cover
Contact Name
Jaya Pramana
Contact Email
jayapram@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
support@majalahpatologiindonesia.com
Editorial Address
Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya 6, Tromol Pos 3225, Jakarta 10002
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Majalah Patologi Indonesia
ISSN : 02157284     EISSN : 25279106     DOI : https://doi.org/10.55816/
Core Subject : Health,
Majalah Patologi Indonesia (MPI) digunakan sebagai wahana publikasi hasil penelitian, tinjauan pustaka, laporan kasus dan ulasan berbagai aspek di bidang patologi manusia. Tujuannya ialah menghadirkan forum bagi permakluman dan pemahaman aneka proses patologik serta evaluasi berbagai penerapan cara diagnostik sejalan dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu juga untuk merangsang publikasi barbagai informasi baru/mutakhir.
Articles 319 Documents
Perbedaan Tampilan Imunohistokimia p63 antara Neoplasia Intraepitel Prostat dengan Adenokarsinoma Prostat . Hendrianto, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Joko S. Lukito
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.977 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Kadangkala pada pemeriksaan histopatologi rutin sulit dibedakan antara adenokarsinoma prostat berdifrensiasi baik dan neoplasia intraepitel prostat (PIN). Untuk itu diperlukan pewarnaan lain yang lebih akurat dengan menggunakan petanda sel basal, seperti p63. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya perbedaan tampilan imunohistokimia p63 antara PIN dengan adenokarsinoma prostat. Bahan dan cara Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian jaringan prostat sebanyak 49 blok paraffin berasal dari transurethral resection of prostate (TURP) atau surgical prostatectomy yang telah didiagnosa dengan pewarnaan HE. Hasil Pemeriksaan imunohistokimia (IHK) menggunakan p63 ini memiliki sensitivitas sebesar 68%, spesifitas sebesar 75%, nilai prediktif positif sebesar 74%, nilai prediktif negatif sebesar 69% dan likelihood ratio + sebesar 2,72. Uji statistik chi-square antara PIN dan adenokarsinoma prostat menunjukkan perbedaan bermakna (p
Tingkat Kesesuaian Diagnosis Invasi Limfatik pada Karsinoma Duktal Invasif Payudara pada Pulasan Hematoksilin-Eosin Dibandingkan dengan Pulasan Imunohistokimia VEGFR-3 . I Wayan Juli Sumadi, AAAN Susraini
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.105 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Berbagai faktor dapat mempengaruhi prognosis penderita karsinoma payudara, salah satunya adalah invasi limfatik. Identifikasi invasi limfatik pada preparat hematoksilin eosin (HE) sulit sehingga diperlukan metode alternatif yaitu dengan pulasan imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor Receptor-3 (VEGFR-3). Penelitian menggunakan pulasan VEGFR-3 dalam mendiagnosis invasi limfatik pada karsinoma payudara belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kesesuaian diagnosis invasi limfatik pada karsinoma duktal invasif payudara antara pulasan VEGFR-3 dan pulasan HE. Metode Lima puluh satu blok parafin penderita karsinoma duktal invasif payudara tipe tidak spesifik dilakukan pemotongan ulang dan dipulas dengan HE dan VEGFR-3. Semua sediaan dievaluasi oleh dua kelompok pengamat untuk didiagnosis invasi limfatik peritumoral. Kemudian dihitung persentase kesesuaian dan nilai kappa. Hasil Pada pulasan HE didapatkan kesesuaian diagnosis invasi limfatik sebesar 78,4%, dengan nilai κ=0,45; SE=0,14; 95%CI=0,31-0,59. Sedang pada pulasan imunohistokimia dengan VEGFR-3 didapatkan kesesuaian diagnosis invasi limfatik sebesar 92,1%, dengan nilai κ=0,73; SE=0,13; 95%CI=0,60-0,86. Ekspresi VEGFR-3 dapat ditemukan pada sebagian besar kasus. Kesimpulan Pada karsinoma duktal invasif tipe tidak