cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalprasiundiksha@gmail.com
Editorial Address
Jalan Jend. A. Yani 67, Singaraja 81116, Telp. 0362-21541, Faks. 0362-27561
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
PRASI: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya
ISSN : 16936124     EISSN : 26141116     DOI : -
Core Subject : Education,
PRASI: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya is a scientific open-access, peer-reviewed bilingual journal published by the Faculty of Language and Art, Universitas Pendidikan Ganesha. PRASI is a fully refereed academic research journal that aims to spread original, theoretical and practical progress in multidisciplinary research findings related to Language and Art. PRASI creates a bridge between research and development for researchers and practitioners nationally and globally.
Arjuna Subject : -
Articles 327 Documents
CHARACTER-BASED ENGLISH EDUTAINMENT LEARNING USING POWTOON MEDIA FOR FOURTH-GRADE STUDENTS Made Tantri Pratiwi; Luh Diah Surya Adnyani; G.A.P. Suprianti
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.991 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v17i1.37128

Abstract

The latest trend in learning English for elementary school students is the implementation of Edutainment in learning. Edutainment can create a learning atmosphere that is fun, interesting, creative, innovative, and meaningful. One of the edutainment media is character-based PowToon. This study aims to determine the difference in English comprehension between students taught with PowToon media and those taught without PowToon media. This research is a mixed type with a posttest-only control group design. The experimental class was treated with PowToon media, and the control class was taught without using PowToon media. The data required consists of data on learning outcomes and student responses to the learning process. Learning outcomes were collected by written and oral tests, while questionnaires and interviews collected data on student responses. The data obtained were analyzed using SPSS v25.0. The research results show that using PowToon in learning English positively affects students' understanding of English. The characteristics displayed by the experimental class students during the study were nationalist, religious, honest, diligent, disciplined, independent, responsible, and empathetic.
PENANDA TANGGAPAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM AKUN INSTAGRAM @nadiemmakarim Fransisca Nanda Arintowati; Agus Budi Wahyudi
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.515 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v17i1.37524

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ciri penanda tanggapan positif dan ciri penanda tanggapan negatif netizen dalam instagram. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek penelitian yang ditelaah adalah komentar netizen dalam akun instagram @nadiemmakarim. Data dianalisis menggunakan teori Martin & White yang membagi sikap (attitude) menjadi perasaan (affect), penilaian karakter (judgement), dan apresiasi (appreciation). Dari hasil analisis ditemukan ciri penanda tanggapan positif perasaan senang atau gembira yang ditandai dengan kata ‘senang’, perasaan puas yang ditandai dengan kata ‘sip’, perasaan rasa aman yang ditandai dengan kata ‘tenang’, penilaian karakter lahiriah yang ditandai dengan kata ‘santun’, ‘sopan’, dan frasa ‘berbesar hati’, penilaian karakter dapat diandalkan yang ditandai dengan frasa ‘makin dukung mas Menteri’, penilaian karakter kejujuran yang ditandai dengan kata ‘percaya’, dan ciri penanda tanggapan negatif perasaan tidak senang atau gembira yang ditandai dengan kata ‘sedih’, ‘capek’, perasaan tidak puas ditandai dengan klausa, penilaian karakter lahiriah negatif ditandai dengan kata ‘marah-marah’ dan klausa, penilaian karakter kapasitas ditandai dengan klausa dan kalimat perintah, penilaian karakter dapat diandalkan yang ditandai dengan frasa ‘klarifikasi tidak menjawab’, penilaian karakter kejujuran yang ditandai dengan frasa ‘tidak memiliki kepercayaan’, dan apresiasi terhadap penilaian yang ditandai dengan frasa ‘lebih baik’, ‘lebih maju’. Kata kunci: Instagram, negatif, netizen, positif, tanggapan.   ABSTRACT This study aims to determine the characteristics of the markers of positive responses, and the characteristics of the markers of negative responses of netizens on Instagram. This study used descriptive qualitative method. The object of research used is netizen comments on the Instagram account @nadiemmakarim. The data used in this study was taken from the comments column on the results of netizens' responses to speech posts in the @nadiemmakarim Instagram account. Furthermore, the data that has been obtained is analyzed using Martin & White's theory which divides attitudes into feelings (affects), character assessment (judgment), and appreciation (appreciation). From the results of the analysis found the form of a positive response feeling happy or happy which is marked by the word 'happy', a feeling of satisfaction which is marked by the word 'sip', a feeling of security which is marked by the word 'calm', an outward character assessment which is marked by the word 'calm'. 'polite', 'polite', and the phrase 'enjoyed', a reliable character assessment marked by the phrase 'more support mas Minister', an honesty character assessment marked by the word 'trust', and a form of positive response to feelings of disapproval. happy or excited which is indicated by the word 'sad', 'tired', feelings of dissatisfaction are indicated by clauses, negative external character assessment is indicated by the word 'angry' and clauses, capacity character assessment is indicated by clauses and imperative sentences, character assessment can be reliable which is characterized by the phrase 'clarification does not answer', the character assessment of honesty which is characterized by the phrase 'does not have confidence', and appreciation of the others marked by the phrase 'better', 'more advanced'. Keywords: Instagram, negative, netizen, positive, response
VARIASI PRONOMINA PENUTUR BAHASA BALI DALAM FILM PENDEK BUDAYA NYATUANG TRESNA I Gede Agus Sastrawan
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.115 KB) | DOI: 10.23887/prasi.v17i1.46108

