cover
Contact Name
Ridho Alvikry
Contact Email
ridhoalvikry18@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalarsi@gmail.com
Editorial Address
Building F, 1st Floor, Faculty of Public Health Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia (ARSI)
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 24069108     EISSN : 2476986X     DOI : 10.7454
Jurnal ARSI (Administrasi Rumah Sakit Indonesia) diinisiasi oleh Center for Health Administration and Policy Studies (CHAMPS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dan saat ini dikelola oleh Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI. Penerbitan Jurnal ARSI terlaksana dengan kerja sama dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) dan Ikatan Manajemen Rumah Sakit (IKAMARS) FKM UI. Sebagai jurnal ilmiah, Jurnal ARSI memiliki fokus di bidang administrasi layanan dan manajemen di rumah sakit di Indonesia. Adapun artikel atau naskah ilmiah yang dimuat dalam Jurnal ARSI mencakup penelitian orisinal, studi kasus, review atau konseptual yang masing-masing mengusung pilar corporate governance, clinical governance, atau keduanya (bridging).
Arjuna Subject : -
Articles 170 Documents
Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak Karleanne Lony Primasari
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.658 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i2.2173

Abstract

ABSTRAK Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan implementasi dari UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di bidang kesehatan dengan konsep Universal Health Coverage (UHC) yang memaksa pesertanya mengikuti sistem rujukan berjenjang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, murah, terjangkau, namun berkualitas. Belum efektifnya sistem rujukan di Indonesia, berdampak pada penumpukan pasien di fasilitas kesehatan lanjutan, sehingga terjadi pemanfaatan tenaga terampil dan peralatan canggih secara tidak tepat guna dan menurunnya kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisa yang digunakan, yakni content analysis berdasarkan triangulasi metode, triangulasi sumber, dan triangulasi data. Hasil penelitian dibagi dalam 2 komponen, yaitu karakteristik sistem rujukan medis dan sistem rujukan berjenjang, dimana pada karakteristik sistem rujukan medis, implementasi JKN membawa perbaikan dalam sistem rujukan di RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak, walaupun belum signifikan. Adapun dari komponen sistem rujukan berjenjang, perbaikan baru nampak pada aspek kebijakan dan prosedur, sehingga masih diperlukan upaya keras untuk meningkatkan aspek lainnya dalam rangka menciptakan sistem rujukan yang lebih baik. Sangat diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukkan bagi pihak manajemen rumah sakit dan instansi terkait dalam memperbaiki berbagai aspek yang terkait dengan keberhasilan pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di Kabupaten Lebak demi tercapainya Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia. ABSTRACT National Health Insurance (NHI) is the implementation of the Law. 40 year 2004 on National Social Security System in the field of healthcare with the concept of Universal Health Coverage (UHC) that forced participants to follow a tiered referral system to get comprehensive health care, cheap, affordable but good quality. The ineffectiveness of the referral system in Indonesia gives impact on the accumulation of patients in healthcare facilities resulting in the utilization of advanced skilled providers and advanced equipments are inappropriate and the declining quality of health care. This study used a qualitative approach, the analytical methods used of content analysis are based on method triangulation , source triangulation and data triangulation. The results of the study were divided into two components, namely the medical referral system characteristics and tiered referral system. In medical referral system characteristics, NHI led to improvements in the implementation of a referral system in Dr. Adjidarmo Hospital although it is not too significant. While in the and tiered referral system components, improvements existed in the aspect of policy and procedures, so that a strong effort is still needed to improve other aspects of creating a better referral system. It is expected that the results of this study may be one of the input for the hospital management and related institutions in improving various aspects related to the successful implementation of a tiered referral system in Lebak District in order to achieve Universal Health Coverage (UHC) in Indonesia. 
Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Ari Purwohandoyo
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 2, No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.154 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v2i3.2206

