cover
Contact Name
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil
Contact Email
hefni_effendi@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
jplb@bkpsl.org
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management)
ISSN : 25980017     EISSN : 25980025     DOI : 10.36813
Core Subject : Science, Social,
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (JPLB) adalah jurnal yang bersifat open-access dan ditelaah secara peer-reviewed oleh mitra bestari. Naskah/artikel yang dipublikasikan JPLB adalah hasil penelitian asli di bidang pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dalam arti luas, mencakup fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, sosial budaya, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dan hukum.
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
Studi kapasitas beban pencemaran sungai berdasarkan parameter organik (BOD, COD dan TSS) di Batang Lembang Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat A Azhar; I Dewata
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.1.76-87

Abstract

Kota Solok merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat yang dialiri oleh sungai yang bernama sungai Batang Lembang. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pengunaan sungai Batang Lembang berdampak pada daya dukung lingkungan sungai. Untuk dapat menjaga kualitas air sungai diperlukan kajian daya tampung air sungai. Lokasi penelitian ini adalah air Sungai Batang Lembang segmen Kota Solok yang melintasi Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan, sedangkan parameter kunci pencemaran air ialah TSS, BOD, dan COD. Parameter kualitas air Sungai Batang Lembang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kualitas air dan Pengelolaan Pencemaran Air. Penetapan daya tampung beban pencemaran mengaplikasikan Qual2Kw. Hasil penelitian daya tampung terhadap beban pencemaran Sungai Batang Lembang Sungai kota Solok untuk parameter TSS beban maksimum harus dikurangi sebesar 28,490.00 kg/hari dan minimum 1,425.60 Kg/hari, BOD sebesar 336.96 Kg/hari dan minimum 77.76 Kg/hari dan COD sebesar 16,264.80 Kg/hari dan minimum 3,039.12 Kg/hari agar kualitas air sungai dapat terjaga dengan baik. Selanjutnya diperlukan pembatasan izin serta kebijakan oleh pemerintah pada beberapa ruas tertentu agar mutu dan kualitas sungai dapat dipertahankan.
Konsentrasi merkuri pada ikan di perairan laut Sulawesi akibat penambangan emas tradisional Buladu Kabupaten Gorontalo Utara M Mahmud; F Lihawa; B Banteng; F Desei; Y Saleh
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.1.3.7-17

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi merkuri pada ikan di perairan Laut Sulawesi akibat Penambangan Emas Tradisional Buladu. Lokasi penelitian dilakukan di perairan laut di Desa Buladu Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. Jenis ikan yang dijadikan sampel yakni jenis-jenis ikan kakap dan kerapu. Pengambilan sampel pada ikan dilakukan secara acak sebanyak 18 sampel. Analisis sampel merkuri pada ikan dilakukan pada laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan provinsi Gorontalo dengan menggunakan AAS tanpa nyala. Baku mutu yang dijadikan acuan untuk konsentrasi merkuri pada ikan menggunakan Sk Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 sebesar 0,5 mg/kg. Hasil analisis konsentrasi merkuri pada ikan berkisar 0,3154 – 2,2977 mg/kg. Konsentrasi rata-rata sebesar 1,1882 mg/kg. Hasil analisis ini sudah berada diatas baku mutu yang ditetapkan sebesar 0,5 mg/kg (SK Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89). Salah satu faktor penyebab tingginya konsentrasi merkuri pada ikan yaitu akibat penambang yang membuang limbah ke sungai dan bermuara ke Laut Sulawesi. Hal ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat di Kecamatan Sumalata dan Kabupaten Gorontalo Utara pada umumnya.
Konservasi Coelogyne pandurata Lindh. di Kalimantan Tengah: Karakter Morfologi, Propagasi In Vitro, dan Pelestarian Berbasis Komunitas Lokal Tri Suwarni Wahyudiningsih; Y Jagau; N Ravenska
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.2.125-139

