cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 477 Documents
Front Matter Vol 1 No 2 Front Matter Vol 1 No 2
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.196 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.%p

Abstract

Nugget Tahu Formula Pury (Tafory) sebagai Alternatif Kudapan Tinggi Protein Mahmud Aditya Rifqi; Clara M. Kusharto; Trina Astuti
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.733 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.22-30

Abstract

Background: Tofu nugget with pury flour is an alternative form of snack food that high in protein. Pury flour made from silkworm pupa that came from by product of silk industry. Pupa is known to have highly nutritious component specially  protein that has not been optimizely used. The use of pupa flour is applicable for many form of processed food. Objective: Tofu nugget as soure of plant protein is added by pury flour to higher the protein component. Methods: This study used one factor Complete Randomized design with six levels. Level on additon pupa flour are 0%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100% followed by organoleptic test to get chosen product. Results: The chosen product according to the test is the addition of 70% pupa flour that indicated highest best reponse by panelist. Proximate test showed that  subtitution of tofu and pury flour is significanly different  for water component, protein, carbohydrate, and seng. Ash elements, fat, fiber, ferum, and calcium significanlly not different. Taffory nugget contains linolenic acid. Total plate count test showed that taffory nugget is safe according to National Standard. Conclusion: It could be conclude that tafory nugget is potential as snack food with high protein.ABSTRAK Latar belakang: Tofu nugget dengan tepung Pury adalah alternatif bentuk makanan ringan yang tinggi protein. Tepung Pury terbuat dari ulat pupa yang berasal dari hasil samping industri sutra. Pupa dikenal memiliki zat gizi khususnya protein yang belum digunakan secara optimal. Penggunaan tepung pupa berlaku untuk banyak bentuk makanan olahan.Tujuan: Tofu nugget sebagai sumber protein nabati, ditambah dengan tepung Pury lebih tinggi komponen protein.Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan rancangan acak lengkap dengan enam taraf. Penambahan tepung pupa adalah 0%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% diikuti dengan uji organoleptik untuk mendapatkan produk yang dipilih.Hasil: Produk yang dipilih sesuai dengan uji adalah penambahan 70% tepung pupa yang ditunjukkan nilai terbaik oleh panelis. Uji proksimat menunjukkan bahwa substitusi dari tahu dan tepung pury berbeda nyata untuk komponen air, protein, karbohidrat, dan seng.  Sedangkan abu, lemak, serat, zat besi dan kalsium tidak berbeda secara signifikan. Nugget Taffory mengandung asam linolenat.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tafory nugget dapat menjadi alternatif kudapan tinggi protein bagi anak.
Hubungan Konsumsi Camilan dan Durasi Waktu Tidur dengan Obesitas di Permukiman Padat Kelurahan Simolawang, Surabaya Azizah Ajeng Pratiwi; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.646 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i3.2017.153-161

Abstract

Background: Obesity in women with low socioeconomic status is easily found in slum area. Low socioeconomic status can have an impact on dietary changes, such as snacking that are known to be the cause of obesity. In addition to dietary changes, lifestyle changes such as sleep deprivation can also occur due to environmental conditions and job demands. Reduced bedtime will have an impact on health. Objectives: The purpose of this study was to analyze the association of sleep duration and snacking to obesity. Methods: This research was an observational analytical with cross sectional design. The sample was 70 married women aged 20-55 years in Simolawang, Simokerto Distict, Surabaya. Selection of smaple was using multistage random sampling. The data were collected by interview method with questionnaire to collect respondent characteristics data and sleep duration. Food Frequency Questionnaire (FFQ) was conducted to determine the snacking habits. Chi square test was used in the statistical analysis (a=0.05).Results: The data showed that  54.3% of respondents rarely consumed snack and 50% of them had sleep less time. The sleep duration had a significant association with obesity (p=0.009). In addition, snacking habits and obesity also showed a significant relationship (p=0.004).Conclusions: It is necessary to reduce the consumption of snacks and improve sleep time which is 7 hours per night to prevent obesity.ABSTRAK Latar Belakang: Obesitas pada wanita dengan status sosial ekonomi rendah banyak ditemui di permukiman padat. Rendahnya status sosial ekonomi dapat berdampak pada perubahan pola makan, seperti kebiasaan konsumsi camilan yang diketahui menjadi penyebab obesitas. Selain perubahan pola makan, perubahan gaya hidup seperti berkurangnya waktu tidur juga dapat terjadi karena kondisi lingkungan maupun tuntutan pekerjaan. Berkurangnya waktu tidur akan berdampak pada kesehatan.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi camilan dan durasi waktu tidur dengan obesitas pada ibu rumah tangga di permukiman padat penduduk. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 70 wanita yang sudah menikah berusia 20-55 tahun di Kelurahan Simolawang Kecamatan Simokerto, Surabaya. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data karakteristik responden dan durasi waktu tidur. Food Frequency Questionnaire (FFQ) dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi camilan. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi square (a=0,05).Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 54,3% responden jarang mengonsumsi camilan dan 50% responden memiliki waktu tidur yang kurang. Durasi waktu tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi obesitas (p=0,009). Selain itu kebiasaan konsumsi camilan dan obesitas juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,004).Kesimpulan: Diperlukan adanya pembatasan konsumsi camilan dan tidur dengan durasi waktu cukup, yaitu 7 jam per malam untuk mencegah terjadinya obesitas.
Citra Tubuh Pada Remaja Perempuan Gemuk Dan Tidak Gemuk: Studi Cross Sectional Dewi Kartika Wati; Sri Sumarmi
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.375 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i4.2017.398-405

