative, apusan kedua 76,3% BTA negative dan apusan ketiga 86,8% BTA negative. Gambaran CD4 pada pasien TB-HIV 73,7% dengan CD4 < 100 sel/mm3.Kesimpulan : Sulit menentukan pasien koinfeksi TB pada pasien HIV tanpa dilengkapi pemeriksaan penunjang Foto Rontgen dan pemeriksaan CD4.
Hubungan Efektivitas Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru di Puskesmas Padasuka Bandung Tahun 2014 Upik Rahmi
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v3i1.29

Abstract

AbstrakLatar belakang : Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang mengenai jaringan paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan fisik dan sosial serta dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efektifitas Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskemas Padasuka Bandung.Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB Paru BTA (+) yang memiliki PMO dan telah menjalani pengobatan 6 bulan dengan jumlah 40 responden menggunakan Teknik Total Sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskemas Padasuka Bandung Tahun 2014.Hasil : Dari 40 responden sebagian besar yaitu 31 (77.5%) efektif dalam pengawasan menelan obat dan 26 responden (65%) berhasil (sembuh). Hasil analisa menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efektifitas pengawas menelan obat (PMO) dengan kesembuhan penderita TB paru ( Pvalue = 0,002, nilai POR = 9,341).Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara efektifitas kegiatan PMO dengan keberhasilan pengobatan penderita TB paru Abstract Background: Pulmonary TB is a chronic infectious disease affecting the lung tissue caused by Mycobacterium tuberculosis, and the disease can lead to physical disability and social development and can affect the social and economic life of the patient. This study aims to determine the relationship of the effectiveness of the Supervisory Swallowing Drugs to the successful treatment of pulmonary TB patients in the region of Puskemas Padasuka Bandung. Methods: The study was a descriptive analytic research with cross-sectional approach. The population in this study are patients with TB BTA (+) which has been undergoing treatment PMO and 6 months with the number of 40 respondents using total sampling technique. This research was conducted in the working area Puskemas Padasuka Bandung 2014. Results: Of the 40 respondents most of which 31 (77.5%) effective in monitoring dope and 26 respondents (65%) managed (cured). The analysis shows no significant correlation between the effectiveness of a treatment supporter (PMO) to cure pulmonary tuberculosis patients (pvalue = 0.002, the value of POR = 9.341).Conclusion: there is a significant correlation between the effectiveness of the PMO with the successful treatment of pulmonary tuberculosis patients.

Page 8 of 14 | Total Record : 135


Filter by Year

2013 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 9 No. 1 (2023): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 8 No. 2 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 8 No. 1 (2022): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 7 No. 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 7 No. 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 7, No 1 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 6 No. 2 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 6, No 2 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 6, No 1 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 6 No. 1 (2020): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 5 No. 2 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 5, No 2 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol 5, No 1 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 5 No. 1 (2019): The Indonesian Journal of Infectious Disease Vol. 4 No. 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 4, No 2 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 4 No. 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 4, No 1 (2018): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 3, No 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 3, No 1 (2016): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 2, No 2 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 2, No 1 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES Vol 1, No 01 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 3 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 2 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases More Issue