cover
Contact Name
Jaya Pramana
Contact Email
jayapram@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
support@majalahpatologiindonesia.com
Editorial Address
Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya 6, Tromol Pos 3225, Jakarta 10002
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Majalah Patologi Indonesia
ISSN : 02157284     EISSN : 25279106     DOI : https://doi.org/10.55816/
Core Subject : Health,
Majalah Patologi Indonesia (MPI) digunakan sebagai wahana publikasi hasil penelitian, tinjauan pustaka, laporan kasus dan ulasan berbagai aspek di bidang patologi manusia. Tujuannya ialah menghadirkan forum bagi permakluman dan pemahaman aneka proses patologik serta evaluasi berbagai penerapan cara diagnostik sejalan dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu juga untuk merangsang publikasi barbagai informasi baru/mutakhir.
Articles 319 Documents
Ekspresi Topoisomerase IIΑ pada Karsinoma Duktal Invasif Payudara, Hubungannya dengan Derajat Histopatologik dan Klasifikasi Subkelas Molekuler Payudara . Nila Kurniasari, Imam Susilo
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 2 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.199 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Karsinoma duktal invasive payudara merupakan penyebab tersering kematian pada wanita di seluruh dunia. Topoisomerase IIα memiliki peran penting dalam replikasi DNA dan merupakan target spesifik agen kemoterapi berganda.Diduga amplifikasi topoisomerase IIα berkaitan dengan prognosis yang buruk pada karsinoma duktal invasive payudara, namun mempunyai respon yang baik terhadap kemoterapi sitotoksik. Namun, hubungan antara derajat histopatologik dan klasifikasi subkelas molekuler berdasarkan ekspresi ER, PR, HER-2/neu dan Topoisomerase IIα masih belum jelas. Tujuan Penelitian ini bertujuan utuk menentukan hubungan antaratopoisomerase IIα pada karsinoma duktal invasif payudara dan derajat histopatologik dan klasifikasi subkelas molekuler payudara. Bahan dan cara Sejak Januari-Desember 2009, rekam medik 35pasien karsinoma duktal invasif payudara pada Departemen Patologi Anatomik RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dicatat data derajat histopatologik dan hasil pemeriksaan imunohistokimia (ER, PR, HER-2/neu). Pembuatan spesimen dan pulasan imunohistokimia dilakukan untuk melihat ekspresi imunohistokimia topoisomerase IIα. Hasil Pemeriksaan Imunohistokimia menunjukkan ekspresi Ekspresi topoisomerase IIα pada 23 (65.7%) kasus. Analisa Chi Squareantara topoisomerase IIα dan derajat histopatologik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p=0.091). Sedangkan analisa Chi Squareantara ekspresi topoisomerase IIα dan klasifikasi subkelas molekuler payudara menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p= 0.204). Kesimpulan Topoisomerase IIαtidak berperan pada diferensiasi, proliferasi sel tumor dan karsinogenesis karsinoma duktal invasif payudara melalui jalur hormonal. Kata kunci : karsinoma duktal invasif payudara , topoisomerase IIα, ER, PR, HER-2/neu, derajat histopatologik. ABSTRACT Background Invasive ductal carcinoma of the breast was the most common cause of death among women in the world. Topoisomerase IIα plays a key role in DNA replication and is a target for multiple chemotherapeutic agents. Amplification of Topoisomerase IIα is considered to have correlation with poor prognosis in invasive ductal carcinoma of the breast, but have a favourable response to cytotoxic chemotherapy. The correlation between Topoisomerase IIα, histopathology grading and molecular subclass classification based on ER, PR and HER-2/neu expression is still unclear. Objective This study was conducted to determine the correlation between topoisomerase IIα in invasive ductal carcinoma of the breast and histopathological grading and molecular subclass classification of the breast. Methods Since January-December 2009, medical records of 35 patients invasive ductal carcinoma of the breast of Pathology department of Dr. Soetomo Hospital Surabaya, retrieved histopathological grading and immunohistochemical data (ER, PR, HER-2/neu). Specimen and immunohistochemicalexaminationwere made to study expression of topoisomerase IIα Results Immunohistochemical examination topoisomerase IIα expression in 23 cases (65.7%). Chi Square analysis between topoisomerase IIα expression and histopathological grading showed not significant correlation (p=0.091). However, Chi Square analysis between topoisomerase IIα exspresion and molecular subclass classification of the breast showed not significant correlation (p=0.204) Conclusion Topoisomerase IIαhave no role in differentiation, tumor cell proliferation and carcinogenesis of invasive ductal carcinoma of the breast via the hormonal pathway. Keywords: invasive ductal carcinoma of the breast, Topoisomerase IIα, ER, PR, HER-2/neu, histopatho-logical grading.