Abstract

ABSTRAK Kemampuan berkomunikasi penutur dipengaruhi oleh pengalaman linguistiknya di tempat individu bersosial. Dengan demikian, masyarakat tutur sebagai lingkup yang lebih besar dari individu memengaruhi kompetensi linguistik penutur. Mengacu pada sumber data, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor sosial terkait penggunaan pronomina persona tunggal oleh penutur bahasa Bali. Sebanyak 13 data diambil dalam film pendek Budaya Nyatuang Tresna menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam rangka menghadirkan justifikasi penggunaan kata ganti yang digunakan oleh penutur remaja dan dewasa. Mengingat faktor sosial turut mewarnai kemampuan berbahasa penutur, temuan dalam artikel ini diklasifikasikan berdasarkan gender. Hasilnya menunjukkan kata ganti berupa “silabe terakhir dari nama penutur” bersifat femininitas dan “rage” menjadi umum digunakan oleh laki-laki, bahkan digunakan oleh perempuan di keadaan tertentu. Namun, pronomina “tiang” dapat digunakan oleh siapa pun, baik bahasa remaja atau dewasa, terlepas pada gender laki-laki atau perempuan. Lebih lanjut, penggunaannya mengacu pada bahasa formal dan kesan honorifik penutur kepada mitra tutur. Kata kunci: pronomina persona, Bahasa Bali, gender, sosiolinguistik, masyarakat tutur   ABSTRACT  Communicative competencies are influenced by the speaker’s linguistic experience in his/her social life. Therefore, a community speech, as a larger scope, can build the speaker’s communicative ability. This study aims to identify social factors related to Balinese speakers' use of first-person pronouns. Furthermore, this research found 13 data from the short film Budaya Nyatuang Tresna using a qualitative descriptive method to present justification for the use of pronouns used by speakers. Considering that social factors also affect the speakers' language skills, the findings are thus classified by the speaker’s gender. Eventually, pronouns in the form of ‘partial name' are categorized as feminine, and “rage” or ‘I’ is commonly used by men, even women in certain circumstances. However, the pronoun “tiang” or ‘I’ can be used by anyone, regardless of the male or female gender. However, its use refers to formal language and the speaker's honorific impression of his/her counterpart. Keywords : personal pronoun, Balinese language,  gender, sociolinguistics, community speech
Analisis ANALISIS BENTUK-BENTUK EKSPRESI KEKERASAN VERBAL DALAM NOVEL DIKTA & HUKUM KARYA DHIA’AN FARAH Nurlita Cahyani -; Atiqa Sabardila
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.48116

