cover
Contact Name
Edwin Yulia Setyawan
Contact Email
edwin.yulia.setyawan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalsosek.kp@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 20888449     EISSN : 25274805     DOI : -
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Jurnal Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 313 Documents
ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK LOBSTER (Studi Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh) Riesti Triyanti; Risna Yusuf
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 2 (2015): Desember (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3445.729 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i2.1260

Abstract

Kabupaten Simeulue sebagai daerah kepulauan memiliki potensi perikanan yang cukup besar namun pemanfaatannya masih tergolong rendah. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Simeulue hanya mencapai 2,20 persen selama tujuh tahun terakhir meskipun dari sisi nilai laju pertumbuhan naik secara signifikan (19,12 %). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai pasok lobster di Kabupaten Simeulue yang meliputi interaksi sosial ekonomi dan kontribusi antar pelaku usaha yang terlibat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap pelaku usaha yang terlibat serta Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPMKHP) Wilayah Kerja Simeulue. Data hasil wawancara dilengkapi hasil observasi dan dokumentasi, selanjutnya diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok lobster terdiri dari nelayan/ pembudidaya (100%) → supplier (100%) → eksportir (90%) dan konsumen lokal (10%) → konsumen luar negeri (100%) serta terdiri dari tujuh pemetaan dalam manajemen rantai pasok. Permasalahan yang terjadi adalah makin menurunnya volume lobster yang di pasok, adanya monopoli harga oleh eksportir, aksesilibitas pasar yang terbatas pada produsen, penerapan teknologi (penyimpanan dan pengiriman) hanya pada eksportir, dan belum adanya kelembagaan keuangan formal yang menjamin harga lobster lebih tinggi. Manajemen rantai pasok lobster dapat menjadi bahan kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten Simeulue dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan maupun pembudidaya lobster. (Analysis of Lobster Supply Chain Management (Case Study in Simeulue District, Aceh))Simeulue islands have a large fisheries potential, but its use is still relatively low. Contribution of the fisheries sector to Simeulue’s GDP only reached 2.20 per cent over the last seven years despite of the value of the growth rate increased significantly (19.12%). The aim of this studi is to map lobster supply chain in Simeulue Island which includes economic and social interaction among business actors involved. Data collected through interviews with businesses and Agency for fish quarantine, quality control and safety of fish product work area in Simeulue District. Interviewed data are compounded by the results of observation and documentation. Data were processed and presented descriptively. Results of the study showed that the supply chain lobster consists of: fishers/farmers (100%) → supplier (100%) → exporters (90%) and local consumers (10%) → consumers abroad (100%) and consists of seven mapping in management supply chain. The problem that occurs is decreasing of volume supplied lobster, pricing monopoly by exporters, limited market accessibility by producer, application of technology (storage and delivery) only on exporters, and financial institution that guarantees higher lobster prices are not available. Lobster supply chain management can be a policy concern for the local government district of Simeulue in increasing the income and prosperity lobster fishers and farmers.
INDEKS SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN INDONESIA Andrian Ramadhan; Christina Yuliati; Sonny Koeshendrajana
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.677 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v12i2.6497

