cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 420 Documents
Morphological characteristics of silver barb fish population Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1849) from different water locations in Central Java Province Hasan Ayyub; Agung Budiharjo; Sugiyarto Sugiyarto
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.378

Abstract

There are population of silver barb (Barbonymus gonionotus) in Bengawan Solo River, Dengkeng River, Opak River and Gajah Mungkur Reservoir. Bengawan Solo River’s flow meet Dengkeng River’s flow while Opak River’s flow separated from the two other made an interesting phenomenon of population separability to study diversity and grouping between populations through morphological markers. The study aimed to analyze the diversity of silver barb in the Bengawan Solo River, Dengkeng River, Opak River and Gajah Mungkur Reservoir based on morphological characters. Measurement of morphological characters with morphometric methods with 14 measured morphological characters. Measurement of water chemical and physical factors include temperature, current velocity, depth, pH, dissolved oxygen and substrate. The result showed that the four distinguished morphological characteristics of the population predominantly in silver barb (B. gonionotus) were the dorsal depth, snouth length and caudal pundacle depth. Group analysis showed that silver barb population of the Bengawan Solo River had morphological characters more similar to the Dengkeng River than Opak River and Gajah Mungkur Reservoir because of the similarity of habitat and proximity of the location. Based on the most influential environmental factors is the difference in current velocity. Abstrak Populasi ikan tawes (Barbonymus gonionotus ) terdapat di Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Opak, dan Waduk Gajah Mungkur. Aliran Sungai Bengawan Solo bertemu dengan aliran Sungai Dengkeng sedangkan aliran Sungai Opak terpisah dari keduanya. Hal ini menjadikan sebuah fenomena keterpisahan populasi yang menarik untuk diteliti keragaman dan pengelompokan antar populasi melalui penanda morfologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman ikan tawes di Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Opak, dan Waduk Gajah Mungkur berdasarkan karakter morfologis. Pengukuran karakter morfologis dengan metode morfometrik dengan 14 karakter morfologis yang diukur. Pengukuran faktor fisika kimia air meliputi suhu, kuat arus, kedalaman, pH, oksigen terlarut, dan substrat. Hasil penelitian menunjukkan karakter morfologis pembeda keempat populasi tersebut yang dominan pada ikan tawes adalah tinggi sirip dorsal, panjang moncong, dan tinggi batang ekor. Analisis kelompok menunjukkan populasi ikan tawes Sungai Bengawan Solo memiliki karakter morfologis lebih mirip dengan Sungai Dengkeng daripada Sungai Opak dan Waduk Gajah Mungkur karena kemiripan habitat dan kedekatan lokasi. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah perbedaan kuat arus perairan.
Biodiversity conservation of coastal fish of Indonesia Victor P. H. Nikijuluw
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.382

Abstract

Each species has a special value. No species was created without intention. If one species matters, all species are altogether admirably important. This paper elucidates critical importance of species conservation in the context marine fish biodiversity in Indonesia. This resource endowment has not been truly known and hence improperly utilized. As direct consequences, biodiversity loss and species extinction are unstoppable trend. This condition is attributed to the lack systematic research and serious education programs. Beside the needs of improving research and education at national level, conservation programs should be intentionally adapted by regional government. Of the various available conservation approaches, the adapting of focal species by each regional government may become an effective approach to massively promote fish conservation program at provincial and regency levels. It also may become an input for conservation practices at larger scale. Abstrak Setiap spesies mempunyai nilai khusus. Tidak ada satu spesies pun yang diciptakan tanpa tujuan. Jika satu spesies saja begitu berarti, keberadaan semua spesies sekaligus sangat penting. Makalah ini menekankan begitu pentingnya konser-vasi spesies pada keragaman hayati laut di Indonesia. Sumber daya ini belum diketahui dengan sempurna dan sebab itu menjadi alasan untuk tidak dimanfaatkan dengan baik. Sebagai akibatnya, kehilangan keragaman hayati dan kepunahan spesies adalah kecenderungan yang tidak terhentikan. Hal ini terjadi karena kekurangan penelitian dan program pendi-didikan. Selain kebutuhan untuk meningkatkan penelitian dan pendidikan pada skala nasional, program konservasi harus sengaja diadakan di tingkat daerah. Dari berbagai pendekatan program konservasi, penentuan spesies kunci bisa menjadi pendekatan efektif untuk mempromosikan konservasi spesies ikan secara masif oleh pemerintah daerah provin-si atau kabupaten. Pendekatan ini bisa menjadi pelajaran bagi praktif konservasi pada skala yang lebih luas.
Diet digestibility and growth performance of giant gouramy juvenile, Osphronemus goramy fed on diet supplemented using glutamine Yuli Andriani; Mia Setiawati; Mas Tri Djoko Sunarno
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.386

