cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Rekayasa Hijau
ISSN : 25794264     EISSN : 25501070     DOI : -
Jurnal Rekayasa Hijau diterbitkan 3 kali dalam satu tahun. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, desain dan kebijakan ramah lingkungan.
Arjuna Subject : -
Articles 244 Documents
Analisis Luas dan Volume Sedimen pada Kanal Intake untuk Menjaga Ketersediaan Pasokan Air (Studi Kasus : PLTGU Muara Tawar, Bekasi Utara) Arianto, Juli; Perbani, N. M. R. Ratih C.; Kusumah, M. F. P.
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.658 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i1.2045

Abstract

ABSTRAKPLTGU Muara Tawar merupakan salah satu pembangkit listrik yang menggunakan air laut untuk proses pendinginannya. Air laut tersebut disalurkan melalui kanal intake di mana sedimen yang berada di kanal intake akan mempengaruhi pasokan air. Untuk itu dalam menjaga ketersediaan pasokan air pada kanal intake perlu diketahui luas dan volume sedimennya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui drying height pada saat air terendah, pola penyebaran sedimen, perubahan luas sedimen, kondisi kedalaman kritis, dan perubahan volume air dan sedimen antara Maret 2013 dan Desember 2014. Data yang digunakan berupa data posisi permukaan sedimen dan pasut pada Bulan Maret-April 2013 dan Desember 2014. Pada tahun 2013 didapatkan informasi bahwa pasokan air yang tersedia hanya 32,75% sementara di tahun 2014 hanya 32,69% dari syarat aman. Dengan demikian untuk memenuhi syarat aman pasokan air maka sedimen sampai 6 meter di bawah MSL yang harus dikeruk baik di tahun 2013 maupun 2014 sebesar lebih dari 60%.Kata kunci: kanal intake, sedimen, pasokan airABSTRACTPLTGU Muara Tawar is one of the power plants that use sea water as a coolant. The sea water is channeled through the intake canal where sediments in it will affect the water supply. For maintaining the water supply in intake canal it is necesssary to have an information about sediment area and volume. This study schemes are to determine the drying height at lowest low water, sediment distribution, changes in sediment area, critical depth condition, and changes in the volume and sediment beetween March 2013 and December 2014. The data used are the position of the sediment surface and the tide height on March to April 2013 and Desember 2014. It is obtained that for safety requirements the water supply left only 32,75% in 2013 and reduced to 32,69% in 2014. So, to achieve the safety requirements of water supply in 2013 and 2014 the sediment ought to be dredged more than 60% from 6 meter below MSL base.Keywords: intake canal, sediment, water supply
Pengaruh Variasi Laju Alir Massa Karbondioksida Terhadap Produksi Mikroalga Scenedesmus obliquus pada Fotobioreaktor Halomoan, Nico; Nugroho, Astri R
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.129 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i3.1776