Abstract

Indeks Sosial Ekonomi merupakan indeks komposit yang menunjukkan kondisi sosial ekonomi  rumah tangga berdasarkan tiga aset modal yaitu modal finansial, modal sumberdaya manusia dan modal sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kondisi sosial ekonomi nelayan berdasar kelas armada. Metode yang digunakan merupakan modifikasi dari kerangka sustainable livelihood dengan analisis dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai indeks yang terbesar terletak pada kelas armada 11-30 GT. Data ini menunjukkan bahwa nelayan pada kelas tersebut memiliki kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, semakin besar ukuran armada tidak selalu menunjukkan hubungan yang positif karena nilai indeks yang terkecil justru terjadi pada kelas armada 5-10 GT. Oleh karena itu pengembangan usaha nelayan berdasarkan kelas armada akan lebih baik bila dikembangkan pada dua kelas yaitu kurang dari 5 GT atau 11-30 GT.Ttile: Socio Economics Index of Fisher Household in IndonesiaThe socio-economic index is a composite index showing the socio-economic conditions of households based on three capital assets namely financial capital, human capital and social capital. The purpose of this research is to understand the difference of socio-economic condition of fisher based on fleet class. The method used is a modification of the sustainable livelihood framework with the analysis conducted descriptively. Based on the analysis results, it is known that the largest index value lies in the class of 11-30 GT fleet. These data indicate that fisher in those classes have better socioeconomic conditions. However, the larger the size of the fleet does not always show a positive relationship because the smallest index value actually occurs in the 5-10 GT fleet class. Therefore, the development of fishing business based on fleet class will be better if developed in two classes that is less than 5 GT or 11-30 GT.
ANALISIS EFISIENSI KREDIT MODAL VENTURA UNTUK NELAYAN PERIKANAN TANGKAP (Studi Kasus Nelayan di Kabupaten Tegal) Benny Osta Nababan; Yesi Dewita Sari
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 5, No 1 (2010): Juni (2010)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5839.054 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v5i1.5792

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi relatif pemberian kredit modal ventura terhadap nelayan di Kabupaten Tegal yang melakukan penangkapan menggunakan alat tangkap cantrang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data Envelopment Analysis (DEA) digunakan untuk mengetahui efisiensi relatif nelayan penerima kredit ventura dibandingkan nelayan bukan penerima. Analisis juga dikembangkan dengan menggunakan 2 skenario yaitu maksimisasi output dan minimisasi biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan seluruh variabel input dan output, maka 6 dari 7 nelayan penerima kredit ventura efisien 100% dan hanya 2 nelayan responden tidak menerima kredit ventura yang memiliki efisiensi 100%. Berdasarkan skenario 1 dan 2, hanya 2 nelayan penerima kredit ventura yang mengalami efisiensi 100%; sedangkan yang lainnya berkisar antara 70% - 100%. Nelayan tidak menerima kredit ventura memiliki efisiensi < 70%. Pemberian kredit modal ventura dapat meningkatkan efisensi usaha perikanan tangkap terutama bagi nelayan yang melakukan penangkapan jauh dari pantai. Tittle: Efficiency analysis of Ventura Capital Credit for Fisher's Household (Case Study of Fishers in Tegal District)This research aimed to understand relative efficiency of the ventura credits to Tegal district's fishers whose cantrang fishing unit. This research used primary and secondary data and applied Data Envelopment Analysis (DEA) to find out relative efficiency of fisher who receive the ventura credit, and compare it with the fishermen without ventura credit. By using two scenarios of maximization output and minimization input, this research results show that using all output and input variables, six of seven fishers received ventura credit have a relative efficiency of 100% and only 2 fishers not received the ventura credit have relative efficiency 100%. Based on first and second scenarios, 2 fishers received ventura credit have a relative efficiency of 100% and others have a relative efficiency ranging from 70% to 100%. Fishers who are not received ventura credit have a relative efficiency less than 70%. Ventura credit enables to increase relative efficiency of fishers, especially for those who fishing beyond coastal area
TINGKAT KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETAMBAK GARAM BERDASARKAN STATUS PENGUASAAN LAHAN Rizki Aprilian Wijaya; Maulana Firdaus; Andrian Ramadhan
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 1 (2013): Juni (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.426 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i1.1196

