cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology
ISSN : 20884230     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Psikologi Ulayat (JPU) [Indonesian Journal of Indigenous Psychology] is a peer-reviewed scientific journal in Psychology that publishes empirical based research articles of various topics related to psychology, particularly topics that emphasize indigenous values and cultures of Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 113 Documents
PENGARUH GRATITUDE TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN Novianty, Sherla; Goei, Yonathan Aditya
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.728 KB) | DOI: 10.24854/jpu22013-19

Abstract

Gratitude diketahui dapat memperbaiki coping seseorang terhadap stres dan meningkatkan kebahagiaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gratitude terhadap kepuasan pernikahan baik pada diri sendiri maupun pada pasangan. Alat ukur yang digunakan adalah The Gratitude Questionnaire-Six-Item Form (GQ-6) dan Relationship Assessment Scale (RAS). Responden dari penelitian ini adalah 180 pasangan suami istri yang berdomisili di Jakarta. Hasil analisis menemukan terdapat pengaruh yang signiikan gratitude suami terhadap kepuasan pernikahan suami (r2 = .31, p = 0.0), gratitude suami terhadap kepuasan pernikahan istri (r2 = .48, p = 0.0), gratitude istri terhadap kepuasan pernikahan istri (r2 = .58, p = 0.0), dan gratitude istri terhadap kepuasan pernikahan suami (r2 = .20, p = .004)
“SUWUNG”: POLA PENYELESAIAN MASALAH KAUM SUFI SUKU JAWA DI KOTA MALANG Setiyowati, Ninik
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.814 KB) | DOI: 10.24854/jpu22016-66

Abstract

Abstract — “Suwung” is a Javanesse term that describes an empty condition which has no form and is abstract. It implies emptiness with nuances of perfect self-control and true self-awareness with regard to divinity. Suwung, to the Sufi, is a spiritual experience called peak experience. Maslow defined peak experience as a condition when a person is feeling out of him-/herself mentally (Davis, 2003). Through this Suwung concept, humans can consciously solve the problems faced in life more wisely. Subject for the present research was grouped into three categories: (1) Sufis who have not met the basic needs (2) Sufis who meet the basic needs with struggle, (3) Sufis who meet the basic needs easily. The method used is the snowball sampling. Triangulation by a significant other was used for validation. The research method was qualitative phenomenology and utilizes symbolic interactionist analysis. As for the procedure, researchers conducted in-depth interviews to find the saturation values. The results of this study shows that the three groups of subjects were able to receive a problem with how to free themselves and essentially accepted the Lord in any condition. Narimo and gratitude circumstances be the basis for solving all subjects. In addition to that equation, there are three distinct patterns of thinking of a group of research subjects in solving a problem. First, humans solve problems encountered with resignation. Second, they resolve the problem by way of compromising with the facts. Third, they resolve the problem through the search for meaning of life. Abstrak — “Suwung” merupakan istilah Jawa yang menggambarkan kondisi kosong, tidak mempunyai bentuk dan abstrak. Di dalamnya mengandung makna kekosongan yang bernuansa pengendalian diri yang sempurna dan kesadaran sejati akan diri yang berkaitan dengan ketuhanan. Suwung bagi kaum sufi merupakan sebuah pengalaman spiritual yang disebut peak experience. Peak experience menurut Maslow dijabarkan sebagai suatu kondisi saat seseorang secara mental merasa keluar dari dirinya sendiri (Davis, 2003). Melalui pemahaman Suwung ini, manusia dengan sadar dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan secara lebih bijaksana. Subjek penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu: (1) kelompok penganut paham sufi yang masih belum terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, (2) kelompok penganut paham sufi yang memenuhi kebutuhan dasar hidup dengan perjuangan, (3) kelompok penganut paham sufi yang memenuhi kebutuhan dasar hidup dengan mudah. Metode yang dilakukan adalah snowball sampling. Sedangkan validitas dilakukan dengan metode triangulasi significant other. Metode penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi dengan proses analisis data menggunakan interaksionis simbolik. Dalam prosesnya, peneliti melakukan wawancara mendalam sampai menemukan data jenuh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari ketiga kelompok subjek mampu menerima suatu masalah dengan cara mengosongkan diri dan secara hakiki menerima Tuhan dalam kondisi apa pun. Keadaan Narimo dan syukur menjadi dasar penyelesaian masalah bagi seluruh subjek. Selain persamaan itu, ada tiga perbedaan pola berpikir dari kelompok subjek penelitian dalam memecahkan suatu masalah. Pertama, manusia memecahkan masalah yang dihadapi dengan kepasrahan. Kedua, menyelesaikan masalah dengan cara berkompromi dengan fakta. Ketiga, menyelesaikan masalah melalui pencarian makna akan hidup.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK Wasito, Dian Rachmawati; Indrijati, Herdina
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.526 KB) | DOI: 10.24854/jpu22017-102