Abstract

Giant gouramy Osphronemus goramy as a leading fresh water fish commodity has a low growth. Therefore, this study aimed to evaluate the glutamine supplementation with different doses in diet to diet digestibility and growth performance of giant gouramy juvenile. The study consisted of two stages which were diet digestibility test and growth test. Glutamine doses i.e. 0, 1, 2, and 3% were mixed into isoprotein and isoenergy test diet. Chromium oxide (Cr2O3) 0.6% was used as an indicator of digestibility. Giant gouramy juvenile as sampel test with initial body weight 2.07±0.00 g were reared in 50x40x35 cm3 aquaria with density of 25 fish per aquaria. Fishes were given diet three times daily at 07:00 am, 12:00 am and 17:00 pm by at satiation. Diet digestibility test was conducted by collecting feces method which collected after the seventh day of feeding test . Growth test was conducted for 60 days and during maintenance with water change as much as 30% of the volume in the morning before feeding. The result showed that the supplementation of 3% glutamine increased the total digestibility (73.66±0.18%), energy digestibility (64.79±0.22%), protein digestibility (90.57±0.01%), enzyme activity of protease (6.13±0.02 U g-1 protein) and lipase (0.86±0.01 U g-1 protein), and liver glycogen contain (6.86±0.17mg g-1 sampel). In the other hand, the supplementation of 2% glutamine increased feed efficiency (88.75±2.54%), daily growth rate (4.25±0.07%) and protein retention (47.19±0.77%). In conclusion, the supplementation of 2-3% glutamine in diet clearly increased the diet digestibility and growth performance of giant gouramy juvenile. Abstrak Ikan gurami Osphronemus goramy sebagai komoditas unggulan ikan air tawar mempunyai pertumbuhan yang lambat. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi penambahan glutamin dengan dosis berbeda dalam pakan terhadap kecernaan pakan dan kinerja pertumbuhan benih ikan gurami. Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu uji kecernaan pakan dan uji pertumbuhan. Glutamin dengan dosis 0, 1, 2 dan 3% dicampurkan ke dalam pakan uji isoprotein dan isoenergi. Chromium oxide (Cr2O3) ditambahkan dalam pakan uji sebanyak 0,6% sebagai indikator kecernaan. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan gurami dengan bobot awal 2,07±0,00 g, dipelihara dalam akuarium berukuran 50x40x35 cm3 dengan padat tebar 25 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan uji dengan frekuensi tiga kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.00, dan 17.00 WIB secara at satiation. Uji kecernaan pakan dilakukan selama 20 hari menggunakan metode pengumpulan feses yang dilakukan pada hari ketujuh setelah ikan diberi pakan uji. Uji pertumbuhan dilakukan selama 60 hari dan selama pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari volume media pemeliharaan pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan glutamin 3% meningkatkan kecernaan total (73,66±0,18%), kecernaan energi (64,79±0,22%), kecernaan protein (90,57±0,01%), aktivitas enzim protease (6,13±0,02 U g-1 protein) dan lipase (0,86±0,01 U g-1 protein) serta kadar glikogen hati (6,86±0,17mg g-1 sampel). Penambahan glutamin 2% meningkatkan efisiensi pakan (88,75±2,54%), laju pertumbuhan harian (4,25±0,07%) dan retensi protein (47,19±0,77%). Disimpulkan bahwa penambahan glutamin dosis 2-3% dalam pakan dapat meningkatkan kecernaan pakan dan kinerja pertumbuhan benih ikan gurami.
Reproductive biology of silurid catfishes Ompok miostoma (Vaillant 1902) in Mahakam River East Kalimantan Jusmaldi Jusmaldi; Dedy Duryadi Solihin; Ridwan Affandi; MF Rahardjo; Rudhy Gustiano
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.387