spesifik, VEGFR-3 dapat digunakan untuk menilai tingkat kesesuaian invasi limfatik peritumoral, dan untuk memulas sitoplasma sel tumor. Kata kunci: invasi limfatik, VEGFR-3, HE, kesesuaian, karsinoma payudara ABSTRACT Background There are many factors influence the prognosis of breast cancer patients, one of them is lymphatic invasion. Identification of lymphatic invasion on hematoxyllin eosin (HE) slide is very difficult, so an alternative methode is needed, that is using anti VEGFR-3 antibody. Research of VEGFR-3 in diagnosing lymphatic invasion of carcinoma mammae has not doneyet. The aim of the study is to analysis the level of diagnosis invasive ductal lymphatic carcinoma ductal mammae between VEGFR-3 and HE. Methods Fifty one paraffin block patient of invasive ductal carcinoma mammae NOS were process and stained using HE and VEGFR-3. All slides were analyzed by two groups observers for peritumoral lymphatic invasion. Scoring and kappa were done. Results Observed agreement of HE staining was 78,4%, with κ=0,45; SE=0,14; 95%CI=0,31-0,59. While, observed level agreement of VEGFR-3 immunostaining was 92,1%, with κ=0,73; SE=0,13; 95%CI=0,60-0,86. VEGFR-3 expression could be found on almost cases that the cytoplasm of cancer tumor cells were showing positive staining for in most of the cases. Conclussion On invasive ductal carcinoma NOS, VEGFR-3 could be used to observed level agreement of lymphatic invasion peritumoral, and could staining the cytoplasm of cancer cells. Keyword: lymphatic invasion, VEGFR-3, HE, agreement, breast cancer
Ekspresi CK-16 pada Penyembuhan Luka Superfisial dengan Penambahan Hialuronat pada Amnion Freeze-Dried . Meianti Harjani, Imam Susilo
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.682 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, melibatkan sejumlah mediator, sel darah, matriks ekstra seluler serta sel parenkim. Pada penyembuhan luka epidermal, cytokeratin (CK)-16 berfungsi menstimulasi reorganisasi susunan filamen keratin yang terjadi sebelum migrasi keratinosit ke area perlukaan. Asam hialuronat adalah salah satu komponen penting matriks ekstraseluler yang memegang peranan penting dalam morfogenesis jaringan, migrasi, diferensiasi serta adesi sel. Tujuan Untuk menganalisis pengaruh penambahan hialuronat LMW pada amnion freeze-dried terhadap ekspresi protein CK-16 dalam penyembuhan luka. Bahan dan cara Luka superfisial dibuat dengan melakukan sayatan eksisional pada punggung 32 ekor tikus jantan galur Wistar. Sampel dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan diterapi dengan membran amnion freeze-dried yang ditambahkan hialuronat LMW 1%. Kelompok kontrol diterapi dengan membran amnion freeze-dried saja. Masing-masing kelompok kemudian dibagi menjadi 2 sub kelompok. Tiap sub kelompok terdiri dari 8 ekor tikus yang akan dilakukan pengorbanan pada hari ke 3 dan 7 setelah pembuatan luka. Evaluasi histopatologi dilakukan dengan mengukur ketebalan dan jumlah lapisan sel epitel, serta ekspresi protein CK-16. Hasil Kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan ketebalan dan jumlah lapisan sel epitel serta ekspresi CK-16 dibanding kelompok kontrol pada 3 dan 7 hari. Uji statistik t-test menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p< 0.05). Kesimpulan Penambahan hialuronat LMW pada amnion freeze-dried dapat mempercepat penyembuhan luka dan epitelialisasi yang ditandai oleh ekspresi CK-16. Key words: penyembuhan luka, low molecular weight hyaluronate, epitelialisasi, CK-16 ABSTRACT Background Wound healing is a dynamic process involving mediators, blood cells, extracellular matrix and parenchymal cells. In epidermal wound healing, the function of cytokeratin (CK)-16 could be to promote reorganization of the cytoplasmic array of keratin filaments, an event