cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Surya Masyarakat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 148 Documents
Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi Indriawati, Ratna; Usman, Sherly
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.51 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.59-63

Abstract

Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Prevalensi hipertensi nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 35,8% dengan proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 24%. Hal ini berarti bahwa masih ada 76,0% kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis. Tingginya angka insidensi hipertensi di propinsi DIY tersebut turut mempengaruhi insidensi penyakit ini di kabupaten Bantul. Pola makan yang tidak sehat dan kurang terjaga, perilaku merokok, stress psikososial karena faktor ekonomi, dan minimnya sarana & prasarana kesehatan merupakan faktor pemicu tingginya insidensi penyakit hipertensi di wilayah ini. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan faktor risiko, menanggulangi penyakit hipertensi dan komplikasi hipertensi serta pelatihan kader kesehatan terkait penyakit hipertensi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi: melakukan pemeriksaan kesehatan dan faktor risiko hipertensi (berat badan, tinggi badan, dan body mass index/BMI) untuk skrining hipertensi, promosi kesehatan berupa penyuluhan hipertensi, pelatihan pengukuran tekanan darah yang baik dan benar, dan pembuatan dan pembagian leaflet hipertensi. Sebanyak 105 orang yang diperiksa tekanan darahnya, didapatkan 31 orang menderita hipertensi. Rentang umur kurang dari 40 tahun didapatkan 8 orang penderita hipertensi. Sedangkan kelompok umur 45-55 tahun juga didapatkan 8 orang dengan hipertensi. Terdapat 15 orang dengan hipertensi pada kelompok usia lebih dari 75 tahun.Kata kunci: hipertensi, faktor risiko, tekanan darah, berat badanAbstractHypertension is still the important health problem. The prevalence of national hypertension in the Special Region of Yogyakarta (DIY) was 35.8% with the proportion of cases of hypertension diagnosed by health personnel at 24%. This means that there are still 76.0% cases of hypertension in the community that have not been diagnosed. The high incidence of hypertension in the province of DIY also affects the incidence of this disease in the Bantul district. Unhealthy and poorly maintained eating patterns, smoking behavior, psychosocial stress due to economic factors, and the lack of health facilities & infrastructure are factors that trigger the high incidence of hypertension in this region. This community service aims to provide additional knowledge of risk factors, overcome hypertension and complications of hypertension and health cadres training related to hypertension. These community service activities included: conducting health checks and risk factors for hypertension (body weight, height, and body mass index/BMI) for hypertension screening, health promotion in the form of hypertension counseling, excellent and correct blood pressure measurement training, and making hypertension leaflets. A total of 105 people who were tested for blood pressure were 31 people suffering from hypertension. The age range of fewer than 40 years found eight people with hypertension. Whereas the age group of 45-55 years also found eight people with hypertension. There are 15 people with hypertension in the age group over 75 years.
Pendampingan Penanggulangan Penyelesaian Kasus Adopsi Anak dan Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga Prasetyoningsih, Nanik; Lailam, Tanto
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23824.819 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.26-39

Abstract

tatacara adopsi anak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan penanganan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Pengabdian dilakukan dengan maksud untuk memberikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pemahaman masyarat Dusun Kemiri mengenai adopsi anak dan penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut: (1) proses adopsi anak dilakukan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, (2) kesadaran masyarakat masih rendah mengenai pentingnya bukti formal adopsi anak; (3) ketidakjelasan status anak adopsi menimbulkan tindak kekerasan dalam rumah tangga; dan (4) kasus kekerasan dalam rumah tangga masih belum belum teratasi dan terselesaikan. Metode pelaksanaan pengabdian adalah sebagai berikut: (1) melakukan sosialisasi tata cara adopsi anak sesuai hukum Indonesia; (2) melakukan sosialisasi penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga; (3) melakukan Pelatihan dan Pembentukan Kader Pelindung Anak dan Satgas Anti kekerasan dalam rumah tangga; dan melakukan pendampingan Penyelesaian Kasus Adopsi Anak dan Kasus kekerasan dalam rumah tangga. Simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan pengabdian masyarakat adalah semua program kegiatan yang direncanakan telah terrealisasi dengan baik dan sesuai dengan jadwal dan rancangan yang telah ditentukan. Permasalahan adopsi anak sudah terpecahkan melalui beberapa tahap pengabdian. Demikianhalnya dengan penanganan Kasus kekerasan dalam rumah tangga. Pengabdian ini telah memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai tata cara adopsi anak dan perlindungan kekerasan dalam rumah tangga. Pemahaman hukum dan kesadaran hukum mulai meningkat dan terjaga, karena senantiasa ada Kader Perlindungan Anak dan Satgas Anti kekerasan dalam rumah tangga yang aktif melakukan sosialisasi dan upaya-upaya penyadaran sosial bagi masyarakat.
Efektivitas Program Partisipatif Kelompok Perempuan dalam Meningkatkan Swadaya Masyarakat M., Yeni; Yuliana, Sartika; Yanti, Rini Parmila
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.525 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.64-80