Abstract

Reproductive biology of silurid catfish O.miostoma(Vaillant 1902)as one of endemic species in Mahakam River East Kalimantan is not yet known. This study aimed to analysisreproductive aspect related to changing seasons, including sex-ratio, spawning season, spawning location, length at first gonad maturity, gonado-somatic index, and fecundity. Total fish samples (n=1214)were collected monthly from November 2013 to October 2014 at four locations in the Mahakam River, using many fishing gears.The results of this research showthe total length of fish ranged from 132.19 to 227.30 mm and weight ranged from 20.00 to 70.40 g. The overall sex ratio of male and female was1: 1.56, while at gonad maturity stages were1:1.77. The spawning season range from November to January and peak spawning occurs in December. The highest spawning location was found at swamp flood Semayang Lake. The length at first gonad maturity of male ranged of 191.05-202.60 mm, while it was in 179.56-198.50 female. Maximum average gonado-somatic index (GSI) values obtained for male and female were 0.32 and 2.07 respectively during spawning period in November and declined to minimum in February. The total fecundity and eggs diameter rangedfrom 2648 to 12495 eggsind-1and 0.61 to 1.30 mm respectively. There was a positive correlation between fecundity andtotal length and weightof fishes. Abstrak Biologi reproduksi ikan lais O. miostoma (Vaillant 1902)sebagai salah satu spesies endemik di Sungai Mahakam Kalimantan Timur belum pernah diketahui. Tujuan penelitian ini adalah menganalisisaspek reproduksi ikan laisberkaitan dengan perubahan musimyang mencakupnisbah kelamin, musim pemijahan, lokasi pemijahan, ukuran kali pertama matang gonad, indeks kematangan gonad dan fekunditas.Total ikan contoh 1214 ekor telah dikumpulkan setiap bulan mulai dari bulan November 2013 sampai Oktober 2014di empat lokasi perairan Sungai Mahakam, menggunakan berbagai alat tangkap. Hasil penelitian menunjukkanukuran panjang total ikan berkisar dari 132,19-227,30 mm dan bobot berkisar dari 20,00-70,40 gram.Nisbah kelamin seluruh ikan jantan dan betina yang diamati 1 : 1,56, sedangkanpada tahap kematangan gonad 1:1,77. Musim pemijahan terjadi mulai dari bulan November sampai Januari dan puncak pemijahan pada bulan Desember. Lokasi pemijahan tertinggi ditemukan di rawa banjiran Danau Semayang. Ukuran ikan pertamamatang gonad pada jantan berkisar dari 191,05-202,60 mm dan betina berkisar dari 179,56-198,50 mm. Rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) tertinggi ditemukan pada jantan dan betina berturut turut 0,32 dan 2,07 selama musim pemijahanpada bulan November dan menurun hingga terendah pada bulan Februari. Fekunditas total berkisar dari 2.648-12.495 butir telur per individu.Ada korelasi positif antara fekunditas dengan panjang total dan bobot ikan.
Improved quality of color sumatra barb, Puntigrus tetrazona (Bleeker, 1855) with artificial feed enriched red spinach flour (Amaranthus tricolor L.) Gamel Koncara; Nur Bambang Priyo Utomo; Mia Setiawati; Muhamad Yamin
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.398