Abstract

The study aims to describe verbal forms of violence in dhian 'an farah novel's Dikta & Hukum, and the causes of violence. The study involves a qualitative approach. The source of this research data is the novel by dhia 'an farah, which is Dikta & Hukum (2021). This research data is words, sentences, and dialogues on data sources that describe forms of verbal violence. Data collection is done with a documentary technique. The theory used in analyzing data is practically a pragmatic theory. Data analysis is qualitative by reading the novel over and over again, and then describe or explain the comprehensive forms of verbal violence it contains. Research shows that there is verbal violence in dhia 'an farah's book of Dikta & Hukum as many as 34 verbal violence grouped into six parts of verbal abuse: name-calling, blame, threatening, degradation, and regulation. According to the classifications the researchers gained 18 denunciations, 5 name-calling speeches, 4 clobings, 4 threatening speech, 2 degraded speech, and 1 set speech. The factors behind verbal violence consist of 3 factors, including those from the circumstances of the number 8 character, those having to do with the mood of the figure number 14, and what factors the figure number 12 should convey. Keywords : Verbal abuse, novel, teenagers.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kekerasan verbal dalam novel Dikta & Hukum karya Dhian’an Farah, dan faktor penyebab kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel karya Dhia’an Farah, yaitu Dikta & Hukum (2021). Data penelitian ini adalah kata-kata, kalimat, dan dialog pada sumber data yang medeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan verbal. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yaitu teori pragmatik. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara membaca novel secara berulang-ulang, kemudian mendeskripsikan atau menjelaskan bentuk kekerasan verbal yang terdapat dalam novel tersebut secara komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kekerasan verbal dalam novel Dikta & Hukum karya Dhia’an Farah sebanyak 34 tuturan kekerasan verbal yang dikelompokkan ke dalam 6 bagian yaitu kekerasan verbal merendahkan, name-calling, menyalahkan, mengancam, degradasi, dan mengatur. Berdasarkan pengelompokan tersebut peneliti memperoleh 18 tuturan merendahkan, 5 tuturan name-calling, 4 tuturan menyalahkan, 4 tuturan mengancam, 2 tuturan degradasi, dan 1 tuturan mengatur. Faktor yang melatarbelakangi kekerasan verbal terdiri dari 3 faktor, meliputi faktor yang berasal dari keadaan tokoh sejumlah 8, faktor yang berkaitan dengan suasana hati tokoh sejumlah 14, dan faktor apa yang hendak disampaikan oleh tokoh sejumlah 12. Kata kunci: Kekerasan verbal, novel, remaja.
ANALISIS PERBANDINGAN PEMBELAJARAN LURING DAN DARING EMPAT KETERAMPILAN BERBAHASA MANDARIN PADA UNIVERSITAS SWASTA DI JAWA BARAT Patrick Evan Hansen; Septerianie Sutandi
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.48405

Abstract

The Covid-19 pandemic that has hit the world has affected the world of education diverting offline learning activities into online learning activities. The diversion to online learning over the last two years certainly needs to be evaluated. This research compares and analyzes both offline and online learning in four aspects of Chinese language conducted at a private university in West Java. The purpose of this research is to analyze the effectiveness of offline and online learning in four aspects of Chinese language (listening, speaking, reading, writing) organized by the university. This research uses quantitative comparative method to analyze the data obtained through observation and questionnaires. According to the comparative analysis that has been done, in general terms, students feel that online learning is easier than offline learning. If we observe at each of the aspects, the majority students’ mastery of listening and speaking skills has decreased during online learning. Listening and speaking aspects are maximized when applied in offline learning. However, the majority of students’ mastery of reading and writing skills has increased during online learning. Reading and writing skills can continue to be as effective as offline learning even when applied in online learning. Keywords : Chinese language, four aspects of language, online learning, offline learning.   Abstrak Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah mengakibatkan dunia pendidikan melakukan pengalihan kegiatan pembelajaran luring menjadi pembelajaran daring. Pengalihan menjadi pembelajaran daring selama sekitar dua tahun terakhir ini tentunya perlu dievaluasi. Penelitian ini membandingkan dan menganalisis pembelajaran luring dan daring pada perkuliahan empat keterampilan berbahasa Mandarin yang dijalankan di sebuah universitas swasta di Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pembelajaran luring dan daring dalam pembelajaran keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis bahasa Mandarin yang diselenggarakan oleh universitas tersebut.  Penelitian ini menggunakan metode komparatif kuantitatif untuk menganalisis data yang didapatkan melalui observasi dan penyebaran angket. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori prinsip pembelajaran masing-masing keterampilan bahasa Mandarin. Berdasarkan analisis perbandingan yang telah dilakukan, jika ditinjau pada masing-masing keterampilan bahasa, penguasaan mayoritas pemelajar akan keterampilan menyimak dan berbicara mengalami penurunan saat pembelajaran daring karena kekurangan lingkungan bahasa atau lawan bicara untuk latihan berkomunikasi lisan. Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara lebih maksimal saat diterapkan secara luring. Namun, penguasaan mayoritas pemelajar akan keterampilan membaca dan menulis mengalami peningkatan saat pembelajaran daring. Keterampilan membaca dan menulis dapat dilatih di mana pun dan kapan pun, sehingga pembelajaran daring keterampilan membaca dan menulis dapat tetap berjalan efektif seperti saat pembelajaran luring. Kata kunci: Bahasa Mandarin, empat keterampilan berbahasa, pembelajaran daring, pembelajaran luring.
IMPLIKATUR DALAM ANIME BLUE PERIOD KARYA SUTRADARA KOJI MASUNARI Sumiati; Arza Aibonotika; Intan Suri
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.48631

