cover
Contact Name
Ventje Jeremias Lewi Engel
Contact Email
ventje@ithb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
dina_angela@ithb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Telematika
ISSN : 18582516     EISSN : 25793772     DOI : -
Jurnal Telematika is a scientific periodical written in Indonesian language published by Institut Teknologi Harapan Bangsa twice per year. Jurnal Telematika publishes scientific papers from researchers, academics, activist, and practicioners, which are results from scientific study and research in the field of telematics and information technology.
Arjuna Subject : -
Articles 215 Documents
Model Sistem Pentarifan dan Optimasi Jaringan berdasarkan Karakteristik Jaringan pada Komunikasi VoIP dan Multimedia-IP (NGN) Sinung Suakanto
Jurnal Telematika Vol 5, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada saat ini, telekomunikasi telah berkembangdengan cepat baik dari segi evolusi teknologi, segi penggunamaupun segi content. Pertumbuhan ini juga tentunya akansemakin menaikkan tingkat efisiensi operasional perangkattelekomunikasi sehingga tariff penggunaan komunikasidiprediksi semakin turun. Namun di sisi lain, perkembangandari penentuan tarif telekomunikasi ini mengakibatkanpersaingan yang kurang sehat. Untuk mengejar penurunan tarif,beberapa operator harus melakukan trade-off dengan sedikitmenurunkan Qos (Quality of Service). Di sis lain terdapat faktorpendorong teknologi yaitu perkembangan teknologi komunikasiyang telah mencapai konvergensi teknologi hingga generasi ke-4(4G) dimana semua komunikasi berbasis Internet Protocol (IP).Komunikasi voice yang akan terus dikembangkan adalah Voiceover Internet Protocol (VoIP) maupun Multimedia-IP.Penentuan tarif untuk komunikasi berbasis IP tentunya sedikitberbeda dibandingkan dengan komunikasi berbasis circuitswitching seperti pada PSTN terutama jika terdapat interkoneksidengan jaringan lain. Penelitian ini mengembangkan modelperhitungan sistem pentarifan untuk komunikasi berbasis IPdimana salah satu karakteristik yang diperhatikan adalahkarakteristik dari trafik jaringan. Pembahasan dilanjtukan padametode optimasi jaringan untuk memperoleh tarif yangminimum dan OoS yang terjamin. Hasil penelitian ini dapatmenjadi rekomendasi bagi operator telekomunikasi maupunbadan regulasi telekomunikasi dalam menentukan tarifkomunikasi berbasis protokol IP dan pengembangan jaringantelekomunikasinya.
Strategic Decision Speed and Firm Performance: Case Studies on the Indonesian Telecommunication and Professional Advisory Sectors Samuel Tarigan
Jurnal Telematika Vol 5, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

previous research has shown that strategic decision speed is positively correlated with firm performance especially in high velocity industry ((Wally and Baum, 2003; Eisenhardt, 1989). This posits further questions: What are the antecedents of strategic decision speed? How do those factors affect the decision process? How do different organizational contexts affect decision making? To answer the questions, two cases involving four companies in Indonesia were analysed using combined frameworks and organizational theories from Mintzberg (1996), Kreitner and Kinicki (2007) and Hart (1992). The data was collected through direct observations during the author’s consulting engagement in the four companies throughout a four-year period. Results show that organizational structure, culture, and power do have a significant influence on strategic decision making speed and performance. They also show that organizational contexts (Mintzberg, 1996) have implications on organizational structure, culture, and power. Further studies on the subject, involving Indonesian and other South East Asian companies could help managers improve the responsiveness of Indonesian companies to external changes in a globalized setting in the future and provide richer understanding on extant organizational theories.
USAGE OF 12 ANIMATION PRINCIPLES IN THE WAYANG KULIT PERFORMANCES Ming Hsin Tsai; Andi Tenri Elle Hapsari
Jurnal Telematika Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wayang Kulit has been known as one of the oldestanimation; however, there is no definitive methodology thatsupports the development process of these animation performancesthat we know nowadays. This paper aims to give an overview ofusing the famous 12 principles of animation in the Wayang Kulitperformance. A qualitative study of the Wayang KulitPerformances is described, aiming at finding the similaritiesbetween the traditional animation techniques and those techniquesused in this shadow puppet shows.