Abstract

ABSTRACTThe fixation of carbon dioxide (CO2) by microalgae is seen as an economical and environmentally friendly way to reduce CO2 emissions. Variations in the CO2 mass flow rate were carried out to asses the effectiveness of CO2 biofixation on the production of microalgae through microalgae Scenedesmus obliquus activity in bubble column photobioreacters through the mass transfer process. The amount of microalgae production is one of the common parameters that are often used to assess the performance of photobioreactors in addition to CO2 removal efficiency. The microalgae growth rate was measured by measuring the concentration of biomass and cell density, concentration of CO2 input, CO2 output, dissolved CO2 with acidity alkalinity test. The flow rate used is 2 L/ min, 5 L/min and 8 L/min, concentrations of CO2 (v/v) flowed into the photobioreactor f 2%, 5% and 10%. The results showed that variation of flow rate influenced growth rate and cell density of microalgae Scenedesmus obliquus.Keywords: carbon dioxide, flow rate, photobioreactor, Scenedesmus obliquusABSTRAKFiksasi karbondioksida (CO2) oleh mikroalga dipandang sebagai cara yang ekonomis dan ramah lingkungan untuk mengurangi emisi CO2. Variasi laju alir massa CO2 dilakukan untuk mengkaji efektivitas biofiksasi CO2 terhadap produksi mikroalga melalui aktivitas mikroalga Scenedesmus obliquus dalam fotobioreaktor kolom gelembung dengan proses perpindahan massa. Jumlah produksi mikroalga merupakan salah satu parameter umum yang sering digunakan untuk menilai kinerja photobioreaktor selain efisiensi penyisihan CO2. Dalam mengkaji keterkaitan tersebut dilakukan pengukuran laju pertumbuhan mikroalga dengan mengukur kandungan konsentrasi biomassa dan kepadatan sel, diukur konsentrasi CO2 input, CO2 output, CO2 terlarut dengan uji asidi alkalinitas. Laju alir yang digunakan adalah 2 liter/menit, 5 liter/menit dan 8 liter/menit, konsentrasi CO2 (v/v) yang dialirkan ke dalam fotobioreaktor yakni 2%, 5% dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi laju alir mempengaruhi laju pertumbuhan dan kepadatan sel mikroalga Scenedesmus obliquus.Kata kunci: karbon dioksida, laju alir, fotobioreaktor, Scenedesmus obliquus
Analisis Stabilitas Lereng dalam Penanganan Longsoran di Jalan Tol Cipularang Km. 91+200 dan Km. 92+600 Menggunakan Metode Elemen Hingga (FEM) Hamdhan, Indra Noer; Pratiwi, Desti Santi
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.695 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i2.1631

Abstract

ABSTRAKLongsoran terjadi di Jalan Tol Cipularang Km. 91+200 dan Km. 92+600. Longsoran terjadi karena adanya pergerakan pada lapisan batu lempung (clay shale), sehingga perlu adanya penanganan longsoran secara tepat dan efektif. Penanganan yang dipilih, yaitu dengan pemasangan perkuatan lereng berupa boredpile dan dinding penahan tanah. Dimensi boredpile yang digunakan yaitu berdiameter 80 cm. Analisis dilakukan dengan menggunakan Program Plaxis 2D yang berbasis metode elemen hingga, dengan memodelkan 2 (dua) kondisi yaitu kondisi eksisting dan kondisi dengan perkuatan. Analisis pada kondisi eksisting dilakukan dengan cara back analysis, sehingga hasil analisis kondisi eksisting sesuai dengan kejadian di lapangan. Analisis dilakukan di 6 (enam) titik untuk Km. 91+200 dan 2 (dua) titik untuk Km. 92+600. Dari hasil analisis didapat bahwa dengan adanya perkuatan pada lereng yang terjadi kelongsoran, nilai faktor keamanan naik hingga 242.2% dari kondisi eksisting.Kata Kunci: Longsor, Tol Cipularang, Km. 91+200 dan 92+600, Boredpile,  etode Elemen Hingga, faktor keamanan ABSTRACTThe landslide are occurred at Cipularang toll road Km. 91+200 and Km. 92+600. The landslide occur because of the movement of clay shale soil layer, it means should be handled witih appropriate and effective way. For this case, reinforcement slope using boredpile and gravity wall are choosen. Dimension of the boredpile is 80 cm. The analysis was calculated using Plaxis 2D with finite element method with two different type of calculating model : existing condition (without reinforcement) and with reinforcement condition. Analysis for existing model are done by back analysis method that will gave the real condition from the field. The analysis are done by calculated in 6 (six) point area of slope for Km. 91+200 and 2 (two) point area of slope for Km. 92+600. The safety factor (SF) of the slope will increase up to 214% after reinforcement.Keywords: Landslide, Cipularang Toll Road, Km. 91+200 and 92+600, Boredpile, Finite Element Method, Safety Factor 
Analisis Hubungan Kualitas Air Terhadap Indeks Keanekaragaman Plankton dan Bentos Di Waduk Cirata Prasiwi, Ilma; Wardhani, Eka
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.953 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i3.2510