Abstract

This research discusses implicature in the Anime Blue Period. The purpose of the this research is to explain how the meaning and intent of  implicatures in the Anime Blue Period.  The research uses the theory proposed by Yule (1996) on implicature and uses is a the analysis theory means ends by Leech(1993). The research method  uses is a qualitative descriptive method. The data is obtained by listening to the converversation spoken by the characters, and then the utterances containing implicatures will be recorded and marked. The result of this study found as many as 20 implicature data in the Anime Blue Period, namely 7 refuse implicature, 4 mocking implicatures, 3 commanding implicatures, 4 insinuating implicatures, and 2 invites implicatures. Key Words: Implicature, cooperation principle, theory means-end.   Abstrak Penelitian ini membahas tentang implikatur dalam Anime Blue Period. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana fungsi implikatur dalam Anime Blue Period.  Penelitian ini menggunakan teori implikatur dari Yule (1996) dan menggunakan teori analisis cara-tujuan oleh Leech (1993). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan cara menyimak percakapan yang dituturkan oleh para tokoh, kemudian peneliti mencatat dan menandai tuturan yang mengandung implikatur dalam Anime Blue Period. Hasil penelitian ditemukan 20 data implikatur dalam Anime Blue Period yaitu, tujuh implikatur menolak, empat implikatur mengejek, tiga implikatur memerintah, empat implikatur menyindir, dan dua implikatur mengajak. Kata Kunci: Implikatur, prinsip kerjasama, teori cara-tujuan.
KESALAHAN PEMAHAMAN BENTUK DAN MAKNA KALIMAT PASSIVERSATZ OLEH MAHASISWA DEPARTEMEN SASTRA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG Anggrung Syahrul Romadhoni; Rosyidah
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.50262