Abstract

The Sumatra barb (Puntigrus tetrazona) is one of the Indonesia indigenous ornamental fish from Sumatra island. The breeding of sumatra barb fish has actually seen a decline in color quality because this species cannot produce carotenoid in the body. To solve this problem, needed an alternative using supplementation the carotenoid in the feed. The objective of this study was aimed to determine the effectiveness of red spinach flour doses as feed on the quality of the sumatra barb. The sumatra barb ornamental fish, with weight about 0.54 g and length about 3.50 cm, were reared in the aquarium (30 cm x 20 cm x 20 cm). The completely randomized design with 4 treatments (A=0% (control), B=2%, C=4%, and D=6%) and 3 replications were analyzed in this study. Parameters in this study consisted of body skin color qualities (e.g. L = lightness, C = chroma, and H = hue) and the number of carotenoid in the skin, fins, and meat. The fish were reared for 42 days and given feed 3 times per day. This result showed that supplementation of red spinach flour by 6% with carotenoid 45.26 ppm in feed, 50.44 ppm in fins, 16.10 ppm in the skin, and 3.69 ppm in meat, could increase sumatra barb color qualities. It was indicated decreasing lightness 60.83%, increasing chroma 20.57%, and sustaining hue 87,09°. Abstrak Ikan sumatra albino (Puntigrus tetrazona) merupakan salah satu ikan hias asli Indonesia yang berasal dari pulau Sumatera. Budidaya ikan sumatra albino mengalami penurunan dalam kualitas warna karena spesies ini tidak dapat memproduksi karotenoid dalam tubuhnya. Guna mengatasi permasalahan ini, maka dibutuhkan sebuah alternatif berupa penambahan karotenoid dalam pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas dosis tepung bayam merah sebagai pakan terhadap kualitas warna ikan sumatra albino. Ikan hias sumatra albino dengan bobot 0,54 g dan panjang 3,50 cm dipelihara di dalam akuarium (30 cm x 20 cm x 20 cm).Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empatperlakuan (A=0% (kontrol), B=2%, C=4%, dan D=6%) dan tiga ulangan. Parameter yang diamati meliputi nilai kualitas warna kulit ikan (L=lightness, C=chroma, dan H=hue) dan total karotenoid pada kulit, sirip,serta daging ikan sumatra albino. Ikan dipelihara selama 42 hari dan diberi pakan tigakali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwapenambahantepung bayam merah pada dosis 6%dengan kandungan karotenoid 45,26 ppm pada pakan, 50,44 ppm pada sirip, 16,10 ppm pada kulit, dan 3,69 ppm pada daging, dapat meningkatkan kualitas warna ikan sumatra albino. Hal tersebut diindikasikan dengan menurunnya nilai L=60,83%, meningkatnya nilai C=20,57%, dan mempertahankan nilai H=87,09°.
Ploidy level determination in genetically modified polyploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 based on the number of nucleoli per cell Muhammad Sami Daryanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati Soelistyowati; Rahman Rahman
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.405

Abstract

The variation in the maximum number of nucleoli per cell in diploid and tetraploid striped catfish Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 in attempts to verify the validity of nucleoli counting as an indirect method for polyploidy identification in fish. The aims of this research is to determine ploidy level of striped catfish based on maximum number of nucleoli per cell. Diploid striped catfish was produced by fertilizing eggs without thermal-shock and tetraploid fish was obtained by fertilizing eggs and applying thermal-shock induction with 4oC for 25 minutes at zygotic age 28 minutes after fertilization prior to first cleavage stage of zygote. The hatching rate of diploid group and tetraploid group were 81,35±0,73% and 3,39±1,78% and survival rate during 15 days rearing were 88,67±5,25% and 83,33±5,73%, respectively. The frequency of one, two, three, and four nucleoli per cell were counted based on each sample observation of 450-550 cells. Cells of diploid individuals had one, and maximum two nucleoli per cell, while tetraploid there were one, two, three, and maximum four nucleoli per cell. Anomaly in the silver-stained appearance at the maximum number of three nucleoli per cell indicated tetraploid individuals as verified by chromosome counting method. Ploidy level determination of striped catfish using the number of nucleoli per cell has a potential for rapid identification. Abstrak Penentuan variasi jumlah maksimum nukleolus per sel pada individu diploid dan tetraploid patin siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dilakukan dalam upaya verifikasi ketepatan penghitungan nukleolus sebagai metode tidak langsung dalam identifikasi ikan poliploid. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat ploidi ikan patin siam berdasarkan jumlah maksimum nukleolus per sel. Diploid patin siam dihasilkan melalui fertilisasi buatan antara telur dan sperma tanpa kejutan suhu sedangkan tetraploid patin siam dihasilkan melalui fertilisasi antara telur dan sperma serta di induksi menggunakan kejutan suhu 4oC dengan durasi kejutan 25 menit pada umur zigot 28 menit setelah fertilisasi sesaat sebelum mitosis I. Persentase penetasan kelompok perlakuan diploid 81,35±0,73% dan kelompok perlakuan tetraploid 3,39±1,78%. Sintasan kelompok perlakuan diploid 88,67±5,25% dan kelompok tetraploid 83,33±5,73% selama 15 hari pemeliharaan. Frekuensi satu, dua, tiga dan empat nukleoli per sel dihitung berdasarkan pengamatan 450-550 sel setiap individu yang diamati. Sel individu diploid memiliki satu dan maksimum dua nukleoli per sel, sedangkan individu tetraploid memiliki satu, dua, tiga, dan maksimum empat nukleoli per sel. Anomali muncul melalui pewarnaan perak nitrat pada jumlah maksimum tiga nukleoli per sel menunjukkan individu tersebut tetraploid yang diverifikasi menggunakan metode penghitungan kromosom. Penentuan ploidi pada ikan patin siam menggunakan penghitungan jumlah nukleolus per sel memiliki potensi dalam identifikasi secara cepat.
The effectiveness of LED light spectrum exposure on growth and color performance of orange clownfish, Amphiprion percula (Lacèpède, 1802) juvenile Ris Dewi Novita; Kukuh Nirmala; Eddy Supriyono; Idil Ardi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.410