Abstract

ABSTRAKWaduk Cirata merupakan salah satu danau buatan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Waduk Cirata terletak berurutan (cascade) diantara Waduk Saguling dan Jatiluhur yang membendung Sungai Citarum. Telah diketahui kualitas air sungai yang masuk ke Waduk Cirata telah tercemar dan menyebabkan kualitas air Waduk Cirata menurun. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui kualitas air menggunakan metode indeks pencemaran dengan indikator plankton dan bentos. Lokasi sampling dilakukan di Sungai Citarum, Cibalagung, Cicendo dan perairan Waduk Cirata di Desa Mande dan Margaluyu. Status mutu air sungai dan air Waduk Cirata dikategorikan cemar sedang. Parameter kualitas air sungai dan perairan Waduk Cirata yang melebihi baku mutu yaitu DO, BOD, Nitrit, Klorin Bebas, Timbal, dan Fenol. Total beban pencemaran dari 3 sungai yang masuk ke Waduk Cirata adalah BOD sebesar 10,839 kg/hari, Nitrit sebesar 0,336 kg/hari, Klorin Bebas sebesar 16,685 kg/hari, Timbal sebesar 0,083 kg/hari dan Fenol sebesar 0,008 kg/hari. Keanekaragaman plankton dan bentos di Desa Mande dan Margaluyu yaitu sedang. Di Desa Mande, spesies yang mendominasi fitoplankton yaitu Volvox sp. dan zooplankton yaitu Brachionus calyciflorus. Sedangkan bentos spesies yang mendominasi yaitu Filopaludina sp. Di Desa Margaluyu, spesies yang mendominasi fitoplankton yaitu Volvox sp. dan zooplankton yaitu Moina sp. Sedangkan bentos spesies yang mendominasi yaitu Macrobrachium sp.Kata Kunci: Cirata, Citarum, Kualitas Air, Beban Pencemaran, Plankton, BentosABSTRACTCirata Reservoir is one of the artificial lakes in West Java Province. Cirata Reservoir is located in a cascade between Saguling and Jatiluhur Reservoir which damages the Citarum River. It is known that the quality of river water entering the Cirata Reservoir has been polluted and caused the water quality of the Cirata Reservoir to decrease. Based on this, a study is needed to find out the quality of water using the pollution index method with plankton and benthic indicators. Sampling locations were carried out in the Citarum, Cibalagung, Cicendo and Cirata Reservoir waters in Mande and Margaluyu Villages. The status of river water quality and the water of Cirata Reservoir are categorized as medium pollution. Parameters of river and water quality of the Cirata Reservoir that exceed the quality standards are DO, BOD, Nitrite, Free Chlorine, Lead and Phenol. The total pollution load from the 3 rivers that enter the Cirata Reservoir is BOD of 10.839 kg/day, Nitrite of 0.336 kg/day, Free Chlorine of 16.658 kg/day, Lead of 0.083 kg/day and Fenol of 0.008 kg/day. The diversity of plankton and benthos in Mande and Margaluyu villages is medium. In Mande Village, the species that dominates phytoplankton namely Volvox sp. and zooplankton are Brachionus calyciflorus. Whereas the dominating benthic species, Filopaludina sp. In Margaluyu Village, the species that dominate the phytoplankton, Volvox sp. and zooplankton, Moina sp. Whereas the dominating benthic species are Macrobrachium sp.Keywords: Cirata, Citarum, Water Quality, Pollution Load, Plankton, Bentos
Citra Visual Koridor Kawasan Kota Lama Semarang Ditinjau Dari Potensi Wisata Edukasi Arsitektur Heritage Virdianti, Eka; Vatrina, Septya Ayu; Angkasa, Ditia Permata
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.977 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i1.1331

