cover
Contact Name
Lalan Ramlan
Contact Email
lalan_ramlan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Seni Makalangan
ISSN : 23555033     EISSN : 27148920     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 129 Documents
HAJAT LEMBUR PERISTIWA RITUAL KESUBURAN Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.256 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.833

Abstract

ABSTRAK  Ritual  Hajat Lembur  merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah, serta kesuburan hasil pertanian. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi kesuburan dalam hal ini Nyai Sri. Seni Terebang sebagai media ritual merupakan produk kreatif   berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial kaitannya dengan kehidupan petani. Untuk mengeksplanasi ritual hajat lembur menggunakan pendekatan teori Fungsi laten, ritual ini memberikan manfaat untuk keharmonisan antara manusia juga alam, sehingga terciptanya iklim cosmos dalam kehidupan masyarakat baik secara lahir maupun bathin.Kata Kunci: Hajat Lembur, Ritual Kesuburan, Seni Terebang.  ABSTRACT The ritual of Hajat Lembur is a fertility event in culturing Dewi Sri as the goddess of Padi (rice), a symbol that must be respected and fostered, because it is considered as a source of all life that will bring blessings to safety, health, abundant fortune, and fertility of agricultural products. Community behavior towards the events is the emergence of a belief in the myth related to the Goddess of fertility, in this case Nyai Sri.The art of Terebang as a ritual medium is a creative product associated with the complexity of people life which contains social events related to the lives of farmers. To explain the ritual of hajat lembur, the writeruses the latent function theory approach. This ritual provides benefits for the harmony between humans and nature, so that cosmos atmosphere is created in the life of the community both physical and spiritual.Keywords: Hajat Lembur, Ritual Of Fertility, Terebang Art.
KREATIVITAS IRAWATI DURBAN DALAM TARI SUNDA GAYA TJETJE SOMANTRI Ai Mulyani
Jurnal Seni Makalangan Vol 1, No 2 (2014): "Membumikan Tradisi Meraih Inspirasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.219 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v1i2.876

Abstract

AbstrakKreativitas Irawati Durban sebagai penari dan kreator tari gaya R. Tjetje Somantri terlihat sangat handal dewasa ini, melalui kreasinya, tari R. Tjetje Somantri tetap diminati di berbagai lapisan  masyarakat kota Bandung. Fokus pembahasan tulisan ini adalah mengkaji kreativitas Irawati Durban dalam tari Sunda. Ia dipandang sebagai sosok penari dan kreator yang mengembangkan diri melalui tarian gaya R. Tjetje Somantri secara konsisten dalam sanggar tari Pusbitari sebagai wadah berkreasinya yang telah memberi kontribusi terhadap perkembangan tari pertunjukan di kota Bandung. Kiprahnya telah diakui oleh berbagai pihak, baik di kalangan masyarakat, akademik maupun di kalangan pemerintah.Pembahasan  ini selain memfokuskan kreativitas Irawati Durban yang telah memberi warna dalam perkembangan tari Sunda di kota Bandung, juga mengungkap gaya Irawati Durban dalam mengekspresikan tari gaya R.Tjetje Somantri dalam kreasinya, baik dari segi koreografi dan ekspresi, maupun juga tata busananya.Kata Kunci: Irawati Durban, Kreativitas, Gaya tari Tjetje  SomantriAbstractThe creativity of Irawaty Durban as a dancer and as a reliable creator of R. Tjetje Somantri dancing style in this decade, through her creation in R. Tjetje Somantri dancing style, is well accepted still by the people around Bandung city.The focus of this research is to observe the creativity of Irawati Durban in Sundanese dances. Since she is considered as the self well-developed dancer and the creator who consistently expand the dancing style of R. Tjetje Somantri through Pusbitari dancing studio, as a medium for her creativeness, has been giving massive contribution for the dancing show development in Bandung city. Her dedication is now being acknowledged by society, academics, and government. This research, then, focuses on the progress of Irawati Durban who has made the development of Sundanese dances more colorful. This study identifies how Irawati Durban expresses the R. Tjetje Somantri dancing style through her creativeness from its choreography and its expression as well as its costume.Keywords: Irawati Durban, creativity, R. Tjetje Somantri dancing style
Nyacarkeun Jalan Revitalisasi Upacara Hajat Bumi Di Dusun Linggaharja, Desa Mekarsari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis Ocoh Suherti
Jurnal Seni Makalangan Vol 1, No 1 (2014): "Menggali Potensi Berbagai Tradisi Kreatif"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.669 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v1i1.867