Abstract

Background: Adolescents are one of the vulnerable age groups who are overweight and obese. Physical changes influence psychological development, and will have an impact on body image. The lack of satisfaction on body image and the desire to be thinner are the factors related to the reason why adolescents do certain diets.Objectives: The objective of the study was to analyze the differences of body image between overweight adolescent girls and non overweight adolescent girls. Methode: This is an observational research using cross sectional design, conducted in Santa Agnes junior high school Surabaya. The sample size was 36 adolescent girls, and randomly selected from student’s list. The observed variables were body image, body dissatisfaction and fear of fatness. Measurement of data using modification from Multidimensional Body Self Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS). The data were analyzed by Chi-square test with α=0.05. Result: The result of the research showed that there was difference of perception about body shape and body weight  between overweight and non overweight adolescent girls with value p=0.044. Coclusion: It was concluded that  overweight girls tend to have negative body image, whereas non overweight girls tend to have positive body image.ABSTRAK Latar Belakang: Remaja adalah salah satu kelompok umur yang rentan mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Perubahan fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis seseorang, serta akan membawa dampak pada citra tubuh. Ketidakpuasan citra tubuh dan keinginan menjadi lebih kurus merupakan faktor yang berhubungan dengan alasan remaja melakukan diet. Tujuan: Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan citra tubuh antara remaja putri overweight dengan remaja putri non overweight. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional, yang dilakukan di SMP Santa Agnes Surabaya. Besar sampel adalah 36 remaja putri, dan dipilih secara acak dari daftar siswa. Variabel yang diamati adalah citra tubuh, remaja yang tidak puas dengan bentuk tubuhnya sendiri dan rasa takut menjadi gemuk pada remaja perempuan. Pengukuran data dari modifikasi Multidimensional Body Self Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS). Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square  dengan nilai α= 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan persepsi mengenai bentuk dan berat tubuh yang dimiliki antara kelompok remaja putri overweight dan non overweight dengan nilai p = 0,044 (p < 0,05). Kesimpulan: Simpulan dari hasil yaitu remaja putri overweight cenderung memiliki citra tubuh yang negatif, sedangkan remaja putri non overweight cenderung memiliki citra tubuh yang positif.
Penerapan Sistem Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP) Pada Produk Ayam Bakar Bumbu Herb Di Divisi Katering Diet PT. Prima Citra Nutrindo Surabaya Novira Dian Rachmadia; Nanik Handayani; Annis Catur Adi
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.813 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.17-28