Abstract

ABSTRAKKawasan Kota Lama Semarang pada zaman dahulu merupakan sebuah benteng yang dibangun oleh Kolonial. Perkembangan masa kini beralih menjadi sebuah kawasan dengan beragam fungsi dan memiliki nilai arsitektural yang dikatakan sebagai kawasan cagar budaya. Koridor jalan Letjen Soeprapto merupakan salah satu koridor utama yang memiliki tatanan bangunan yang khas dengan kuantitas yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rancangan koridor jalan Letjen Suprapto di Kawasan Kota Lama Semarang ditinjau dari potensi wisata edukasi arsitektur heritage. Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan studi kasus. Pengambilan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Metoda analisis digunakan dengan metode deskripsi. Hasil kesimpulan terlihat pemerintah kota Semarang telah melihat potensi wisata yang ada pada Kota Lama Semarang dengan menjadikan “world destination”. Koridor Jl. Letjen Soeprapto dirancang sebagai zona 1-culture sebagai pusat informasi kawasan Kota Lama. Pada koridor Jl. Letjen Soeprapto terdapat 39 bangunan dan 30 merupakan langgam heritage,5 bangunan merupakan high priority buiding. Hal tersebut menjadi potensi dalam wisata edukasi arsitektur heritage khususnya pada aspek visual lingkage, konsep kontras, ornamen langgam yang dapat menjadi wisata dan sumber edukasi arsitektur heritage.Kata kunci: citra visual, potensi wisata edukasi arsitektur, heritage ABSTRACTKota lama Semarang was once a defensive bastion built by the Colonials. Throughout the years, this area is consisted by buildings with various of functions and is categorized as a cultural and heritage conservation area as its esteemed architectural value. Jalan letjend soeprapto is the main corridor of Kota Lama Semarang and has its own distinctive mass-blocking arrangement with great quantities. This research is purposed to analyse the corridor design of Jl. letjen Soeprapto considered by the potential of heritage architecture educational excursions. This research uses qualitative method and case studies with data compilations of observations, documentations, and interviews, and uses descriptive analysis method. Eventually, the Semarang government has a vision to actualize Kota Lama Semarang as a world tourist destination and design the corridor of jalan letjend soeprapto as the zona 1 - cultural as the information center of Kota Lama Semarang. In the corridor Jl. letjen Soeprapto there were 39 buildings and 30 is a heritage style, the building is a high priority 5 buiding. It became potential in educational excursions architectural heritage, especially the visual aspect Linkage, the concept of contrast, ornamenal style that can be a source of educational exsursions and architectural heritageKeywords: visual image, potential of heritage architecture educational excursions, heritage
Analisis Kualitas Sedimen Sungai Segah Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Utara Wardhani, Eka; Sulistiowati, Lina Apriyanti
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.964 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i2.2392