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan status penguasaan lahan dengan tingkat kemiskinan dan ketahanan pangan rumah tangga petambak garam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Responden sebanyak 80 orang ditentukan melalui metode non proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pemilik dan penyewa lahan tambak garam. Lokasi penelitian berada pada Kabupaten Sumenep dan Jeneponto. Analisa deskriptif kualitatif dan statistik kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan dan ketahanan pangan memiliki keterkaitan yaitu semakin rendah tingkat kemiskinan rumah tangga petambak garam maka semakin rendah pula ketahanan pangannya. Berdasarkan indikator tingkat kemiskinan, petambak garam di Kabupaten Jeneponto relatif kurang sejahtera dibandingkan di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan indikator ketahanan pangan, masyarakat petambak garam pada kedua lokasi telah mampu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga secara cukup. Implikasi kebijakan yaitu berupaya untuk meningkatkan diversifikasi usaha rumah tangga petambak garam pada saat tidak adanya produksi garam.
MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT NELAYAN DI DESA LABUHAN BHAKTI, KABUPATEN SIMEULUE PROPINSI NANGGROE ACEH DARRUSSALAM Rizky Muhartono; Zahri Nasution
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 1 (2007): JUNI (2007)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.733 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v2i1.5863

Abstract

Secara khusus tsunami berdampak besar terhadap kehidupan nelayan. Tulisan ini bertujuan mengkaji mekanisme pemberian bantuan terhadap masyarakat nelayan setelah terjadinya gempa dan tsunami di Desa Labuhan Bhakti Kabupaten Simeulue, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Riset dilakukan menggunakan pendekatan studi kasus pada mekanisme pemberian bantuan kepada masyarakat nelayan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pendekatan survei terhadap responden menggunakan cara wawancara semi terstruktur dengan panduan beberapa topik data. Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara deskriptif. Hasil riset menunjukkan bahwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kabupaten Simeulue telah mengakibatkan rusaknya sarana dan fasilitas di sektor kelautan dan perikanan, bahkan korban jiwa pada masyarakat nelayan. Pemberian bantuan kepada masyarakat nelayan di Kabupaten Simeulue melalui beberapa tahapan, mulai dari menentukan lokasi penerima bantuan dankelompok pendamping, hingga pentahapan yang berupa kegiatan pendaftaran, pendaftaran ulang, penegasan, penguatan organisasi dan administrasi. Kemudian, dilanjutkan dengan penguatan modal, usaha produktif dan penguatan jaringan menuju tahap pengembangan usaha. Program pendampingan telah berhasil dilakukan pada nelayan setempat yang ditunjukkan oleh dua aspek yaitu respon masyarakat dan aspek ekonomi. Disarankan proses pemberian bantuan terhadap nelayan memperhatikan kondisi sosial budaya, adat dan kebiasaan dalam menangkap ikan, sehingga bantuan dapat berguna bagi nelayan, melalui proses need assessment yang dilakukan secara cepat, tepat dan terarah. Tittle: The Giving Aid Mechanism to the Fishers at Labuhan Bhakti Village, Simeulue District, Nanggroe Aceh Darrussalam Province.Specially, tsunami has big impact for fishers. The aim of this paper is to recite the aid mechanism for fishers after tsunami and earthquake at Labuhan Bhakti Village, Simeulue District Nanggroe Aceh Darrussalam Province. This reaserch was done by using case study approach in term to see fishers aid mechanism. Primary and secondary data was used. Data was collected by using survey approach to responden that contain semi-structure interview with some data topics as a guideline. Descriptive analysis was used to analize primary and secondary data. The result shows that earthquake and tsunami that happened in Simeulue District has destroyed facilities in marine and fisheries sector, include fishers victims. Steps in giving aid mechanism to the fishers at Simelue District; Choosing location for aid receiver and assistant group, arranging in phases that contents registers, re-registers, confirmation, administration and organization strenghten. Then, it was continued by capital strenghten, productive effort and network strenghten to the development phase. Assistance programe has been done successfully by the local fishers  that showed by two aspects : society response and economy aspect. The study suggests that donation or aid mechanism has to be considered with social-culture condition and customs in fishing, so that the aid can be useful for the fishers through need assessment process done quickly, exactly and directed.
KAPASITAS JARINGAN SOSIAL DAN KEBIJAKAN REVITALISASI PELABUHAN PERIKANAN DI PULAU TERDEPAN (Pelajaran dari Revitalisasi Pangkalan Pendaratan Ikan Lugu, di Kabupaten Simeulue) Armen Zulham
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2016): DESEMBER (2016)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.626 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v11i2.1633