Abstract

ABSTRAK Berdasarkan prinsip “pembuat polusi yang membayar”, setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus bertanggung jawab secara finansial atas pengelolaan limbahnya secara aman. Biaya tersebut harus didanai dengan alokasi khusus dari anggaran rumah sakit. Total biaya umumnya terdiri atas investasi modal awal, penyusutan peralatan dan bangunan, biaya pengoperasian elemen-elemen tersebut seperti petugas dan barang habis pakai, biaya operasional sarana, biaya pengelolaan pihak ketiga, biaya perizinan, dan biaya-biaya lain yang semuanya harus dipertimbangkan secara hati-hati jika akan memilih opsi yang paling rendah biayanya. Penelitian ini membahas perbandingan biaya pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” antara sistem swakelola dengan sistem outsourcing. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan cara pengamatan, telaah dokumen langsung, dan perhitungan biaya menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Dari hasil penelitian diketahui bahwa alur proses pengelolaan limbah medis sudah berjalan baik dan pengelolaan limbah medis padat secara outsourcing lebih murah dibanding swakelola. Untuk mengurangi limbah medis padat, masih dapat dilakukan upaya minimisasi limbah. ABSTRACT Based on the principle of "the polluter pays", every health care need to be financially responsible for the management of their waste safely. Such costs should be funded by a special allocation of hospital budgets. Total expenses generally consist of an initial capital investment, depreciation of equipment and buildings, the cost of operation of these elements such as personnel and consumables, vehicle operating costs, third-party management fees, license fees, and other expenses that everything must be carefully fastidiously if it will choose the lowest cost option.This study discusses The comparative cost analyse of solid medical waste management in the "Dharmais" Cancer Hospital between self-managed system with outsourcing system. This research is a quantitative and descriptive study was done by observation, document review, and the calculation of the cost of using Activity Based Costing (ABC). The survey results revealed that the flow of medical waste management process has been running good and solid medical waste management outsourcing system is cheaper than self-managed. To reduce solid medical waste, they can do waste minimization efforts. 
Rencana Aksi Pelayanan Berkesinambungan Rawat Jalan dalam Rangka Meningkatkan Citra RSUP Fatmawati Andi Wahyuningsih Attas
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.297 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2161

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rencana aksi pelayanan berkesinambungan di rawat jalan RSUP (Rumah Sakit Umum Pendidikan) Fatmawati guna meningkatkan citra RS Fatmawati. Analisis dilakukan secara mikro melalui wawancara pasien, manajemen, serta petugas kesehatan dan secara makro melalui analisis kebijakan. Hasil menunjukkan bahwa kesenjangan pada pelayananan rawat jalan terdapat pada kesesuaian kualitas (kecepatan layanan, kelengkapan obat, kenyamanan) dan komunikasi. Masalah ketidakpuasan yang terjadi di Fatmawati merupakan pengembangan dari akar masalah yaitu meningkatnya kunjungan pasien akibat sistem rujukan yang tidak berjalan. Rencana aksi yang dirancang dibuat secara makro yaitu memperbaiki sistem rujukan dengan fokus menyeimbangkan peran Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan juga secara mikro melalui perbaikan internal RS. ABSTRACT This study aims to identify the continuous action plan in Fatmawati General Hospital outpatient services in order to increase the Fatmawati General Hospital’s image. The study is conducted through interviewing patients, health workers, managements staff, and the macro analysis is done through policy analysis. The results showed that the gap in outpatient service is in the compatibility quality (service speed, drug completeness, comfort) and communication. The dissatisfaction occured in Fatmawati General Hospitals is the cultivation of the main root problem which is the rising numbered of patients as a result of the referral system ineffectiveness. The action plan designed in a macro scale is to improve the referral system with a focus on balancing the role of public health unit and the individual health unit and in the micro scale the action plan is conducted through out hospitals internal improvements. This efforts also needs to be strengthened through Primary Health Care System as a strategy to en-sure the affordability of essential health services provided universally to the public in order to achieve the common goal of better health. 
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Pegawai Tetap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur Tahun 2014 Sisvana Damayanti
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.917 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v2i2.2196

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pegawai tetap, faktor satisfiers dan faktor dissatisfiers terhadap motivasi kerja pegawai tetap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara. Penelitian dilakukan pada Mei hingga Juni 2014 menggunakan instrumen kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Analisis dilakukan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel dari penelitian adalah 138 orang dari 181 total populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 57,2% responden memiliki motivasi kerja kurang baik, dan 42,8% responden memiliki motivasi kerja baik, serta variabel yang paling dominan dengan motivasi kerja adalah variabel keamanan kerja. Disarankan Rumah Sakit memiliki kebijakan khusus tentang keamanan kerja pegawai tetapnya seperti mengadakan transportasi antar jemput karyawan, rutin melakukan pemeriksaan kesehatan pegawai tetapnya dan mengkalibrasi alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara. ABSTRACT The study aims to determine the relationship between the characteristics of a permanent employee, factors satisfiers and dissatisfiers factors on employee motivation remains in District General Hospital North Penajam Paser. The study was conducted in May and June 2014 using a questionnaire with closed questions. Analyses were performed quantitative approach with a cross-sectional study design. The sample of the study was 138 from 181 people of the total population. The results of this study indicate that as many as 57,2% of respondents have less motivation to work better, and 42,8% of respondents have a good motivation to work, as well as the most dominant variable with a variable work motivation is job security. Hospitals are advised to have a specific policy about job security as permanent employees holding shuttle transportation employees, routine health check and calibrate its permanent employee health equipment in the District General Hospital North Penajam Paser. 
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015 Yulia Yasmi; Hasbullah Thabrany
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.365 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v4i2.2563