Abstract

ABSTRAKSungai Segah adalah salah satu sungai terbesar yang berada di Kabupaten Berau. Sungai Segah membentang dari hulu Kecamatan Segah dan bertemu dengan Sungai Kelay tepat di jantung kota Tanjung Redeb pusat pemerintahan Kabupaten Berau. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kontaminasi sedimen oleh pencemaran logam berat Cr, Cu, Cd, Pb, dan Zn. Sedimen merupakan tempat akumulasi logam berat dalam ekosistem perairan. Sedimen merupakan tempat akumulasi logam berat dalam ekosistem perairan. Logam berat akan terlepas dan menjadi sumber pencemaran di perairan tersebut. Sedimen memegang peranan penting dalam pergerakan dan akumulasi logam berat yang berpotensi menimbulkan dampak toksisitas terhadap biota. Metode penelitian menggunakan contamination Factor, diharapkan dapat memberi gambaran nyata mengenai pencemaran lima logam berat yaitu Cr, Cu, Cd, Pb, dan Zn yang terjadi sehingga dapat memberikan masukan untuk pengelola sungai dalam mengambil langkah pengendalian pencemaran air yang tepat. Berdasarakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi lima logam berat yaitu Cr, Cu, Cd, Pb, dan Zn yang terkandung di Sungai Segah masih memenuhi bakumutu berdasarkan ANZECC, 1995. Berdasarkan penilaian kualitas sedimen Sungai Segah dengan menggunakan metode Cf dinyatakan bahwa sedimen telah tercemar oleh logam berat terutama Cd dengan katagori tercemar sangat berat. Sumber logam berat Cd dan logam berat lainnya diprediksi berasal dari aktivitas pertambangan di DAS Segah. Diperlukan upaya pengendalian pencemaran dari sumbernya supaya pencemaran sedimen di sungai ini tidak menimbulkan dampak lebih lanjut.Kata Kunci: Berau, Contamination Factor, Segah, SedimenABSTRACTSegah River is one of the largest rivers located in Berau District. Segah River stretches from upstream of Segah District and meets Kelay River right in the heart of Tanjung Redeb district of Berau District Government. This study aims to assess the level of sediment contamination by heavy metal pollution Cr, Cu, Cd, Pb, and Zn. Sediments are places of heavy metal accumulation in aquatic ecosystems. Sediments are places of heavy metal accumulation in aquatic ecosystems. Heavy metal will be released and become a source of pollution in these waters. Sediments play an important role in the movement and accumulation of heavy metals that could potentially impact toxicity to biota. The research method using contamination Factor is expected to give a real picture of the contamination of five heavy metals that Cr, Cu, Cd, Pb, and Zn that occur so as to provide input for river managers in taking appropriate water pollution control measures. Based on the result of the research, it can be concluded that the concentration of five heavy metals of Cr, Cu, Cd, Pb, and Zn contained in Segah River still fulfill stream standard based on ANZECC, 1995. Based on the assessment of Segah River sediment quality using Cf method it is stated that sediment has been contaminated by heavy metal especially Cd with the heavy contaminated category. Sources of heavy metals Cd and other heavy metals are predicted to come from mining activities in the Segah River Basin. There is a need to control pollution from the source so that sediment contamination in the river will not cause a further impact.Keywords: Berau, Contamination Factor, Segah, Sedimen
Efisiensi Desain Ruang-Dalam pada Bangunan Pasar Vertikal di Kota Bandung Sihombing, Reza Phalevi; Prayoga, Novan
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.678 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i1.2041

Abstract

ABSTRAKPembangunan pasar saat ini banyak mengarah ke pengembangan vertikal. Efisiensi dan keterbatasan lahan menjadi pertimbangan untuk membangun pasar secara vertikal. Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak berfungsinya lantai (ruang) di lantai atas bangunan sehingga sepi tidak ada aktivitas. Permasalahan yang telah diketahui tersebut hampir terus berulang seiring pembangunan pasar secara vertikal. Tidak adanya pertimbangan budaya berpasar masyarakat Indonesia mungkin menjadi salah satu kegagalan bangunan pasar vertikal. Penelitian ini akan mengkaji desain beberapa pasar vertikal di Bandung yang kurang maksimal dalam pemakaian ruang di lantai atas. Dari hasil kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai mengapa area ruang lantai atas pasar vertikal cenderung tidak diminati.Kata kunci: Efisiensi Desain, Ruang Dalam, Pasar VertikalABSTRACTThe current market development leads much to vertical development. Efficiency and limitations of the land into consideration to build the market vertically. The problem that often happens is the malfunction of the floor (space) on the top floor of the building so quiet there is no activity. Known issues are almost constantly recurring as the market develops vertically. The absence of cultural considerations based on Indonesian society may be one of the failures of vertical market buildings. This research will examine the design of some vertical market in Bandung which is less than maximum in the use of space upstairs. From the results of this research study is expected to provide an overview of why the upper floor space area of the vertical market tends not to be in demand.Keywords: Design Efficiency, Space, Vertical Market
Alternatif Rancangan Alat Panggang Kue Balok Ramah Lingkungan Menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG) Novirani, Dwi; Adianto, Hari; E, Ricky Januar
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.863 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i3.1772

