cover
Contact Name
Irawan Wibisono
Contact Email
irawan@akfis-whs.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
irawan@akfis-whs.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
ISSN : 25488716     EISSN : 25992791     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Jurnal Fisioterapi & Rehabilitasi, a publication from the Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang, is a peer-reviewed online journal with biannual print on demand compilation of issues published. Editors invite researchers and practitioners in the field of physiotherapy to pour the results of library research studies, theoretical ideas or applications as well as critical analysis studies in order to improve professional self and responsibility for the development and progress of nation education especially in the world of physiotherapy.
Arjuna Subject : -
Articles 125 Documents
Pengaruh Terapi Latihan terhadap Post ORIF Fraktur Mal Union Tibia Plateu dengan Pemasangan Plate and Screw Kuswardani Kuswardani; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.014 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.3

Abstract

Fraktur tibia (Bumper fracture/fraktur tibia plateu) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke lutut. Departemen Kesehatan RI tahun 2007 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari hasil survey tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap penderita post orif fracture mal union tibia plateu sinistra dengan pemasangan plate and screw. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita post orif fracture mal union tibia plateu dengan pemasangan plate and screw. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 9 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT). Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti nilai kekuatan otot sebelum dan sesudah tindakan terapi latihan (Static contraction, Pumping action, Passive exercise(Relaxed passive exercise) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh terapi latihan (Static contraction, Pumping action, Passive exercise(Relaxed passive exercise) terhadap nilai kekuatan otot pada kasus post ORIF fraktur malunion tibia plateu sinistra.
Pengaruh Infra Red dan Elektrical Stimulation serta Massage terhadap Kasus Bell’s Palsy Dekstra Suci Amanati; Didik Purnomo; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.942 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.5

Abstract

Bell’s palsy adalah kelumpuhan facialis perifer akibat proses non-supuratif, non neo-plasmatik, non neo-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen stylomatoideus. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh infra red, electrical stimulation dan massage pada penderita bell’s palsy dextra. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita bell’s palsy dextra. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala ugo fish. skala ugo fish merupakan pengukuran pemeriksaan kemampuan fungsional. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti kemampuan fungsional sebelum dan sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh Infra red, electrical stimulation dan massage dapat mengurangi kaku wajah pada penderita bell’s palsy dextra
Pengaruh Terapi Latihan Metode BOBATH terhadap Cerebral Palsy Diplegi Spastic Zainal Abidin; Kueswardani Kuswardani; Didik Purnomo
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.917 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.6

Abstract

Cerebral palsy merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalipergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama dan secaraumum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Angka kejadian cerebral palsyberkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia sekolah dini. Data anak dengan kondisi cerebral palsyyang mengikuti program rehabilitasi fisioterapi pada tahun 2013 adalah sebanyak 75 anak.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan denganpendekatan konsep bobath cerebral palsy diplegi spastic di Yayasan Pembinaan Anak Cacat(YPAC) Semarang. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita cerebral palsy diplegi spastik.Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secarakeseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaanspesifik seperti pemeriksaan kekakuan sendi/spastisitas dengan skala Asworth. Skala Asworthsebagai hasil pemeriksaan spastisitas. Hal ini berarti spastisitas sebelum dan sesudah tindakan terapilatihan dengan metode bobath tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, didapat disimpulkan adanyapengaruh pemberian terapi latihan dengan menggunakan metode bobath terhadap spastisitas padakasus cerebral palsy diplegi spastic.
Pengaruh Ultra Sound Dan Terapi Latihan terhadap Carpal Tunnel Syndrome Nurwahida Puspitasari; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.049 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.7