Abstract

C. pandurata merupakan anggrek endemik, termasuk Appendiks I menurut CITES, dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kebakaran hutan, konversi lahan, eksploitasi tidak terkendali, periode berbunga sangat pendek, dan sulit disilangkan menjadi faktor penyebab yang membuat populasi C pandurata terancam punah sehingga perlu dilakukan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan karakter morfologi C. pandurata dari Muara Teweh dan Tewah, propagasi secara in vitro, serta pelestarian berbasis komunitas masyarakat lokal. Bunga asal Tewah memiliki ciri-ciri seperti warna lidah lebih hitam, bulu halus dan ornamen lebih jelas, panjang dan lebar pada bulbus dan daun asal Tewah lebih besar. Eksplan serbuk biji ditanam pada medium perlakuan: I. MS (kontrol), II. MS + 3 mg/l BAP (Benzyl Amino Purine), III. MS + 3 mg/l BAP + Pisang, IV. MS + 3 mg/l BAP + air kelapa, dan V. MS + 3 mg/l BAP + tomat. Pada 10 HST (Hari Setelah Tanam) terjadi perubahan warna biji kuning menjadi hijau. Pro-meristem mengalami diferensiasi menjadi kutub calon akar pada suspensor dan kutub calon tunas. Protocorm tumbuh pada 21 HST. Seedling tumbuh pada 8 MST (Minggu Setelah Tanam) pada perlakuan I, II, dan IV. Pada perlakuan III seedling dengan tunas 0,5 cm terlihat pada 9 MST. Pada perlakuan V seedling tumbuh pada 11 MST dengan perawakan sehat dan kuat. Komunitas masyarakat lokal dan hutan adat menjadi prioritas awal pembinaan dan pemberdayaan melalui kegiatan pengenalan anggrek, teknik budi daya, pemahaman konservasi serta penanaman ke habitat, sehingga konservasi in-situ dapat berjalan secara berkesinambungan.
Metode pengukuran serapan karbondioksida pada pertumbuhan anakan Y Ludang; Alpian Alpian; A Junaedi
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.1.3.1-6

Abstract

Pengembangan inovasi teknologi dalam pengukuran serapan CO2 tumbuhan, salah satunya dengan menggunakan metode sungkup (chamber) sampai saat ini metode tersebut belum banyak digunakan oleh para peneliti sehingga diperlukan adanya penjelasan terkait gambaran metode sungkup dalam pengukuran serapan CO2, khususnya pada pertumbuhan anakan. Tujuan dari penulisan makalah ilmiah adalah memberikan gambaran secara umum terkait prosedur pengukuran serapan CO2 pada tingkat pertumbuhan anakan dengan menggunakan metode sungkup. Metode sungkup pada awalnya digunakan untuk mengukur emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di lahan gambut, namun seiring dengan perkembangan teknologi metode ini dapat juga digunakan untuk mengukur serapan CO2 pada tumbuhan. Ukuran sungkup yang digunakan adalah 50 x 50 x 30 cm dilengkapi dengan termometer, kipas angin dan baterai kering. Pengambilan sampel gas CO2 dalam sungkup digunakan syringe/jarum suntik berukuran 10 ml. Alat untuk menganalisis sampel gas CO2 adalah Gas Cromatography (GC). Proses pengukuran serapan CO2 dengan metode sungkup relatif cepat dan sederhana serta data yang didapatkan dapat digunakan untuk memprediksi serapan CO2 berdasarkan pertambahan umur tumbuhan. Namun demikian, keterbatasan dari metode ini adalah hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan CO2 pada tingkat pertumbuhan anakan.
Potensi sumber bakteri resisten antibiotik berdasarkan kondisi kualitas air dan penggunaan lahan di Sungai Code, Yogyakarta: suatu tinjauan metodologis M P Hadi; L N Fadlillah; M Y Widasmara; W I Muziasari; Subaryono Subaryono
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.1.88-100

Abstract

Resistensi antibiotik merupakan ancaman utama terhadap kesehatan manusia. Penggunaan antibiotik tidak hanya dilakukan pada manusia, tetapi juga di bidang pertanian khususnya peternakan dan perikanan. Pengaturan penggunaan antibiotik pada peternakan dan perikanan tidak dapat dilakukan secara selektif, sehingga berpeluang terhadap terjadinya sebaran bakteri antibiotik ke alam bebas menjadi lebih masif. Bakteri ini dapat berubah dan mentransfer antibiotic resistant gene (ARG). Di Indonesia, data paparan ARG di alam bebas belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan, pada tulisan ini disajikan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ARG, potensi sumber bakteri AR dan menganalisis parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap AR. Sungai Code merupakan sungai ideal dari hulu ke hilir, yang diduga perairannya belum terjadi kontaminasi. Penggunaan lahan di DAS Code antara lain pertanian, peternakan, perikanan, perkotaan. Terdapat beberapa rumah sakit yang berpotensi sebagai sumber bakteri ARG. Sampel air diambil pada 13 titik untuk diuji BOD dan Bakteri Coli. Hasil dari penelitian tesebut diharapkan dapat diketahuinya potensi penyumbang antibiotik terbesar pada lingkungan terhadap antibiotik berdasarkan kondisi kualitas air dan penggunaan lahan. Metode ini juga dapat digunakan untuk evaluasi pengelolaan lingkungan.
Perlindungan dan pengelolaan ekosistem: analisis politik ekologi pemanfaatan lahan gambut sebagai hutan tanaman industri Suwondo Suwondo; Darmadi Darmadi; M Yunus
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.2.140-154