Pengaruh Ekstrak Biji Eugenia Jambolana terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas dan Ekspresi Protein Glut4 pada Mencit Jantan Balb/C yang Diinduksi Streptozotocin . Siti Kharidah, Troef Soemarno
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 2 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.814 KB)

Abstract

Pengaruh Ekstrak Biji Eugenia Jambolana terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas dan Ekspresi Protein Glut4 pada Mencit Jantan Balb/C yang Diinduksi Streptozotocin
Tingkat Kesesuaian Gambaran Klinik dan Histopatologik Serta Positivitas CD4 dan CD8 pada Spektrum Penyakit Kusta Menurut Klasifikasi Ridley-Jopling . Lenti Perangin Angin*, Sri Linuwih Menaldi**, Santoso Cornain*, Mpu Kanoko
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 2 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.067 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Kusta adalah suatu penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Manifestasi penyakit kusta bergantung kepada respon imun seluler seseorang. Ridley-Jopling membuat klasifikasi menjadi Tuberculoid leprosy (TT), Borderline tuberculoid (BT), Mid-borderline (BB), Borderline lepromatous (BL), Lepromatous leprosy (LL) berdasarkan gambaran klinik, histopatologik, bakteriologik dan imunologik. Pada umumnya Pusat Kesehatan Masyarakat di Indonesia belum memiliki fasilitas pemeriksaan histopatologik dan imunologik, sehingga diagnosis kusta hanya ditegakkan berdasarkan jumlah lesi dan jumlah kuman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara gambaran klinik dan histopatologik penyakit kusta dan melihat gambaran respon imun penderita melalui pemeriksaan CD4+ dan CD8+ pada limfosit sel T, serta korelasi antara indeks bakteriologik pada masing-masing tipe kusta. Bahan dan Cara Penelitian potong lintang terhadap 159 kasus kusta baru tanpa reaksi tahun 2007-2009 di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Secara sistematic sampling dilakukan pemeriksaan Hematoksilin-Eosin, Fite Faraco dan immunohistokimia CD4 dan CD8 pada 30 kasus masing-masing mewakili tipe kusta. Hasil Dari 159 kasus kusta baru tanpa reaksi terdiri atas 88 laki-laki dan 71 perempuan, dengan kelompok umur paling banyak pada rentang 16-30 tahun. Tingkat kesesuaian diagnosis kusta secara klinik dan histopatologik adalah 52.2%, dengan ketidaksesuaian mayor ditemukan 22% dan ketidaksesuaian minor 25.8%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara positivitas CD4 dan CD8 dengan tipe kusta sedangkan Indeks Bakteriologik memiliki hubungan yang bermakna dengan spektrum tipe kusta. Kesimpulan Tingkat kesesuaian penegakan diagnostik secara klinik dan histopatologik adalah 52.2%. Terdapat korelasi dengan kekuatan sedang pada hubungan diagnosis klinik dan indeks bakteriologik sedangkan pada diagnosis histopatologik terdapat korelasi kuat dengan indeks bakteriologik. Kata Kunci : Mycobacterium leprae, kusta, indeks bakteriologik, diagnosis klinik, diagnosis histopatologik, klasifikasi Ridley-Jopling, CD4+, CD8+. ABSTRACT Background Leprosy (Hansen’s Disease) is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. The varied manifestations of the disease might depend on the immune status of the host. Ridley-Jopling classified cases based on clinical, histopathological, bacteriological and immunologicalfeatures as TT (tuberculoid leprosy), BT (borderlinetuberculoid), BB (mid-borderline), BL (borderline lepromatous), LL (lepromatousleprosy). Because many