Abstract

ABSTRACTThe design of green Kue Balok baking equipment fueled by gas needs to be made because the cake seller in Bandung still uses the baking tools with fueled by charcoal, which has shortcomings such as charcoal burning which takes a long time, charcoal residue such as smoke and dust which contain carcinogen materials , which is bad for health, so it must be eliminated in order to make it more secure and comfortable, and is expected to be used in restaurants, malls and weddings. This designing alternative uses the VDI 2222 method.Keywords: Design, Baking Equipment, Kue Balok, Gas, GreenABSTRAKPerancangan alat panggang Kue Balok ramah lingkungan berbahan bakar gas, perlu dilakukan karena penjual Kue Balok di Kota Bandung masih menggunakan alat panggang dengan bahan bakar arang, yang mempunyai kekurangan seperti pembakaran awal yang membutuhkan waktu lama, sisa pembakaran arang seperti asap dan debu yang menggandung karsinogen, yang buruk untuk kesehatan, sehingga kekurangan tersebut harus dihilangkan supaya lebih bersih aman dan nyaman, dan diharapkan dapat digunakan di restoran, mall dan acara pernikahan. Alternatif perancangan ini menggunakan metode VDI 2222.Kata kunci: Perancangan, Alat Panggang, Kue Balok, Gas, ramah lingkungan.
Studi Awal Pertumbuhan dan Induksi Mikroalga Haematococcus Pluvialis Witono, Judy Retti B.; Miryanti, Y.I.P. Arry; Santoso, Herry; Kumalaputri, Angela Justina; Novianty, Valine; Gunadi, Alvin
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 2, No 3 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.902 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v2i3.2516

Abstract

ABSTRAKMunculnya makanan cepat saji dan polusi udara mendatangkan kerusakan tubuh akibat radikal bebas. Untuk melawan radikal bebas, antioksidan menjadi semakin populer di berbagai kalangan dan salah satunya astaxanthin. Haematococcus pluvialis merupakan sumber astaxanthin alami tertinggi. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pertumbuhan H. Pluvialis. Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah (1) konsentrasi inoculum awal yang berbeda (yaitu 10%-v/v dan 20%-v/v) terhadap kepadatan dan jumlah sel; (2) penambahan garam NaCl dan induksi cahaya terhadap rasio karotenoid dan klorofil. Mikroalga H. pluvialis secara fotoautotrof selama sembilan hari. Karotenogenesis diinduksi oleh penambahan NaCl 0,8%-b/v, diikuti oleh induksi di bawah intensitas cahaya tinggi. Kadar klorofil dan total karotenoid dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan H. pluvialis lebih baik dikulturkan dengan konsentrasi inokulum 10% dan diperoleh jumlah 70 x 105 sel/mL. Penambahan garam NaCl 0,8%-b/v disertai induksi intensitas cahaya tinggi dapat meningkatkan rasio kadar karotenoid terhadap klorofil sebesar 28,9%.Kata kunci:,Haematococcus pluvialis, induksi cahaya, karotenoid, klorofil, mikroalga.ABSTRACTFast food and air pollution lead to the production of free radicals in our body. To fight those, it is needed anti-oxidant. That is the reason why antioxidant become a popular supplement for many people and one of them is astaxanthin. Haematococcus pluvialis is the highest source of natural astaxanthin. The goal of this study is to observe the cell growth of H. pluvialis. The variables used in this research are (1) a different initial inoculum concentrations (i.e. 10%-v/v and 20%-v/v) to the density and number of cells; (2) the addition of salt NaCl and light induction to the ratio of carotenoids to chlorophyll. Microalgae H. pluvialis was cultured in batch mode and photoautotrophic cultivation for nine days. The carotenogenesis was induced by addition of NaCl 0.8%-b/v, followed by induction under high-light intensity. Chlorophyll levels and total carotenoids were analyzed using a spectrophotometer. It was observed that growth of H. pluvialis was preferable cultured with 10% inoculum concentration and obtained 70 x 105 cells/mL. The addition of NaCl 0.8%-b/v salt followed by high light intensity induction could increase the ratio of carotenoids to chlorophyll levels by 28.9%.Keywords: carotenoid, chlorophyll, Haematococcus pluvialis, light induction, microalgae.
Kajian Emisi Partikulat Dan Gas Dari Suatu Pertambangan Nikel Di Halmahera Tengah Kramawijaya, Agung Ghani
Jurnal Rekayasa Hijau Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.765 KB) | DOI: 10.26760/jrh.v1i2.1637

