cover
Contact Name
arief yanto
Contact Email
arief.yanto@unimus.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurkep.anak@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak
ISSN : 23382074     EISSN : 2621296X     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak (JIKA) was published by Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Ilmu Keperawatan Anak (JIKA)is published twice in a year. JIKA publishes research results, research-based community service results, literature reviews, and case studies in the field of child nursing written by lecturers, nursing students, and clinic nurses in hospitals or health centers. JIKA is a continuation of Jurnal Keperawatan Anak with ISSN 2338-2074 published by the PPNI Jawa Tengah journal development team. JIKA is an online version of the journal with e-ISSN 2621-296X with the latest edition, the Jurnal Keperawatan Anak is no longer published.
Arjuna Subject : -
Articles 63 Documents
Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi pada Balita dengan Stunting dan Non-Stunting di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Lely Oktavia Ningtias; Umi Solikhah
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1633.305 KB) | DOI: 10.32584/jika.v3i1.529

Abstract

Stunting adalah kegagalan memenuhi pertumbuhan seperti memenuhi mikronutrien, lingkungan yang tidak mendukung dan penyediaan perawatan yang tidak adekuat yang dapat mempengaruhi kondisi pertumbuhan balita. Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting. Mengetahui Perbedan pola pemberian nutrisi pada balita dengan stunting dan non-stunting di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan observasi analitik, dengan desain cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus yaitu balita stunting dan kelompok kontrol yaitu balita non stunting. Jumlah sampel 68 terdiri dari 34 balita  stunting dan 34 balita non stunting, dengan metode teknik cluster sampling pengambilan sampel secara purposive sampling Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner, analisa data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu pada balita yang mengalami stunting pola pemberian nutrisi tidak tepat terdiri dari 26 responden (76,5%) dan sebagian besar ibu pada balita yang non-stunting pola pemberian nutrisi tepat terdiri dari 23 responden (67,6%). Terdapat perbedaan pola pemberian nutrisi pada balita dengan stunting dan non-stunting di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden (p-value= 0,0001). Terdapat Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi Pada Balita Dengan Stunting dan Non-stunting Di Desa Rempoah Kecamatan BaturadenStunting is a condition resulted from the  failure to meet daily needs of micronutrients. An environment that is not supportive and providing inadequate treatment can affect the conditions of toddlers' growth. Nutrient intake is one of the factors that influences stunting.To illustrate the differences in providing nutritional pattern for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah village, Baturaden sub district. It was a quantitative study using analytic observation with a cross sectional design. The populations in this study were stunting toddlers as the case groups and non-stunting toddlers as the control group. There were 68 toddlers as the samples. There were 34 stunting toddlers and 34 non-stunting toddlers who classified by cluster sampling technique. The samples were collected by purposive sampling. Questionnaire sheets were used to collect the data. The data were analyzed by using Chi-square test. The results discovered that there were 26 respondents (76.5%) with stunting because of improper nutritional patterns. There were 23 respondents (67.6%) with non-stunting because of proper nutritional patterns. There were differences in the administration of nutritional patterns for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah Village, Baturaden District (p-value = 0,0001). There are differences in administration of nutritional pattern for toddlers with stunting and non-stunting in Rempoah village, Baturaden sub-district
Analisis Faktor Fetus dan Tali Pusat terhadap Risiko Asphyxia Perinatal di Surakarta Siti Lestari; Dyah Dwi Astuti; Fachriza Malika Ramadhani
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i1.521