Abstract

Pembangunan ekonomi pulau terdepan melalui Program Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) sedang giat dilakukan. Di Kabupaten Simeulue, program PSKPT merupakan program andalan. Dengan program PSKPT ini, infrastruktur perikanan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lugu di renovasi, harapannya bisnis Lapangan Usaha  Perikanan di Kabupaten Simeulue dapat berkontribusi  pada PDRB Kabupaten Simeulue lebih dari 11,5 %. Oleh sebab itu, revitalisasi PPI Lugu  merupakan salah satu target dari PSKPT Simeulue. Sejak September 2015 infrastruktur di PPI Lugu di renovasi dan  dilengkapi dengan Pabrik Es, Air Blast Frezer, pertokoan dan perkantoran agar akselerasi perekonomian Simeulue terjadi. Namun, akselerasi itu, belum terwujud, karena pemahaman tentang jaringan sosial, pertukaran sosial dalam bisnis perikanan di Simeulue kurang dicermati. Pengamatan tentang hal ini telah dilakukan sejak Januari 2015, dan kajian mendalam tentang  PPI Lugu dilakukan pada bulan April 2016. Kajian ini dilakukan untuk melengkapi data aspek sosial ekonomi dan bisnis perikanan di Kabupaten Simeulue. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pelajaran, dalam memfungsikan beberapa pelabuhan perikanan di pulau terdepan. Tulisan ini merekomendasikan, operasional  PPI Lugu, dilakukan dalam dua tahap: jangka pendek dengan memberi konsesi pada perusahaan / pengusaha yang memiliki modal dan jaringan pasar yang luas untuk mengelola Cold Storage dan ABF atau Pabrik Es.   Dalam jangka panjang, setelah konsesi berjalan, pada tahun ketiga operasional PPI Lugu diimplementasikan dengan struktur kelembagaan pelabuhan perikanan yang berlaku. Title: Social Networking Capacity and  The Policy of Revitalization of Fishing Port  in The Frontier Island (A Lesson From Revitalization of Lugu Fishing Port, in Simeulue Regency)The economic development of frontier islands through the Integrated Marine and Fisheries Development Program (SKPT) is intensively being carried out. This program is the main activity of Simeulue Regency by renovation of the cold storage, ice factory, air blast freezer, ship dock as well as building market and offices in the  Lugu Fishing Port. The development of infrastructures is expected to encourage the growth of fisheries business, function (revitalization) of the Lugu Fishing Port, and increase the contribution of fisheries business field in the gross regional domestic product of Simeulue. The aim of this report is to understand social network and to find the strategy of the  Lugu Fishing Port revitalization, field observation for the Lugu Fishing Port revitalization was conducted by a quick survey in January 2015 and deep interview about socio economic aspect and fisheries business was conducted on 30 fishers and 3 fish traders (toke bangku)  in April 2016. Data was analyzed descriptive based on economic theory of Handerson and Quant and the sociology-economy theory of Damsar and Indrayani. Results of this study showed that role and capacity of business, social network, and social exchange in fisheries business in Simeulue not used as a references in arranging the policy of the Lugu Fishing Port revitalization. As a result, the fishing port has not functioned until August  2016. This study recommends the operational of  the Lugu Fishing Port to be conducted in two steps: short-term in giving concession to companies/businessman having the fund and wide market network to manage cold storage or ice factory, and long term starting from the third year by operating the fishing port based on the fishing port  organizational structure applied.
SIKLUS ADAPTIF, RESILIENSI DAN ISU KEBERLANJUTAN DI SEGARA ANAKAN Agus Heri Purnomo; Siti Hajar Suryawati
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2009): DESEMBER (2009)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2745.575 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v4i2.5827