Abstract

ABSTRAKNikel merupakan jenis logam yang sangat penting untuk infrastruktur modern, sehingga pencarian deposit nikel terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nikel di dunia. Indonesia merupakan negara dengan deposit nikel yang sangat besar, yaitu 16.200 kt nikel. Salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki kandungan nikel adalah Halmahera Tengah. Bijih lateric yang mengandung nikel diangkat dari dalam bumi untuk diolah dan dihasilkan bijih nikel. Keberadaan pertambangan nikel memiliki berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah penurunan kualitas udara akibat peningkatan konsentrasi pencemar udara. Berbagai jenis pencemar diemisikan dari kegiatan pertambangan, diantaranya adalah partikulat, NOx, SO2, SO3+H2SO4, debu nikel, dan H2S. Tingkat konstribusi pertambangan nikel terhadap pencemaran udara dapat dilihat dengan menghitung laju emisi dari kegiatan operasional pertambangan. Laju emisi dari pertambangan nikel dapat diperoleh melalui invetarisasi emisi. Kegiatan dan proses di pertambangan nikel yang berpotensi menjadi sumber emisi diidentifikasi terlebih dahulu dalam tahap pertama inventarisasi emisi. Selanjutnya, perhitungan emisi dilakukan berdasarkan ketersediaan data yang diperoleh. Faktor emisi yang dipilih dalam perhitungan emisi mempertimbangkan ketersediaan data. Emisi dihitung dengan mengalikan faktor emisi dengan data aktifitas. Berdasarkan hasil inventarisasi emisi, diketahui bahwa pencemar yang paling banyak dihasilkan oleh pertambangan nikel adalah partikulat dengan jumlah 35.173,96 ton. Sumber utama partikulat adalah pertambangan bijih dengan kontribusi sebesar 83%. Sementara itu, gas pencemar yang paling banyak diemisikan dari pertambangan nikel adalah SO2 dengan jumlah 8.392,61 ton. Sumber utama gas SO2 adalah pabrik asam dengan kontribusi sebesar 72%.Kata Kunci: inventarisasi emisi, pertambangan nikel, emisi gas, emisi partikulat ABSTRACTNickel is one kind of a very important metal used for modern infrastructure, so the exploration of nickel deposits conducted continuesly to meet the needs of nickel around the world. Indonesia is a country with very large nickel deposits, ie 16,200 kt of nickel. One of the locations in Indonesia which has a nickel content is Central Halmahera. Lateric bijih containing nickel was mined from the earth to be processed and produced nickel bijih. Nickel mining has many negative environment impacts, one of them is air quality decrease due to increased concentration of air pollutants. Various types of pollutants are emitted from mining activities, such as particulates, NOx, SO2, SO3+H2SO4, nickel dust, and H2S. The contribution of air pollution from nickel mining can be found by estimate the emissions rate from mining operations. Emission rate of the nickel mining can be obtained through emission inventory. The emission source of the activities and processes in nickel mining has to be identified first in the first stages of emission inventory. Furthermore, the estimation of emissions is conducted based on the availability of obtained data. The chosen emission factor in the estimation of emissions considers the availability of data. Emissions are calculated by multiplying the emission factor with activity data. Based on the result of emission inventory, the most pollutants emitted from nickel mining is particulate. Total amount of particulate emission is 35,173.96 tonnes. Main source of particulate is ore mining with contribution of 83%. Meanwhile, the most emitted gas from nickel mining is SO2 with the amount of 8,392.61 tons.Main source of SO2 is acid plant with contribution of 72%.Keywords: emission inventory, nickel mining, gas emission, particulate emission 

Page 5 of 25 | Total Record : 244