Abstract

Abstrak             Tradisi "Nyacarkeun Jalan" adalah ritual tolak bala, yang mencerminkan nilai-nilai solidaritas, gotong-royong,  pengorbanan, saling mengasihi, dan sebagai refleksi nilai-nilai luhur kehidupan  sosial. Pelaksanaan upacara tersebut dapat menyebabkan perasaan tenteram semua warga untuk terhindar dari berbagai macam malapetaka. Upacara tersebut kini sudah mulai memudar dan upaya merevitalisasinya bertujuan untuk memperkuat ikatan kehidupan masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kontak sosial, interaksi sosial, dan juga sarana efektif untuk berinteraksi dan berkomunikasi.            Nilai-nilai dari tradisi Nyacarkeun Jalan dapat dikomunilkasikan melalui media seni pertunjukan dan sekaligus sebagai  ajang  kreativitas seni. Upaya mengangkat serta memosisikan kembali upacara tersebut dilakukan dengan cara merekreasi strukturnya dengan menambahkan bentuk-bentuk seni yang hidup di lingkungan sekitar. Penggarapannya diusahakan lebih menarik, dan oleh karena itu, struktur garapnya dibentuk untuk mengekspresikan inti ritus yang diwujudkan melalui alur musikal dan alur dramatik. Hal ini dilakukan agar ritual itu mempunyai warna baru yang lebih variatif, sehingga nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat bisa tetap terjaga. AbstractThe tradition of "Nyacarkeun Jalan" is a ritual to prevent disaster, which reflects the values of solidarity, mutual help, sacrifice, and love one another, and also as a reflection of the great value of social life. The implementation of the ceremony can make a peaceful feeling of all society to avoid various kinds of disasters. Since the ceremony has now started to fade, the revitalization efforts to strengthen the bonds of community life can be used as a tool for social contact, social interaction, and is also an effective means to interact and communicate.The values of the tradition of “Nyacarkeun Jalan” can be communicated through performing arts media as well as a venue for artistic creativity. The efforts to raise and reposition the ceremony are conducted with recreating the structure by adding some art forms that live in the neighborhood. The choreography has been tried to be more attractive, and therefore, the structure is formed to express the core of rites which are realized through musical and dramatic flows. This is to make the ritual have more variation of new colors, so that the values of social life can be maintained.Keywords: Nyacarkeun Jalan, revitalization, ceremony of Hajat Bumi. 
AKULTURASI KARESMEN MAPAG PANGANTEN ADAT SUNDA DI KOTA BANDUNG Riyana Rosilawati
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 2 (2018): "Mengupas Kreativitas, Menumbuhkan Sensitivitas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.008 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i2.849

Abstract

ABSTRAK Karesmen Mapag Panganten adalah bagian dalam upacara perkawinan adat Sunda yang ada di Kota Bandung, dan merupakan hasil inovasi serta kreasi seniman kota Bandung yang awalnya digarap oleh Wahyu Wibisana pada tahun 1964. Penelitian ini mengkaji tentang Akulturasi Karesmen Mapag Panganten adat Sunda di masyarakat Kota Bandung, khususnya di Sanggar Nyentrik. Fokus penelitian ditujukan pada perubahan yang ada pada Karesmen Mapag Panganten adat Sunda, yang semula berbentuk tradisional menjadi bentuk baru dengan tidak mengubah makna tarian.Perubahan yang dilakukan bukan pada faktor seninya saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor non seni, hal ini dipengaruhi juga oleh gaya hidup masyarakat industri. Realita tersebut terkait dengan adanya akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Kata Kunci: Akulturasi, Karesmen Mapag Panganten Adat Sunda, Kota Bandung.  ABSTRACTKaresmen Mapag Panganten is a part of the traditional Sundanese wedding ceremony in the city of Bandung, and it is the result of innovation and creation of Bandung artists which was originally worked on by Wahyu Wibisana in 1964. This study examines the acculturation of Karesemen Mapag Panganten of Sundanese custom in Bandung City, especially in Nyentrik Studio. The focus of the research was on the changes that existed in the traditional Sundanese Karesmen Mapag Panganten, which was originally in a form of traditional into a form of a modern touch, without changing the meaning of the dance.The changes which have been made are not only in art factors, but also influenced by non-art factors, this is also influenced by the lifestyle of industrial society. The reality is related to the cultural acculturation, namely a social process that arises when a group of people with a particular culture is confronted with elements of a foreign culture in such a way that the elements of foreign culture are gradually accepted and processed into their own culture without causing the loss of the cultural personality itself.Keywords: Acculturation, Traditional Sundanese Karesmen Mapag Panganten, Bandung. 
TARI HANOMAN DALAM KESENIAN CEPET GRUP PUTRA AMARTA DESA PANGUMBAHAN KECAMATAN CIRACAP, KABUPATEN SUKABUMI Ayu Juliana Subagja dan Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.939 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.838