that precedes the onset of keratinocyte migration into the wound site. Hyaluronic acid is one of the essential components of extracellular matrix, which plays a predominant role in tissue morphogenesis, cell migration, differentiation, and adhesion. Objective To evaluate the effects addition of Low Molecular Weight Hyaluronate of amnion freeze-dried on expression of protein CK-16 in wound healing. Material and methods Superficial-thickness excisional wounds were created along the backs of 32 adult wistar rats. Sample were divided into 2 groups. Test group was treated by freeze-dried amnion and 1% Low Molecular Weight Hyaluronate. Control group was treated by freeze-dried amnion only. Each of the groups was divided into 2 sub groups. Each of the sub groups composed of 8 wistar rats based on the periode of termination: 3rd and 7th day after wounded. Histological evaluation was done to measure the thickness and amount of epithelial layer and expression of CK-16. Results Test group showed not only higher thickness and amount of epithelial layer but also that expression of CK-16 compare to control group on 3 and 7 days. Statistic test of t-test showed significant differentiated (p
Akurasi P63 dalam Membedakan Lesi Epitel Jinak dan Lesi Epitel Ganas Payudara . Lely Hartati, Nadjib D. Lubis, Joko S. Lukito
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.619 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Mekanisme karsinoma payudara terjadi melalui berbagai tahapan, yaitu perubahan morfologi dan proliferasi sel-sel epitel. Beberapa lesi jinak dan lesi ganas payudara memiliki gambaran yang mirip sehingga sulit dibedakan. Identifikasi sel-sel mioepitel pada duktus atau lobulus payudara memiliki nilai diagnostik yang tinggi untuk membedakan lesi-lesi ini. Ekspresi gen p63, yang merupakan homolog gen p53 digunakan untuk identifikasi sel mioepitel. Hilangnya ekspresi p63 biasanya dikaitkan dengan progresifitas suatu tumor. Tujuan penelitian ini untuk menentukan akurasi p63 dalam membedakan antara lesi epitel jinak dan ganas payudara. Metode Pulasan imunohistokimia dilakukan terhadap 60 sampel jaringan payudara yang didiagnosis sebagai lesi epitel jinak dan lesi epitel ganas payudara dengan menggunakan metode REAL En Vision. Antibodi primer yang digunakan adalah mouse monoclonal antibodi p63 dengan pengenceran 1:100. Imunogennya adalah ∆Np63α. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa tampilan p63 di inti sel basal pada kelompok lesi epitel jinak payudara menunjukkan tampilan positif kuat sebesar 36,36%, positif sedang sebesar 36,36%, positif lemah sebesar 13,64%, dan negatif sebesar 13,64%. Sedangkan, semua lesi epitel ganas menunjukkan tampilan negatif (100%). Kesimpulan Pemeriksaan imunohistokimia p63 ini memiliki sensitifitas sebesar 100%, spesifisitas sebesar 86%, nilai prediktif positif sebesar 93%, nilai prediktif negatif sebesar 100% dan likelihood ratio + sebesar 7.33%. Terdapat perbedaan yang bermakna dari tampilan p63 pada lesi epitel jinak dan lesi epitel ganas payudara (p
Korelasi Ekspresi Protein Survivin dengan Derajat Histopatologi pada Neoplasma Skuamosa Serviks . Faradilla Anwar, Rina Masadah, Johanna M. Kandouw, Ni Ketut Sungowati
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.421 KB)

Abstract

Korelasi Ekspresi Protein Survivin dengan Derajat Histopatologi pada Neoplasma Skuamosa Serviks
Overekspresi HSP70 oleh Makrofag karena Induksi low-level laser pada Luka Bakar . Vera Dewi Mulia, Troef Soemarno