PERBANDINGAN METODE MODIFIKASI 3DES DENGAN METODE 3DES Emmy Apulina Br. Bangun; Gamaliel Natawijaya Setiawan
Jurnal Telematika Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kriptografi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kriptografi dengan menggunakan kunci simetri dan kriptografi dengan menggunakan kunci asimetri. Contoh kriptografi kunci simetri adalah 3DES (Triple Data Encryption Standard) dan kriptografi kunci asimetri adalah RSA. Pada aplikasi ini penulis memodifikasi metode 3DES (Triple Data Encryption Standard) sehingga pengamanan terhadap text dapat lebih aman dibandingkan 3DES. Modifikasi metode 3DES yang dilakukan menghasilkan ciphertext yang lebih panjang dan ada penambahan proses pada proses enkripsi dan dekripsinya. Cryptography can be divided into 2 key cryptography using symmetric and asymmetric key cryptography using. Examples of symmetric key cryptography is 3DES (Triple Data Encryption Standard) method and asymmetric key cryptography is RSA method. In this application, the authors modified the method of 3DES (Triple Data Encryption Standard) so that the security of the text can be more secure than 3DES method. Triple DES modification method produces cipher text that is longer than 3 DES and there are additional processes on the encryption and decryption process.
Kecepatan dan Konsensus dalam Keputusan Stratejik di Lingkungan High Velocity: Sebuah Studi Literatur Samuel Tarigan
Jurnal Telematika Vol 8, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsensus dan kecepatan keputusan stratejik adalah dua keluaran proses keputusan yang menjadi konstruk penting dalam proses strategi karena berpengaruh pada kinerja perusahaan (Rajagopalan, Rasheed, dan Datta 1993) terutama di lingkungan high velocity (Eishenhardt, 1989). Studi literatur ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi penelitian-penelitian terdahulu menyangkut kedua konstruk tersebut untuk memahami pengaruhnya pada kinerja perusahaan dan anteseden-anteseden dari keduanya. Hasil menunjukkan bahwa 1) baik kecepatan keputusan stratejik maupun konsensus pada umumnya meningkatkan kinerja, dan 2) anteseden keduanya dapat berada pada tingkat individu, tim manajemen puncak, proses, organisasi, dan industri. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara empirik untuk memahami apakah keduanya dapat dicapai secara bersamaan oleh manajemen puncak sehingga meningkatkan keberhasilan eskekusi strategi (Dooley, Fryxell, dan Judge, 2000), dan kinerja perusahaan secara keseluruhan, terutama di lingkungan high velocity. Consensus and strategic decision making speed are two decision process outcomes that are important in the field of strategy process because their influence on a firm’s performance (Rajagopalan, Rasheed, and Datta 1993), especially in high velocity environment (Eisenhardt, 1989). This literature review was conducted by identifying previous studies on both constructs in order to gain insights on their consequences on firm performance as well as their antecedents. Results show that 1) both strategic decision speed and consensus generally improve firm performance, and 2) their antecedents can be related to individual, top management team, process, organization, or industry factors. Further research can be done empirically in order to build understanding on whether both constructs can be achieved simultaneously by top management team such that the success of strategy execution (Dooley, Fryxell, and Judge, 2000) and the firm’s overall performance can be improved especially in high velocity environment
First Mover Advantages dan Internal Resources Sebagai Sumber Keunggulan Kompetitif: Kajian di Industri Telekomunikasi Samuel Tarigan
Jurnal Telematika Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi ini membandingkan perspektif competitive dynamics yang menempatkan first mover sebagai salah satu sumber keunggulan persaingan (Lieberman dan Montgomery (1988) dan perspektif resource-based. Analisis terhadap perkembangan PT. Telkomsel, perusahaan seluler terbesar di industri telekomunikasi di Indonesia dalam era dupoli, trioppoli dan dalam era kompetisi penuh menunjukkan bahwa first mover advantage menghasilkan keuntungan berupa pangsa pasar dalam era kompetisi terbatas,  sementara sumberdaya internal yang terakumulasi menghasilkan keunggulan bersaing dalam iklim kompetisi penuh. Studi ini memberikan sebuah temuan kualitatif mengenai peran kontinjen dari struktur industri dan sumberdaya internal terhadap daya saing di industri  telekomunikasi di Indonesia, yang dapat diperluas dan diperdalam melalui berbagai penelitian kuantitatif berikutnya. This study compares the perspective of competitive dynamics, that places first mover as one of the competitive advantages (Lieberman dan Montgomery (1988), and that of the resource-based. Analysis on the growth of PT. Telkomsel, the largest cellular operator in the era of duopoly, triopoly, and then full competition in Indonesia reveals that the first mover advantage did give the company advantage in the era of limited competition, but the internal resources accumulated throughout the early years then produced competitive advantage in the era of full competition. The study provides a qualitative finding on the contingent role of industry structure and internal resources in determining the competitiveness of a company in the telecommunication sector in Indonesia, which can be further quantitatively studied in the future.