Abstract

Background: Healthy catering as a place of catering service providers are required to have clear safety standards in ensuring the quality of their products to the hands of consumers. PT. Prima Citra Nutrindo (PCN) as one of the healthy caterers has HACCP standard on one of its products that is Herb Roasted Chicken product. Quality control of food with HACCP standard needs to be done considering the occurrence of foodborne illnes very easily occur if food safety is not guaranteed.Objectives: The purpose of this research is to identify the application of HACCP system on Herb Roasted Chicken product in PT. Prima Citra Nutrindo (PCN).Methode: The method used is qualitative descriptive method including field observation, discussion, interview, and question and answer to complete the application of HACCP on Herb Roasted Chicken product.Result: Phase production of roasted chicken Herb starts from boiling water until serving known there are 2 stages which is the Critical Control Point to watch out for the cooling and serving stages. The control of the risk of foodborne illness in Herb Roasted Chicken can be done by keeping the time lag between cooling and packaging.Conclusions: The results of this study are useful as recommendations for improvement in order to maintain the quality management system that has been achieved and for the development of HACCP procedures on other products so as to produce products that are safe for consumption.ABSTRAKLatar Belakang: Katering sehat sebagai tempat penyedia jasa boga diharuskan mempunyai standar keamanan yang jelas dalam menjamin mutu produknya hingga ke tangan konsumen. PT. Prima Citra Nutrindo (PCN) sebagai salah satu katering sehat telah mempunyai standar HACCP pada salah satu produknya yaitu Ayam Bakar Bumbu Herb. Pengendalian mutu makanan dengan standar HACCP perlu dilakukan mengingat kejadian foodborne illnes sangat mudah terjadi apabila keamanan pangan tidak terjamin.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan sistem HACCP pada produk Ayam Bakar Bumbu Herb di PT. Prima Citra Nutrindo (PCN).Metode: Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif meliputi observasi lapangan, diskusi, wawancara, dan tanya jawab untuk menyempurnakan penerapan HACCP pada produk Ayam Bakar Bumbu Herb.Hasil: Tahap produksi ayam bakar bumbu Herb dimulai dari proses perebusan air hingga serving diketahui terdapat 2 tahap yang merupakan Critical Control Point yang harus diwaspadai yaitu tahap pendinginan (cooling) dan tahap penyajian (serving). Pengendalian resiko kejadian foodborne illnes pada produk Ayam Bakar Bumbu Herb dapat dilakukan dengan menjaga jeda waktu antara pendinginan dan pengemasan.Kesimpulan: Hasil studi ini bermanfaat sebagai rekomendasi perbaikan dalam rangka mempertahankan sistem manajemen mutu yang telah tercapai serta untuk pengembangan prosedur HACCP pada produk yang lain sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi.
Daya Terima dan Uji Kekenyangan pada Bakso yang disubtitusi Jantung Pisang dan Modified Cassava Flour (Mocaf) Siti Mei Saroh; Luki Mundiastuti
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.699 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i2.2018.155-162

Abstract

Background: One of the efforts to reduce the prevalence of obesity is by increasing the consumption of dietary fiber. Dietary fiber can reduce weight, because it can enhance satiety and prevent excessive calorie consumption. Banana and Modified Cassava Flour (mocaf) are source of fiber . The substitution of banana blossom and mocaf in the meatball-one of favorite food is expected to be one of alternative solution of a healthy and fiber-rich food to reduce the prevalence of obesity.                                                                                                  Objective: The purpose of this research was to determine the acceptability , and Satiety study of banana blossom and mocaf meatball .Methods: The first stage of the study using a factorial crossed design, 3 best formulas were selected from 7 formulas by 3 professional panelists, then the best 3 formulas were selected by 25 untrained panelists. At the satiety test stage using a cross-over trial design. Subjects were students Universitas Airlangga Students, age criteria 12-25 years, BMI 18.5-28 kg.Results: The best formula was F3 in terms of acceptance value and dietary fiber content. There was no significant difference in hunger after meal (p=0.122) on both test foods. There was no significant difference in satiety feeling after meals (p=0.080).Conclusion: There was no significant difference for hunger and satiety between the F3 meatballs substituted with 20% banana blossom and 10% mocaf with control meatballs. This is due to insufficient fiber content to give a satiety effect.ABSTRAKLatar Belakang: Salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi obesitas adalah dengan peningkatan konsumsi serat pangan yang dapat meningkatkan kekenyangan dan mencegah konsumsi kalori berlebih. Subtitusi jantung pisang dan tepung mocaf yang kaya serat pada bakso yang digemari masyarakat, diharapkan bisa menjadi alternatif makanan yang sehat dan kaya serat untuk mengurangi prevalensi obesitas.Tujuan: Mengetahui daya terima, dan uji kekenyangan terhadap produk bakso Jantung Pisang dan tepung mocafMetode: Penelitian tahap pertama menggunakan rancangan percobaan faktorial menyilang, 3 formula terbaik dipilih dari 7 formula oleh 3 panelis terlatih, selanjutnya 3 formula terbaik dipilih oleh 25 panelis tidak terlatih. Pada tahap uji satiety menggunakan desain cross-over trial. Subjek adalah mahasiswa Universitas Airlangga, umur 12-25 tahun, IMT antara 18,5-28 kg/m2. Penelitian cross-over trial dilakukan pada 14 subjek yang sehat yang memenuhi kriteria. Masing-masing 200 g Bakso biasa (F0) dan bakso modifikasi diberikan saat waktu sarapan pada hari yang berbeda. Penilaian hunger dan satiety diambil dengan kuisioner Visual Analog Scale (VAS).Hasil: Formula terbaik adalah F3 ditinjau dari daya terima dan kandungan serat. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam rasa lapar setelah makan (p=0,122) pada kedua makanan uji. Tidak terdapat perbedaan signifikan rasa kenyang setelah makan (p=0,080).Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan untuk rasa lapar dan rasa kenyang antara Bakso F3 yang disubtitusi 20 % jantung pisang dan tepung 10 % tepung mocaf dengan bakso kontrol. Hal ini terkait kandungan serat pada bakso modifikasi (F3) yang tidak cukup untuk memberikan efek kekenyangan. 
Hubungan kebiasaan melewatkan sarapan dan Pemilihan jajanan dengan kejadian Wasting di Desa Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik Aditya Faisal Rakhman; Taufiqurrahman Taufiqurrahman
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v2i3.2018.237-244