Abstract

Orange clownfish is one of the most desired marine ornamental fish by global market due to the orange color on it. The obstacles of the clownfish farming is the changes of the orange color on clownfish. Manipulation of the light spectrum exposure may affect the amount of chromatophore, that can change the color of clownfish become brighter. The present study was aimed at determining an appropriate spectrum of LED light toward growth and color quality of Amphiprion percula juvenile farming. The study was conducted in five treatments with three replication. The treatment consists of four types of LED light with different wavelengths i.e., white (P), red (M), green (H) and blue (B) with 12 hours and control. Clownfish with an average body weight of 0.91±0.19 g and length of 3.28±0.24 cm were used in this study. The result after 60 days showed that the blue LED light give the best glucose levels of 40.00±2.65 mg dL-1, malondialdehyde levels of 9.30±0.29 nmol mL-1, specific growth rate of 1.71±0.05% and feed efficiency of 78.23±1.97%. The best color quality parameters on blue LED light treatment with the Toca color finder (TCF) score reach the orange color on the dorsal, caudal and anal, RGB ratio on the color of the dorsal, caudal and anal each of 64.59±1.00%, 68.12±0.74% and 72.56±0.20% as well as the number of chromatophore each of 346±10 cells/ 0.1 mm-2. The spectrum blue LED light was able to result the growth and quality of best color for clownfish Amphiprion percula juvenile. Abstrak Ikan badut Amphiprion percula merupakan ikan hias air laut yang diminati pasar global ikan hias karena memiliki daya tarik tersendiri pada warna jingga yang dimilikinya. Ikan badut hasil budi daya memiliki kualitas warna jingga yang cenderung memudar. Penggunaan manipulasi spektrum cahaya dalam sistem budi daya dapat memengaruhi perubahan jumlah kromatofor yang dapat meningkatkan warna ikan menjadi terang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan spektrum cahaya lampu LED yang tepat terhadap pertumbuhan dan kualitas warna yuwana ikan badut. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pada lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas empat jenis spektrum cahaya lampu LED dengan panjang gelombang berbeda yakni putih (P), merah (M), hijau (H) dan biru (B) dengan lama penyinaran 12 jam dan kontrol. Rerata panjang total awal ikan uji adalah 3,28±0,24 cm dan bobot 0,91±0,19 g. Hasil penelitian selama 60 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa parameter respons fisiologis dan pertumbuhan terbaik adalah pada perlakuan lampu LED biru dengan kadar glukosa sebesar 40,00±2,65 mg dL-1, kadar malondialdehyde (MDA) sebesar 9,30±0,29 nmol mL-1, laju pertumbuhan spesifik (LPS) sebesar 1,71±0,05% dan efisiensi pakan (EP) sebesar 78,23±1,97%. Parameter kualitas warna terbaik pada perlakuan lampu LED biru dengan skor dalam Toca color finder (TCF) mencapai warna jingga pada bagian dorsal, caudal dan anal, red,green and blue (RGB) ratio pada warna bagian dorsal, caudal dan anal masing-masing sebesar 64,59±1,00%, 68,12±0,74%, dan 72,56±0,20% serta jumlah kromatofor sebesar 346±10 sel/ 0,1 mm-2. Spektrum cahaya lampu LED biru menghasilkan pertumbuhan dan kualitas warna terbaik pada yuwana ikan badut Amphiprion percula.
Evaluation of larvae production and growth of juvenile red tilapia NIFI F1 during the nursery phase Adam Robisalmi; Priadi Setyawan; Bambang Gunadi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.420