Abstract

Kebijakan pembangunan sektor kehutanan melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) diharapkan mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat. Pengembangan hutan tanaman berimplikasi pada terjadinya alih fungsi hutan terhadap kebutuhan lahan yang luas, sehingga pengembangannya juga dilakukan pada ekosistem rawa gambut. Selain mempengaruhi ekonomi wilayah, muncul juga berbagai isu lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, emisi CO2, penurunan keanekaragaman hayati, konflik lahan, dan lain sebagainya. Artikel ini mendeskripsikan keterkaitan antara perlindungan dan pengelolaan ekosistem dengan pemanfaatan lahan gambut sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI) dari perspektif politik ekologi. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial dan kebijakan pemanfaatan lahan gambut untuk HTI. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Isu kebakaran hutan dan lahan memberikan dampak yang besar terhadap aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial yang menimbulkan krisis ekologi. Respon terhadap krisis ekologi tersebut menimbulkan bergesernya arah kebijakan jangka pendek dan perspektif konservasi terhadap perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut menjadi prioritas utama, serta pengembalian fungsi budidaya menjadi lindung melalui restorasi ekosistem gambut dengan memperhatikan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Kondisi ini membawa implikasi munculnya guncangan pada operasional industri kehutanan, khususnya pulp and paper. Kebijakan dengan pendekatan yang bersifat penolakan basis ekonomi berdasarkan industrialisme pada industri kehutanan harus diterapkan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya efek lanjutan pada sektor lainnya. Sebaliknya, kebijakan harus dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan menuju keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan ekosistem rawa gambut.
Mereduksi amonia kotoran ternak unggas dengan menggunakan kapur dan tanaman kedelai A Bustan; A Pudjirahaju
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.1.42-54

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk membantu masyarakat peternak di Kalimantan Tengah dalam mengatasi permasalahan tentang pencemaran udara yang sering dikeluhkan oleh warga masyarakat yang terdampak akibat adanya aktivitas peternakan di sekitar pemukiman karena munculnya bau berupa amonia yang ditimbulkan dari kotoran ternak serta banyak lalat yang beterbangan. Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kapur beserta tumbuhan kedelai untuk mengatasi pencemaran udara. Metode untuk mengetahui seberapa besar intensitas bau amonia dari setiap kandang ternak baik yang diberi perlakuan maupun yang tidak diberi perlakuan kesemuanya diukur dengan menggunakan alat detektor amonia model AR8500. Hasil penelitian menemukan bahwa pemberian kapur dan penanaman kedelai adalah suatu perlakuan yang paling tepat karena mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 64,07%, dari 1,67 ppm (kandang kontrol tanpa perlakuan) menjadi 0,60 ppm. Selanjutnya disusul kandang dengan perlakuan pemberian kapur turun hingga 59,28%, dari 1,67 ppm menjadi 0,68 ppm, serta penanaman kedelai di sekeliling kandang juga mampu menurunkan intensitas bau amonia hingga 53,29% dari 1,67 ppm turun menjadi 0,78 ppm. Sementara dosis penggunaan kapur yang paling rasional baik ditinjau dari faktor ekonomi maupun fungsinya dalam menurunkan intensiatas bau amonia sebanyak 525 kg atau sekitar 0,88 kg/m2. Angka ini setara dengan Rp 882/m2.
Persepsi Komunitas Nelayan Kenjeran terhadap Kegiatan Konservasi Lingkungan Pesisir Berdasarkan Perspektif Ekoteologi Islam Erry Ika Rhofita; N Naily
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.2.112-124