Abstract

ABSTRAK Tari Hanoman adalah salah satu tari yang ada dalam kesenian Cepet di grup Putra Amarta di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Kesenian ini hasil dari akulturasi Jawa dan Sunda yang kini hidup dan berkembang di tanah sunda khususnya di Desa Pangumbahan. Maka dari itu rumusan masalah yang akan dibahas mengenai bagaimana  struktur tari Hanoman dalam kesenian Cepet di Grup Putra Amarta, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur tari Hanoman dalam kesenian Cepet di Grup Putra Amarta. Untuk mendapatkan informasi dari rumusan tersebut, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis, serta menggunakan landasan teoritik struktur. Setelah semua data terkumpul maka tahap selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui penelitian tersebut. Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis pada tari Hanoman, didapatkan struktur tari Hanoman yang di dalamnya terdiri dari atas; koreografi, iringan, busana, properti, dan sesaji. Struktur pada tari Hanoman diawali dari bagian awal; tari Hanoman, bagian tengah; trance, dan bagian akhir; pemulihan. Adapun struktur koreografi yang terdapat pada tari Hanoman lebih cenderung menggunakan gerakan-gerakan jawa seperti, Sabetan, Ogek lambung, Lumaksana, Ulap-ulap, Malang kerik, Jengkeng dan Tanjak.Kata Kunci: Grup Putra Amarta, Cepet, Tari Hanoman.  ABSTRACT Hanoman dance is one of the dances in Cepet arts in Putra Amarta group in Ciracap District, Sukabumi Regency. This art is the result of acculturation of Javanese and Sundanese which now lives and develops in Sunda land, especially in Pangumbahan Village. The problem formulated to be discussed is about the structure of Hanoman dance in Cepet art in Amarta Putra Group. This study aims to find out the structure of Hanoman dance in Cepet art in Amarta Putra Group. To obtain information from the formulation, this study uses qualitative research with descriptive analysis methods, and uses structural theoretical base. After all data is collected, then the data is processed and analyzed with the aim of finding out the research. The result of the research shows that the structure of Hanoman dance starts from the beginning part, middle part: trance, and the final part: recovery. Meanwhile, the choreographic structure found in Hanoman dance is more likely to use Javanese movements such as, Sabetan, Ogek lambung, Lumaksana, Ulap-ulap, Malang kerik, Jengkeng and Tanjak.Keywords: Putra Amarta Group, Cepet, Hanoman Dance.
KARYA TARI UDAGAN Dhendi Firmansyah dan Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 1, No 2 (2014): "Membumikan Tradisi Meraih Inspirasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.236 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v1i2.872

