cover
Contact Name
Dr. Waras Nurcholis, MSi
Contact Email
jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id
Phone
+628179825145
Journal Mail Official
jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
TropBRC, Gedung CRC Lantai 2, Kampus IPB Taman Kencana, Jl. Taman Kencana No. 3, 16128
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Jamu Indonesia
ISSN : 24077178     EISSN : 24077763     DOI : 10.29244
Jurnal Jamu Indonesia (JJI) didedikasikan untuk pertukaran informasi dan pemahaman keilmuan yang meluas mengenai pengembangan dunia jamu melalui penerbitan makalah-makalah Ilmiah. Tema makalah ilmiah yang menjadi lingkup JJI meliputi tema riset jamu dari hulu kehilir yang tidak terbatas pada riset etnobotani dan pengetahuan lokal, eksplorasi, Konservasi, Domestikasi sumberdaya hayati terkait jamu, pemuliaan varietas, pengembangan Good Agricultural and Collection Practices (GACP) bahan baku jamu, pengembangan standar bahan baku dan produk jamu, pengembangan produk jamu, Identifikasi senyawa aktif serta sintesisnya, Mekanisme kerja bioaktivitas formula jamu, aspek sosial dan ekonomi terkait dengan pengembangan jamu.
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
Evaluasi Aktivitas Antioksidan dan Perubahan Metabolit Sekunder Mayor Temulawak (Curcuma xanthorriza) Pada Umur Rimpang Yang Berbeda Edy Djauhari Purwakusumah; Lusi Royani; Mohamad Rafi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 1 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.368 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i1.3

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dan perubahan metabolit sekunder mayor temulawak (C. xanthorrhiza) pada umur rimpang yang berbeda. Aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan tiga metode yaitu DPPH (1,1-difenil-1-pikrilhidrazil), FRAP (ferric reducing antioxidant power), dan CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity), sedangkan kadar kurkuminoid dan xantorizol ditentukan dengan metode KCKT. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan, kadar kurkuminoid dan xantorizol menunjukkan semakin meningkat dengan bertambahnya umur rimpang temulawak. Analisis korelasi antara aktivitas antioksidan dan kadar kurkuminoid serta xantorizoldiperoleh bahwa kapasitas antioksidan yang diukur dengan metode DPPH dan FRAP mempunyai korelasi positif dengan nilai sebesar 0.757 r 0.996 dan 0.522 r 0.976 berturut-turut, sedangkan metode CUPRAC berkorelasi tinggi dengan jumlah rendemen (r = 0.986). Analisis spektrum IR pada sampel rimpang temulawak memberikan profil yang identik dengan perbedaan hanya pada nilai absorbansnya. Rimpang temulawak dengan umur 9 bulan memiliki detail spektrum IR yang lebih jelas dan nilai absorbans yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur rimpang 7 dan 8 bulan. Evaluasi yang dilakukan dapat memberikan informasi mengenai mutu rimpang temulawak berdasarkan masa tanamnya.
Efek Sinergis Bahan Aktif Tanaman Obat Berbasiskan Jejaring Dengan Protein Target Nur Hilal A. Syahrir; Farit Mochamad Afendi; Budi Susetyo
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 1 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.882 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i1.6

Abstract

Medicinal plants contain inherently active ingredients. Such ingredients are beneficial to prevent and cure diseases, as well as to perform specific biological functions. In contrast to synthetic drugs, which is based on one single chemicals, medicinal plants exert their beneficial effects through the additive or synergistic action of several chemical compounds. Those chemical compound act on single or multiple targets (multicomponent therapeutic) associated with a physiological process. Active ingredients combinations show a synergistic effect. This means that the combinational effect of several active ingredients is greater than that of individual one acting separately. A network target can be used to identify synergistic effects of plants active ingredients. The method of NIMS (Network target-based Identification of Multicomponent Synergy) is a computational approach to identify the potential synergistics effect of active ingredients. It also assessess synergistic strength of any active ingradients at the molecular level by synergy scores. We investigate these synergistic on a Jamu formula for diabetes mellitus type 2. The Jamu formula is composed of four medicinal plants, namely Tinospora crispa , Zingiber officinale, Momordica charantia, and Blumea balsamivera. Our work succesfully demonstrates that the highest synergy scores on medicinal plants synergy can be seen in pairs of several active ingredients in Zingiber officinale. On the other hand, the synergy of pairs of active ingredients in Momordica charantia and Zingiber officinale posseses a relatively high score. The same occurs in Tinospora crispa and Zingiber officinale.
Editorial dan Kelengkapan Jurnal Latifah K. Darusman
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 1 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.5 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i1.7