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 1 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.897 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Makrofag merupakan suatu komponen penting yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Penelitian ini dilakukan untk meneliti pengaruh terapi low level laser (LLLT) terhadap aktivasi makrofag dalam pelepasan Heat Shock Protein (HSP) 70 dan Fibroblast Growth Factor (FGF) pada proses penyembuhan luka bakar pada kulit mencit. Metode Enam belas mencit dibagi dalam 2 kelompok dan dilakukan pembuatan luka bakar derajat 2 pada kulit punggung. Pada kelompok kontrol, luka bakar dioles dengan silver sulfadiazine (SSD) 1% secara topikal dan ditutup plaster. Pada kelompok perlakuan, luka bakar diterapi dengan low level laser Therapy (LLLT) energi 4 J/cm2, dioles dengan silver sulfadiazine 1% secara topikal dan ditutup plaster. Pada hari keempat dilakukan biopsi pada lesi luka bakar. Sediaan mikroskopik dibuat dan dipulas dengan pulasan HE dan teknik imunohistokimia. Hasil Analisa statistik dengan t-test pada makrofag penghasil HSP70 dan FGF antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Sedangkan, analisa statistik dengan Pearson-test pada makrofag penghasil HSP70 dan FGF antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan adanya hubungan positif dan perbedaan bermakna. Kesimpulan Low level laser therapy berperan dalam menginduksi aktivasi makrofag untuk menghasilkan HSP70 endogen dan FGF pada lesi luka bakar derajat 2 pada proses penyembuhan luka. Kata Kunci : proses penyembuhan, lesi luka bakar derajat 2, low-level laser terapi, makrofag. ABSTRACT Background Macrophages have been shown to participate in the wound healing process. Thisstudy is toinvestigate the effects of low-level laser therapy (LLLT) on macrophages activation in producing Heat Shock Protein 70 (HSP70) and Fibroblast growth Factor (FGF) on the burn healing process of skin hamster. Methods Sixteen hamsters were divided into two groups and subjected to second degree burn lesion. In the control group, second degree burn lesion was applied topically with silver sulfadiazine (SSD) 1% and closed dressing. In the treatment group, second degree burn was treated with LLLT at energy densities of 4J/cm2, applied topically with silver sulfadiazine 1% and closed dressing. On the fourth days, a biopsy was performed on the burn lesion. Slide microscopic were made and staining with Hematoxylin Eosin (HE) and immunohistochemistry techniques. Results Statistical analysis with t-test on HSP70 and FGF producing macrophage between treatment and control group showed that a significantly differences. While analysis with Pearson-test on HSP70 and FGF producing macrophage between treatment and control group showed a positive correlation and significant differences. Conclusion Low-level laser therapy (LLLT) roled on induced macrophages activation in producing endogenous HSP 70 and FGF on the second-degree burn lesion of the wound healing process. Keywords: healing process, second degree burn lesion, low-level laser therapy, macrophage
Ekspresi Protein C-MYC dan BCL2 pada Karsinoma Nasofaring Jenis Undifferentiated, Hubungannya dengan T-stage dan N-stage . Anny Setijo Rahaju, Endang Joewarini
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 2 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.108 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas terbanyak di Departemen Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Kendala yang dihadapi dalam penanganan KNF adalah penderita datang ke dokter dalam stadium lanjut. Berbagai penelitian dilakukan untuk mempelajari berbagai petanda molekular dalam menentukan prognosis termasuk ekspresi protein C Myc dan Bcl2. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara ekspresi protein C Myc dan Bcl2 dengan T-stage dan N-stage pada KNFUndifferentiated. Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian retrospective and cross sectional observational study. Sampel diperoleh dari arsip histopatologi penderita baru KNF yang datang memeriksakan diri ke Laboratorium Patologi Anatomik RSUD. Dr. Soetomo selama Juli-Desember 2007. Kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia meng-gunakan antibodi Bcl2 dan C Myc pada 13 penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil Penelitilian ini mendapatkan hasil ekspresi Bcl2 negatif pada penderita KNFJenis Undifferentiated dengan T1/T2 terdapat 2/3 penderita, dengan T3/T4 sebanyak 7/10 penderita, dengan N1/N2 sebanyak 5/5 penderita dan dengan N3 terdapat 4/8 penderita. Ekspresi C Myc positif pada penderita KNF Jenis Undifferentiated dengan T1/T2, terdapat pada 3/3 penderita, dengan T3/T4 sebanyak 9/10 penderita, dengan penyebaran pada KGB setempat N1/N2 sebanyak 5/5 penderita dan dengan N3 sebanyak 7/8 penderita. Kesimpulan Karena jumlah kasus yang kurang, maka tidak bisa dianalisa secara statistik hubungan antara ekspresi Bcl2 dan Myc dengan stadium karsinoma nasofaring jenis undifferentiated. Kata kunci: KNF jenis undifferentiated, C Myc, Bcl2, T-stage, N-stage ABSTRACT Background Nasopharyngeal carcinoma (NPC) was the most common malignancy in Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Department. Various studies carried out to study the various molecular markers in determining prognosis including CMyc and Bcl2 protein expression. Because of the difficulty of early diagnosis, most of Nasopharyngeal Carcinoma patients came in late stage. Prognostic factors will be needed to support therapy. This study was conducted to determine the correlation between C Myc and Bcl2 expression with T-stage and N-stage in Undifferentiated nasopharyngeal carcinoma. Material and Method This cross sectional and observational study was done retrospectively. T-stage and N-stage archives of undifferentiated nasopharyngeal carcinoma new patiens were retrieved from medical records at Pathology department Dr. Soetomo Hospital Surabaya between July and December 2007. Immunohistochemical examination with CMyc and Bcl2 antibody were done on 13 block paraffin specimens which fullfil the inclusion criteria. Results Negative Bcl2 expression were found in 2/3 cases of T1/T2, 7/10 cases of T3/T4, 5/5 cases of N1/N2 and 4/8 cases of N3 Undifferentiated nasopharyngeal carcinoma. Positive C Myc expression were found in 3/3 cases of T1/T2, 9/10 cases of T3/T4 , 5/5 cases of N1/N2 and 7/8 cases of N3 Undifferentiated nasopharyngeal carcinoma. Conclusion Based on the small number of cases the correlation of Bcl2 and C Myc with N and T stage of the naspharyngeal carcinoma undifferentiated type were not adequate for statistical analysis. Keywords : undifferentiated nasopharyngeal carcinoma, C Myc, Bcl2, T-stage, N-stage
Perbedaan Tampilan Cathepsin D pada Berbagai Grade Histo-patologi Karsinoma Duktus Invasif Payudara . Susi Lusanna Lubis, H. M. Nadjib Dahlan Lubis, H. Joko S. Lukito
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 2 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.453 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Penyebaran dan metastasis sel-sel tumor payudaramerupakan masalah yang sering dijumpai pada karsinoma payudara. Berdasarkan grade histopatologi menunjukkan makin tinggi suatu grade, maka makin ganas suatu kanker payudara. Cathepsin D adalah acidic lysosomal proteinase yang berperan dalam berbagai langkah pertumbuhan tumor, merangsang sel-sel kanker berproliferasi, perkembangan fibroblas, dan angiogenesis, serta menghambat apoptosis tumor. Peningkatandari Cathepsin D berhubungan dengan meningkatnya keganasan dari kanker payudara. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan tampilan imunohistokimia CathepsiD pada berbagai grade histopatologi karsinoma duktus invasif pada payudara. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitik dengan rancangan cross sectional.Sampel penelitian sebanyak 48 blok paraffin jaringan payudara yang telah didiagnosa sebagai karsinoma duktus invasif yang telah ditentukan grade-nya dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Dilakukan pemotongan ulang blok paraffin dan dilanjutkan dengan pewarnaan immunohistokimia Cathepsin D metode The EnVision + Dual Link System kit. Antibodi primer yang digunakan adalah mouse monoclonal Hu-antibody Cathepsin D dengan pengenceran 1:200 dan kemudian dinilai tampilan warna dari Cathepsin D tersebut pada tiap grade karsinoma duktus invasif. Hasil Pada grade 1 dijumpai4 kasus (25%) dengan skor intensitas warna lemah,7 kasus (43.8%) dengan intensitas sedang,5 kasus (31.3%) dengan intensitas warna kuat. Sedangkan pada grade 2 dijumpai intensitas warna lemah 1 kasus (6,3%), warna sedang 9 kasus (56.3%), warna kuat 6 kasus(37.5%) dan pada grade 3 skor intensitas warna lemah 2 kasus (12.5%), warna sedang 11 kasus (68.8%), warna kuat 3 kasus (18.8%). Skor intensitas warna terbanyak adalah pada intensitas sedang yaitu sebanyak 27 kasus (56.3%). Pemeriksaan immunohistokimia Cathepsin D menunjukkan dengan uji Chi Square, tidak ada perbedaan proporsi intensitas warna berdasarkan grade dengan nilai p > 0.05 dan dengan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan peningkatan grade dengan intensitas warna pada karsinoma duktus invasif dengan nilai p > 0.05. Kesimpulan Tampilan imunohistokimia Cathepsin D tidak dapat digunakan untuk membedakan grade pada karsinoma duktus invasif. Kata kunci :Karsinoma Duktus Invasif, Grade Histopatologi, Intensitas Warna Cathepsin D ABSTRACT Background Invasion and metastasis of breast tumour cells are still a problem that often been observed on breast cancer.The histopthological grading showed that the higher grade of a cancer reflecting a more malignant breast cancer. Cathepsin D is acidic cysteine proteinase play an essential role in multiple steps of tumor progression, i.e stimulating cancer cell proliferation, fibroblast outgrowth and angiogenesis, as well as inhibiting tumor apoptosis. Increasinglevel of Cathepsin D correlates with increasing malignancy of breast cancer. The purpose of this research is to evaluate the differences of Cathepsin D expression in various histopathological grade of invasive ductal carcinoma of the breast. Methods This research is an analytical descriptive study with cross sectional design. The sample are 48 paraffin blocks of breast tissue that had been diagnosed as invasive ductal carcinoma predetermined grade with hematoxylin eosin staining.Recutting of paraffin blocks was performed, continued with Cathepsin D staining using The Envision + Dual Link System kit. The primary antibodies were mouse monoclonal antibody Hu-Cathepsin D diluted by 1: 200 and the appearance of Cathepsin D stainningwere evaluated. Results The evaluation of Cathepsin D stainning on grade 1 with weak intensityfound on 4 cases (25%), moderate intensity on 7 cases (43.8%), strong intensity on 5 cases (31.3%). The stainning evaluation on grade 2 with weak intensity found on 1 case (6.3%), moderate intensity on 9 cases (56.3%), strong intensity on 6 cases (37.5%). The stainning evaluation on grade 3 with weak intensity found on 2 cases (12.5%), moderate intensity on 11 cases (68.8%), strong intensity on 3 cases (18.8%). From all grading, the highest color intensity were moderate intensity found on 27 cases (56.3%). The expression of Cathepsin Dwere analyzed with Chi Square test with no differences Cathepsin D intensity in any grade of invasive ductal carcinoma with p values > 0.05. The expression of Cathepsin Dwere also analyzed with Spearman's correlation test with no relationship of higher grade of invasive ductal carcinoma with Cathepsin D intensity with p values > 0. 05 Conclusion The expression of Capthensin D in invasive ductal carcinoma unable to differentiate the grade. Key words: Invasive Ductal Carcinoma, HistopathologicalGrade, Intensity of Cathepsin D