Abstract

ABSTRAKInsiden Keselamatan Pasien ( IKP ) di RSKBP berkisar antara 0,31% sampai dengan 3,01% dengan angka kematian 2,22%.IKP di RSKBP dinilai masih under reporting karena kebanyakan IKP tidak dilaporkan.Membangun budaya keselamatan pasien merupakan elemen penting untuk meningkatkan keselamatan pasien dan kualitas pelayanan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya keselamatan pasien dan faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP tahun 2015. Penelitian dilakukan bulan Maret sd April 2015, dengan sampel 115 responden. Desain penelitian explanatory sequential. Analisa data dilakukan dengan regresi logistic.Penelitian menunjukan budaya keselamatan pasien di RSKBP masih kurang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan pasien di RSKBP adalah umpan balik laporan insiden ( p=0,021 α=0,05, OR= 15,516 ) budaya tidak menyalahkan ( p=0,019 α=0,05, OR= 14,396 ) dan budaya belajar ( p=0,006 α=0,05, OR= 0,096 ).Disarankan agar RSKBP dapat memperbaiki budaya keselamatan pasien dengan upaya yang komprehensif dan terstruktur. ABSTRACTAdverse even ( AE ) in RSKBP ranged from 0.31% to 3.01% with a mortality rate of 2.22%.AE in RSKBP still considered under-reporting because most AE  not reported. Building a culture of patient safety is an important element to improve patient safety and quality. This research aims to know the culture of patient safety and the factors related to the patient safety culture in RSKBP 2015. The study was conducted in March to April 2015, with a sample of 115 respondents It is Sequential explanatory research design. The data analysis with regression logistic.Patient safety culture in RSKBP still lacking. Factors related to the patient safety culture in RSKBP feedback is incident report (p = 0.021 α = 0.05, OR = 15.516) culture is not to blame (p = 0.019 α = 0.05, OR = 14.396) and a learning culture (p = 0.006 α = 0.05, OR = 0.096) .RSKBP sugest to  improve patient safety culture with a comprehensive and structured efforts.
Analisis Kualitas dan Kuantitas Tenaga Keperawatan Terhadap Persepsi Insiden Keselamatan Pasien di RS X Jakarta Tahun 2015 Evelyne Sumihar Friyanti
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.271 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v2i1.2187

Abstract

ABSTRAK Keselamatan Pasien (Patient Safety) telah menjadi issue yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Setiap orang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan bebas dari cedera yang tidak diinginkan. Melalui penelitian ini, dianalisis kualitas dan kuantitas tenaga perawat terhadap persepsi insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit X. Studi dilakukan pada 44 orang perawat dan bidan dengan menggunakan desain cross sectional untuk melihat hubungan antara variabel pengetahuan, pendidikan, kemudahan penggunaan alat,kerjasama tim,pengalaman bekerja, disiplin dan jumlah tenaga perawat terhadap insiden keselamatan pasien. ABSTRACT Patient safety has become a very important issue in health care. Everyone wants to get health care that is safe and free from unwanted injuries. Through this study, analyzed the quality and quantity of nurse perceptions of patient safety incidents in the hospital X. The study was conducted on 44 nurses and midwives using cross sectional design to examine the relationship between the variables of knowledge, education, ease of use tools, work experience, discipline and the number of nurses on patient safety incidents. 
Perlukah Keselamatan Pasien Menjadi Indikator Kinerja RS BLU? Masyitoh Basabih
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.426 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v3i2.2220