IDENTIFIKASI FAKTOR DISKRIMINAN YANG MENENTUKAN FREKUENSI KEDATANGAN PELANGGAN DI CAFE DENGAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN Anggoro Prasetyo Utomo; Rhenna Vidian
Jurnal Telematika Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persaingan ketat bisnis kuliner mengharuskan setiap pelaku usaha menciptakan keunikan yang akan menarik pelanggan mengunjungi bisnis mereka. Dalam bidang usaha cafe terdapat banyak faktor yang dapat dipilih untuk dijadikan daya tarik bagi pelanggan. Untuk meminimaliasi biaya dan resiko investasi pemilik usaha harus memilih faktor yang tepat. Penelitian ini berusaha menemukan faktor-faktor yang menentukan apakah seorang pelanggan akan sering atau jarang mengunjungi cafe. Dengan demikian secara tidak langsung dapat diketahui faktor-faktor yang menentukan laris atau tidaknyasebuah cafe. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dua tahap dan pengolahan data menggunakan analisis diskriminan. Penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi frekuensi kedatangan pelanggan adalah faktor pelayanan cafe dan fasilitas cafe. Intense business competition in the culinary industry force every business owner to create unique value to attract customer. There are numerous factors to be considered in choosing the unique values. To minimize investment cost and risk business owner needs to choose wisely. This research aims to find factors that affect customer visit frequency in a cafe, hence indirectly identifying factors that affect the successfulness of a cafe. Data collection is conducted through two steps of questionnaires. Discriminant analysis will be used in the processing. This research concludes that service factor and facility factor are the most influential to customer visit frequency.
STRATEGI PEMASARAN PRE-SCHOOL ”X” BERDASARKAN PADA ANALISIS PERILAKU KONSUMEN Ceicalia Tesavrita; Kristiana Asih Damayanti
Jurnal Telematika Vol 5, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Strategi pemasaran yang dirancanga denganmemperhitungkan faktor perilaku dari konsumennya, akanmenghasilkan rancangan strategi yang lebih baik. Perilakukonsumen, pada umumnya dapat dibedakan menjadi faktorinternal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat berupamotivasi, sikap, sumber daya konsumen, dan pengetahuansedangkan faktor eksternal yaitu rekomendasi, budaya, kelassosial dan situasi.Objek penelitian ini adalah salah satu produk jasayaitu preschool. Pada penelitian ini diuji suatu model penelitian,untuk mengetahui apakah variabel Motivasi, Sikap, SumberDaya Konsumen, Pengetahuan, Rekomendasi, Budaya, KelasSosial, dan variabel Situasi tersebut mempengaruhi variabelKeputusan Pemilihan Preschool. Berdasarkan hasil pengolahandata menggunakan AMOS ver 6.0, didapatkan urutan variabelyang memiliki pengaruh mulai yang terbesar terhadap variabelKeputusan Pemilihan Preschool adalah variabel Rekomendasi,Pengetahuan, Motivasi, Sikap, Budaya, dan Sumber DayaKonsumen.Berdasarkan variabel-variabel yang berpengaruhtersebut, dirancang suatu usulan strategi pemasaran denganmenggunakan bauran pemasaran 7P, yaitu : Place, Price,Promotion, Product, People, Physical Evidence, dan Process.Strategi pemasaran yang diusulkan adalah : personnel selling,advertising, sponsorship (Promotion); pemakaian seragam untukseluruh staff, lingkungan sekolah yang bersih, bangunan yangdidesain sesuai karakter anak-anak, brosur yangmenggambarkan karakteristik jasa (Physical evidence);kemudahan akses informasi melalui nonlocational place yaitulayanan telepon atau internet (Place); fasilitas-fasilitastambahan, kurikulum yang berhubungan dengan nilai-nilaiagama (Product); sikap setiap staff yang ramah ketikaberinteraksi dengan konsumen (People); kemudahan prosedurpendaftaran (Process).