Korelasi Ekspresi Cyclooxygenase-2 dengan Subtipe Karsinoma Nasofaring . Novita Dewi, Mezfi Unita, Jusuf Fantoni, Irsan Saleh
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 2 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.316 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung di diagnosa pada stadium lanjut, sehingga angka survival rendah dan prognosis penderita buruk. Cyclooxygenase-2 merupakan suatu enzim yang diinduksi selama peradangan dan neoplastik dan terekspresi pada berbagai tumor. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ekspresi cyclooxygenase-2 pada karsinoma nasofaring serta menilai korelasi ekspresi cyclooxygenase-2 dengan subtipe karsinoma nasofaring. Bahan dan cara kerja Penelitian ini merupakan studi observasional analisis korelatif dalam bentuk serial kasus dengan 30 sampel arsip preparat karsinoma nasofaring berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005 terdiri dari 21 kasus karsinoma nasofaring tidak berkeratin tidak berdiferensiasi dan 9 kasus karsinoma nasofaring tidak berkeratin berdiferensiasi di Patologi Anatomik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam periode waktu Juni 2010-Juni 2011. Semua preparat dilakukan pulasan imunohistokimia cyclooxygenase-2 dan dihitung tingkat ekspresinya, dianalisis dengan uji korelasi non parametrik Spearman. Hasil Dari 30 kasus karsinoma nasofaring diperoleh positifitas cyclooxygenase-2 adalah 63,3% dan positifitas ke-2 subtipe adalah 43,3% karsinoma nasofaring tidak berkeratin tidak berdiferensiasi dan 20% karsinoma nasofaring tidak berkeratin berdiferensiasi. Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara ekspresi cyclooxygenase-2 dan subtipe karsinoma nasofaring (r= 0,026 p= 0,893). Kesimpulan Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ekspresi cyclooxygenase-2 dan subtipe karsinoma nasofaring. Kata kunci: karsinoma, nasofaring, cyclooxygenase-2 ABSTRACT Background Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a malignant tumor that tends to be diagnosed at an advanced stage, so they have low survival rate and poor prognosis. Cyclooxygenase-2 is an enzyme that is induced during inflammation and neoplastic and expressed in various tumors. The aim of this study is to evaluate the expression of cyclooxygenase-2 in nasopharyngeal carcinoma and to assess the correlation of expression of cyclooxygenase-2 with nasopharyngeal carcinoma subtype. Material and method This research an observasional correlative analysisstudy in the form of serial cases with 30 samples of nasopharyngeal carcinoma preparations based on WHO histological classification of tumours of the nasopharynx, 2005 consisted of 21 cases of non keratinizing undifferentiated nasopharyngeal carcinoma and 9 cases of non keratinizing differentiated nasopharyngeal carcinoma at Anatomic Pathology of Dr. Mohammad Hoesin General Hospital in Palembang during June 2010-June 2011. Cyclooxygenase-2 immunohistochemical stains were performed and the correlation between expression of cyclooxygenase-2 were assesses andanalyzed by non-parametric Spearman correlation test. Result Thirty cases of nasopharyngeal carcinoma obtained positifitycyclooxygenase-2 is 63.3% and positifityof both subtypes of nasopharyngeal carcinoma was 43.3% are non keratinizing undifferentiated nasopharyngeal carcinoma and 20% is differentiated. Spearman correlation test showed no significant correlation between expression of cyclooxygenase-2 and subtypes of nasopharyngeal carcinoma (r= 0.026 p= 0.893). Conclusion In this study we can conclude that there was no significant correlation between expression of cyclooxygenase-2 and subtypes of nasopharyngeal carcinoma Key word: nasopharyngeal, carcinoma, cyclooxygenase-2