Abstract

Background: Wasting prevalence in Indonesia is never been decreased for years. Wasting caused by many factors such as skipping breakfast and inappropriate selection of snacks that contribute to children’s level of nutritional intake adequacy.Objectives: The purpose of this research was to analyze correlation between skipping breakfast and selection of snack among elementary school children. Method: This was an analytical observational research with case control design conducted in three elementary schools in Sembung Village, Gresik. The sample size was 22 students in each group, which taken using a simple random sampling technique at student of 3rd, 4th and 5th grade. Data was collected by interviewing the respondent with structured questionnaire. Nutritional status was classified with BMI/Age using WHO-MGRS standard. Association among variables were analyzed using Chi-Square test. (α=0.05). Result: The result showed that 68.2% respondent from cases used skipping breakfast while 27.3% respondent from control used to skip breakfast. 22.7% respondent in cases used to consume high nutritional value snack food while 72.7% respondent in control used to consume high nutritional value snack food. Chi-Square test showed there was an association between breakfast habits and the selection of snack with wasting (p=0.007; OR=5.714) (p=0.001; OR=9.067).Conclusion: Skipping breakfast habits and the selection of snack had a correlation with wasting incident in village children.ABSTRAKLatar Belakang: Prevalensi wasting di Indonesia tidak pernah mengalami penurunan yang signifikan selama tahun ke tahun. Kejadian wasting dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan yang mampu berkontibusi terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan melewatkan sarapan dan kebiasan memilih jajanan makanan kejadian wasting pada anak sekolah dasar di pedesaan.Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain case control ini dilakukan di 3 sekolah dasar di Desa Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Besar sampel penelitian ini adalah 22 sampel untuk masing -masing kelompok yang berasal dari kelas III, IV dan V dan diambil secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara pada anak dengan kuisioner tersktutur. Klasifikasi berdasarkan pada nilai tabel z-score IMT/U WHO-MGRS.  Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (α=0,05)Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,2% responden kelompok kasus, terbiasa melewatkan sarapan sedangkan 27,3% responden kelompok kontrol terbiasa melewatkan sarapan. 22,7% responden kelompok kasus terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi sedangkan 72,7% responden kelompok kontrol terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan dengan kejadian wasting (p= 0,007 OR: 5,714) (p= 0,001 OR: 9,067).Kesimpulan: Kebiasaan melewatkan sarapan dan pemilihan makanan jajanan berhubungan dengan kejadian wasting pada anak pedesaan.
Kebiasaan Makan Remaja Putri yang Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance Alfishar Akib; Sri Sumarmi
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.364 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.105-116