Abstract

Di era otonomi daerah, yang diawali dengan UU RI No. 22 Tahun 1999, yang diamandemen dengan UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah lokal, telah memberikan kesempatan bagi otonomi daerah dan kesempatan-kesempatan untuk mengoptimalkan sumber daya-sumber daya yang ada di daerah guna kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, kemudian untuk merencanakan pembangunan sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Produk hukum tersebut sekali lagi mengubah deadlock paradigm pembangunan dari atas ke bawah ke pembangunan berbasis masyarakat dari bawah ke atas, yang mana merupakan model dari pola pembangunan partisipatoris yang diterapkan di Kabupaten Sijunjung, yang melibatkan masyarakat dalam semua proses pembangunan. The purposes of the research conducted by the author are: 1) untuk mengetahui bagaimana program tersebut diimplementasikan di Desa Kunangan Parik Rantang, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung selama periode 2 tahun. 2) untuk menentukan bagaimana level pemerintahan Desa Kunangan Parik Rantang pada setiap pembangunan yang dilakukan melalui program partisipatoris. 3) untuk mengetahui bagaimana efektivitas program partisipatoris di Desa Kunangan Parik Rantang dalam upaya untuk meningkatkan program-program swadaya yang diterapkan melalui partisipatoris. Studi ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mana peneliti mencoba untuk menggambarkan seluruh gejala, kejadian, dan fenomena apa adanya dalam kaitannya dengan data dan informasi yang telah diperoleh dari responden (sumber data). Hal ini dilakukan secara konstan merujuk pada pembahasan isu-isu yang yang telah ditentukan sebelumnyya. Menurut Moloeng “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang memproduksi data dalam bentuk kata-kata – tertulis atau kata-kata yang diucapkan oleh orang – orang dan perilaku yang dapat diamati”. Studi ini menunjukkan bahwa program pembangunan partisipatoris adalah program yang sangat efektif untuk meningkatkan kesadaran organisasi-organisasi pemerintahan akan pembangunan, karena program tersebut tidak hanya melibatkan masyarakat dalaam perencanaan, implementasi, dan monitoring pembangunan tetapi juga melibatkan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan, dengan pola pembiayaan 30% dibebankan kepada masyarakat dan 70% kepada pemerintah, dalam rangka meningkatkan rasa memiliki dari publik atas hasil-hasil pembangunan, yang pada akhirnya tanpa perintah, masyarakat akan berkontribusi pada hasil-hasil pembangunan tersebut. Program ini juga merupakan salah satu solusi bagi pemerintah daerah Sijunjung dalam mengatasi kurangnya dana yang tersedia untuk pembangunan di anggaran Kabupaten Sijunjung, oleh karena pola partisipatifnya bila dibandingkan dengan apa yang tender atau kontraktor lakukan akan mampu menyediakan dana sebesar 30,32% untuk pelaksanaanpembangunan. Sayangnya, program ini tampak kurang mendapat dukungan dari kelompok elit – elit dan pemangku kepentingan di Kabupaten Sijunjung, dibuktikan dengan rendahnya dana yang dianggarkan oleh pemerintah lokal, yang hanya berkisar antara 0,5% dan 0,7% setiap tahunnya dari keseluruhan Anggaran dan Pengeluaran Kabupaten Sijunjung. Pemerintah maupun dewan di Sijunjung harus memiliki komitmen dan hasrat yang kuat untuk meningkatkan alokasi dana partisipatoris setiap tahun sebesar 1,5-2,0%, dari total anggaran Kabupaten Sijunjung, yang sebesar 14-15 milyar rupiah per tahun. Komposisi pembiayaan pembangunan partisipatoris yang saat ini dibagi menjadi 70% pemerintah dan 30% kelompok masyarakat perlu dirubah menjadi 85% pemerintah lokal dan 15& kelompok masyarakat, sehingga komposisi penbiayaan partisipatif tidak terlalu membebani kelompok pengusul yang secara ekonomi lemah, dan mereka diharapkan untuk dapat langsung mengimplementasikan pengembangan ini melalui pola-pola partisipatoris.Kata kunci: program partisipatif, kabupaten Sijunjung, masyarakatAbstractIn the era of regional autonomy, which starts from the regulations