Abstract

AbstrakKarya tari Udagan  menyampaikan pesan moral tuntunan hidup bahwa sebagai manusia jika mempunyai maksud dan tujuan harus konsisten agar tercapai yang diinginkan. Udagan berasal dari kata Udag yang artinya mengejar dan diberi imbuhan “an” menjadi Udagan yang mengandung arti sesuatu yang ingin dicapai.Karya tari tersebut menggali sumber Tayub sebagai pijakan, sekaligus merupakan terobosan  serta tawaran terhadap konsep pertunjukan Tayuban. Jenis kesenian tersebut seperti yang tercatat dalam  sejarah, pada zamannya  mengalami masa popularitas yang tinggi sehingga bagian dari pola/gaya hidup masyarakat, khususnya kaum menak.Oleh karena itu mewujudkan karya tari Udagan tersebut, atmosfir tayuban digarap dalam warna baru dengan menggunakan metode penciptaan pendekatan tradisi. Melalui karya tari ini masyarakat diingatkan kembali kepada kehidupan tayuban yang saat ini hampir punah.Kata Kunci: Karya Tari Udagan, Tayub AbstractThe dance work of Udagan conveys a moral message of life guidance that is as a human being if we have a goal and purpose we have to be consistent in order to achieve as desired. The word of UdagaN comes from Udag which means to chase and was given the suffix -an becomes UdagaN which implies the goal or purpose to be achieved. The dance work digs Tayub as a reference, as well as a breakthrough and an offer against the concept of Tayuban performance. The type of this art as recorded in history that in its day it has got a period of high popularity so that it had become the part of the pattern/lifestyle of the people, especially the noblemen. Therefore, to realize the dance work of UdagaN, the atmosphere of Tayuban has been created in the new color using traditional approaches creation. Through this dance work, the society is reminded to the life of Tayuban which is now almost extinct.Keywords: dance, work of Udagan, Tayub
WAYANG WONG PRIANGAN Tinjauan Dari Aspek Pertunjukan Iyus Rusliana
Jurnal Seni Makalangan Vol 3, No 2 (2016): "Menelisik Tradisi Mengais Kreasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.778 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v3i2.886

Abstract

ABSTRAK Seni Pertunjukan biasanya disajikan dengan menggunakan konsep dan bentuk yang khas, seperti halnya Wayang Wong Priangan yang termasuk drama tari tradisi di wilayah budaya Priangan, Provinsi Jawa Barat. Terdapat sejumlah aspek pertunjukan yang khas dan membaku, yaitu adanya pelaku, lakon, unsur dramatik dan susunan penyajian, tari, antawacana, narasi dalang, karawitan, tata busana dan rias, serta tata pentas. Kata Kunci: Wayang Wong Priangan, Drama Tari, Pertunjukan. AbstractPerforming arts is usually presented using unique concepts and forms, such as Wayang Wong Priangan which is included in traditional dance drama in the cultural area of Priangan, West Java Province. There are a number of typical, plays, dramatic elements and the composition of presentation, dance, antawacana, narration of the puppeteer, karawitan, costume, make up, and stage. Keywords: Wayang Wong Priangan, Dance Drama, Performiance.     
NGIGELKEUN LAGU MODEL KREATIVITAS KEPENARIAN DALAM JAIPONGAN Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 3, No 2 (2016): "Menelisik Tradisi Mengais Kreasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.583 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v3i2.888

Abstract

ABSTRAKRepertoar tari dalam genre tari Jaipongan pada umumnya merupakan bentuk sajian tunggal, kalaupun ada yang disajikan dalam bentuk kelompok (rampak) adalah semata-mata sebagai upaya kreatif dalam mencari bentuk sajian lain sesuai kebutuhan pengembangan estetik dan artistik sekaligus. Bahkan dalam bentuk penyajian tunggal, walaupun tariannya sama seringkali disajikan berbeda oleh setiap penari. Faktor apa saja yang menjadi pembeda dari setiap penari, sehingga menghasilkan kualitas kepenarian yang khas? Untuk mendapatkan jawaban, digunakan suatu model kreativitas kepenarian yang disebut ‘ngigelkeun lagu’.Berdasarkan hasil analisis terhadap struktur koreografi Jaipongan, maka diketahui bahwa setiap penari Jaipongan yang handal (piawai; mahir) dalam menyajikan tarinya menggunakan 5 (lima) teknik yaitu; mungkus, maling, metot, ngantep, dan ngeusian sehingga mampu menciptakan gaya penyajian khas miliknya. Key word: kreativitas, kepenarian, jaipongan, ngigelkeun lagu, mungkus, maling, metot, ngantep, ngeusian.  ABSTRACTThe dance repertoire in Jaipongan genre is generally a single presentation form, if there is presented in the form of a group (rampak), it is solely as a creative effort in searching other forms of presentation in accordance with the needs of aesthetic and artistic development as well. Even in the form of a single presentation, altrhrough the dance is the same, it is often presented differently by each dancer. What factors are to be distinguishing, so as to produce a typical quality of dance? To get the answer, is by using a model of dance creativity called ‘ngigelkeun lagu’.Based on the analysis to the structure of Jaipongan choreography, it is figured out that every reliable (proficient: skillfull) Jaipongan dancer in presenting her dance using 5 (five) techniques namely: mungkus, maling, metot, ngantep, and ngeusian so as to create her own typical presentation style. Keyword: creativity, dance, Jaipongan, ngigelkeun lagu, mungkus, maling, metot, ngantep, ngeusian.  
METODE SEJARAH DALAM PENELITIAN TARI Een Herdiani
Jurnal Seni Makalangan Vol 3, No 2 (2016): "Menelisik Tradisi Mengais Kreasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.088 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v3i2.889