Abstract

Asfiksia perinatal merujuk pada kekurangan oksigen selama persalinan, sehingga berpotensi menyebabkan kematian dan kecacatan. WHO memperkirakan  4 juta anak terlahir dengan asfiksia setiap tahun, dimana 1 juta di antaranya meninggal dan 1 juta anak bertahan hidup dengan gejala sisa neurologis yang parah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko fetal dan tali pusat pada asfiksia neonatal.Penelitian dilakukan di lakukan di RS Dr Moewardi Surakarta dengan pendekatan  quantitative retrospective case control study. Data diambil dari rekam medis antara  tahun 2013-2018. Penelitan ini melibatkan  264 neonatal yang terdiri dari 88 kelompok kasus dan 176  kelompok control. Kelompok kasus adalah bayi dengan diagnosa  asfiksia yang  dilakukan analisis terhadap faktor risiko fetal, sedangkan bayi yang tidak mengalami asfiksia dijadikan  kelompok kontrol. Hasil analisis statistik uji Chi-Square dan Fisher Exact ditemukan bahwa  kelahiran prematur (OR 2,07 CI 95% P 0,02), persalinan dengan tindakan (OR 3,61 CI 95% P 0,00), berat bayi (OR 2,85 CI 95% P 0,00), posisi janin (OR 2,37 CI 95% P 0,05), tali pusat ( QR 3,071 CI 95%  P 0,01)  berisiko terhadap insiden asfiksia perinatal. Air ketuban yang bercampur meconium (OR 1,51 CI 95% P 0,16) tidak memiliki risiko  dengan Asfiksia perinatal. Kesimpulan: Risiko terhadap insiden asfiksia perinatal  meliputi kelahiran prematur, persalinan dengan tindakan, berat bayi, posisi janin,  dan tali pusat.Perinatal asphyxia refers to a lack of oxygen during labor, which has the potential to cause death and disability. WHO estimates  4 million children born with asphyxia each year, in  which 1 million dies and 1 million survive with severe neurological sequelae. This study aims to analyze fetal and umbilical risk factors in neonatal asphyxia.This research is a quantitative retrospective case-control study, which was conducted at The Dr. Moewardi  hospital,  Surakarta. Data was taken from  medical records from 2013-2018. The case group was patients diagnosed  asphyxia, while those who did not experience asphyxia were treated as a control group.  A total of 264  samples, consisting of 88 case group respondents and 176 control group respondents. Statistical analysis Chi- Square and Fisher Exact found that preterm birth (OR 2.07 CI 95% P 0.02), labor with instrument or complication (OR 3.61 CI 95% P 0.00), infant weight (OR 2.85 CI 95% P 0, 00), fetal position (OR 2.37 CI 95% P 0.05), umbilical cord (QR 3.071 CI 95% P 0.01) are at risk for the incidence of perinatal Asphyxia. The amniotic fluid mixed with meconium (OR 1.51 CI 95% P 0.16) has no risk with perinatal asphyxia.The risk factors of incidences of perinatal asphyxia were  preterm birth, labor with instrument or complication, baby weight, fetal position and umbilical cord. 
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia 12-24 Bulan Fitri Wahyuni; Ulvi Mariati; Titi Septia Zuriati
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2712.552 KB) | DOI: 10.32584/jika.v3i1.485

Abstract

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 kejadian ISPA di Indonesia sebesar 4.4% dan diketahui kejadian di provinsi Sumatera Barat mencapai 4.1%. Penyakit ISPA di Puskesmas Lubuk Buaya Padang menjadi penyakit urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan pemberian ASI eksklusif dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan. Jenis penelitian Analitik dengan rancangan Case Control dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dimulai tanggal 10 sampai 24 Mei 2019. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling pada kelompok  kasus dan dengan metode pencocokan (matching) pada kelompok control dengan perbandingan 1 : 1, total responden pada penelitian ini adalah 78 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan pemberian ASI  eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan, (ρ value= 0.007 dan OR = 4.018) dan ada hubungan kelengkapan imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan, didapatkan nilai (ρ value = 0.002 dan OR = 5.091). Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan diwilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2019.5Based on 2018 Riskesdas data, the incidence of ARI (Acute Respiratory Infection) in Indonesia is 4.4%. The incidence of ARI in West Sumatra province reached 4.1%. ARI at the Lubuk Buaya Health Center in Padang is the first of 10 diseases in children. Analytical research with Case Control design was conducted in the working area of the Lubuk Buaya Health Center from 10 to 24 May 2019. Samples were taken by simple random sampling technique in case groups and by matching methods in control groups with a ratio of 1: 1, a total of 78 respondents. The instruments used were questionnaires and observation sheets. The results showed that 52.56% of children who did not receive exclusive breastfeeding did not receive complete immunizations. Bivariate analysis shows there is a relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of ARI in children aged 12-24 months, (values ρ = 0.007 and OR = 4.018). There is a correlation between the completeness of immunization with the incidence of ARI in children aged 12-24 months, obtained values (values ρ = 0.002 and OR = 5.091). The conclusion from the results of this study found a relationship between exclusive breastfeeding and completeness of immunization with the incidence of ARI in children aged 12-24 months in the working area of Lubuk Buaya Health Center in 2019.
Hubungan Persepsi tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan pada Remajaputri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Bandung Hani Triana
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i1.382