of Law Number 22 of 1999 as amended by Act Number 32 of 2004 concerning local government, has provided an opportunity for local autonomy and opportunities to optimize existing resources in the region for the prosperity and welfare of the people, then to plan the development of regulated law No. 25 Year 2004 concerning the system of national development planning, regulatory legal product is once again paved the deadlock top-down development paradigm into a folk-based development of bottom-up, the main approach to bottom-up models which is the model of participatory development patterns in Sijunjung Regency involving the community in the whole process of development. The purpose of the research conducted by the author are: 1) To find out how the program is implemented in village of Kunangan Parik Rantang, District of Kamang Baru, Sijunjung within a period of 2 Years. 2) To determine how the level of Governmental village of Kunangan Parik Rantang in every development is carried out through a participatory program. 3) To know how Participatory Program Effectiveness in villages Kunangan Parik Rantang in an effort to improve the non-governmental development programs implemented through participatory. This study is a descriptive research method with qualitative approach, where researchers try to describe all the symptoms, events or phenomena as it is in accordance with the data and information that has been obtained from the respondents (data source), this is done by constantly referring to the discussion of issues that have been determined in advance, according Moloeng "qualitative research is a research procedure that produces a data description form of words - written or spoken words of people - people and behaviors that can be observed". This study shows that participatory development program is a program that is very effective in raising the awareness and governmental organizations to development, because the program does not only involve the community in the planning, implementation and monitoring of development, but also involving communities in development financing, with the pattern of charging 30% community, and 70% of Government, so as to increase the sense of public ownership of the results of development, which in the end without command will always keep the public with the results of such development. The program also is one of the solutions for local government Sijunjung, in overcoming the lack of funds available for development in the district budget Sijunjung, because the participative pattern when compared with the pattern of the tender or contractors did Sijunjung local governments, will be able to save funds to the implementation of a development of 30.32%. Unfortunately, this program seems less a place in the hearts of the elite - the elite and stakeholders in Sijunjung Regency, evidenced by the lack of funds budgeted by the local government, which is only 0.5% to 0.7% annually of the total Budget and Expenditure of Sijunjung, to the District Government of Sijunjung together with parliament of Sijunjung must have a strong commitment and desire, to increase the allocation of funds participatory, every year to 1.5% up to 2.0%, of the total budget Sijunjung, which Range between 14 to 15 billion annually. Participatory development funding composition, currently borne by the local government 70%, and community groups proposer of 30%, should be changed to 85% of local government - and community groups proposing 15%, so that the composition of participative funding, not overly burden the proposer group, which the economically weak, and they are expected to eventually be able to implement this development through participatory patterns.
Peningkatan Mesin Cetak dan Kekuatan Mekanik Batu Bata Press Menggunakan Mesin Cetak Kapasitas 1000 Buah/Jam pada Usaha Keluarga di Desa Kalipucang Kulon Solechan, Solechan; Kiswanto, Aris
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.356 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.40-46