Abstract

ABSTRAK Tari merupakan bentuk seni yang menggunakan gerak sebagai medium dalam mengungkapkan ekspresi jiwa penggarapnya. Kelahiran tari seiring dengan kehadiran manusia di dunia ini. Sejak kelahirannya hingga kini tari tetap hidup karena memiliki fungsi di masyarakat. Tari dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena tari lahir dari sebuah kebutuhan. Kebutuhan yang berkaitan dengan religi, hiburan, maupun estetik. Dinamika kehidupan tari dari waktu mengalami perubahan karena tari bersifat dinamis. Perubahan keberadaan tari sejalan dengan perubahan sosial suatu masyarakat. Untuk menggali dinamika kehidupan tari dalam suatu masyarakat akan sangat tepat dengan menggunakan metode sejarah. Metode ini dapat mengungkap bagaimana perjalanan sejarah tari dari waktu ke waktu baik yang berkaitan dengan teks maupun konteksnya.   Kata Kunci: metode sejarah, dinamika tari  AbstractDance is an art form which uses movement as a medium in expressing the soul of its choreographer. The emerging of dance is along with the human presence in this world. Since its appearance until now dance remains alive because it has function in society. Dance and society can not be separated from each other because dance appeared from its need. The needs related to religion, entertainment, and aesthetics. The dynamic of dance life from time changes because dance is dynamic. The change of the existence of dance is in line with social change pf a society. To explore the dynamics of dance life in a society would be very appropriate by using historical method. This method can reveal how the history of dance travel from time to time both related to the text and context. Keyword: historical method, dance dynamic   
REPERTOAR TARI RASJATI SEBAGAI SUMBER GARAP PENYAJIAN TARI Elma Merdiana dan Lalan Ramlan
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 1 (2019): "Menari dengan Hati-Menandak dengan Rasa"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.38 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v6i1.999

Abstract

ABSTRAKTari Rasjati dalam genre Jaipongan sebagai sumber garap akan digubah menjadi bentuk penyajiannya yang ”baru”, karena pada tarian ini banyak peluang untuk dikembangkan sesuai kebutuhan, terutama ko-reografi dan pengaturan dinamika irama gerak. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam garap penyajian tari Rasjati ini, maka dalam garapan ini menggunakan teori “Gegubahan Tari” dengan pendekatan metode “Gubahan Tari” melalui tahapan penyusunan konsep, proses yang terdiri dari eksplorasi, evaluasi dan komposisi, serta produk akhir yaitu gaya penyajian baru. Adapun hasil yang dicapai dari proses garap penyajian tersebut, adalah tercapainya perwujudan bentuk penyajian yang baru dari sumber repertoar tari Jaipongan dengan tidak merubah identitas repertoar sumbernya.Kata Kunci: Jaipongan, Rasjati, Penyajian Tari. ABSTRACTRepertoar Tari Rasjati As A Source Of Working On Presentation Dance, June 2018. The Rasjati dance in the Jaipongan genre as a source of cultivation will be transformed into a "new" form of presentation, because in this dance there are many opportunities to be developed according to needs, especially choreography and dynamic rhythmic movement settings. To achieve optimal results in working on the Rasjati dance presentation, this work uses the theory of "Gegubahan" with the approach of the "Gubahan Tari" method through the stages of concept preparation, a process consisting of exploration, evaluation and composition, as well as the final product namely presentation style new. The results achieved from the process of working on the presentation, is the achievement of the realization of a new form of presentation from the source of the Jaipongan dance repertoire by not changing the identity of the source's repertoire. Keywords: Jaipongan, Rasjati, Presentation Dance.

Page 4 of 13 | Total Record : 129