centres of health in this country lack the fascility to perform laboratory diagnostic, so clinical diagnostic based on WHO (World Health Organization) classification Paucibacillary and Multibacillary dichotomy may be sufficient. The purpose of this study is to analyze the concordance level between clinical and histopathological diagnosis and correlation of the immunological respons represented by the expression of CD4+ and CD8+T lymphocyte among the spectrum of leprosy. Material and methods A cross sectional study was performed in 159 new leprosy patients with no reaction phase in the National General Central Hospital, Jakarta during 2007-2009 and the archival slides were reviewed. They were stained with Hematoxylin dan Eosin and modified Fite- Faraco staining for identification of Mycobacterium leprae. Immune status of the patients was determined by immunohistochemistry staining with expression of CD4+ and CD8+ T cell lymphocyte. Results 159 new cases of leprosy with no reaction phase consisted of 88 males and 71 females. Discrepancy between clinical and histopathological diagnosis was seen in 47.8% of cases. Major discrepanciescomprised 22%, and minor discrepancies 25.8%. There was no statistically significant relationship between positivity of CD4+ (p>0.05) and CD8+ (p>0.05) with respect to leprosy spectrum.There was statistically significant relationship between Bacteriological Index (BI) and spectrum of leprosy (p
Hubungan antara Ekspresi VEGF dan Kepadatan Mikrovaskular dengan Stadium, Derajat Histopatologik, dan Ketahanan Hidup Penderita Karsinoma Payudara ER Positif dan ER Negatif . Kukuh Sugi Laksana, Irianiwati, Harijadi
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.714 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang ER dan VEGF berperan penting pada angiogenesis karsinoma payudara. Status ER merupakan faktor prediktif terapi anti hormonal. Karsinoma payudara ER negatif kurang berespon terhadap terapi anti hormonal dan berhubungan dengan prognosa buruk. Kompleks estrogen dan ER dapat memacu angiogenesis melalui VEGF dan mempengaruhi MVD. Status hormonal (ER) dan angiogenesis mempengaruhi terapi dan prognosis. Sampai saat ini peran angiogenesis pada karsinoma payudara dan hubungannya dengan stadium, derajat histopatologis, dan ketahanan hidup penderita belum jelas. Tujuan Mengetahui hubungan antara ekspresi VEGF dan kepadatan mikrovaskular dengan stadium, derajat histopatologis, dan ketahanan hidup penderita karsinoma payudara dengan ER positif dan ER negatif. . Metode Desain penelitian ini adalah observasional cross sectional dengan data retrospektif sebanyak 50 kasus karsinoma duktal infiltratif payudara. Sediaan blok parafin dipulas imunohistokimia dengan MoAb anti ER, VEGF, dan VWF. Status ER di kelompokkan menjadi ER positif dan ER negatif. Kepadatan mikrovaskular ditentukan berdasarkan banyaknya mikrovasa yang sel endotelnya mengekspresikan VWF pada lima area hot spot. Hubungan antara ekspresi VEGF, kepadatan mikrovaskular terhadap ukuran, status kelenjar getah bening, metastasis, dan derajat histopatologis dengan ER positif dan negatif di analisa menggunakan korelasi Spearman dan Chi-Square, sedangkan hubungannya dengan ketahanan hidup dianalisa dengan tes logistik regresi dan metode Kaplan-Meier. Hasil Tidak didapatkan hubungan antara ekspresi VEGF dengan ukuran tumor, status kelenjar getah bening, metastasis dan derajat histopatologis pada karsinoma payudara ER positif dan ER negatif. Ekspresi VEGF