Abstract

Genetic quality improvement can be done through breeding programs. The indicator of success in the selection is the improvement of the character of production. Larval production and growth of NIFI of F1generation red tilapia seeds in the selection and its control parents were evaluated in this study. The research was conducted at the Fish Breeding Research Center for four months. Spawning was carried out on freshwater ponds of cage with size of 1 x 1 m. Tilapia brood stock were stocked with male to female ratio of 1: 1. The larvae rearing were conducted in the cage with size 2x2x1 m3 and stocking density 125 m-2. Pellets with a protein content of 38-40% are given to ad libitum larvae three times a day for first month, and then feeding rate was given 15-20% daily from biomass. Seed production, growth, specific growth rate, and survival rate were observed. The results of the experiment show a difference between fish selected and control. Seed production of selection reached 540 ± 114 and controls 508 ± 142. The growth performance of selected red tilapia juvenile showed higher compared with the control. The mean length of selected population reached 6.33 ± 0.43 cm , weight gain 6.60 ± 0.52 g, specific growth rate 7.33 ± 0% g days-1 and survival rate 81.50 ± 4.46% were respectively and the control population 5.76 ± 0.52 cm ; 4,90 ± 0.58 g; 4.50 ± 0.35% g days-1; and 74.85 ± 3.26%. These values indicate that the growth of red tilapia juvenile NIFI F1 generation was increased 25.76%. Abstrak Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas genetik yaitu melalui program pemuliaan. Per-baikan karakter reproduksi dan pertumbuhan dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi larva dan pertumbuhan benih ikan nila merah NIFI F1 dari induk seleksi dan kontrol. Kegiatan dilaksanakan selama empat bulan di Balai Riset Pemuliaan Ikan. Pemijahan dilakukan di kolam air tawar pada hapa 1 m x1 m. Perbandingan induk ikan nila jantan dan betina 1:1. Larva yang sudah dipanen dimasukkan pada hapa pendederan ukuran 2x2x1 m3 dengan padat tebar 125 ekor m-2 . Selama pendederan , larva diberi pakan (protein 38-42%) secara ad libitum tiga kali sehari pada bulan pertama dan selanjutnya diberi pakan dua kali sehari 15-20% dari biomassa. Pakan yang diberikan selama pendederan mempunyai protein berkisar 38-42%. Parameter yang diamati meliputi produksi larva, pertumbuhan, laju pertumbuhan spesifik, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan produksi larva ikan nila merah seleksi yaitu 540±114 ekor dan kontrol 508±142 ekor. Performa pertumbuhan benih ikan nila merah seleksi menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kontrol dengan nilai pertumbuhan panjang 6,33 ±0,43cm, pertumbuhan bobot 6,60±0,52 g, laju pertumbuhan spesifik 7,33±0% g hari-1 serta sintasan 81,50±4,46%, se-dangkan populasi kontrol masing-masing 5,76±0,52 cm; 4,90±0,58 g; 4,50±0,35% g hari-1; dan 74,85±3,26%. Nilai ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pertumbuhan sebesar 25,76% pada benih ikan nila merah NIFI F1.
Morphoregression and length-weight relationship of Bali sardinella, Sardinella lemuru Bleeker 1853 in Bali Strait Waters Nyoman Dati Pertami; M.F. Rahardjo; Ario Damar; I.W. Nurjaya
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.425