Abstract

Latar belakang: Perubahan yang terjadi pada masa remaja salah satunya adalah perubahan fisiologis yang sering terjadi pada organ reproduksi.Salah satu gangguan klinis dari infeksi pada organ reproduksi wanita adalah keputihan. Sekitar 75% wanita di dunia mengalami keputihan  paling tidak sekali dalam hidupnya dan sekitar 90% wanita Indonesia mengalami keputihan karena Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis. Hasil studi pendahuluan masih terdapat remaja putri yang menganggap keputihan merupakan suatu hal yang biasa dan tidak berbahaya.Tujuan: mengetahui hubungan persepsi dengan perilaku penanganan dan pencegahan keputihan pada remaja putri di SMAN 1 BanjaranMetode: penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan  cross-sectional. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 84 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahstratified random sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan analisis data menggunakan uji Chi Square.Hasil:. Hasil penelitian menggunakan uji statistik diperoleh nilai signifikansi p-value sebesar  p=0,035.Kesimpulan: Dikarenakan nilai p-value < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan  yang bermakna antara persepsi dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Background: Changes that occur in adolescence one of which is the physiological changes that often occur in the reproductive organs. One of the clinical disorders of infection in the female reproductive organs is vaginal discharge. Around 75% of women in the world experience vaginal discharge at least once in their lives and around 90% of Indonesian women experience vaginal discharge because Indonesia is a tropical climate. Results of preliminary studies are still young women who consider vaginal discharge to be a normal and harmless thing.Aim: The purpose of this study was to determine the relationship between perception and behavioral treatment and prevention of vaginal discharge in young women at SMAN 1 Banjaran. Methods: This research is a quantitative study with the type of research used is correlational with cross-sectional approach. The number of samples in this study were 84 people with the sampling technique used was stratified random sampling. Data collection instruments used in this study were questionnaires and data analysis using the Chi Square test.Results: The results of the study using statistical tests obtained p-value significance of p = 0.035. Because the p-value <0.05.Conclusion: Ho is rejected, which means there is a meaningful relationship between perception and behavioral prevention and treatment of vaginal discharge.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Orang Tua Terhadap Penggunaan Antibiotik pada Anak Putwi Marinesia Nur; Meira Erawati
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1542.927 KB) | DOI: 10.32584/jika.v3i1.342

Abstract

Latar belakang: Penggunaan antibiotik pada anak memiliki perbedaan dengan orang dewasa. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman orang tua tentang penggunaan antibiotik pada anak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku orang tua terhadap penggunaan antibiotik pada anak.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Dengan menggunakan teknik Stratified sampling, sebanyak 270 orang tua yang dijadikan responden penelitian dan mengisi kuesioner penelitian.Hasil: Analisis data didasarkan pada analisis univariat dan analisis bivariat yang dilengkapi dengan spearman. Uji statistik telah dilakukan oleh "Spearman’s rho" itu menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan orang tua terhadap penggunaan antibiotik pada anak-anak (p <0,05).Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan orang tua, dan sikap orang tua dengan perilaku orang tua terhadap penggunaan antibiotik pada anak. Ada hubungan tindakan orang tua dengan perilaku orang tua terhadap penggunaan antibiotik pada anak. Background: The use of antibiotics in children is different from adults. Therefore, parents was need understands use antibiotics in children.Aim: This study aims to assess the factors related to parents towards antibiotic use in children.Methods: This study was conducted by studying cross sectional analytic study method. Using the Stratified sampling technique, 270 parents were used as research respondents and filled out the research questionnaire.Results: The data analysis was based on univariate analysis and bivariate analysis equipped with spearman. Statistical test has been conducted by “Spearman’s rho” it shows that there is a significant correlation between factors related to parents towards antibiotic use in children (p<0,05).Conclusion: This research does not show the relation between parents age, education, knowledge, and attitude with parents behavior on giving antibiotics to their child. There is some significant relation between parents action and parents behavior on giving antibiotics to their child.
FAMILY EDUCATION STRATEGIES IN CARING FOR CHILDREN WITH CONGENITAL ADRENAL HYPERPLASIA (CAH): A LITERATURE REVIEW Meira Erawati; Maya Ajeng Lestari
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i2.623