berhubungan dengan status metastasis. Tidak didapatkan hubungan antara kepadatan mikrovaskular dengan ukuran tumor, status kgb, metastasis, dan derajat histopatologis pada karsinoma payudara ER positif dan ER negatif. Tidak didapatkan hubungan antara VEGF dan kepadatan mikrovaskular dengan ketahanan hidup pada karsinoma payudara ER positif dan ER negatif, sedangkan status kelenjar getah bening berhubungan dengan ketahanan hidup penderita karsinoma payudara. Kesimpulan Ekspresi VEGF dan kepadatan mikrovaskular tidak berhubungan dengan beberapa parameter klinikopatologis karsino-ma payudara ER positif dan ER negatif, tetapi berhubungan dengan metastasis dan keterlibatan limfonodi berhubungan dengan ketahanan hidup. Kata kunci : reseptor estrogen kanker payudara, VEGF, VWF, derajat histopatologis, ketahanan hidup. ABSTRACT Background Estrogen receptor on VEGF is a key point in angiogenesis of breast carcinoma. Estrogen is a predictive factor for anti hormonal therapy. ER negative breast carcinoma is more responsless to anti hormonal therapy and poor overall survival. Estrogen and ER Complex induce angiogenesis by VEGF and microvascular density (MVD). In breast cancer, ER and angiogenesis influence therapy and prognosis. The role of angiogenesis in breast cancer ER +/- and their correlation with histopathological grade, and survival were not affirmatively knowed. Aim To investigate the correlation expression VEGF and MVD with stage, histopathological grade, and survival in breast cancer with ER +/- . Methods The method of the study is cross sectional with retrospective data, consists of 50 cases of invasive duct carcinoma. Staging was established based on tumor size, lymph status, and metastasis. Histopathological grade was classified into well, moderate, and poor. Survival was established from fist diagnosis (2003) until the end of study (December 2010). Specimens from paraffin embedded tissue were stained with monoclonal antibody against ER, VEGF, and VWF. Expression of ER in the nuclear cell more than 10 % was established as ER positive. The expression of VEGF was counted based on the amount of positive stained in cytoplasm per 100 cancer cells in five high power field while expression of VWF was determined on the amount of endothel positive stained of micro vessels at five hot spot areas. The correlation among VEGF, MVD and tumor size, lymph node status, metastasis, and histolopathological grade to breast carcinoma with ER positive and ER negative was be analyzed with Spearman and Chi-Square test, and survival was be analyzed with logistic regression test and Kaplan-Maier method. Results There were no correlation between VEGF with tumor size, lymph node status, metastasis, and histopathological grade on ER positive and negative. Expression VEGF have correlation with metastasis breast carcinoma. There were no correlation between MVD with tumor size, lymph node status, metastasis, and histopathological grade on ER positive and negative. There were no correlation between VEGF and MVD with survival on ER positive and negative, but lymph node status have correlation with survival breast cancer. Conclusion Expression VEGF and MVD have no correlation with several clinicopathologic parameter breast cancer with ER positive and ER negative, but expression VEGF have correlation with metastasis and lymph node status have correlation with survival breast cancer. Key word: breast cancer estrogen receptor, VEGF, VWF, histopathological grade, survival.