Abstract

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME yang akhirnya di tahun 2016 ini, Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB telah menerbitkan Jurnal Jamu Indonesia sebagai media diseminasi penelitian terkait jamu Indonesia. Jurnal ini nantinya diharapkan dapat menambah informasi menyeluruh tentang jamu dari kegiatan hulu hingga hilirnya. Jamu merupakan warisan budaya Indonesia dan telah digunakan sejak berabad abad yang lalu. Jamu merupakan istilah lain dari obat herbal yang terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering di Indonesia unruk kesehatan dan kecantikan. Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Lebih jauh, Sistem Kesehatan Nasional Indonesia menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional dalam hal ini jamu ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Tiga isu kunci yaitu kualitas, keamanan dan khasiat untuk pengembangan produk jamu hanya dapat dicapai apabila prioritas diberikan sejak awal proses pengembangannya. Dalam beberapa tahun terakhir, isu kualitas, keamanan dan khasiat telah menjadi fokus perhatian para ilmuwan yang bekerja dalam keilmuan terkait. Seiring dengan banyaknya penelitian-penelitian pengembangan Jamu ini, hasil kajian yang didapatkan tentunya akan memerlukan wadah untuk diseminasi agar hasil kajian tersebut dapat diakses oleh para pihak yang memerlukan. Jurnal Jamu Indonesia dapat menjadi fasilitas bagi para peneliti dan ilmuwan untuk memudahkan pendistribusian informasi ilmu pengetahuan mengenai jamu melalui tulisan-tulisan yang dapat dipublikasi. Semua hasil karya tersebut akan diarsipkan sebagai dokumentasi berharga demi terjaganya informasi yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan. Latifah K. Darusman Ketua Dewan Redaksi
NPK Levels and Application Methods on Productivity of Amorphophallus muelleri Blume in Intercropping System Edi Santosa; Anas Dinurrohman Susila; Adolf Pieter Lontoh; Yoko Mine; Nobuo Sugiyama
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1100.514 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.12

Abstract

Underground corm of Amorphophallus muelleri Blume contained glucomannan, a raw material widely used in beverage, food and medicinal industries. In Indonesia, A. muelleri is grown under intercropping system, however, average corm production was considered low. The low productivity could be related to the low input of chemical fertilizers. Therefore, the effects of NPK fertilizers and methods of application on A. muelleri productivity were evaluated in the present study for intercropping system. Two experiments were conducted at Leuwikopo Experimental Farm, Bogor, Indonesia from 2010-2012 under canopy of coffee trees. First experiment was conducted using four levels of N, P, and K applications, i.e., N:P2O5:K2O at the rate 0:0:0, 100:60:80, 125:60:100 and 150:60:120 kg ha-1. In second experiment, N:P2O5:K2O fertilizers at the rate of 100:60:80 were applied by conventional (solid) and liquefied. Results of first experiment showed that application of N, P and K at rate of 100 kg, 60 kg, and 80 kg ha-1 produced fresh corm weight 636.3±91.7 g per plant or increased by 63% higher than control. However, higher rate of NPK application did not increase corm yield, possibly due to the occurrence of leaf discoloration. Higher rates of NPK also delayed harvest time 1 to 2 weeks compared with control and caused wide variation of corm size. Thus, excess application of NPK should be avoided for high productivity of A. muelleri. Second experiment showed that there was no significant different among methods of application on fresh corm weight, i.e., 413 g and 396 g from conventional and liquefied applications, respectively. These experiments conclude that application of NPK is important to enhance A. muelleri production in intercropping system.
Fingerprint Study of Curcuma xanthorrhiza Rhizome by High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) Tina Wikara; Anny Sulistiowaty; Sri Murhandini; Tepy Usia
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.946 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.13

Abstract

The rhizome of Curcuma xanthorrhiza Roxb is intensively used in Indonesia as traditional medicine. It is widely used for hepatoprotective and anti inflammatory activities. To ensure the quality of its extract, we have studied the fingerprint or phytochemical analysis. This research was aimed to produce a chromatogram profile of the rhizome by HPTLC. The HPTLC fingerprint chromatogram of C. xanthorrhiza rhizome was performed using HPTLC plate of silica gel 60 F254 as the stationary phase and chloroform-methanol (97:3) as the mobile phase. Spot detection was carried out by TLC photo documentary system at 254 and 366 nm and TLC scanner at 427 nm. The developed method was validated according to ICH guidelines by determination of specificity and precision. We found that the specifity and precission of the method were met the acceptance criteria. In conclusion, the developed method is valid and could be used for quality control and standardization of herbal medicine containing C. xanthorrhiza rhizome.
Penentuan Derajat Toksisitas Akut Ekstrak Air Buah Pepaya (Carica papaya L.) Muda Pada Mencit Menggunakan Purposed New Recommended Method Laila Dinda Nadiyah; Yuktiana Kharisma; Yuniarti Yuniarti
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.205 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.14

Abstract

Papaya (Carica papaya L.) fruit was proven scientifically in having medicinal effects: such as gastroprotective, laxative, galactagogues, and antibacterial effect. Unripe papaya fruit contains saponin, alkaloid, tannin, flavonoid, triterpenoid, and quinone which may reveal toxicities as adverse effect when it consumed in high dose. The aim of this study is to determine the acute toxicity degree of unripe Carica papaya L. fruit aqueous extract in mice using proposed new recommended method. The acute toxicity degree conducted by determination of lethal dose50 (LD50) using new recommended method to 12 female mice. The subjects were divided into three stages and each mouse was given different dose of the extract. LD50 calculated by mean of mortality lowest dose and non mortality highest dose then the result classified into the degree of acute toxicity. The study showed there was no mortality in all groups of the experimental subject. LD50 of unripe Carica papaya L. aqueous extract was found >5000 mg/kg BW and classified as Practically Non Toxic (PNT) substance.
Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Acalypha indica dan Centella asiatica pada Jantung Tikus Pascahipoksia: Gen Hif-1a, Troponin I dan Stres Oksidatif Marsetyo Edhiatmi; Wawaimuli Arozal; Erni H Purwaningsih
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1083.737 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.15

Abstract

Hipoksia meningkatkan pembentukan dan pelepasan spesies oksigen reaktif (ROS). Sel mempunyai mekanisme melindungi diri terhadap kerusakan akibat pembentukan ROS yang terjadi secara alami. Jika pembentukan radikal bebas terjadi berlebihan maka dapat menyebabkan stres oksidatif yang memicu kerusakan sel terutama pada jantung. Sehingga tubuh memerlukan asupan antioksidan. Acalypha indica dan Centella asiatica terbukti memiliki efek antioksidan dan melindungi banyak organ dari kondisi hipoksia, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek antioksidan kombinasi ekstrak etanol Acalypha indica dan Centella asiatica pada organ jantung tikus Spraque-Dawley pascahipoksia. Tiga puluh lima ekor tikus Sprague-Dawley jantan diinduksi hipoksia selama 7 hari dalam ruang khusus, kemudian diberi perlakuan. Ekstrak Acalypha indica, ekstrak Centella asiatica dan kombinasinya diberikan kepada kelompok tikus yang telah dibagi menjadi grup A (hipoksia dan diberi air), B (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 200 mg/kgBB dan Centella asiatica 150 mg/kgBB), C (hipoksia dan diberi kombinasi Acalypha indica 250 mg/kgBB dan Centella asiatica 100 mg/kgBB), D (hipoksia dan diberi Acalypha indica 250 mg/kgBB), E (hipoksia dan diberi Centella asiatica 150 mg/kgBB), F (hipoksia dan diberi vitamin C 100mg/kgBB) dan kelompok normal. Perlakuan diberikan secara oral selama 7 hari setelah hipoksia. Parameter yang diamati adalah ekspresi mRNA HIF-1α, kadar MDA, aktivitas enzim SOD dan ekspresi mRNA cTnI. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi HIF-1α antara grup A dan kelompok tikus normal (p>0,05). Kadar MDA meningkat signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Kadar MDA grup D mengalami penurunan secara signifikan (p<0,05) dibanding grup A. Aktivitas SOD menurun signifikan pada grup A (p<0,05) dibanding tikus normal. Aktivitas SOD grup B dan E (p<0,05) mengalami peningkatan secara signifikan dibanding grup A. Grup B meningkat signifikan (p<0,05) dibanding grup E. Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan pada Ekspresi cTnI. Tidak terdapat korelasi antara kadar MDA dan aktivitas SOD serta ekspresi mRNA HIF-1a dan mRNA cTnI. Pemberian kombinasi ekstrak Acalypha indica dan Centella asiatica tidak dapat membantu memproteksi kerusakan jantung pascahipoksia.
Analisis Gerombol Simultan dan Jejaring Farmakologi antara Senyawa dengan Protein Target pada Penentuan Senyawa Aktif Jamu Anti Diabetes Tipe 2 Nurul Qomariasih; Budi Susetyo; Farit Mochamad Afendi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1519.787 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.16

Abstract

Selama ini pembuatan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit masih menargetkan hanya satu protein khusus yang menjadi penyebab penyakit tersebut, yang tentu hanya menggunakan satu senyawa aktif. Padahal selain menimbulkan efek samping, penanganan suatu penyakit perlu menyasar banyak protein sekaligus. Sehingga, baru-baru ini terjadi perubahan paradigma dari “one drug, one target” menjadi “multi-components, network target”. Paradigma baru ini telah melahirkan beberapa penelitian untuk menghasilkan formulasi jamu, hal ini dikarenakan konsep formulasi jamu memerlukan beberapa senyawa aktif yang terlibat. Formula jamu yang diteliti sebagai upaya menyembuhkan penyakit Diabetes Melitus (DM) tipe 2 terdiri dari 4 tanaman yaitu Pare (Momordica charantia), Sembung (Blumea balsamifera), bratawali (Tinospora crispa), dan jahe (Zingiber officinale) berdasarkan hasil penelitian Nurishmaya tahun 2014 serta berdasarkan ramuan jamu yang sedang dikembangkan di Pusat Studi Biofarmaka, Bogor. Evaluasi senyawa yang berkaitan dengan DM tipe 2 dilakukan dengan terlebih dahulu menambahkan 19 obat sintetis yang ditujukan untuk DM tipe 2 dari basis data Drug Bank. Sehingga terdapat total sebanyak 74 senyawa aktif yang terdiri dari 55 senyawa alami dari tanaman dan 19 senyawa sintetis obat. Sebanyak 100 protein yang berkaitan erat dengan masing-masing senyawa diperoleh melalui hasil skor konkordan DrugCHIPER. Skor konkordan tersebut kemudian digunakan dalam analisis gerombol simultan antara senyawa dan protein target. Plot komponen utama dan submatrix penggerombolan simultan menunjukkan 2 dari 3 senyawa dari bratawali sangat dekat dengan kelompok sintetis. Selain itu, ada 11 dari 44 senyawa dari Jahe terkumpul bersama dengan senyawa sintetis tetapi dalam jarak yang jauh. Sedangkan berdasarkan jejaring kemiripan, lebih spesifik lagi terdapat 17 dari 19 senyawa obat sintetis yang memiliki kemiripan berdasarkan protein target dengan 2 senyawa tanaman Bratawali dan 5 senyawa tanaman Jahe.
Editorial dan Kelengkapan Jurnal Mohamad Rafi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 2 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.906 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i2.17

Abstract

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayahnya, sehingga Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dapat menerbitkan Jurnal Jamu Indonesia Volume 1 No 2 sebagai media diseminasi penelitian terkait jamu Indonesia. Jurnal ini nantinya diharapkan dapat menambah informasi menyeluruh tentang jamu dari kegiatan hulu hingga hilirnya. Jamu merupakan warisan budaya Indonesia dan telah digunakan sejak berabad abad yang lalu. Jamu merupakan istilah lain dari obat herbal yang terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering di Indonesia untuk kesehatan dan kecantikan. Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Lebih jauh, Sistem Kesehatan Nasional Indonesia menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional dalam hal ini jamu ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Tiga isu kunci yaitu kualitas, keamanan dan khasiat untuk pengembangan produk jamu hanya dapat dicapai apabila prioritas diberikan sejak awal proses pengembangannya. Dalam beberapa tahun terakhir, isu kualitas, keamanan dan khasiat telah menjadi fokus perhatian para ilmuwan yang bekerja dalam keilmuan terkait. Seiring dengan banyaknya penelitian-penelitian pengembangan Jamu ini, hasil kajian yang didapatkan tentunya akan memerlukan wadah untuk diseminasi agar hasil kajian tersebut dapat diakses oleh para pihak yang memerlukan. Jurnal Jamu Indonesia dapat menjadi fasilitas bagi para peneliti dan ilmuwan untuk memudahkan pendistribusian informasi ilmu pengetahuan mengenai jamu melalui tulisan-tulisan yang dapat dipublikasi. Semua hasil karya tersebut akan diarsipkan sebagai dokumentasi berharga demi terjaganya informasi yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan. Mohamad Rafi Ketua Dewan Redaksi
Prediksi Senyawa Aktif Pada Tanaman Obat Berdasarkan Kemiripan Struktur Kimiawi untuk Penyakit Diabetes Tipe II Rizal Bakri; Hari Wijayanto; Farit Mochamad Afendi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 3 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i3.18

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang dicirikan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah. Di Indonesia jumlah penderita diabetes menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina dengan jumlah penderita mencapai lebih dari 12 juta jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi diabetes adalah mengkonsumsi obat herbal berupa jamu sebagai alternatif obat sintetik. Pusat Studi Biofarmaka Bogor sedang mengembangkan ramuan jamu untuk penyakit Diabetes Melitus Tipe II yang terdiri dari empat tanaman obat yaitu pare (Momordica charantia), sembung (Blumea balsamifera), bratawali (Tinospora crispa), dan jahe (Zingiber officinale). Kandungan senyawa keempat tanaman diduga memiliki aktivitas biologis yang mirip dengan senyawa sintetik. Pada prinsipnya, diasumsikan bahwa senyawa yang struktur kimiawinya mirip memiliki sifat biologis yang mirip. Kemiripan senyawa diukur menggunakan koefisien Modifikasi Tanimoto dengan sidik jari molekuler KR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Bratawali merupakan tanaman utama pada ramuan jamu untuk penyakit diabetes berdasarkan jumlah kandungan senyawa yang dominan mirip dengan senyawa sintetik yaitu senyawa N-trans-feruloyltyramine (B015) dan N-formylanonaine (B018). Selanjutnya, Senyawa-senyawa yang memiliki nilai kemiripan tinggi dengan senyawa sintetik diperoleh pula pada senyawa karaviloside I (P195) dari tanaman pare, senyawa xanthoxylin (S002) dari tanaman sembung, senyawa borneol (J207) dan (-)- isoborneol (J226) dari tanaman Jahe.

Page 1 of 11 | Total Record : 109