Abstract

 Background: Female adolescents are at risk of anemia due to the imbalance of nutrient intake and unhealthy consumption habits. Objectives: Research aimed to analyzed food consumption habits related to anemia of  female college students. Moreover, this research aims to analyzed the positive deviance of female college students who did not experience anemia. Methods:  A cross sectional study was conducted, with the sample of 60 were randomly selected from female college students aged 17-20 years old who live at female boarder of the Airlangga Universitas. The dependent varible was status of anemia, meanwhile independent variables were nutrient intake including the intake of carbohydrate, protein, vitamin C and Fe, enhancer and inhibitor subtances. Pearson correlation test was used for ratio data, while Spearman correlation test was used for nominal and category data. In-depth interview was used to explore the positive habits of respondents who did not suffer from anemia. Results: The result shows that 70% of the respondents was anemia. The Most poor nutrition intake among respondents was intake of vitamin C and Fe (95%). Moreover, there is a correlation between the intake of protein (p=0.027) and enhancer substance (p=0.046) with the anemia status. However, the intake of carbohydrate (p=0.275), vitamin C (p=0.132) and Fe (p=0.618) and inhibitor substance (p=0.771) did not show any correlation with status of anemia status. The informants stated that their positive consumption habits are consuming animal protein and fruits rich of vitamin C, cooking by her self and choosing healty snacks.Conclusion : The intake of protein and enhancer substances has related with the anemia status of the female adolescents. This is partly due to  consumption habits of sufficient animal proteins and fruits rich of vitamin C.ABSTRAK Latar Belakang: Remaja putri berisiko mengalami anemia, disebabkan oleh asupan gizi yang rendah dipicu oleh kebiasaan makan remaja yang tidak sehat. Diantara remaja mungkin ada yang tidak anemia, meskipun berada di lingkungan yang kurang mendukung.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menganalisis asupan zat gizi dan kebiasaan makan yang berhubungan dengan status anemia, serta mengkaji kebiasaan makan positif pada remaja yang tidak anemia.Metode : Penelitian dengan rancangan cross sectional, dilakukan di asrama putri Universitas Airlangga. Besar sampel 60 mahasiswi berusia 17-20 tahun diambil dengan metode simple random sampling. Variabel yang tergantung adalah status anemia dan variabel bebas adalah asupan zat gizi meliputi karbohidrat, protein, vitamin C dan mineral Fe serta asupan zat enhancer dan inhibitor bagi penyerapan zat besi. Uji korelasi Pearson digunakan untuk data berskala rasio dan korelasi spearman untuk data nominal dan kategori. In-dept interview, dilakukan untuk menggali kebiasaan makan responden yang tidak anemia.Hasil: Sebesar 70% responden mengalami anemia. Sebagian besar (95%) responden asupan vitamin C dan Fe tergolong kurang. Ada hubungan antara asupan protein (p=0,027) dan zat enhancer (p=0,046) dengan status anemia. Tidak ada hubungan antara asupan karbohidrat (p=0,275), vitamin C (p=0,132) dan Fe (p=0,618) serta asupan zat inhibitor (p=0,771) dengan status anemia. Kebiasaan makan positif pada remaja putri yang tidak anemia adalah sering mengkonsumsi protein hewani, memilih buah sumber vitamin C, memasak diwaktu luang dan memilih snack bergizi.Kesimpulan: Asupan protein dan zat enhancer berhubungan dengan status anemia pada remaja putri. Hal ini disebabkan kebiasaan mengkonsumsi protein hewani dan buah-buahan dengan kandungan vitamin C tinggi. 
Pengaruh Substitusi Susu Kedelai dan Mocaf (Modified Cassava Flour) Terhadap Daya Terima, Kandungan Serat dan Nilai Ekonomi Produk Es Krim Naga Merah Santi Kusumastuti; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.504 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i3.2017.252-260

Abstract

Background: Ice cream is one of the favourite desserts made from a mixture of milk. Commercial ice cream contains energy, carbohydrates, protein, fat and fiber. The fiber content in it is usually 1 gram per 50 grams serving. The fiber content is relatively low because food categorized as high fiber if it has 5 grams per 100 gram products. Therefore, a new innovation to improve its fiber content is required. Soymilk and Mocaf Flour are type of food with high fiber content that possible to be added in ice cream. Objective: The purpose of this research was to determine the acceptability, fiber content and food cost in ice cream. Methods: This was true experimental research with Complete Random Design (CRD) and there are 7 formulas to be tested to 3 limited panelists and 3 best formulas to 30 non trained panelists. Fiber content was calculated using Indonesia Food Composition Database and also analyzed by proximate test in laboratory. Results: The result showed that formula 4 had the highest score than other formulas. Laboratory result showed fiber content in formula 4 was 18.2 grams per 50 grams ice cream.  Conclusion: The ice cream with proportion of soymilk and Mocaf flour has a good acceptability and higher fiber content compared to commercial ice cream.ABSTRAK Latar Belakang: Es krim merupakan salah satu makanan selingan favorit masyarakat yang terbuat dari campuran susu. Es krim yang terdapat di pasaran (komersil) umumnya mengandung energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat. Kandungan serat pada es krim rata-rata hanya 1 gram per kemasan. Suatu produk dikatakan mengandung serat yang tinggi jika mengandung 5 gram per 100 gram bahan padat sehingga diperlukan inovasi baru pada produk es krim untuk meningkatkan kandungan gizinya terutama serat. Susu kedelai dan tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) merupakan bahan pangan yang kaya serat. Substitusi susu kedelai dan dan tepung Mocaf diharapkan dapat meningkatkan kandungan serat yang ada dalam formula es krim dibandingkan dengan es krim di pasaran.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima, kandungan serat dan nilai ekonomi es krim naga merah dengan proporsi susu kedelai dan dan tepung Mocaf.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL dan terdapat 7 formula yang akan diuji organoleptik kepada 3 panelis terbatas dan 3 formula terbaik kepada 30 panelis tidak terlatih. Kadar serat diperoleh dari hasil perhitungan DKBM dan uji laboratorium dengan menggunakan uji proximat.Hasil: Berdasarkan hasil uji organoleptik, formula es krim terbaik (F4) memiliki daya terima panelis yang lebih tinggi dibandingkan formula es krim lainnya. Hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan serat pada formula es krim F4 sebesar 18,2 gram/50 gram es krim.Kesimpulan: Es krim dengan proporsi susu kedelai dan tepung mocaf memiliki daya terima yang baik dan memiliki kandungan serat lebih tinggi bila dibandingkan dengan es krim komersil.
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Dini di Puskesmas Telaga Biru Kota Pontianak Tahun 2014 Eriza Wahyuhandani; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.428 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i4.2017.300-307