Abstract

Abstract — The present study was conducted to determine whether cooperative learning can improve students’ social skills in kindergarten effectively. Cooperative learning includes two techniques, think-pair-share and jigsaw, which were conducted within 10 days. Subjects in the present study amounts to 10 students obtained based on the lower scale by parents and teachers. Results showed that there were differences in social skills of the subjects pre- and post-study. The present study showed that cooperative learning techniques think-pair-share and jigsaw can improve social skills of kindergarten students in the aspects of cooperation, assertiveness, and self-control.   Abstrak — Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada siswa taman kanak-kanak. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini dua teknik yaitu teknik think-pair-share dan jigsaw yang dilaksanakan dalam waktu 10 hari. Subjek dalam penelitian berjumlah 10 siswa yang diperoleh berdasarkan hasil skala rendah oleh orangtua dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan keterampilan sosial pada subjek penelitian pada saat sebelum dan sesudah penelitian. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif teknik think-pair-share dan jigsaw dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa taman kanak-kanak baik pada aspek kerjasama, asertif, dan kontrol diri.
PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Siegit, Setiasih
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.782 KB) | DOI: 10.24854/jpu02018-127

Abstract

Abstract – Information and communication technology (ICT) influences human behavior, including adolescent relationship with parents. Besides positive impact, ICT has a negative impact toward family relationships. The aim of research is to examine the use of information and technology of adolescence and their family functioning. Participants of this research were  male and female adolescents, aged 12-16 (N=90). Data collection used McMaster Family Assessment Device (FAD). The study showed there exists no significant differences of using ICT between male and female adolescents. All participants used their gadgets for communication (verbal and written) and browsing. There were neither significant differences of family functioning between male and female adolescents. Other related findings were discussed. Abstrak — Teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology; ICT) memengaruhi pola relasi antar individu, termasuk relasi remaja dengan orang tua. Selain manfaat positif, ICT juga mempunyai dampak negatif terhadap relasi individu dengan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan perangkat ICT pada remaja laki-laki dan perempuan serta keberfungsian keluarganya. Partisipan penelitian ini adalah remaja usia 12-16 tahun (N=90) melalui pengambilan data dengan angket McMaster family assesment device (FAD). Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan ICT remaja laki-laki dan perempuan. Partisipan remaja laki-laki maupun perempuan menggunakan perangkat ICT untuk berkomunikasi (lisan dan tulisan) dan mencari informasi. Hasil analisis data juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keberfungsian keluarga remaja laki-laki dan perempuan yang memanfaatkan ICT. Penemuan lainnya turut didiskusikan.
PENGARUH STRES INTERNAL DAN STRES EKSTERNAL PADA COPING DIADIK NEGATIF Goei, Yonathan Aditya
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.512 KB) | DOI: 10.24854/jpu12012-14

Abstract

Banyak penelitian menemukan pengaruh buruk stres terhadap kemampuan pasangan melakukan coping. Penelitian ini mencoba lebih lanjut meneliti fenomena tersebut dengan membedakan sumber stres dan menggunakan analisa diadik. Penelitian ini menguji pengaruh stres internal dan stres eksternal terhadap coping diadik negatif pasangan. Data dikumpulkan dari 203 pasangan, dan metode statistik dilakukan mengikuti Actor-Partner Interdependence Model (APIM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres eksternal tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap coping diadik negatif, tapi stres eksternal akan mempengaruhi stres internal yang kemudian akan mempengaruhi coping diadik negatif. Stress internal mempunyai orientasi pasangan, oleh karena itu stress internal suami bukan hanya mempengaruhi coping suami tapi juga istri. Implikasi dari hasil ini juga didiskusikan.
NILAI-NILAI KEBAJIKAN: KEBAIKAN HATI, LOYALITAS, DAN KESALEHAN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU Anatassia, Dede Fitriana; Milla, Mirra Noor; El Hafiz, Subhan
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.994 KB) | DOI: 10.24854/jpu12015-30

Abstract

Abstract — The belief in good values that live in the community have an influence on the individual’s behavior. Virtue is one of them. Virtues found to have links with the individual’s character and personality. By using the approach of constructive realism indigenous psychology, this study aims to explore the virtues in the context of Melayu culture. Data collection techniques in this study were open ended questions and multiple responses. Data were analyzed with qualitative and quantitative methods using NVivo. It was found that kindness and loyalty are the core virtues that are considered important in everyday life. In the relationship context, the behaviors target of these values is higher in the community than personal. Virtues was found to be differ according to the demands of the situation. These virtues shifted in problem solving situations, where kindness and empathy are expected to appear less than serenity and resourceful. It is clear that the virtues which embraced by the individual does not always manifest if the situation is not supportive for the emergence of these virtues. Abstrak — Kepercayaan pada nilai-nilai kebaikan yang hidup dalam masyarakat memiliki pengaruh pada perilaku individu. Nilai-nilai kebajikan adalah salah satunya. Nilai kebajikan ditemukan memiliki kaitan dengan karakter dan kepribadian seseorang. Dengan menggunakan pendekatan realisme konstruktif indigenous psychology, studi ini bertujuan menggali nilai-nilai kebajikan dalam konteks budaya Melayu. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data open ended question dan multi respon. Data dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan NVivo. Ditemukan bahwa nilai-nilai kebaikan hati dan loyalitas merupakan nilai-nilai utama yang dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks relasi, target pengamalan perilaku dari nilai-nilai tersebut lebih tinggi pada komunitas dibandingkan personal. Nilai-nilai kebajikan ditemukan berbeda sesuai dengan tuntutan situasi. Nilai-nilai tersebut bergeser dalam situasi penyelesaian masalah, dimana kebaikan hati dan empati lebih sedikit diharapkan muncul dibandingkan ketenangan (serenity) dan kepandaian (resourceful). Hal ini menjelaskan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh individu tidak selalu manifes jika situasinya tidak mendukung bagi munculnya nilai tersebut.
RASA PERCAYA PADA PASUTRI PERKAWINAN JARAK JAUH Naibaho, Saira Lastiar; Virlia, Stefani
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.698 KB) | DOI: 10.24854/jpu12016-54

Abstract

Abstract — Couples have the responsibility in domestic life, communicating with each other, and accept any changes that occur in marital life. Physical separation between couples is severe, where the fulfillment of the task of marriage becomes ineffective because couples can’t be met at all times. Trust becomes an important issue for couples with a distance apart, which can help couples maintain a household. This research is a phenomenological study, using interview techniques at the three couples aged 18-40 years who underwent commuter marriage since the beginning of the marriage with a maximum of 18 years of marriage. The results showed that trust in a commuter marriage can be seen from five aspects, such as openness, sharing, acceptance, support, and cooperate. There are two main factors that affect the subject remained with the conditions, commuter marriage is the economic factor and cultural factors that require women to take care her parents. In addition, there are other factors, such as the communication factor, the gratification of sexual needs, and marriage age. Abstrak — Setiap pasangan suami istri (pasutri) memiliki pembagian tanggung jawab di dalam kehidupan rumah tangga, saling berkomunikasi, dan menerima segala perubahan yang terjadi pada pasangan sepanjang waktu di dalam kehidupan perkawinan. Akan tetapi, ada kalanya suatu keluarga tidak dapat tinggal dalam satu rumah dan hidup berdampingan setiap harinya. Perpisahan secara fisik antar pasutri merupakan suatu hal yang sangat berat, di mana pemenuhan tugas perkawinan menjadi tidak efektif karena pasutri tidak dapat bertemu setiap saat. Rasa percaya menjadi masalah penting bagi pasutri dengan jarak yang terpisah, yang dapat membantu pasutri mempertahankan rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologis dengan menggunakan teknik wawancara pada tiga pasutri dengan rentang usia 18-40 tahun yang menjalani perkawinan jarak jauh sejak awal pernikahan dengan usia pernikahan maksimal 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa percaya dalam perkawinan jarak jauh dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu aspek keterbukaan, saling berbagi, penerimaan, dukungan, dan  bekerja sama. Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi subyek tetap bertahan dengan kondisi pernikahan jarak jauh yaknifaktor ekonomi dan budaya setempat yang mengharuskan subyek perempuan untuk menjaga orangtuanya yang sudah lanjut usia di tempat asal. Selain dua faktor tersebut, terdapat juga faktor lainnya, seperti faktor komunikasi, pemuasan kebutuhan seksual, dan usia pernikahan.
HUBUNGAN JOB INSECURITY DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PT. KX Markus, Viestar Jeffran; Jatmika, Devi
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.595 KB) | DOI: 10.24854/jpu12017-81

Abstract

Abstract — An unstable condition of a company causes the need to downsize the organizations structure by doing layoff. This circumstance evokes a feeling of insecurity in the employees, known as job insecurity. The present study’s objective was to examine if there is a relationship between job insecurity and organizational commitment in the current employees of PT. KX in Jakarta, while other employees have been laid off. The present study was done by distributing a questionnaire to 89 employees in PT. KX. The study was a correlational research with quantitative method. The sampling technique was criterion sampling. The results showed that there is a significant negative relationship between job insecurity and organizational commitment. Therefore, the conclusion of the present study is that the lower the job insecurity among employees, the higher the organizational commitment towards the company, vice versa.  Abstrak — Kondisi perusahaan yang tidak stabil menyebabkan perusahaan mengambil keputusan untuk melakukan perampingan struktur organisasi, yaitu dengan cara melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Peristiwa ini menyebabkan rasa tidak aman dalam bekerja yang dirasakan oleh karyawan, atau dikenal dengan job insecurity. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara job insecurity dengan komitmen organisasi pada karyawan PT. KX di Jakarta yang masih bekerja, mengingat sebagian karyawan di perusahaan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 89 karyawan di PT. KX. Penelitian ini bersifat korelasional dengan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah criterion sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara job insecurity dengan komitmen organisasi. Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini ialah semakin rendah job insecurity pada karyawan maka semakin tinggi komitmen organisasi pada perusahaan, dan sebaliknya.
KECERDASAN BUDAYA DAN PENYESUAIAN DIRI DALAM KONTEKS SOSIAL-BUDAYA PADA MAHASISWA INDONESIA YANG KULIAH DI LUAR NEGERI Ghaniyy, Anshari Al; Akmal, Sari Zakiah
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.322 KB) | DOI: 10.24854/jpu02018-179

Abstract

Abstract — This study aims to investigate the relationship between the sociocultural adjustment and cultural intelligence in Indonesian students who study abroad. Sociocultural adjustment is the ability and competence to adapt in a new environment by facing everyday life difficulties in different cultural contexts. Cultural intelligence is an individual's ability to learn, manage, and interact in order to work effectively with culturally different societies. Cultural intelligence has two dimensions: internalised cultural knowledge intelligence (ICK) and effective cultural flexibility (ECF). Participants in this study were 105 Indonesian students who studied abroad at the time they participate. The data was processed with partial correlation by controlling for sex and the use of English. The results showed that ICK has a significant relation to sociocultural adjustment, while ECF is not significantly related to sociocultural adjustment. The findings highlight the importance of students to deepen the cultural and all aspects of the destination country in order to adapt well.Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan penyesuaian diri dalam konteks budaya yang berbeda dengan kecerdasan budaya pada mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Kemampuan penyesuaian diri dalam konteks budaya adalah kemampuan dan kompetensi untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru dengan melihat kesulitan yang dihadapi dalam keseharian dalam konteks budaya yang berbeda. Kecerdasan budaya merupakan kemampuan individu untuk memelajari, mengelola, dan berinteraksi agar dapat bekerja secara efektif dengan masyarakat yang berbeda budaya. Kecerdasan budaya memiliki dua dimensi yaitu internalized cultural knowledge intelligence (ICK) yang membahas kemampuan kognitif dan effective cultural flexibility (ECF). Partisipan dalam penelitian ini ialah 105 mahasiswa Indonesia yang berkuliah di luar negeri saat berpartisipasi dalam penelitian ini. Data penelitian diolah dengan korelasi parsial dengan mengontrol jenis kelamin dan penggunaan bahasa Inggris. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ICK memiliki hubungan yang signifikan dengan penyesuaian diri dalam konteks budaya, sedangkan ECF tidak berhubungan signifikan dengan penyesuaian diri dalam konteks budaya. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya mahasiswa untuk lebih mendalami kebudayaan dan segala aspek yang terdapat di negara tujuan agar dapat beradaptasi dengan baik.
PSIKOLOGI ULAYAT Sarwono, Sarlito Wirawan
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.854 KB) | DOI: 10.24854/jpu12012-6

Abstract

Psikologi klasik cenderung konservatif, yang lebih banyak berurusan dengan teori teori tentang proses-proses individual dan yang bersifat universal. Kecenderungan kepada paradigma sosial, berawal ketika psikolog-psikolog Eropa, SergeMoscovici meluncurkan gagasannya tentang reprentasi sosial (1961) dan Henrri Tajfel dan Turner mempublikasikan teori mereka tentang identitas social (1979). Psikologi tidak lagi semata-mata individual, namun terkait dengan lingkungan sosial dan kebudayaan. Setiap kelompok, ras atau etnik, jadinya punya psikologinya sendiri yang relevan dengan konteks kehidupan masingmasing. Di tahun 1933 seorang psikolog Asia, Uichol Kim dan sejawatnya orang Eropa, John Berry mencetuskan istilah indigenous psychology yang didefi niskannya sebagai “studi ilmiah tentang perilaku dan minda (mind) manusia yang berasal dari dirinya sendiri (native), yang tidak dibawa dari daerah lain, dan dirancang untuk orang-orang itu sendiri”. Karena tidak ada padanan dalam bahasa Indonesia untuk kata “indigenous”, maka dalam sebuah Konges Ikatan Psikologi Sosial di Universitas Indonesia, Jakarta, pada tahun 1999, saya mencetuskan kata “ulayat”. Saya meminjam istilah itu dari antropologi dan hukum 

Page 1 of 12 | Total Record : 113