MENINJAU ULANG HUBUNGAN ANTARA TELEVISI DAN IKLAN DALAM PEMBENTUKAN POLA MAKNA BUDAYA Egi Anwari
Jurnal Telematika Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Media adalah artefak dan merupakan sebuah karya desain, sekaligus menjalankan  erannya sebagai penyampai pesan. Salah satu media yang hadir dan masuk hingga ke ruang pribadi adalah televisi. Sebagai karya desain maupun sebagai wadah pesan bagi beragam mitos, ideologi dan segala rayuan seperti janji-janji iklan, televisi telah mengisi ruang dan waktu bagi segala lapisan masyarakat. Televisi menjadi sangat visual karena ia memang untuk diindrai, dan iklan secara terus menerus menyusup ke pikiran, mental dan turut membentuk kepribadian audiennya (pemirsa). Media is artifact and a masterpiece of design, as well as runs its role as a messenger. One of the medias existing and coming into personal space is television. As a design work as well as a  message container for a variety of myths, ideology and all promising kinds such as advertisement, television has filled out time and space for all society levels. Television becomes very visual because it is for sense and advertisement keeps seeping into mind, mentality and helps form its viewers' personality.
Inovasi Sistem Bisnis Sebagai Alternatif Inovasi Produk-Proses di masa Steady/Specific State Roland Silitonga
Jurnal Telematika Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Para peneliti telah memperhatikan pola-pola inovasi yang berhasil selama bertahun-tahun. Salah satu kerangka proses inovasi yang telah diterima secara luas adalah yang dikembangkan Utterback dan Abernathy. Menurut mereka, proses inovasi dapat digambarkan dalam tiga tahap, tahap cair (fluid phase), tahap transisi (transitional phase) dan tahap spesifik. Para ahli tersebut mendiskusikan bahwa setelah gelombang inovasi besar produk danproses, terjadi masa penurunan bahkan stagnant, sebelum terjadi lagi gelombang inovasi produk dan proses berikutnya. Kerangka inovasi ini melihat proses inovasi secara sekuensial, berbeda dengan pendekatan lain, yang umumnya melihat proses inovasi sebagai sebuah sistem dengan berbagai komponennya. Pada tulisan ini, diusulkan kerangka proses inovasi dengan memasukkan inovasi sistem bisnis setelah gelombang inovasi produk-proses menurun, yaitu pada tahap steady / specific. Pengamatan inovasi sistem bisnis setelah product-process life cycle dapat dilakukan pada tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah pada perusahaan besar (enterprise), tingkatan kedua adalah pada bisnis kecil dan menengah, dan tingkat ketiga adalah pada bisnis individu. Beberapa arah penelitian lanjutan dapat diberikan. Pertama, bagaimana menempatkan inovasi sistem bisnis sebagai bagian dari siklus produk-proses. Kedua,, bagaimana formulasi dan implementasi model ini pada ketiga tingkatan yang telah dibahas dan ketiga, bagaimana pengembangan organisasi yang dapat mengadopsi ketiga gelombang inovasi ini. Selain itupenelitian lebih mendalam sebagai validasi kerangka yang diajukan masih terbuka.For years researchers has been learning the patterns of succesful innovation. One of the Innovation process models that have been generally accepted is Utterback and Abernathy’s model. In this model, innovation process can be represented in threephases, fluid phase, transitional phase, and specific/steady phase. Those experts state that after big innovation waves of product and process, there will be stagnant period, before the next innovation waves. This model approach innovation process sequentially, different with other approach, which generally see innovation process as a system with many components. In this paper, an Innovation process framework which include business system innovation after product-process innovation wvave decreased, at steady/specific phase, is proposed. The research of business system innovation after product-process life cycle can be performed atthree levels. Lfirst level is at enterprise, second is at small to medium business, and third level is at individual business. Some of future research directions are discussed. First, how to put business system innovation in product-process cycle. Second, how this can be formulated and implemented at the three levels of business, and the third, how to develop organizations so it able to adopt this model. Beside that, further research in model validation still can be explored. 

Page 2 of 22 | Total Record : 215