Abstract

Background : Giving the complementary foods is the determinant of optimal growth in children. A preliminary study in Telaga Biru Health centre showed that 10 out of 15 mothers has given her baby complementary food in early time, due to unknown factors, 3 out of 10 mothers who did were caused by working. It can be assumed that there is an influence of knowledge and mother’s work with early  complimentary food giving. Objective : The goal of this research was to examine the relationship between the knowledge and the work of the mothers of 0-6 months aged babies towards giving early complementary foods in Telaga Biru Health centre, Pontianak.Methods: This is an observational analytic study with cross-sectional study design. The research population was all mothers whose babies ranged between 0-6 months in age within the work area of Telaga Biru Community Health Center of Pontianak City. Samples were obtained using simple random sampling technique with total 64 respondents. Statistic test used was linier regression with (α=0.05).Results: The result of the research showed that there was no relationship between the mother’s work through early complementary foods giving ( p=0.525), but in addition, there was a relationship between the knowledge through with early complementary feeding giving (p=0.003). This situation is evidence by the mother who has low knowledge, 69.2% giving thier baby complementary food in early time. The mother who has moderate knowledge, 33.3% giving their baby complementary food in early time, and the mother who has good knowledge was only 12.5% giving their baby complementary food in early time. Conclusion: The knowledge of mothers affects the early giving of complimentary food in breastfeeding. The higher the mother’s knowledge, the lesser likely the mother will give the early food complimentary in breastfeeding because mothers will apply their knowledge in giving the right food pattern for the babies. Therefore, it is needed to increase the level of knowledge of mothers to give the right complimentary food suited to the babies’ growth.ABSTRAKLatar Belakang: Pemberian makanan pendamping ASI merupakan salah satu faktor yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Hasil  studi  pendahuluan di puskesmas Telaga Biru Kota Pontianak menunjukan bahwa 10 dari 15 ibu telah memberikan MP-ASI secara dini kepada bayi karena faktor ketidaktahuan serta 3 diantara 10 ibu tersebut merupakan ibu bekerja. Dapat diasumsikan bahwa pengetahuan dan pekerjaan ibu mempengaruhi pemberian MP- ASI dini.Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI secara dini di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru kota Pontianak.Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru Kota Pontianak. Sample diambil dengan teknik simple random sampling dengan besar sampel sebanyak 64 orang. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linier (α=0,05).Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini(P = 0,525 > 0,05), namun terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini (P = 0,003 < 0,05). Hal ini dilihat dari ibu yang berpengetahuan kurang   69,2%   memberikan MP-ASI dini. Ibu yang berpengetahuan cukup 33,30% memberikan MP-ASI dini, dan ibu yang berpengetahuan baik hanya 12,5% memberikan MP-ASI dini.            .Kesimpulan: Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI dini. Semakin baik pengetahuan maka ibu tidak akan memberikan MP-ASI dini karena ibu akan menerapkan pengetahuannya dalam membentuk pola makan yang benar pada bayi. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan pengetahuan kepada ibu mengenai cara pemberian MP-ASI yang tepat.

Page 1 of 48 | Total Record : 477


Filter by Year

2017 2023