Abstract

Laguna Segara Anakan merupakan sebuah ekosistem yang sangat dinamis, dengan interaksi yang kuat antara aspek sosial dan ekologis. Oleh karena itu, laguna tersebut dapat dijadikan kasus acuan yang sempurna bagi kalangan ilmiah maupun pengambil kebijakan dalam rangka merumuskan kebijakan pengelolaan bagi keberlanjutan sumber daya dan lingkungan. Sejalan dengan itu, sebuah penelitian dilaksanakan dengan fokus pada penggambaran interaksi sosial-ekologis dari laguna. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian tersebut, yang dilaksanakan dengan pendekatan sistem sosial-ekologis. Data dikumpulkan pada Bulan Juli-Desember 2009 dengan pendekatan kasus pada 3 (tiga) dusun, terutama melalui wawancara terhadap responden-responden kunci yang ditentukan secara purposif. Dusun-dusun tersebut dipilih berdasarkan keterwakilan dominansi masyarakat di laguna, yaitu masyarakat petani (Dusun Bugel), masyarakat pembudidaya (Dusun Bondan), dan masyarakat campuran (Dusun Lempong Pucung). Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui siklus adaptif sosialekologi, penyesuaian sosial telah berlangsung mengikuti dinamika ekologis yang ada. Jenis dan struktur mata pencaharian terus berkembang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Sementara itu, visi masyarakat mengalami perubahan; sebagian dari masyarakat mengalami transformasi dari 'manusia maritim' menjadi 'manusia darat'. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan adanya indikasi yang kuat bahwa dalam konteks sosial, perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari perubahan aspek ekologi laguna; produktivitas kelautan menurun, kegiatan di daratan menjadi meningkat. Sejauh ini, teridentifikasi sejumlah pilihan kebijakan, termasuk di antaranya beberapa pendekatan rekayasa fisik dan sosial yang dimaksudkan untuk menghentikan degradasi lingkungan yang berlanjut. Tittle: Adaptive Cycle, Resilience and Sustainability Issue in Segara Anakan.Segara Anakan Lagoon represents one of the nation's most rapidly changing natural resource base and environments, and where in ecological dynamics interact intensively with the social aspects. This makes the lagoon a perfect case for the scientific communities and development agents to draw lessons and syntesize policy recommendation related to resource and environmental issues, particularly those pertaining to the frequently raised issue of sustaibable development. In line with it, a study which focuses on portraying the social-ecological interactions of the lagoon is carried out. This paper is a part of the study, presenting a result, which draws upon the social-ecological system methodological approach. Data were collected through a series of survey involving side visits to 3 dusuns and interviews with key respondents from the dusuns, carried out in July to December 2009. The dusuns were selected to represent locations in the lagoon inhabited respectively by predominant farming communities (Dusun Bugel), aquaculture communities (Dusun Bondan), and mixed communities (Dusun Lempong Pucung). In general, the study shows that through social-ecological adaptive cycles, social adjustments have been taking place following the existing ecological dynamics. Livelihood types and structure are constantly developing to adjust to the changing environment. Meanwhile, people's visions are no longer the same; part of the communities obviously is transforming from 'maritime people' to 'terrestrial people'. On the other part, the study also shows strong indications that such changes in the social context is starting to impact on the ecological aspect of the lagoon; marine productivity is declining while terrestrial outputs are inreasing. At this stage, we can make it clear that a number of public policy options are available, including some social and physical engineering approaches directed toward stopping further environmental degradation.
PEMODELAN BERBASIS AGEN (ABM) UNTUK PENGELOLAAN AKTIVITAS MIGRASI MUSIMAN NELAYAN ANDON CUMI-CUMI DI PULAU SALURA D. Susiloningtyas; M. Boer; Luky Adrianto; F. Yulianda
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2015): Juni (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2770.671 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i1.1251