Abstract

ABSTRAK Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan melalui peraturannya mengamanahkan pentingnya keselamatan pasien. Hal ini dapat dilihat dari disebutkannnya keselamatan pasien dalam empat pasal di Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan secara khusus dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Pentingnya isu kesela-matan pasien di rumah sakit tidak berbanding lurus dengan indikator kinerja Rumah Sakit BLU yang tertulis dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Badan Layanan Umum Bidang Layanan Kesehatan. Dalam Perdirjen ini, dapat dilihat bahwa penilaian kinerja RS BLU terdiri dari aspek keuangan dan aspek pelayanan. Keselamatan pasien dapat dilihat pada aspek pelayanan lebih khu-susnya dapat dilihat pada kelompok indikator mutu klinik yang memiliki skor maksimal 12 dari 100. Mutu klinik di ukur dengan lima indikator yang empat di antaranya adalah angka kematian. Jika merujuk kepada besarnya penekanan terhadap keselamatan pasien dan definisi keselamatan pasien, maka pertanyaannya adalah apakah indi-kator berupa angka kematian cukup merepresentasikan pentingnya keselamatan pasien dirumah sakit? Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran peranan keselamatan pasien dalam tatanan indikator kinerja Rumah Sakit BLU. Penulisan ini menggunakan metode literatur review. Hasil dari telaah ini menunjukkan bahwa upaya kesela-matan pasien belum sepenuhnya menjadi tolak ukur kinerja Rumah Sakit BLU. ABSTRACT The government which is the Ministry of Health through its regulations mandates the importance of patient safety. This can be seen from the mention of patient safety in the four articles in Undang-Undang Number 44 Year 2009 about Hospital and specifically in the Minister of Health Regulation. The importance of patient safety issues in hos-pitals is not directly proportional to the performance indicators of the BLU Hospital written inPeraturan Direktur Jenderal Pembendaharaan Number 34 Year 2014 about the Guidelines for Performance Appraisal of Public Ser-vice Bodies for Health Services. In this regulation, it can be seen that the performance assessment of BLU Hospital consists of financial aspect and service aspect. Patient safety can be seen in service aspect more specially can be seen in group of clinical quality indicator which have maximum score 12 from 100. Clinic quality is measured with five indicator which four of them is death rate. If it refers to the magnitude of the emphasis on patient safety and the definition of patient safety, then the question is whether the indicator of mortality adequately represents the im-portance of patient safety in the hospital? This article aimed to provide an overview of the role of patient safety in the performance indicators of hospital performance BLU. This study was conducted by using the literature review method. The results of this study indicate that the patient's safety efforts have not fully become the benchmark of BLU Hospital performance. 
Analisis Biaya Satuan dan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menggunakan Tindakan Hemodialisis di Rumah Sakit Tebet Tahun 2015 Anggun Nabila
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.281 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i3.2178

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya satuan dan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik yang menggunakan tindakan hemodialisis di Rumah Sakit Tebet tahun 2015. Biaya dihitung berdasarkan perspektif rumah sakit, kemudian dilakukan penyusunan alat ukur kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik (Dialysis Health Related Quality of Life) dan clinical pathway tindakan hemodialisis di Rumah Sakit Tebet. Alat ukur kualitas hidup berisikan 13 atribut untuk mengukur utility dan time preference (pertambahan tahun hidup) penderita gagal ginjal kronik yang menggunakan tindakan hemodialisis. Tigabelas atribut tersebut terdiri dari rasa kecap terhadap makanan, gangguan tidur, berjalan, kelelahan, cemas, emosi, nyeri, mandiri, kegiatan sehari- hari (bekerja, belanja, belajar, jalan-jalan, dll), komunikasi, bergaul, terisolasi, beban orang lain. Quality adjusted life years (QALY’s) didapatkan dari perkalian utility dengan time preference. Nilai QALY’s yang didapatkan yaitu 3.35 artinya penderita gagal ginjal kronik yang menggunakan hemodialisis mendapatkan 3 tahun hidup berkualitas, di mana nilai rata-rata utility 0,62 (0 = mati, 1 = sehat), dan nilai rata-rata time preference atau pertambahan hidup yang diperoleh penderita gagal ginjal kronik yang menggunakan hemodialisis yaitu 5 tahun. Biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk satu kali pelayanan hemodialisis dengan single use yaitu Rp 1.315.644,- Dengan asumsi frekuensi hemodialisis rutin 2 kali dalam satu minggu maka biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit yaitu Rp 41.324.355,-. Biaya tersebut mencakup skrinning indikasi dialysis, tindakan dialysis (single use), pemeriksaan lanjutan/ regular, dan virus marker. Penerapan clinical pathway diperlukan sebagai alat kendali mutu dan kendali biaya dalam pemberian pelayanan kesehatan. ABSTRACT The research aims to describe unit cost of hemodialysis and quality of life of Chronic Kidney Disease patients who use hemodialysis as a therapy at Tebet Hospital in 2015. Unit cost is calculated based on hospital perspective. Developing questioner of quality of life of Chronic Kidney Disease (CKD) patients (Dialysis Health Related Quality of Life) and clinical pathway of hemodialysis. Dialysis Health Related Quality of Life has 13 dimensions (sense of taste, sleep disorders, mobility, fatigue, anxiety, emotional, pain, self-care, daily activities (working, shopping, study, travelling, etc), communication, social interaction, being isolated, the burdens of others), measuring utility and time preference of patients who use hemodialysis as a therapy. QALY’s score is 3,35 which means patient of CKD gets 3 years of quality life. While using hemodialysis, utility score is 0,6, 0 means death and 1 means healthy life, and time preference score is 5,1 years, which means patient of CKD gets 5 more years when they use hemodialysis as a therapy. Unit cost of single use of hemodialysis is Rp 1.315.644,- Unit cost of hemodialysis for 6 months with 2 times a week of hemodialysis is Rp 41.324.355,-. Costs include screening of dialysis indication, single use dialysis, regular medical check up, and virus marker. The implication of clinical pathway is needed for quality and cost control. 
Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di RSUD Cicalengka Tahun 2014 Gita Gilang Kencana
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.139 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v3i1.2211