Abstract

Families having children with congenital adrenal hyperplasia (CAH) may have low knowledge and awareness in some aspects of  CAH management. Information and education regarding caring for children with CAH is essential for families so that they can provide proper care and treatment to their children. This study aims to describe the strategy of family education about caring for children with CAH from the existing literature. A literature review was performed by investigating relevant studies from online databases of Google Scholar, Science Direct, PubMed, and BioMed Central. Keywords of “education” and “children” and “congenital adrenal hyperplasia” and “family or parents” were used in searching the data. The results of the review showed various strategies that can be applied to provide education to families, especially parents. These strategies include providing detailed care instructions about adrenal crisis management, encouraging families/ parents to use positive and useful coping strategies, increasing knowledge and awareness on the use of medical alert IDs, providing Psychosocial Education Program (PEP), increasing nurses’ knowledge and comfort in providing education to families, and suggestions for improving the provision of family education. The provision of education to families or parents having children with CAH should consider some individual aspects such as emotional states, health literacy, learning styles, the amount of information, and knowledge assessment of each family/parent.
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA ANAK TUNAGRAHITA : KAJIAN LITERATUR Ahid Nur Aini; Meira Erawati
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i2.650

Abstract

Anak penyandang tunagrahita memiliki tingkat intelegensi yang rendah ≤ 70 dan sering mengalami berbagai permasalahan seperti diskriminasi atau pengucilan, penolakan dari lingkungan, dan sering dianggap rendah oleh orang lain. Anak tunagrahita sering mengalami ketidakpercayaan diri dan kadang menarik diri dari lingkungan sehingga anak tunagrahita rentan memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih rendah. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada anak tunagrahita melalui analisis berbagai literatur. Penelitian ini merupakan studi kajian literatur. Artikel diperoleh dari beberapa database meliputi Proquest, Pubmed, Google Scholar, Science Direct dan Springer Link dengan kata kunci quality of life/ intellectual disability/ mental retardation/ down syndrom didapatkan 4009 artikel, kemudian dilakukan penapisan terpublikasi 2010-2020 didapatkan 1887 artikel, kemudian dipersempit sesuai dengan kriteria inklusi yaitu judul, fullteks, serta berbahasa inggris didapatkan 61 artikel, dilakukan penapisan kembali sesuai topik serta responden didapatkan 10 artikel yang relevan. Hasil analisis pada 10 literatur didapatkan bahwa tingkat kualitas hidup anak tunagrahita dalam kategori rendah sampai normal. Intelegensi yang rendah berdampak pada penurunan daya ingat, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memberikan respon dalam berkomunikasi yang menyebabkan timbulnya hambatan dalam membangun hubungan sosial. Perlu adanya dukungan kepada anak tunagrahita agar memiliki gambaran kualitas hidup yang lebih baik.  
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING Niken Ayu Merna Eka Sari; Komang Ayu Resiyanthi
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i2.773

Abstract

World Health Organization (WHO) (2014) dalam Global NutritionTargets 2025, stunting dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan. Insiden stuntingsecara global diperkirakan sekitar 171 juta sampai 314 juta yang terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun dan 90% diantaranya berada di negara-negara di benua Afrika dan Asia (Fenskeet et al, 2013). Stunting di Indonesia terbesar ke dua di kawasan Asia Tenggara yang mencapai 43,8%. Berdasarkan data Riskesdas (2018) prevalensi stunting balita mencapai 30,86%. Sedangkan kejadian stunting di Bali mencapai 21.9%. Kasus tertinggi di lima Kabupaten di Bali mencapai taraf memprihatinkan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, rata-rata diatas 20% sampai 25%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian stunting. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,011 (p<0,05) sehingga ini menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku merokok orangtua dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun, dengan nilai kekuatan korelasi sebesar 0,33 dapat diartikan bahwa variabel perilaku merokok orangtua dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun memiliki kekuatan korelasi atau hubungan yang rendah. Kesimpulannya adalah perilaku merokok pada orangtua akan menimbulkan dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap proses pertumbuhan anak.
THE EFFECT OF STUNTING ON COGNITIVE AND MOTOR DEVELOPMENT IN TODDLER CHILDREN : LITERATURE REVIEW Eva Supriatin; Diwa Agus Sudrajat; Firda Annisa R; Linlin Lindayani
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i2.782