Abstract

Passiversatz is a form of German passive sentence that uses the active sentence structure. The way the sentences are formed also varies. This made it difficult for German learners to understand its form and meaning. This study aims to 1) find out the dominant errors made by students in understanding the form and meaning of Passiversatz sentences, 2) uncover the factors that caused students to make errors in understanding the form and meaning of Passiversatz sentences. This study used the descriptive qualitative method. Research data were collected from test results and interview results using the snowball sampling technique. Research subject were the students of the bachelor’s program of German Language Education, Departmen of German Literature, Malang State University who were taking Struktur und Wortschatz III course. The results shows that the dominant errors made by students are: 1) Using Infinitiv verb into sein + -bar/-lich form; 2) Using Partizip II in lassen sich + Infinitiv form and sentence with the subject man; 3) Misconjugating the verb in lassen sich + Infinitiv sentence; 4) Choosing the incorrect Passiversatz form for passive sentence using the Modalverb müssen; and 5) Choosing the incorrect -bar/-lich suffixed verb according to the context. These errors are influenced by many things such as influence of personal factors, influence of learning strategy, influence of foreign language elements and influence of mother tongue or other (foreign) language. Keywords : German, mistakes, passive sentence, passiversatz.   Abstrak Passiversatz adalah salah satu bentuk kalimat pasif dalam bahasa Jerman yang menggunakan struktur kalimat aktif, namun memiliki makna kalimat pasif. Cara penyusunan kalimat tersebut juga bervariasi. Hal tersebut menyebabkan kesulitan tersendiri bagi pembelajar bahasa Jerman untuk memahami bentuk dan maknanya. Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui kesalahan yang dominan dilakukan mahasiswa dalam pemahaman bentuk dan makna kalimat Passiversatz, 2) mengetahui faktor-faktor penyebab mahasiswa melakukan kesalahan pemahaman bentuk dan makna kalimat Passiversatz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data penelitian didapat dari hasil tes dan hasil wawancara dengan teknik snowball sampling. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi S1 Pendidikan Bahasa Jerman Departemen Sastra Jerman Universitas Negeri Malang yang sedang menempuh matakuliah Struktur und Wortschatz III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dominan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: 1) Memasukkan kata kerja berbentuk Infinitiv ke dalam bentuk sein + -bar/-lich; 2) Menggunakan Partizip II pada bentuk lassen sich + Infinitiv dan kalimat yang menggunakan subjek man; 3) Salah mengkonjugasikan kata kerja pada kalimat lassen sich + Infinitiv; 4) Salah memilih bentuk Passiversatz untuk kalimat pasif yang menggunakan Modalverb müssen; dan 5) Salah memilih kata kerja berimbuhan -bar/-lich yang tepat sesuai konteks. Kesalahan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal, seperti pengaruh faktor personal, pengaruh strategi belajar, pengaruh elemen bahasa asing, dan pengaruh bahasa ibu atau bahasa asing lain. Kata kunci: Bahasa Jerman, kalimat pasif, kesalahan, passiversatz.
ANALISIS TANDA VISUAL DAN VERBAL PADA DESAIN POSTER “HARI BIDAN NASIONAL” Yosef Yulius
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.53824

Abstract

The role of midwives in the health sector is no less important than other medical personnel, especially in dealing with the health of mothers during pregnancy, childbirth and breastfeeding. Therefore, a midwife must be prosecuted as a professional who can be relied upon and is at the forefront in providing services to pregnant women, this is very related to human life. Seeing the important role of midwives in the midst of this community, this is the design concept for the National Midwife Day poster of the Indonesian Ministry of Health. The visual appearance of the poster contains messages or information both visually and verbally which are very interesting to review in detail and comprehensively. The main problem raised through this research is how the message or information in the form of a sign contained in the poster work to commemorate 'National Midwife Day' is to be informed to the wider community. Therefore, special research and studies are needed that use Saussure's semiotic approach which consists of signifiers and signifieds in exploring verbal and visual signs. The method used in this research is descriptive qualitative method. The quality of the data that has been identified is then analyzed using an interpretation approach. The results and conclusions obtained that the design of this poster visual communication media was made to remind again the important role of a midwife in the midst of society in realizing a superior generation towards a more advanced Indonesia. Keywords: Midwives, poster, information, communication, semiotic.   Abstrak Peran bidan dalam bidang kesehatan tidak kalah penting dengan tenaga medis lainnya, khususnya dalam menangani kesehatan ibu saat hamil, proses persalinan hingga menyusui. Maka dari itu, seorang bidan harus dituntut profesional yang bisa dihandalkan dan menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil, hal ini sangat berhubungan dengan nyawa manusia. Melihat peran penting bidan di tengah-tengah masyarakat tersebut, hal ini lah yang menjadi konsep perancangan dari poster Hari Bidan Nasional Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tampilan visual poster di dalamnya terdapat pesan atau informasi baik secara visual ataupun verbal yang sangat menarik untuk ditinjau secara detail dan menyeluruh. Permasalahan utama yang diangkat melalui penelitian ini adalah bagaimana pesan atau informasi berupa tanda yang terdapat di dalam karya poster untuk memperingati ‘Hari Bidan Nasional’ yang ingin diinformasikan kepada masyarakat luas. Maka dari itu, diperlukan riset dan kajian khusus yang menggunakan pendekatan semiotika Saussure yang terdiri dari penanda dan petanda dalam mengupas tanda verbal dan visual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Kualitas dari data yang telah diidentifikasi, kemudian dianalisis menggunakan pendekatan interpretasi. Hasil dan simpulan yang diperoleh bahwa perancangan media komunikasi visual poster ini dibuat untuk mengingatkan kembali peran penting seorang bidan di tengah-tengah masyarakat dalam mewujudkan generasi unggul menuju Indonesia yang lebih maju. Kata kunci: Bidan, poster, informasi, komunikasi, semiotika.
KELONG SOUND SYSTEM: NILAI TRANSFORMASI ELONG KE PANGGUNG SENI PERTUNJUKAN Arjun Subbanul Akbar
Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 02 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v17i02.54533