Hubungan Gambaran Bercak-Bercak Gelap (Dark Specks) pada Latar Belakang Material Nekrotik Granular Eosinofilik dengan Kadar CD4 Penderita Limfadenitis Tuberkulosis Servikalis yang Disertai HIV/AIDS . Sutoyo Eliandy, M. Nadjib D. Lubis, Delyuzar
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.58 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Diagnosa limfadenitis TB mudah ditegakkan apabila gambaran-gambaran khas ditemukan pada sediaan aspirasi. Tetapi apabila gambaran ini tidak dijumpai, sulit membedakan antara limfadenitis akut supuratif atau limfadenitis TB supuratif, terutama pada pasien dengan HIV/AIDS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bercak-bercak gelap (dark specks)pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik dengan kadar CD4 penderita limfadenitis tuberkulosis servikalis yang disertai HIV/AIDS. Metoda Penelitian ini menggunakan Exact Fisher Test dengan pemilihan sampel secara consecutive sampling. Hasil Dari 24 sampel penderita limfadenitis TB yang disertai HIV/AIDS dijumpai 20 orang laki-laki (83,3%) dan perempuan 4 orang (16,7%). Umur penderita seluruhnya pada usia produktif dengan rentang umur 21-49 tahun. Ditemukan gambaran dark specks pada 4 sediaan biopsi aspirasi pada kadar CD4 0,05. Kesimpulan Tidak ada hubungan munculnya dark specks dengan kadar CD4 penderita limfadenitis TB yang disertai HIV/AIDS. Kata-kata : Dark specks, Limfadenitis TB, CD4, Antibody ab905 ABSTRACT Objective Diagonosis of liphadenitis TB was easy to established when the spesific images was found in the preparat of aspiration. However, if the image was not found in the preparat, it was dificult to distinguish between supuratif acute lymphadenitis and supuratif lymphadenitis TB, primarily for those patients with HIV/AIDS. This research was carried out to determine the relationship of dark speck image at the eosinophil granular necrotic material background with the level of CD4 to the patient lymphadenitis tuberculosis cervicalis with HIV/AIDS Methods This research was conducted using exact fisher test with the consecutive sampling. Result From 24 samples of patient lymphadenitis TB with HIV/AIDS was found 20 patients were male (83,3%) and 4 female patients (16.7). All of the patients were included into the productive age with the range of age from 21-49 years old. It has been found the dark specks image at 4 samples of biopsy aspiration at level of CD4 below than 200. There were the indication, the dark speck image will be appear when the immune system of patients was decrease. However, base on the result of statistical analysis, it was exhibited that there was no significant different (p>0.05) between dark specks image and CD4 level. Conclusions There was no relationship appearance of dark speck with the level of CD4 to the patient lymphadenitis TB with HIV/AIDS KeyWords : Dark specks, Lymphadenitis TB, CD4, Antibody ab905
Parathyroid Hormone-Related Protein (PTHrP) dan Osteonectin (OSN) sebagai Petunjuk Adanya Penentu Metastasis ke Tulang pada Karsinoma Payudara Duktal Invasif . Nida Sufrida, Bethy S. Hernowo, Ismet M. Nur, Sri Suryanti
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.791 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Metastasis ke tulang sering terjadi (sekitar 60-80%), dan morbiditasnyapun tinggi pada pasien karsinoma payudara duktal invasif (KPDI). Parathyroid Hormone-related Protein (PTHrP) adalah sejenis protein hormon mempunyai peranan pada patofisiologi metastasis ke tulang pada karsinoma payudara duktal invasif. Osteonectin suatu glikoprotein dalam matriks tulangjuga dapat meningkat ekpresinya pada karsinoma payudara. Sidik tulang digunakan untuk mendeteksi metastasis ke tulang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan peran PTHrP dan osteonectin pada KPDI dengan metastasis ke tulang. Cara Sampel yang diteliti sebanyak 60 preparat dari jaringan biopsi bedah yang didiagnosis sebagai KPDI dan disertai pemeriksaan dengan sidik tulang. Semua sampel dilakukan pulasan imunohistokimia menggunakan monoclonal antibody PTHrP dan osteonectin. Dilakukan penilaian tentang sensitivitas dan spesifisitas pulasannya, dan analisis perbedaan serta korelasi imunoekspresi antara PTHrP dan osteonectin. Hasil PTHrP mempunyai sensitivitas 83,3%, dengan spesifisitas 63,3%m sedangkan Osteonectin mempunyai nilai sensitivitas80%, dengan spesifisitasnya 83,3% untuk mendeteksi metastasis ke tulang pada KPDI. Persentasi imunoekspresi PTHrP 83,3%, osteonectin 80,0% untuk yang bermetastasis ke tulang pada KPDI. Persentasi imunoekspresi PTHrP 36,7%, osteonectin 20% untuk yang tidak bermetastasis ke tulang pada KPDI. Terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara imunoekspresi PTHrP dan osteonectin dengan p-value