Abstract

Stunting is a condition in which toddlers have less length or height compared to age. Stunting can affect physical growth, motor development, and motor activity. Children who experience motor skills are caused by obstacles to the muscle maturity process so that muscle ability is reduced. Many studies say there is a link between cognitive and motor development. Objective: To study the effect of stunting against cognitive and motor development in children toddlers. This study is a systematic review of the literature. The inclusion criteria for search studies were quantitative research, free full text, Indonesian, or English. Selection of published articles with a range of 2015-2020 and free full text, after reading the title of the article and looking at the inclusion criteria, then it is re-selected by looking at the sample criteria based on age and development, and an assessment is carried out using the JBI format. There is a stunning effect on the cognitive and motor development of children ages toddler. The results of the study stated that children who were stunted had an 11.98 times greater chance of having motor development below average. As well as the mild stunting category with cognitive development suspect there is a delay in toddlers, namely not being able to mention the type of color, differentiating the size of the object, mentioning gender, pairing known images. While the moderate stunting category with cognitive development suspect or experiencing delays can result in reduced brain cells by 15-20 percent. Toddlers who experience the severe stunting category with cognitive development suspect there is a delay, marked by slow maturity of nerve cells, slow motor movements, lack of intelligence, and slow social response. Stunting affects cognitive and motor development in children toddlers. Some of the impacts that arise are memory decline, inaccuracy in storing objects, delays in verbal and non-verbal, and delays in thinking.
DETEKSI DAN STIMULASI PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK PRASEKOLAH: LITERATUR REVIEW Ikeu Nurhidayah; Ranti Gilar Gunani; Gusgus Gharaha Ramdhanie; Nuroktavia Hidayati
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 3 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jika.v3i2.786

Abstract

Perkembangan sosial pada anak usia prasekolah termasuk kedalam golden period dimana masa tersebut tidak bisa diulangi lagi. Faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial pada anak adalah deteksi dini dan pemberian stimulasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mensintesis penelitian mengenai deteksi dini perkembangan sosial dan strategi pemberian stimulasi perkembangan sosial pada anak prasekolah. Metode studi literatur ini adalah descriptive review. Artikel dikumpulkan dari data base Google Scholar, PubMed, ProQuest dan Science Direct. Kata kunci yang digunakan yaitu Screning Social Developmental Tools/ Deteksi dini perkembangan sosial, Stimulation/ Stimulasi, Social Development/ Perkembangan sosial, Prescholer, Preschool/ anak usia prasekolah dengan menggunakan Boolean “OR” dan “AND”. Kriteria artikel yang digunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris, diterbitkan dalam periode 10 tahun teakhir (2010-2020). Hasil studi literatur menemukan 15 artikel untuk deteksi dini perkembangan sosial dapat menggunakan instrumen Denver developmetal screening test (DDST), Kuisioner pra skrining perkembangan (KPSP), Preschool Pediatric Symtom Cheklist (PPSC), Dortmund Developmental Screening Preschool (DDSK), The Ages & Stages Quistionnaries (ASQ:SE), Vineland Social Maturity Scale (VSMS). Sementara itu, stimulasi perkembangan sosial dapat dilakukan dengan stimulasi bermain, stimulasi visual art,dan stimulasi senam rhythmic. Terdapat berbagai jenis instrumen untuk mendeteksi perkembangan sosial dan strategi pemberian stimulasi perkembangan sosial pada anak prasekolah. Stimulasi perkembangan sosial tersebut dapat dilakukan oleh orang tua, guru dan perawat. Penggunaan instrument untuk deteksi perkembangan sosial dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Stimulasi perkembangan sosial yang paling efektif adalah dengan stimulasi bermain. Orangtua, perawat dan guru perlu mengintegrasikan stimulasi perkembangan sosial dalam aktivitas bermain anak.