Abstract

Perikanan cumi-cumi di Pulau Salura dibentuk oleh adanya agen nelayan andon, penduduk lokal, serta sumberdaya cumi-cumi. Kehadiran nelayan andon yang melakukan migrasi musiman dari Tanjung Luar di Pulau Lombok sampai ke Pulau Salura dengan aktivitas penangkapan cumi-cumi menjadikan sistem perikanan cumi-cumi ini menjadi berbeda dengan daerah lain. Intensitas migrasi dari nelayan andon yang tinggi berpengaruh terhadap perilaku penduduk lokal, serta kelimpahan sumberdaya cumi-cumi yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji model pengelolaan aktivitas migrasi musiman dengan pengaturan alat tangkap yang dibawa. Metode yang digunakan adalah dengan pemodelan berbasis agen (ABM/Agent Base Model) melalui perangkat lunak Netlogo 6.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan jumlah unit kapal yang terlibat dalam  enangkapan cumi-cumi dalam waktu satu tahun harus diatur. Terdapat sembilan periode migrasi musiman yang dilakukan,sehingga model pengaturan jumlah unit kapal yang optimal untuk dapat menjaga kelimpahan cumi-cumi dan jumlah panenan nelayan adalah sebanyak 18 unit kapal setiap tahunnya. Populasi kelimpahan cumi-cumi yang dihasilkan sebesar 330 kuintal dengan masa regenerasi 42 hari, dan menghasilkan jumlah panenan sebesar 913 kuintal. (Agent Base Model For Seasonal Migration Activity of Squid Andon Fishers at Salura Island)Squid fishery system at Salura Island maked by multiple agent, as andon fishers, local peoples and squid resources. The presence of andon fishers who seasonally migrate from Tanjung Luar of Lombok Island to Salura Island with squid fishing activities makes the squid fishery system is to be different from other regions. The intensity of the migration of high andon fishers affected the behavior of the local population, as well as squid abundance of resources available. The purpose of this study was to manage the number of ships or fishing gear.The method is agent-based modeling (ABM / Agent Base Model) by used Netlogo 6.2 software. The results showed that the behavior of the agent can be analyzed from behaviors and activities. Setting the number of ships involved in catching squid in a year should be set. There are nine periods of seasonal migration is done, so that the optimal number of ships to be able to maintain the abundance of squid and the number of fishers are harvesting as many as 18 ships annually. The abundance of squid produced by 330 quintal with 42-day period of regeneration, and the squid harvest is 913 quintal.
ANALISIS PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA: PENDEKATAN MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (QUAIDS) Fitria Virgantari; Arief Daryanto; Harianto Harianto; Sri Utami Kuntjoro
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2011): DESEMBER (2011)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (947.062 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v6i2.5772