Abstract

ABSTRAK Persediaan obat di RSUD Cicalengka mengalami kelebihan dan berpotensi menyebabkan kerugian bagi Rumah Sakit akibat perencanaan dan pengendalian yang lemah. Penelitian operasional ini menggunakan Metode ABC indeks kritis, safety stock, Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP). Dilakukan pula evaluasi persediaan dengan Inventory Turnover Ratio (ITOR). Hasil analisis ABC Indeks Kritis menemukan tujuh obat antibiotik yang perlu mendapatkan prioritas. Peramalan kebutuhan obat antibiotik Kelompok A tahun 2015 menggunakan Metode Single Eksponential Smoothing. Safety stock untuk Cefadroxil Kaps 500 mg (5x10) sebesar 344, EOQ sebesar 1.476 dan ROP sebesar 977. Hasil perhitungan ITOR adalah 8,1 dan setelah analisis menjadi 19,6. Penelitian ini menyarankan RSUD Cicalengka untuk menerapkan perencanaan dan pengendalian obat di Rumah sakit. ABSTRACT Poor planning and controlling of drug in RSUD Cicalengka has resulted excess inventory and potential Hospital losses. This operational research was using ABC Critical Index Analysis Method, Safety Stock, Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP). Stock evaluation using Inventory Turnover Ratio (ITOR) was also conducted. The result of ABC Critical Index Analysis showed that were seven antibiotics need to be prioritized. The estimation of antibiotic drug in group A for year 2015 was done using Single Exponential Smoothing Method. Safety stock for Cefadroxil Kaps 500 mg (5x10) as much as 344, EOQ as much as 1476 and ROP as much as 977. The result of ITOR figure was 8.1 and after analysis it was 19.6. The study suggested RSUD Cicalengka to implement planning and controlling of drug in the hospital. 
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DI RS MEILIA PADA TAHUN 2014 DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS ABC INDEKS KRITIS Myrna Octaviany
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.17 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v4i2.2567

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran proses pengendalian persediaan obat antibiotik di RS Meilia pada tahun 2014 dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data pemakaian obat antibiotik di bulan Januari s/d Desember 2014 dan hasil pengisian kuesioner nilai kritis obat. Hasil penelitian menunjukkan kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis terdiri dari 10 item obat antibiotik dengan nilai investasi sebesar Rp 2.114.748.870,- (39.91%). Kelompok B terdiri dari 45 item dengan nilai investasi sebesar Rp 2.380.506.460,- (44.92%). Kelompok C terdiri dari 110 item dengan  nilai investasi  sebesar  Rp 803.183.274,- (15.17%). Analisis persediaan pada kelompok A dilakukan dengan menghitung EOQ dan ROP. Tiga metode peramalan digunakan pada penelitian ini yaitu Single Smoothing Exponential, Moving Average 3 periode, dan Weighted Moving Average 3 periode. Pemilihan metode peramalan yang akan digunakan dengan mempertimbangkan tingkat akurasi data yang dihasilkan dan pengaruh hasil peramalan pada besaran nilai investasi. ABSTRACTThe purpose of this research is to analyze antibiotics inventory control using ABC critical index method at Meilia Hospital in 2014. The design of this research is a descriptive quantitative research. In this research the data is based on the consumed antibiotics in January to December 2014 and the critical index value of antibiotics. The result showed that  the group A consisted of 10 items with a value of Rp 2.114.748.870,- (39.91%). The group B consisted of 45 items with a value of Rp 2.380.506.460,- (44.92%). The group C consisted of 110 items with a value of Rp 803.183.274,- (15.17%).  An inventory control analysis was done by calculating EOQ and ROP of the group A. The three methods of forecasting were used in this research, i.e Single Smoothing Exponential, 3 period Moving Average, and 3 period Weighted Moving Average. Forecasting method that will be used is determined by the level of accuracy and the influence of forecast result on hospital cost.

Page 1 of 17 | Total Record : 170