Ekspresi Penanda Tumor CEA dan Calretinin pada Adenocarci-noma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura . Aspitriani, Mezfi Unita, Zulkarnain Musa, Zen Hafy
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.405 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Perbedaan gambaran morfologi antara sel mesotel reaktif dan adenokarsinoma pada efusi pleura masih merupakan salah satu tantangan dalam diagnostik sitologi. Sejauh ini, telah banyak penanda tumor yang digunakan pada efusi pleura dengan berbagai derajat efektivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat positifitas carcinoembryonic antigen (CEA) dan calretinin pada adenokarsinoma dan sel mesotel reaktif dari sitologi cairan pleura. Bahan dan cara Tujuh puluh empat sampel arsip slaid dari efusi pleura dengan diagnosa adenokarsinoma atau sel mesotel reaktif diperoleh selama periode waktu 1 Februari 2010-31 Januari 2011. Semua slaid berasal dari spesimen sitospin dengan pulasan Papanicolaou dan Diff Quik kemudian dipulas ulang dengan menggunakan antibodi CEA dan calretinin. Ekspresi kedua penanda tumor ini dievaluasi untuk menilai tingkat positifitas, korelasi antara kedua antibodi dianalisis dengan uji korelasi non parametrik Kendall’s. Hasil Pulasan positif untuk CEA dan calretinin masing-masing sebesar 81,6% (31/38) dan 39,5% (15/38) pada kasus adenokarsinoma Untuk sel mesotel reaktif, positifitas CEA dan calretinin masing-masing sebesar 36,1% (13/36) and 88,9% (32/36). Koekspresi positif kedua penanda tumor dijumpai sebanyak 25% (9/36) pada kasus sel mesotel reaktif. Didapatkan korelasi negatif yang bermakna antara CEA dan calretinin dengan kekuatan korelasi sedang pada adenokarsinoma (p
Hubungan Ekspresi p53 dan hMLH1 dengan Karakteristik Kliniko-patologik Kanker Kolorektal . Pieri Kumaladewi, Indrawati, FX Ediati Triningsih, Soeripto
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.647 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Ekspresi protein p53 sudah banyak dibahas dalam proses keganasan dan menunjukkan prognosis yang buruk. Gen hMLH1 adalah suatu gen repair yang salah berpasangan/mismatch-repair (MMR) dan hipermetilasi hMLH1 diikuti mikrosatelit yang tidak stabil dan sering ditemukan pada kanker kolon nonpoliposis herediter. Namun, hubungan dengan karakteristik klinikopatologik masih sangat kontroversial. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hubungan ekspresi p53, dan hMLH1 dengan karakteristik klinikopatologik (umur, jenis kelamin, lokasi tumor, grading dan staging) pada kanker kolorektal. Metode Sampel blok parafin yang berasal dari 45 kasus adenokarsinoma kolorektal yang mengalami pengangkatan tumor dikumpulkan sejak Januari 2007 sampai Desember 2008 di RS Sardjito, RS Bethesda dan RS Panti Rapih, Yogyakarta, Indonesia. Ekspresi protein p53 diteliti menggunakan antibodi monoklonal (clone DO-7; Novocastra) dan ekspresi hMLH1 diteliti menggunakan antibodi monoklonal (Biocare Medical; USA). Kriteria pewarnaan sel diklasifikasikan sbb: negatif, bila 10 sel positif. Data-data kliniko-patologik yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, lokasi tumor, tipe histologik dan stadium penyakit. Uji Chi-square dan Fisher test digunakan untuk melakukan evaluasi antara ekspresi p53 dan hMLH1. Hasil Pewarnaan p53 menunjukkan hasil positif (53.3%); pewarnaan hMLH1 menunjukkan hasil negatif (33.3%). Uji statistik antara p53 dan usia (p:0.459); jenis kelamin (p:0.764); lokasi tumor (p: 0.769); grading (p: 0.664) menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna. Uji statistik antara hMLH1 dan usia (p:1); jenis kelamin (p:0.352); lokasi tumor (p: 352); grading (p: 0.280) menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna. Kesimpulan Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara ekspresi p53 dan hMLH1 dengan karakteristik klinikopatologik (usia, jenis kelamin, lokasi, grading dan staging) pada kanker kolorektal. Kata kunci: kanker kolorektal, p53, hMLH1, karakteristik klinokopatologik. ABSTRACT Background Over expression of p53 protein has been documented in a number of human malignancies and shown to be associated with poor prognosis. hMLH1 is a mismatch repair gene and hypermethylation of hMLH1 follows microsatelite instability that usually found in hereditary nonpolyposis colon cancer in colorectal cancer. The relation with clinicopathologic characteristic is still controversial. Aim To study relationship p53 and hMLH1 with clinicopathologic characteristics (age, gender, site of tumor, grading and staging) of cancer colorectal. Method Paraffin-preserved adenocarcinoma colorectal samples of 45 cases were collected from patients undergoing tumor resection from January 2007 through December 2008 in Sardjito Hospital, Bethesda Hospital and Panti Rapih Hospital, Yogyakarta, Indonesia. Expression of p53 protein using monoclonal antibody (clone DO-7; Novocastra) and expression of hMLH1 were studied using monoclonal antibody (Biocare Medical:USA). The number of cells stained were classified as negative: 10% positive cells. Clinicopathologic data including gender, age, tumor location, histologic type and stage of disease were collected. Statistic analysis of Chi-square and Fisher’s Exact Test is used to differentiated between p53 and hMLH1 expression. Result p53 staining was positive (53.3%) and hMLH1 was negative (33.3%). Statistic test between between p53 and age (p:0.459); gender (p:0.764); site of tumor (p:0.769); and grading (p:0.664) showed no significant correlation. Statistic test between of hMLH1 and age (p:1), gender (p:0.352), site of tumor(p:0.352) and grading( p:0.280) showed no significant correlation. Conclusion There is no significant differences between expression of p53 and hMLH1 with clinicopathologic characteristics (age, gender, site of tumor, grading and staging) of cancer colorectal. Key words : colorectal cancer, p53, hMLH1, clinicopathologic characteristics
Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke . Herza Piasiska, H.M. Nadjib D. Lubis, Soekimin
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.76 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Pola pertumbuhan undifferentiated karsinoma nasofaring ada 2 tipe yaitu tipe Regaud, dengan sel-sel neoplastik berkelompok dan berbatas tegas dikelilingi jaringan ikat berisi sedikit limfosit, dan tipe Schmincke dengan sel-sel neoplastik tumbuh difus dan bercampur sel-sel radang. Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) merupakan enzim proteolitik yang berperan dalam perkembangan karsinoma nasofaring, termasuk invasi sel tumor dan metastasis. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk membedakan tampilan MMP-9 pada undifferentiated karsinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke. Metoda Rancangan penelitian berupa penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 53 berasal dari biopsi nasofaring, yang sebelumnya telah didiagnosa sebagai karsinoma nasofaring. Hasil penelitian diuji menggunakan Chi Square. Hasil Tpe Regaud menunjukkan proporsi jumlah sel yang terwarnai adalah: < 25% (57.7%), 25-75% (11.5%), >75% (30.8%); tampilan warna lemah (57.7%), sedang (23.1%), kuat (19.2%) dan interpretasi intensitas warna lemah (92.4%), sedang (3.8%),kuat (3.8%). Tipe Schmincke menunjukkan proporsi jumlah sel yang terwarnai adalah 75% (29.6%); tampilan lemah (51.9%), sedang (25.9%), kuat 22.2%); Interpretasi intensitas warna lemah (81.5%), sedang (14.8%), kuat 3.7%). Uji Chi-square menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna. Kesimpulan Tampilan MMP-9 pada undifferentiated karsinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke menunjukkan hasil yang hampir sama. Kata kunci: Matrix Metalloproteinase-9, undifferentiatedkarsinoma nasofaring, tipe Regaud, tipeSchmincke, pulasan Imunohistokimia. ABSTRACT Background The growth pattern of undifferentiated carcinoma nasopharyngeal are Regaud type and Schmincke type. Regaud type consists of well defined aggregate of neoplastic epithelial cells surrounded by fibrous tissue and inflammatory cells; while Schmincke type, the neoplastic epithelial cells growth diffusely and are closely intermingled with inflammatory cells. Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) is proteolytic enzyme plays significant roles in nasopharyngeal carcinoma progression, including tumor invasion and metastasis. Objective The purpose of this research is to distinctive MMP-9 expression on undifferentiated nasopharyngeal carcinoma Regaud type and Schmincke type. Methods This research constitute analytic descriptive research with cross sectional design. Sample contain of 53 nasopharyngeal biopsy, that have been diagnosed as undifferentiated nasopharyngeal carcinoma. The result is test by Chi Square. Result Regaud type showed proportion amount of staining cells are: < 25% (57.7%), 25-75% (11.5%), >75% (30.8%); expression are: weak (57.7%), moderate (23.1%), strength (19.2%); interpretation color are: weak (92.4%), moderate (3.8%), strength (3.8%). Schmincke type showed proportion amount of staining cells are: 75% (29.6%); expression are: weak (51.9%), moderate (25.9%), strength 22.2%); Interpretation color intensity are: weak (81.5%), moderate (14.8%), strength (3.7%). Chi-square test showed no significant differences. Conclusion Expression MMP-9 on undifferentiated nasopharyngeal carcinoma Regaud type and Schmincke type showed nearly the same result. Key word: Matrix Metalloproteinase-9, Undifferentiated nasopharyngeal carcinoma, Regaud type, Schmincke type, Immunohistochemistry.
Hubungan antara Umbilical Coiling Index dengan Skor Makros-kopis dan Mikroskopik Maturitas Vili pada Kehamilan Normal . Esther RD Sitorus*, Gani W. Tambunan*, Joko S. Lukito*, Djafar Siddik**, A. Harkingto Wibi
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.252 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Penelitian mengenai tali pusat/Umbilical Coiling Index (UCI) masih sedikit dilakukan di Indonesia. Tampilan tali pusat dan plasenta merupakan perwakilan untuk menduga masa depan bayi yang dilahirkan hidup ataupun bukti penyebab kematian bayi yang dilahirkan mati. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan indeks putaran tali pusat serta mengetahui hubungan antara skor makroskopis plasenta dan mikroskopik maturasi vili-vili pada kehamilan normal. Metode Penelitian dilakukan pada 47 orang Ibu yang akan melahirkan tanpa penyulit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu saat (point time approach). Pengamatan makroskopis dilakukan pada plasenta dan tali pusat, dan skoring sesuai kartu tabel Scott and Jordan. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan pada sediaan histologis dan skoring sesuai Bernieschke. Uji statisik dilakukan dengan t-test dan analisis korelasi multi varian. Hasil Nilai UCI 0.32±0.08. Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan plasenta mendapat skor < 5, berarti seluruh plasenta adalah normal. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan dominasi terminal vili dan matur intermediate vili. Uji statistik antara plasenta dan maturasi vili menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna. Kesimpulan Nilai UCI pada kehamilan normal dapat digunakan untuk mengetahui kondisi plasenta secara makroskopik dan mikroskopik Kata kunci : Umbilical coiling index, Skor Scott dan Jordan, Skor Maturasi Vili ABSTRACT Background Research abaout Umbilical Coiling Index (UCI) in Indonesia is still seldom. Expression of UCI could be used to predict the future of alive or dead baby born. Objective To find out the Umbilical Coiling Index and to know relationship between macroscopic score of placenta and microscopic of villous maturation on normal pregnancy. Methods Research were done on 47 mothers who will partus without difficulty. This is a descriptive analytic research with cross sectional approach. Data collecting were done by point time approach. Macroscopic evaluation were done on placenta and umbilical, and were score based on Scott and Jordan card. While, microscopic evaluation were done histologic features and scoring based on Bernieschke. Statistical analysis was done by t-test and multi varian correlation analytic. Result The mean of UCI was UCI 0.32±0.08. Macroscopic evaluation of placenta showed score

Page 2 of 32 | Total Record : 319