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk ikan penduduk Indonesia dan menduga elastisitas harga dan pendapatan beberapa kelompok ikan menurut kelompok pendapatan. Data yang digunakan adalah data SUSENAS 2008 modul konsumsi rumahtangga yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Metode multistage budgetting approach dengan pendekatan model QUAIDS (Quadratic Almost Ideal Demand System)digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendugaan permintaan dengan model QUAIDS memberikan hasil cukup baik. Nilai dugaan koefisien sistem permintaan ikan menunjukkan bahwa semua peubah berpengaruh signifikan terhadap fungsi permintaan kelompok ikan dengan nilai koefisien determinasi sistem 67,3%. Dugaan koefisien peubah wilayah perkotaanperdesaan, peubah jumlah anggota rumah tangga, serta peubah dummy wilayah kepulauan semua bertanda positif. Nilai elastisitas pengeluaran ikan terhadap total pengeluaran pangan untuk semua kelompok pendapatan lebih besar dari dari satu (elastis) dengan kisaran 1,7 sampai 3,9; nilainya semakin kecil dengan semakin meningkatnya pendapatan. Elastisitas pengeluaran kelompok ikan terhadap total pengeluaran ikan semua juga bertanda positif dengan nilai berkisar dari 1,1 sampai 2,9. Hal ini menunjukkan bahwa keempat kelompok ikan yang dianalisis merupakan barang normal. Bila pengeluaran rumahtangga untuk seluruh ikan naik 1%, maka permintaan terhadap kelompok ikan yang dimaksud akan naik sebesar hampir 3%. Elastisitas harga kelompok ikan segar dan ikan awetan pada semua kelompok pendapatan bertanda negatif dengan nilai berkisar dari -0,4 sampai -0,8; sedangkan elastisitas harga untuk udang/hewan air lain (bukan ikan) yang diawetkan adalah -1. Tittle: Analysis of Demand for Fish in Indonesia: A Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) Model Approarch.This study aimed at determining various factors affecting fish consumption patterns of Indonesian households, estimating income and price elasticities for different fish categories according to income groups. National Social and Economic Survey 2008 data were used in this study. and formulating policy directions to increase consumption of fish. Household consumption/expenditure data collected by Central Beaureu of Statistics in 2008 were used in this study. Multistage budgetting approach method with QUAIDS (Quadratic Almost Ideal Demand System) model was used in this study. Results of the analysis show that estimates parameters of demand for fish using QUAIDS model were a relatively good. Estimates value of fish demanf system were significantly affected on fish group demand function with determination coefficient of 67,3%. Dummy coefficient of urban-rural, family size and isloand region were a positive sign. Fish elasticity to the total food expenditure for all income group were greater than 1 ranging from 1,7 to 3,9; the magnitude of elasticity tends to smaller with the increase in income group category. Elasticity of fish group expenditure to the total fish expenditure were a positive sign ranging from 1.1 to 2.9. This indicates that all four fish group are considered a normal good. As total fish expenditure of the household increased by 1%, quantity demang for fish group increased approximately to 3%. Price elasticity of fresh and reserved fish were a negative sign ranging from -0.4 to -0.8; while price elasticity of preserved shrimp and other animal water (non fish) were -1.
RESILIENSI KOMUNITAS DALAM MERESPON PERUBAHAN IKLIM MELALUI STRATEGI NAFKAH (Studi Kasus Desa Nelayan di Pulau Ambon Maluku) Subair Subair; Lala M. Kolopaking; Soeryo Adiwibowo; M. Bambang Pranowo
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 1 (2014): Juni (2014)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.115 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v9i1.1186

Abstract

ABSTRAKStudi ini dilakukan dengan dua tujuan:(1)mengidentifikasi dan menganalisis pemanfaatan modalmodal dalam praktek strategi nafkah nelayan, dan (2) menganalisis dan menilai resiliensi komunitas nelayan dalam merespon perubahan iklim. Penelitian dilakukan pada komunitas nelayan perikanan tangkap di desa Asilulu, Pulau Ambon Maluku. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan berperan serta, focus group discussion, wawancara mendalam dan didukung oleh studi pustaka. Analisisdata menggunakan metode analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat nelayan di Asilulu Pulau Ambon Maluku sudah mengoptimalkan penggunaan modal (modal alami,modal fisik, modal manusia, modal keuangan dan modal sosial) dan aktivitas (ditengahi oleh hubungan sosial dan institusi) dalam membangun sistem nafkah yang diperlukan untuk hidup. Mereka juga telah memodifikasi modal-modal tersebut untuk mereduksi kerentanan dan meningkatkan resiliensi sosialnya. Hasilnya, sistem nafkah yang ada pada satu konteks kekinian, berkelanjutan dan oleh karenanya resilien tetapi dalam konteks ancaman dampak perubahan iklim, resiliensi yang ada adalah resiliensi yang terbatas (limited resilience). Pada skenario iklim yang sangat ekstrim, resiliensi yang berdasar kepada sistem nafkah yang tertekan terus menerus dan masih bergantung kepada sumber daya alam rapuh danmemiliki ambang batas.

Page 1 of 32 | Total Record : 313