Abstract

Isu lingkungan terkait pencemaran laut terjadi di berbagai tempat berakibat pada menurunnya tingkat sosial ekonomi masyarakat. Upaya mengurangi pencemaran lingkungan dapat dilakukan melalui peningkatan pemahaman ekoteologi Islam. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2017 dengan lokasi penelitian di Pesisir Kenjeran tepatnya Kampung Nambangan-Cumpat. Pendekatan Community Based Research (CBR) diambil dalam rangka mendorong peran aktif warga dalam tata kelola lingkungan khususnya pada isu pencemaran laut. Pendekatan ini menjadi strategis karena tingkat keberagamaan komunitas yang tinggi dan juga karena Islam sendiri menawarkan konsep tersebut. Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 107 mengajarkan bahwa sikap menjaga dan mengelola lingkungan adalah bagian integral dari ibadah dan manifestasi keimanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman komunitas terhadap ekoteologi Islam masih tergolong rendah. Pada dasarnya ekoteologi Islam dapat dijadikan upaya untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran lingkungan. Sikap kepedulian komunitas Kenjeran ditunjukkan dengan tingkat partisipatif aktif yang lebih dari 80% dalam beberapa kegiatan tata kelola lingkungan. Apabila kepedulian, kesadaran dan mekanisme tata kelola lingkungan komunitas Kenjeran dapat sinergis dengan semangat keberagamaannya melalui ekoteologi islam, maka potensi pesisir Kenjeran termasuk potensi ekonomi juga diharapkan turut membaik dan keberlanjutan lingkungan dapat terwujud.
Evaluasi sistem sanitasi di rumah susun kota Palangka Raya Herry P Jaya; S Swastila; Y Ludang
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.2.2.101-111

Abstract

Kota Palangka Raya memiliki luas wilayah 2.678,51 km², jumlah penduduk 229.599 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata 85,72 jiwa/km². Kota ini mengalami kemajuan cukup pesat sehingga berdampak terhadap semakin mahalnya harga tanah di daerah perkotaan. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan membangun rumah susun yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Aspek kenyamanan, sanitasi dan keamanan bagi penghuni rumah susun merupakan faktor utama yang menjadi perhatian. Pemerintah Kota Palangka Raya membangun rumah susun pertama tahun 2005 di Jalan Sesep Madu RT 02/RW 09 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya dan mulai dihuni awal tahun 2010. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem sanitasi di rumah susun Kota Palangka Raya. Metode yang digunakan dengan cara observasi dan wawancara langsung terhadap pengelola dan beberapa penghuni rumah susun. Hasil observasi menunjukkan kondisi bangunan rumah susun kurang terawat, terkesan kumuh, kondisi hunian belum berfungsi secara optimal (pada lantai 5 terdapat 24 kamar tidak dihuni karena penerangan listrik diputus oleh Perusahaan Listrik Negara akibat menunggak), sistem sanitasi seperti air bersih tersedia tetapi air limbah, drainase dan persampahan tidak dikelola dengan baik.
Studi identifikasi keanekaragaman hayati pada habitat Jalak Lawu, wilayah lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan Okid Parama Astirin; Sugiyarto Sugiyarto; S Nugraha
Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (Journal of Environmental Sustainability Management) JPLB, Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB (PPLH-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36813/jplb.3.1.244-257

Abstract

Jalak Lawu (Turdus sp.) merupakan spesies endemik yang banyak hidup di kawasan Gunung Lawu, Kabupaten Magetan dengan ketinggian 3265 mdpl. Populasi burung Jalak Lawu semakin menurun. Pemerintah Kabupaten Magetan menggunakan satwa ini sebagai salah satu ikon pariwisata. Penurunan populasi ini perlu diantisipasi dengan pemahaman atas perilaku, konservasi jenis pakan, maupun upaya untuk melakukan konservasinya. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung terhadap burung dan vegetasi sekitarnya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Jalak Lawu lebih banyak muncul pada sore hari dan berada di pos 2 (ketinggian 700 mdpl). Tanaman pakan yang tersedia dan terdapat di kawasan studi ada 7 spesies yaitu Manis Rejo (Vaccinium varingiaefolium [Bl.] Miq.), Putat (Planchonia valida [B.] B1), Rubus alpestris Bl., Rubus linaetus Bl., Rubus fraxinifolius Poir, Rubus niveus Thunb dan Rubus rosafolius J.E. Upaya konservasi Jalak Lawu dapat dilakukan secara ex-situ maupun in-situ, tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh instansi yang terkait dan berwenang.

Page 2 of 10 | Total Record : 96