Abstract

Kota Jepara salah satu kota dimana terdapat peluang usaha untuk memenuhi kebutuhan batubata. Sentra batu bata salah satunya berada di desa Kalipucang Kulon kecamatan Welahan. Dari kekuatan mekanik batu bata masih di bawah standar, densitas rendah, porositas tinggi dan warna merah. Batu bata mengandung pasir besi dan jenis tanah lempung merah. Usaha pembuatan batu bata di desa Kalipucang Kulon sebanyak 54 buahyang terdaftar di kantor Kelurahan tahun 2015. Banyak terjadi permasalahan di mitra UK batu bata Kalipucang Kulon, antara lain, pembuatan batu bata konvesnsional dan ukuran batu bata tidak standar SNI. Aspek pemasaran masih menunggu pembeli, manajeman usaha bersifat kekeluargaan dan minimnya strategi pemasaran,modal terbatas, dan kurangnya informasi mengakses pinjaman modal. Tujuan pengabdian pada masyarakat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yaitu pembuatan mesin batu bata untuk meningkatkan produksi, pembuatan dan pemeliharaan website e-commerce untuk jual produk batu bata, manajemen usaha, strategi pemasaran, member informasi dan pendampingan mendapatkan modal usaha. Metode yang dipakaiadalah Workshop pembuatan dan pengoperasian mesin batu bata press sesuai standar SNI, pelatihan pembuatan dan pemeliharaan website e-commerce, memberikan pelatihan kewirausahaan, strategi pemasaranproduk, member informasi dan pendampingan untuk mendapatkan modal usaha,dan cara mengakses bantuan dana. Hasilnya dengan penerapan mesin batu bata press manpu meningkatkan 880% dibandingkan denganmanual tenaga manusia. Kekuatan mekanik batu bata merah paling optimal dimiliki oleh komposisi campuran dengan kode B3 dengan kekuatan tekan 41.712 Kg/cm2 dan densitas 25,87 kg/m3. Peningkatan produksi dengan sifat mekanik batu bata press mampu meningkatkan pendapatan usaha keluarga dan kualitas batu bata.Kata kunci: Kalipucang, batu bata, mesin, ektruder, densitasAbstractJepara is one of town where there is a business opportunity to meet the need of bricks. The brick industry center is located in Kalipucang Kulon Village, Welahan Subdistrict. Seen from the mechanical power, the bricks are still below the standard, with low density, high porosity, and red in color. Bricks contain iron sand and are made of red clay soil. There are 54 registered business entities of bricks in Kalipucang Kulon Village in 2015. There have been a lot of problems faced by the partner of the community service program in Kalipucang Kulon Village, such as the brick making is still conventional and the dimensions are not based on the (Indonesian National Standard or SNI. The marketing aspect is that they still wait for buyers. Besides, the management is family-based, the marketing strategies are still minimal, the capical is limited, and there is a lack of information about how to access capital loan. The Community Partnership Program was aimed at creating a brick making machine that would increase the production rate, creating and maintaining e-commerce website to sell the bricks, teaching about business management and marketing strategies, and giving information and assistances to get venture capital. Method applies was by giving a workshop on creating and operating press brick machine based on the SNI, training on creating and maintaining ecommerce website, training on entrepreneurship, and product marketing strategies, and giving information and assistances to get venture capital and how to access capital loan. The result showed that by using the press brick machine, the production had been increasing up to 880% compared to when making manually. The most optimal mechanical power of red bricks was when the bricks were made of the composition of mixture coded B3 with compressive strength of 41.712 Kg/cm2 and density of 25,87kg/m3. The production increase using press brick machine has improve the family’s revenue as well as the bricks’ quality itself.
Bahaya Kosmetika Pemutih yang Mengandung Merkuri dan Hidroquinon serta Pelatihan Pengecekan Registrasi Kosmetika di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon Indriaty, Sulistiorini; Hidayati, Nur Rahmi; Bachtiar, Arsyad
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.976 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.8-11

Abstract

Skin whitening products are one of the cosmetic products that contain active ingredients that can suppress or inhibit the formation of melanin or eliminate melanin that has been formed so as to give a whiter skin tone. Limitations of knowledge about various whitening cosmetic products make people do not know the negative effects that arise if not careful. Mercury and hydroquinone are some active substances that are often misused by illegal cosmetics manufacturers. But in fact the abuse of mercury and hydroquinone is still common in whitening products. This activity was carried out with the aim of providing knowledge and skills to the community, especially waiting room patients in the outpatient clinic at Gunung Jati Cirebon Hospital in terms of checking the registration number for cosmetics. This activity was carried out with counseling methods and question and answer about the material hazards of using whitening cosmetics containing mercury and Hydroquinone is followed by training in checking the registration number for cosmetics using an Android cellphone. From this activity it can be concluded that patients are more aware of the dangers of mercury and hydroquinone and can directly check cosmetic products that are commonly used everyday.
Pemberdayaan Kelompok Istri Tani Ternak melalui Pembuatan Produk Olahan Susu di Kelurahan Wates, Kota Semarang, Jawa Tengah Sudrajat, Ronny Windu; Sutanti, Sri; Rahayu, Lucia Hermawati
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.339 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.1-7

Abstract

Susu merupakan bahan makanan dengan kandungan gizi yang lengkap, tetapi mudah mengalami kerusakan. Pengolahan susu menjadi produk olahan susu harus dilakukan guna menanggulangi kerusakan susu segar dan  memberi nilai tambah susu. Namun, masih banyak petani ternak yang belum mengolah susu yang tidak habis terjual karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan susu termasuk Kelompok Tani Ternak (KTT) di Kelurahan Wates, Semarang. Padahal, keterampilan membuat produk olahan susu, seperti kerupuk dan stik susu, dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Mitra kegiatan PKM ini adalah kelompok istri peternak sapi KTT Air Bening I dan KTT Air Bening II di Kelurahan Wates, Semarang. Kegiatan PKM yang dilakukan meliputi penyuluhan dan pelatihan pembuatan kerupuk dan stik susu, praktek pengemasan, pendampingan dalam mengembangkan dan mengolah susu segar menjadi produk olahan susu, serta monitoring kegiatan. Hasil dari program PKM adalah peningkatan keterampilan mitra dalam memproduksi makanan olahan susu yang dapat dikembangkan sebagai usaha kecil untuk sumber penghasilan tambahan.Kata kunci: susu, kerupuk susu, stik susuAbstractMilk is an ingredient with a complete nutritional content, but is easily damaged. Processing milk into dairy product must be carried out in order to overcome the damage to fresh milk and gives added value to milk. However, there are still many livestock farmers who have not processed milk that has not been sold out due to limited knowledge and skills about milk processing including Kelompok Tani Ternak (KTT) who is a group of Livestock Farmer in Wates Village, Semarang. In fact, the skills to make dairy products, such as crackers and milk stick which are common Indonesian snacks, can be developed to increase farmers income. Partners of PKM activities are groups of wives of cattle farmers from the KTT Clear Water Summit I and the KTT Air Bening II in Wates Sub-district, Semarang. PKM activities include counseling and training in making crackers and milk sticks, packaging practices, mentoring about developing and processing fresh milk into dairy products, and monitoring other activities. The outcome of the PKM program is the improvement of partner skills in producing dairy product that can be developed by small businesses for additional sources of income.
Penerapan Teknologi Pengolahan Makanan Kesehatan Berbasis Bekatul (Rice Bran) Organik Kelompok Tani Sidadadi di Kelurahan Mewek, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga (Technological Applications of Rice Bran-based Health Food Processing by Sidadadi Farmers Group in Mewek Village, Kalimanah Sub-district, Purbalingga Regency) Kurniawan, Yuniar Denny; Mastur, Mastur; Sudiarto, Sudiarto
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggilingan padi menghasilkanproduk berupa beras (57-60%), sekam (18-20%), dan dedak (8-10%), dari dedak didapatkan Bekatul padi (Oryza Sativa L). Bekatul dari test kompoisi mengandung; protein (11,5%-17,2%), lipid (10-23%), karbohidrat mencapai (51,1%-55%), abu (8%-17,7%), serta serat kasar (6,2%-31,5%), mineral, dan vitamin.Pengolahan bekatul menjadi makanan bernilai ekonomis tinggi akan mendorong dan meningkatkan petani, karena dapat dijadikan bahan makanan alternatif karena mempunyai kandungan gizi tinggi dan berpotensi dijadikan terapi berbagai penyakit akut. Pemanfaatan bekatul pada sebagian besar petani justru digunakan sebagai makanan ternak, tanpa menyadari bahwa kandungan nutrisi terbesar justru terletakpada bekatul/ricebran. Pada riset yang lain dibuktikan bahwa bekatul berpotensi sebagai bahan makanan dan dijadikan media terapi berbagai macam penyakit, sehingga olahan bekatul tidak hanya berpotensi sebagaipengganti makanan pokok tetapi juga dapat digunakan sebagai obat herbal/terapi kesehatan. Kelompok tani organik dikelurahan mewek purbalingga belum mengolah semua produknya menjadi produk unggulan, masih menjual beras sebagai hasil utama, produk turunan berupa bekatul belum digunakan sebagai alternatif menambah penghasilan. kelompok tani organic belum memiliki manajeman bersama dalam menjualproduknya, teknologi yang dimiliki untuk penggilingan padi dan dedak, belum mengetahui potensi bekatul menjadi pangan fungsional bernilai ekonomis tinggi. Pada proses oven bekatul suhu dan waktu berpengaruhterhadap tingkat kekeringan bekatul dan daya tahan terhadap bau apek,Pelatihan penggunaan teknologi tepat guna terutama ektruderSuhu optimal pemanasan (oven) 120 oC, dengan waktu 30 menit, bekatul mempunyai kadar air rendah dibawah 5 %.Tingkat kehalusan tepung bekatul mempengaruhi katerlarutan dalam pembuatan minuman bekatul.Pelatihan manajemen usaha, strategi pemasaran, dan pengetahuan mengakses modal usaha membuka wawasan baru dan memotivasi perkembangan usaha, serta mendaptkan modal usaha.Kata kunci: bekatul organik, oil ektraction, makanan kesehatanAbstractRice mills will produce rice (57-60%), husk (18-20%), and rice bran (8-10%), from bran obtained rice bran (Oryza Sativa L). Bran generally contains; protein (11.5% -17.2%), lipids (10-23%), carbohydrates reach (51.1% -55%), ash (8% - 17.7%), crude fiber (6.2 % -31.5%), minerals and vitamins. Processing bran into high economic value food has become a strategic process, because contains of high nutritional content and can be used as a therapy for various acute diseases. The use of rice bran in most farmers is actually used as animal feed, without realizing that the greatest nutritional content lies in the bran / ricebran. In other studies it was proven that bran has the potential as a food ingredient and is used as a therapeutic medium for various diseases, so that bran is not only a potential substitute for staple food but can also be used as an herbal medicine / health therapy. The unorganized organic farmer group said that purbalingga had not processed all of its products into superior products, still selling rice as the main product, the derivative product in the form of bran had not been used as an alternative to supplement income. Organic farmer groups do not have joint management in selling their products, the technology they have for rice and bran milling, does not know the potential of rice bran to be a high-economic value functional food. In the bran oven process the temperature and time affect the level of dryness of bran and resistance to musty odor. Training on the use of appropriate technology especially extruder The optimal temperature of heating (oven) 120 oC, with 30 minutes, bran has a low water content below 5%. The level of refinement of bran flour affects the solubility in making bran drinks. Training in business management, marketing strategies, and knowledge of accessing venture capital opens up new insights and motivates business development, as well as obtaining venture capital.
Penerapan Teknologi Epoxy Wood dan Pallet Dari Limbah Kayu Sebagai Produk Kerajinan Unik Bernilai Ekonomis Tinggi Bagi Kelompok Pengrajin di Desa Sangkanayu, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Sugiantoro, Bambang; Sakuri, Sakuri; Hartono, Hartono
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.94 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.12-20

Abstract

Purbalingga mempunyai keunggulan ketersediaan kayu yang tinggi, kondisi tanah yang kebanyakan pegunungan sangat mendukung tumbuhnya kayu keras, hampir setiap desa memiliki jumlah tanaman keras yang melimpah. Beberapa perusahaan kayu lapis dan mebelair juga banyak menginvestasikan dibidang produksi kayu lapis dan barecore di beberapa kawasan di purbalingga. UKM mebelair, kayu lapis dan kusen membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak, tidak membutuhkan pendidikan formal, sehingga terbuka pengentasan tenaga kerja secara umum. UKM pengrajin mebelair dan kusen kayu di Desa Sangkanayu, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, membuat model berdasarkan pesanan lokal, tidak mengikuti trend furniture terbaru, memiliki kesulitan pada pembentukan model radius dan lengkung, finishing kurang halus dan waktu yang lama. Kayu dengan lubang dan tidak simetris biasanya tidak digunakan sebagai produk kusen/furnitur, limbah kayu dalam bentuk potongan secara umum tidak dimanfaatkan, padahal volume kayu limbah pada pembentukan mencapai kurang lebih 30% dari bahan baku. UKM mebelair belum memiliki pengetahuan pembentukan kayu dari limbah untuk menjadi produk kerajinan. Disamping itu pengetahuan manajeman usaha, pengelolaan keuangan, dan metode pemasaran produk juga masih rendah hanya menunggu pelanggan, mengakibatkan UKM sulit berkembang, persaingan harga antar UKM. Permasalahan pembentukan dengan menggunakan limbah kayu dan bahan baku dalam bentuk potongan digunakan untuk pembuatan kerajinan. Pembentukan ditingkatkan dengan kemampuan untuk membentuk lengkung menggunakan cutting vertical/bendsaw, untuk percepatan pembelahan menggunakan mesin TTG circle cutting. Teknologi yang diterapkan untuk pemanfaatan limbah kayu akibat kerusakan lobang, tidak lurus, akan diubah menjadi produk bernilai ekonomis tinggi, unik dengan epoxy wood resin. Metode pembentukan produk kusen dan mebelair dari kayu (limbah) akan memberikan alternatif untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, keuntungan lainnya penggunaan epoxy juga meningkatkan daya tahan, anti rayap dan bernilai ekonomis tinggi, berpotensi memiliki brand merk yang khas. Untuk penguatan manajemen, UKM dikenalkan administrasi keuangan, dan strategi pemasaran produk secara online. Solusi diatas diharapkan akan meningkatkan daya saing dan produktifitas UKM, desain produk baru dengan memanfaatkan limbah kayu untuk menjadi produk dinding kayu, dan produk epoxy wood resin, akan meningkatkan pendapatan UKM.Kata kunci: epoxy wood resin, wooden wall, circle rotary.AbstractPurbalingga has the advantage of high wood availability, the condition of the land that is mostly mountainous strongly supports the growth of hardwood, almost every village has an abundance of perennials. Several plywood and furniture companies also invested heavily in the production of plywood and barecore in several areas in Purbalingga. Furniture furniture, p lywood and sills need a lot of workforce, do not need formal education, sothere is a general elimination of labor. UKM of furniture and wood frame craftsmen in Sangkanayu Village, Mrebet Subdistrict, Purbalingga Regency, make a model based on local orders, do not follow the latest furniture trends, have difficulty in forming radius and curved models, less smooth finishing and long time. Holey and asymmetrical wood is usually not used as a frame / furniture product, wood waste in the form of pieces is generally not utilized, even though the volume of waste wood at the formation reaches approximately 30% of the raw material. Mebelair UKM has no knowledge of wood formation from waste to become handicraft products. Besides that, business management knowledge, financial management, and product marketing methods are also still low, just waiting for customers, which makes it difficult for SMEs to develop, price competition among SMEs. The problem of formation by using wood waste  and raw materials in the form of pieces is used for making crafts. Formation is enhanced by the ability to form curves using vertical cutting/bendsaw, for acceleration of cleavage using circle cutting machine. The technology applied to the utilization of wood waste due to damage to the hole, not straight, will be converted into high economic value products, unique with epoxy wood resin. The method of forming frame and furniture products from wood (waste) will provide an alternative to increase added value and income, other benefits of using epoxy also increase durability, anti termites and high economic value, potentiallyhaving a distinctive brand brand. To strengthen management, SMEs are introduced to financial administration, and online product marketing strategies. The above solution is expected to improve the competitiveness and productivity of SMEs, the design of new products by utilizing wood waste to become wood wall products, and epoxy wood resin products, will increase the income of SMEs.
Teknologi Tepat Guna untuk Usaha Ikan Asin di Desa Korban Bencana Rob Purnomo, Purnomo
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1224.9 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.47-53

Abstract

Usaha pengolahan ikan asin menjadi sangat penting bagi penduduk yang tinggal di daerah pinggir laut dan daerahnya menjadi kurban rob. Tambak yang sudah menyatu dengan laut akibat rob, menyebabkan pendapatan masyarakat menurun drastis. Hasil-hasil melaut dan tambak tidak dijual dalam keadaan mentah, namun ikan dan udang bisa diolah menjadi produk lain yang lebih menarik. Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan pengeringan ikan jika hujan, tingginya kadar minyak goring sehingga olahan makanan cepat tengik, dan makanan olahan cepat melempem. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan usaha pengolahan ikan asin di desa kurban rob sehingga menjadi mandiri secara ekonomi. Tujuan ini diraih melalui melalui peningkatan peralatan penunjang dan ketrampilan usaha. Alat pengering, peniris minyak, serta pengemas makanan diterapkan dalam kegiatan ini. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat pengering, pengeringan tidak lagi tergantung panas matahari. Kapasitas pengeringan meningkat 700% dari keadaan awal 1 kg/jam. Daya tahan gimbal meningkat menjadi 15 hari dari keadaan awal 4 hari. Begitu pula dengan daya tahan gimbal yang meningkat dari semula 7 hari menjadi 30 hari.Kata kunci: Ikan asin, pengeringan, penirisan, kemasan.AbstractSalted fish processing business is very important for residents who live in coastal areas and the area becomes a victim of rob. Ponds that have been fused with the sea due to rob, causing peoples income to drop dramatically. The results of fishing and ponds are not sold in raw conditions, but fish and shrimp can be processed into other products that are more attractive. The problem faced was the difficulty of drying fish if it rained, high levels of fried oil so that processed foods quickly rancid, and processed foods quickly sluggish. This activity aims to increase the salted fish processing business in the village of sacrifice rob so that it becomes economically independent. This goal is achieved through increasing the supporting equipment and business skills. Dryer, oil slicer, and food packaging are applied in this activity. The results show that by using a dryer, drying is no longer dependent on the suns heat. Drying capacity increases by 700% from the initial state of 1 kg/hour. Dread resistance increases to 15 days from the initial 4 days. Similarly, dreadlocks endurance increased from 7 days to 30 days
Peningkatan Pengetahuan Tentang Jamu Pada Siswa-Siswi di Sekolah Dasar Negeri 1 Boyolali Setiawan, Iwan; Suharyanto, Suharyanto; Dianto, Ryan
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.539 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.54-58

Abstract

Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit dan batang serta buah. Sebagai suatu bentuk pengobatan tradisional, jamu memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk negara berkembang. Litbang Depkes menginformasikan bahwa 50% penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Jamu telah diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai bagian dari pengobatan tradisional. Usia 6-12 tahun anak sudah memiliki dunia sekolah yang lebih serius walaupun ia tetap seorang anak dengan dunia yang khas, masa ini ditandai dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku. Pertumbuhan dan perkembangan anak membuatnya lebih siap untuk belajar dibanding sebelumnya, anak juga mengembangkan keinginan untuk melakukan berbagai hal dengan baik. Tujuan dari program pengabdian ini adalah memperkenalkan profesi ahli farmasi, memberikan pengetahuan tentang resiko mengkonsumsi minuman kesehatan dan memberikan pengetahuan tentang khasiat jamu dan obat tradisional bagi siswN 1 Boyolali Metode pengabdian dibuatm enarik dengan kegiatan minum jamu bersama, mengumpulkan dan menguji pengetahuan siswa terhadap beraneka ragam tanaman obat tradisional dan penyuluhan mengenai resiko mengkonsumsi minuman kesehatan, pengetahuan tentang khasiat jamu dan obat tradisional. Pengabdian masyarakat ini diterima baik oleh pihak sekolah sehingga ditambahkan pada jadwal mingguan ada kegiatan minum susu bersama dan minum jamu bersama serta bagi anak usia dini akan sangat bermanfaat dan mampu menanamkan kecintaan anak-anak pada tanaman obat tradisional indonesia.Kata kunci: siswa, jamu, obat tradisionalAbstractHerbs are made of natural ingredients, such as parts of plants such as rhizomes (roots), leaves, skin and stems and fruit. As a kind of traditional medicine, herbs play an important role in curing people in developing countries. Research and Development division of the Ministry of Health states that 50% of Indonesian people drink herbs either to keep them healthy or to recover from illness. Herbs have been accepted by Indonesian people as a part of traditional medicine. Children at the age of 6-12 years old has had more serious schooling world though their world is still distinctive. This period is signified by chances of abilities and behaviors. Growth and development of a child makes him or her more ready to learn the he or she has been in the previous stages. He or she also develop will to do things better. The program was aimed at promoting the profession of pharmacist, sharing knowledge the risk of consuming on healthy drink and informing the benefits of drinking herbs and traditional medicine for students of Public Elementary School 1 of Boyolali. The method of the service was made interesting with drinking herbs together, collecting various kinds of traditional medicinal plants, and testing their knowledge on them and socializing the risk of consuming healthy drinks, knowledge on the benefits of drinking herbs and traditional medicine. This community service was positively received by the school so that in the weekly schedule, drinking milk and herbs together for young children were added. And for the young children, it was really useful and able to instill the children’s love to Indonesian traditional medicinal plants.

Page 1 of 15 | Total Record : 148