Abstract

Elong is a Bugis poem that contains meaningful words. The changing state of society, as is the case with today's Indonesian society, various forms of tradition and culture seem to have experienced a shift in meaning and philosophy, even buried and lost traces. Along with the times, the elong tradition has been transformed in a modern way. This study aims at describing the representation of the elong transformation in the Kelong sound system. The research method used is descriptive qualitative approach. The results show that elong as a means or medium for expressing one of them is moral values ​​such as honesty, chastity, self-esteem, loyalty and courage. In its development, elong transformed from an oral and written tradition to the performing arts of the Kelong sound system where the essence of elong lies in these noble values ​​packaged into literature and music. This development was carried out because it followed the changing times and as the creativity of the younger generation to preserve elong as a community tradition and culture. Even though it has changed, the meaning of the tradition has not changed because elong as a medium of communication and conveying messages in the life of the Bugis community is embedded in the goals and functions of the Kelong sound system. Keywords : Elong, oral tradition, transfer of vehicles, representation.   Abstrak             Elong merupakan sajak Bugis yang berisi kata-kata penuh makna di dalamnya. Keadaan masyarakat yang sedang berubah, seperti halnya masyarakat Indonesia sekarang ini, berbagai bentuk tradisi dan kebudayaan seolah-olah mengalami pergeseran makna dan filosofi, bahkan tertimbun dan hilang jejak. Seiring perkembangan zaman, tradisi elong bertransformasi secara modern. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi transformasi elong di dalam Kelong sound system. Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa elong sebagai sarana atau media untuk mengungkapkan salah satunya adalah nilai-nilai moral seperti kejujuran, kesucian, harga diri, kesetiaan dan keberanian. Dalam perkembangannya elong bertransformasi dari tradisi lisan, tulisan menuju seni pertunjukan Kelong sound system di mana intisari dari elong terletak pada nilai luhur tersebut, dikemas ke dalam bentuk susastra dan musik. Perkembangan tersebut dilakukan karena mengikuti alur perubahan zaman dan sebagai kreativitas generasi muda untuk melestarikan elong sebagai tradisi dan budaya masyarakat. Meskipun mengalami perubahan, makna dari tradisi di dalamnya tidak mengalami perubahan karena elong sebagai media komunikasi dan penyampaian pesan dalam kehidupan masyarakat Bugis tertanam dalam tujuan dan fungsi Kelong sound system. Kata kunci: Transformasi, elong, tradisi lisan, representasi.
THE LEXICONS AND FORMATION FOUND IN TRUNAJAYA DANCE Dharma Susena Suyasa Made; Suta Paramarta I Made; Budasi I Gede
PRASI Vol. 18 No. 01 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/prasi.v18i01.53867

Abstract

Balinese language is regarded as the reflection of Balinese culture in which preserving Balinese language is also a way for preserving Balinese culture. It can be seen through the use of Balinese language in Balinese dance which is Trunajaya dance. This study aimed at finding the lexicons and the formation found in Trunajaya dance. The method of this study was qualitative study by adapting ethnography model. The setting of this study was Jagaraga village. The data were collected by conducting interview and observation where three dancers were selected as the informants of this study. The instruments used were interview guide and observation sheet. Interview guide was used for collecting the data about lexicons used and the meanings of those lexicons. Observation sheet was used to collect the lexicons used for every part of the dance. The collected data were analyzed by using Qualitative Data Analysis. The results showed that there were 46 lexicons found in the movements and costume were wore by the Trunajaya dancers. It was also found out that the word-formations of the lexicons were affixation, reduplication, and compound.