Abstract

Bali Sardinella, Sardinella lemuru Bleeker 1853, included in small pelagic groups which have an important economic value. The production of Bali Sardinella was the highest among the other small pelagic fish in Bali Strait waters. The morphoregression and length-weight relationship are important to be known to facilitate the conversion between a length measurement to another type of length measurement and the weight. The aims of this research were to reveal the relationship between total length (TL) and standard length (SL), total length and fork length (FL), fork length and standard length, and the length-weight. The research was held in Bali Strait waters from March 2017 – Mei 2018. The morphoregression was analyzed using simple linear regression, whereas the length-weight relationship using power regression. A total of 470 individuals of Bali sardinella were collected during the study period. The fish that analyzed have a length range 9.7 –20.2 cm TL. The average length of Bali sardinella was13.7 cm. The relationship between total length (TL) and standard length (SL); total length (TL) and fork length (FL); fork length (FL) and standard length (SL) for Bali sardinella respectively were TL = 1.1038SL + 0.9313; TL = 1.0861FL + 0.2967; and FL = 1.0068SL + 0.6936, respectively. The value of b which were generated from the length-weight relationship of Bali Sardinella was 3.22 with the growth patterns were positive allometric. Abstrak Ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker 1853, termasuk dalam kelompok ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis tinggi. Dibandingkan dengan jenis pelagis kecil lainnya, hasil tangkapan ikan lemuru lebih dominan di perairan Selat Bali. Persamaan morforegresi dan hubungan panjang bobot penting untuk diketahui sehingga mudah melakukan kon-versi dari satu jenis panjang ke jenis panjang lain dan bobotnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara panjang total (PT) dengan panjang baku (PB), panjang total dengan panjang cagak (PC), panjang cagak dengan panjang baku, serta hubungan panjang bobot ikan lemuru. Penelitian dilaksanakan di perairan Selat Bali kurun waktu Maret 2017 – Mei 2018. Morforegresi dianalisis menggunakan regresi linear sederhana, sedangkan hubungan panjang bobot dianalisis menggunakan regresi power. Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) yang dikumpulkan selama penelitian berjumlah 470 ekor. Ikan yang dianalisis memiliki kisaran panjang antara 9,7 – 20,2 cm PT. Panjang rata-rata ikan lemuru adalah 13,7 cm. Hubungan antara panjang total (PT) dan panjang baku (PB); panjang total (PT) dan pan-jang cagak (PC); panjang cagak (PC) dan panjang baku (PB) ikan lemuru secara berturut-turut adalah PT = 1,1038 PB + 0,9313; PT = 1,0861 PC + 0,2967; and PC = 1,0068 PB + 0,6936. Nilai b yang terbentuk pada hubungan panjang bobot ikan lemuru adalah 3,22 dengan pola pertumbuhan adalah allometrik positif.
Length-weight relationship and condition factor of spotted barb Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) in Barambai River Samarinda East Kalimantan Jusmaldi Jusmaldi; Nova Hariani
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i2.426

Abstract

Biology of the spotted barb Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) in Barambai River, east Kalimantan is unknown. This study aimed to analyses sizes of fish, sex ratio, length-weight relationship and condition factor of the spotted barb. A total of 347 fish samples were collected by several gears in Barambai River from August to October 2017. The results of this research showed that the total length of the fish ranged from 45.67 to 146.01 mm and weight ranged from 1.27-43.34 g. The sex ratio of male and female were 1:1.12. The length-weight equations for males was W = 1x10-5 L3.063, W = 8x10-6L3.108 for females, and W = 9 x 10-6 L3.091 for both sexes. The condition factor (K) for the spotted barb was ranged between 0.826 – 2.214 with mean value of 1.163. Abstrak Biologi ikan wader bintik dua Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) di Sungai Barambai, Kalimantan Timur belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menganalisis ukuran ikan, nisbah kelamin, hubungan panjang bobot, dan faktor kon-disi. Total 347 sampel ikan dikumpulkan dengan menggunakan berbagai alat tangkap di Sungai Barambai dari bulan Agustus sampai Oktober 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang total ikan berkisar dari 45,67 sampai 146,01 mm dan bobot tubuh berkisar 1,27- 43,34 gram. Nisbah kelamin jantan dan betina 1: 1,12. Model hubungan panjang bobot ikan jantan W = 1x10-5 L3,063, ikan betina W = 8x10-6L3,108,dan keseluruhan jenis ikan W = 9 x 10-6 L3,091. Faktor kondisi (K) ikanwader bintik dua berkisar antara 0,826 - 2,214 dan rata-rata 1,163.

Page 2 of 42 | Total Record : 420


Filter by Year

2001 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue