cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ilmiah LISKI (Lingkar Studi Komunikasi)
Published by Universitas Telkom
ISSN : 24424005     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
The Journal of Communication Studies Peripheries (LISKI) has a philosophy of advancing communication studies through the dissemination of knowledge transferred by the journal. At the beginning of its formation, LISKI was a discussion-group activity initiated by the lecturers of communication studies of Telkom University. Starting from sharing knowledge among themselves, it expanded into becoming a scientific-media for communication experts throughout Indonesia. LISKI is inviting all researchers and academicians of communication studies in publishing their research either in qualitative, quantitative, or mixed-mode method. All research papers must be correlated to communication studies. LISKI publishes two publications yearly (1 volume, 2 issues) in February and September.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015" : 6 Documents clear
ANALISIS PENGAPLIKASIAN ADAT REBU PADA MASYARAKAT KARO Rivira Tania
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.810

Abstract

Di dalam pengaplikasiannya, adat Rebu memiliki banyak aturan-aturan yang berlaku, diantaranya adalah tidak boleh berkomunikasi secara langsung, tidak boleh bertatap muka, dan tidak boleh duduk secara berdekatan antara mertua dan menantu. Adat Rebu tersebut merupakan sebuah tata krama yang membatasi cara-cara berkomunikasi antara orang-orang tertentu demi menjaga hubungan baik dan menghargai satu sama lain. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif komparatif yaitu penelitian kualitatif yang bersifat membandingkan. Penelitian ini menggunakan tiga belas informan yang terbagi ke dalam dua wilayah: Enam informan di wilayah Medan, enam informan di wilayah Bandung, dan satu informan yang merupakan ketua adat untuk mendukung hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan dari pengaplikasian adat Rebu pada tiap-tiap informan. Enam informan yang berasal dari Medan masih mengaplikasian adat Rebu sesuai dengan aturan-aturan yang belaku. Sementara hanya dua orang dari enam informan berasal dari Bandung yang masih mengaplikasikan adat Rebu sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pengaplikasian budaya berpengaruh pada wilayah dan tempat tinggal. Semakin sedikit masyarakat yang tinggal diwilayah dengan budaya yang bersangkutan, semakin sedikit pula ia mengkaplikasikannya.
ADAPTASI MAHASISWA ASING DAN LUAR DAERAH DI UNIVERSITAS PADJADJARAN KAMPUS JATINANGOR Masamah masamah
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.811

Abstract

Di era globalisasi ini, mobilitas sudah semakin tinggi. Individu bepergian dari satu tempat ke tempat lain sudah bukan lagi hal yang aneh. Ada berbagai alasan individu bepergian, mulai dari bekerja, mengungsi, berwisata ataupun menempuh pendidikan. Bagi individu yang sedang menempuh pendidikan di negara lain atau daerah lain pasti akan mengalami kejutan budaya serta mengalami ketidakpastian dan kecemasan. Begitu juga mahasiswa asing dan mahasiswa yang berasal dari luar daerah yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Padjadjaran (Unpad) kampus Jatinangor. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses adaptasi mahasiswa asing dan luar daerah di Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor?. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi mahasiswa asing dan luar daerah di Unpad kampus Jatinangor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sedangkan lokasi penelitiannya yaitu di Unpad kampus Jatinangor. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling, yaitu peneliti menunjuk secara langsung informan yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non – partisan, wawancara dan studi literatur. Data yang diperoleh kemudian dianalasis guna mendapatkan makna terhadap data tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi kejutan budaya serta mengurangi ketidakpastian dan kecemasan, mahasiswa asing dan luar daerah yang kuliah di Unpad kampus Jatinangor melakukan strategi adaptasi yang meliputi adaptasi bahasa, adaptasi pergaulan, adaptasi cara berpakaian, adaptasi perbedaan menu dan jadwal makan, adaptasi tempat tinggal dan melakukan berbagai aktivitas di luar kampus. Dengan melakukan berbagai adaptasi tersebut, para mahasiswa yang berasal dari negara asing dan luar daerah dapat merasakan kenyamanan tinggal di Jatinangor.
STUDI KASUS DESKRIPTIF PADA POLA KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KOMUNITAS EBONICS Lucy Pujasari Supratman
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.812

Abstract

Manusia yang tergabung dalam komunitas tertentu, melakukan aktivitas berkomunikasi untuk menyampaikan maksud mereka dengan menggunakan pesan-pesan verbal dan nonverbal. Rangsangan wicara yang disadari oleh manusia dalam suatu komunitas yang termasuk ke dalam kategori pesan verbal dan nonverbal, dilakukan secara sadar untuk berkomunikasi antar mereka. Komunitas mahasiswa yang beranggotakan tiga mahasiswa dari Jurusan Sastra Inggris ini lebih memilih menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal ala Ebonics. Ketiga mahasiswa tersebut telah dua tahun membentuk sebuah komunitas ekslusif yang mereka namakan komunitas mahasiswa Ebonics. Mereka bertiga mengadopsi nama tersebut dari sebuah komunitas warga Afro-Amerika yang berada di Amerika Serikat yang juga bernama komunitas Ebonics. Afro-Amerika ini menggunakan pola bahasa Inggris yang jauh dari standar baku. Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam komunitas mahasiswa Ebonics ini selalu berkomunikasi dengan menggunakan lambang verbal dan nonverbal milik warga Afro-Amerika. Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal Ebonics ini mereka pergunakan hanya ketika sedang berada dalam proses berkomunikasi antar anggota didalam komunitasnya. Tiga mahasiswa ini memiliki kefasihan berbahasa Inggris Ebonics yang lancar, cara berpakaian yang unik, gerak badan, gesture, ekspresi wajah, kontak mata, serta sentuhan-sentuhan ketika saling berinteraksi diantara mereka. Penulis menggunakan metode penelitian studi kasus. Pada penelitian ini, kasus yang diteliti adalah pola komunikasi verbal dan nonverbal yang dipergunakan oleh komunitas mahasiswa Ebonics. Peristiwa komunikasi yang terjadi dalam komunitas mahasiswa Ebonics ini menggunakan simbol komunikasi verbal dan nonverbal dengan minat pada isu Ebonics yang berlatar belakang pada music hiphop. Dari ketertarikan minat yang sama tersebut, pengungkapan diri menjadi semakin berkembang dan lebih terbuka hingga terkuaklah penilaian konsep diri dari historis pengalaman empiris yang pernah mereka alami. Berdasarkan daya tarik pada minat musik ala Ebonics yang serupa pula, mereka lalu menamakan komunitas ini dengan nama komunitas Ebonics. Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Ebonics, menggunakan kata-kata Ebonics serta nonverbal kaum blacks sebagai pemilik asli bahasa Ebonics di amerika serikat. Komunitas Ebonics ini akan lebih berani dan terbuka menceritakan mengenai diri mereka, musik atau curhatan-curhatan hanya pada millieu-nya saja. Sifat introvert yang mereka miliki untuk menjalin komunikasi di luar komunitasnya timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri serta rasa traumatik yang pernah dialami di masa lalu, sehingga hinggap rasa inferior dan ketakutan karena tidak sesuai dengan penilaian atau harapan orang lain. Mereka cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi dan hanya mau membuka diri pada seseorang yang memiliki minat yang sama
ANALISIS IKLAN TOKOBAGUS.COM VERSI “BARANG BAYI TAK TERPAKAI” Muhammad Bronto Latief
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.814

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis semiotika untuk menganalisis objek yang diteliti. Teknik analisis data dilakukan berdasarkan teori semiotika yang di paparkan oleh Roland Barthes deskripsi mengenai iklan Tokobagus.com versi “Barang Bayi Tak Terpakai” dianalisis pada tataran sistem penandaan pertama yang memunculkan makna denotasi, tataran sistem kedua yang memunculkan makna konotasi serta tataran mitos dan ideologi yang terkandung dalam iklan Tokobagus.com. Pada tataran denotasi, iklan Tokobagus.com versi “Barang Bayi Tak Terpakai” menggambarkan sebuah aktifitas disebuah keluarga kecil yang mendapat masalah ketika seorang bapak memakaikan baju kekecilan kepada anaknya karena pakaian tersebuat merupakan pakaian bekas sewaktu anak masih bayi untuk kemudian Tokobagus.com muncul sebagai sarana yang tepat untuk menjual barang bekas. Sedangkan pada tataran konotasi, banyak makna-makna yang muncul yang bersumber dari mitos seperti seorang wanita atau ibu lebih tahu tentang cara merawat anaknya ketimbang sang ayah. Di samping hal tersebut, di dalam ini peneliti menemukan adanya sebuah ideologi kapitalis yang dikonstruksi pada iklan Tokobagus.com versi “Barang Bayi Tak Terpakai” dimana barang bekas dapat dijadikan sebagai modal atau barang yang dapat dijual, bahkan untuk pakaian bayi sekalipun dapat dijadikan uang
MENGOMUNIKASIKAN IDEOLOGI LEWAT SENI Syarif Maulana
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.815

Abstract

Di awal abad ke-20, komunisme berkembang dari sebuah pemikiran filosofis, menjadi ideologi politik dan juga ekonomi sebuah negara. Uni Soviet adalah yang pertama kalinya menjadikan paham komunisme –yang dicetuskan oleh Karl Marx, seorang pemikir asal Jerman di abad ke-19- sebagai sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di bawah pimpinan Vladimir Lenin, seluruh masyarakat diharapkan untuk bersatu agar cita-cita komunisme dapat tercapai: Mewujudkan suatu komunitas yang setara dan tidak ada ketimpangan sosial (sebagaimana lawan ideologi mereka yaitu kapitalisme). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu yang dilakukan adalah mengubah peran seni. Seni yang tadinya ditujukan murni untuk keluhuran estetika semata, oleh Lenin diredefinisi menjadi bertujuan untuk kepentingan komunisme. Karya seni rupa misalnya, harus melukis hal-hal yang terkait dengan ideologi, seperti lukisan buruh, petani, atau peristiwa-peristiwa kemenangan kaum komunis. Artikel ini hendak menunjukkan bahwa peran seni dalam peradaban tidak selalu stabil dan objektif. Ada masa dimana seni merupakan bagian dari ritual keagamaan, ada masa dimana seni merupakan ekspresi pribadi yang murni dari pengaruh eksternal, dan ada masa dimana seni merupakan campur tangan kekuasaan untuk mewujudkan suatu cita-cita ideologi.
REPRESENTASI ETNIS CINA DALAM STAND UP COMEDY Adi Bayu Mahadian
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.816

Abstract

Permasalahan tentang Etnis Cina di Indonesia tidak pernah benar-benar selesai hingga kini. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah atau pihak terkait lainnya banyak menemui kendala. Diantaranya disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap realitas tentang Etnis Cina di Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis semiotik sosial yang dikemukakan oleh Theo Van Leeuwen, penelitian ini berupaya untuk memahami realitas tentang Etnis Cina yang terepresentasikan dalam pertunjukan stand up comedy oleh Ernest Prakasa. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, dari dari ragam wacana tentang Etnis Cina yang terepresentasikan dalam pertunjukan stand up comedy oleh Ernest Prakasa menunjukan bahwa Etnis Cina tidak nyaman dengan keminoritasannya; Kaum muda Etnis Cina mencintai sekaligus membenci tradisi dan budayanya; Etnis Cina menganggap diri sebagai ras unggul; Etnis Cina memandang penting kekayaan; dan Istilah “Cina” tidak dianggap menghina. Kedua, Etnis Cina terepresentasikan pada bagian set up dan punchline dalam struktur humor stand up comedy, dimana sebuah set up humor stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, berfungsi mengkomunikasikan kepada audiensnya tentang: keberadaan kelompok minoritas Etnis Cina di Indonesia, dengan berbagai karakteristiknya, dan berbagai budaya Cina yang menjadi bagian budaya masyarakat Indonesia. Sementara itu, sebuah punchline humor stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, berfungsi untuk mengajak audiensnya untuk mentertawakan orang Cina, dan mentertawakan pemahaman orang lain tentan Etnis Cina. Ketiga, dalam pertunjukan stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, Ernest Prakasa memilih fashion dengan mengenakan kaos oblong, celana jeans, dan memakai sepatu kets; dan berpotongan rambut side-shaves. Sementara itu, Ernest Prakasa menggunakan gaya berbicara jakartaan dalam melakukan pertunjukan stand up comedynya. Keempat, dalam pertunjukan stand up comedynya, Ernest Prakasa merepresentasikan Etnis Cina dalam bahasa yang menunjukan tingkat modalitas tinggi, dan modalitas rendah.

Page 1 of 1 | Total Record : 6