Perbedaan Ekspresi Cox-2 pada Beberapa Parameter Kliniko-patologi Adenokarsinoma Kolorektal . I Made Gotra, Moestikaningsih
Majalah Patologi Indonesia Vol 21 No 2 (2012): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.709 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Cox-2 dapat diekspresikan pada berbagai kanker pada manusia termasuk kanker kolorektal. Cox-2 dapat berperan dalam terjadinya dan progresivitas kanker kolorektal, sehingga ekpresi Cox-2 akan berkaitan dengan derajat diferensiasi, kedalaman infiltrasi dan stadium Dukes adenokarsinoma kolorektal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase ekspresi Cox-2 pada adenokarsinoma kolorektal dan hubungannya dengan beberapa parameter klinikopatologi seperti derajat diferensiasi, kedalaman infiltrasi dan stadium Dukes, sehingga dapat dipakai untuk penanganan klinis. Metode Penelitan ini dilakukan secara potong lintang, dengan sampel adenokarsinoma kolorektal yang telah dilakukan pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Sanglah Denpasar sejak 1 Januari 2008-31 Maret 2011.Sediaan Hemaktosilin-Eosin kemudian dievaluasi parameter kilnikopatologinya dan blok parafinnya dipotong untuk pulasan Cox-2. Penilaian skor imunohistokimia dihitung secara semikuantitatif, tanpa mengetahui data parameter klinikopatologi pasien. Karakteristik sampel dianalisis secara deskriptif, sedangkan perbedaan ekspresi Cox-2 pada berbagai parameter klimikopatologi dianalisis dengan uji X2 dengan tingkat kemaknaan a < 0,05. Hasil dan kesimpulan Didapatkan sebanyak 64 sampel, 10 sampel dari bahan biopsi dan 54 sampel dari bahan operasi yang dapat dianalisa. Rata-rata umur penderita 52,3 tahun (rentang umur 20-80 tahun). Dari 64 sampel didapatkan 71,9% (46/ 64) kasus menunjukkan ekspresi Cox-2 positif. Tidak ada perbedaan bermakna ekspresi Cox-2 dengan derajat diferensiasi( p= 0.114).Demikian pula dengan kedalaman infiltrasi tumor (p= 0,128), dan dengan stadium Dukes( p= 0,053). Kata kunci: Adenokarsinoma kolorektal, ekspresi Cox-2, derajat diferensiasi, kedalaman infiltrasi, stadium Dukes. ABSTRACT Background Expression of cyclooxygenase-2 (Cox-2) could be demonstrated in various human cancers including colorectal cancer. The overexpression of Cox-2 may involve in the growth and progression of colorectal cancer, and hence influence the degree of, depth of infiltration and Dukes stadium. The aims of this study are to know the percentage of Cox-2 expression in adenocarcinoma colorectal aa well as in various clinicopathology parameters i.e degree of differentiation, depth of infiltration and Dukes stadium, so it can be applied in clinical management. Method This research is a cross-sectional study with colorectal adenocarcinoma samples from January 1-March 31, 2011. The clinicopathological parameters were evaluated and. Immunohistochemisty scores of Cox-2 staining were counted semiquantitatively, blindelly clinicopathological. Sample characteristics were analyzed descriptively, while the difference of Cox-2 overexpression in various clinicopathological parameters were analyzed by X2 test with significance value α < 0.05. Result and conclusion 64 samples (10 from biopsy and 54 from operation) that can be analyzed. The average of age was 52.3 years (range 28-80 years). 71.9% (46/64) cases showed Cox-2 overexpression. There were no significance differencys of Cox-2 expression in various degree (p = 0.114), and also in depth of infiltration (p= 0.128), as well as in Dukes stadium (p= 0.053) Key words: Adenocarcinoma colorectal, Cox-2 expression, differentiation degree, depth of infiltration, Dukes stadium.

Page 3 of 32 | Total Record : 319