Abstract

ABSTRAKCarpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi pada pergelangan tangan. Selama tahun 2003 sampai 2005 terjadi peningkatan kasus CTS padakaryawan akibat gerakan repetitif pada penggunaan komputer dalam frekuensi yang sering dan durasi yang lama dari 76 kasus menjadi 112 kasus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ultra sound dan terapi latihan pada penderita carpal tunnel syndrome. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita carpal tunnel syndrome di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 10 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan nyeri dengan visual analog scale (vas). Visual Analoque Scale (VAS) sebagai pemeriksaan derajat nyeri. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000(<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti nyeri diam sebelum dan sesudah tindakan penggunaan ultra sound dan terapi latihan (free exercise, assisted exercise, assisterdresisted exercise dan resisted exercise) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh penggunaan ultra sound dan terapi latihan (free exercise, assisted exercise, assisterd-resisted exercise dan resisted exercise) terhadap nyeri pada kasus Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Pengaruh Terapi Latihan terhadap Non-ST Elevation Myocardial Infraction (NSTEM) KILLIP IV Kuswardani Kuswardani; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.876 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.8

Abstract

Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) adalah adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai oksigen ke myocardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia myocardium lokal. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depertemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 menyatakan bahwa peringatanpenyakit cardiovaskular sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV di RSUD Tugurejo Semarang. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.. Hal ini berarti HR sebelum dan sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Terapi latihan dapat mengurangi derajat sesak napas, spasme otot pernapasan pada penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV.
Pengaruh Infra Red dan Massage terhadap Bell’s Palsy Dextra Zainal Abidin; Akhmad Alfajri Amin; Didik Purnomo
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.794 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.9

Abstract

Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara akut yang penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Data yang dikumpulkandari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 - 30 tahun. Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah pengaruh infra red dan massage pada bell’s palsy dextra. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita bell’s palsy dextra. Sampel penelitian ini menggunakanseluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kekuatan otot wajah dengan manual muscle testing (MMT). Manual Muscle Testing (MMT) sebagai pemeriksaan kekuatan otot wajah. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti kekuatan otot wajah sebelum dan sesudah tindakan penggunaan infra red dan massage tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh penggunaan infra red dan massage terhadap kekuatan otot wajah pada kasus Bell’s Palsy dextra.
Pengaruh Nebulizer, Infra Red dan Chest Therapy terhadap Asma Bronchiale Kuswardani Kuswardani; Didik Purnomo; Suci Amanati
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.134 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.10

Abstract

Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasmebronkus itu menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi. Tahun 2006, jumlah penderita asma diperkirakan mencapai 300 juta orang di dunia, angka ini diperkirakan akan terus meningkat 400 juta orang pada 2025. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh nebulizer, infra red dan chest therapy terhadap penderita asma bronchial. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita asma bronchiale. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan Sesak Napas dengan skala borg. Skala Borg sebagai pemeriksaan sesak nafas. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti sesa nafas sesudah dan sebelum tindakan nebulizer, infra red dan chest therapy tidak sama. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Nebulizer, infra red dan Chest Therapy dapat mengurangi sesak nafas pada penderita asma bronchial.
Pengaruh Terapi Latihan dan Massage terhadap Kasus Close Fraktur Humeri dextra 1/3 Distal dengan Pemasangan Skin Traction Suci Amanati; Kuswardani Kuswardani; Rose Ash Sidiqi Marita
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.844 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.11

Abstract

Fraktur tertutup (Closed Fracture) 1/3 distal dextra adalah fraktur yang patahannya tidak menembus kulit luar dan mengenai bagian sepertiga distal lengan atas. Fraktur ini merupakan fraktur ekstraartikular dan ekstrakapsuler (Stanley, 2011). Terapi yang diberikan berupa terapi latihan (hold relax, passive movement, active movement) dan massage dengan pemasangan skin traction. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh massage dan terapi latihan dengan pemasangan skin traction terhadap rasa nyeri pada kasus close fraktur humeri dextra 1/3 distal. Jenis penelitian yang digunakan adlah quasi eksperiment, tipe Pre and Post Test Design, yaitu mengkaji tingkat nyeri sebelum dan sesudah terapi diberikan. Populasi adalah pasien penderita fraktur humeri 1/3 distal yang dirawat di RS Othopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu sebanyak 8 sampel. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1-31 Januari 2016. Instrumen yang digunakan adalah skala nyeri pada Visual Analoque Scale (VAS). Ada 3 kategori nyeri, yaitu nyeri tekan, nyeri gerak dan nyeri diam. Hasil penelitian menunjukkan hilangnya nyeri diam dan penurunan nyeri tekan dan gerak. Hal ini berdasarkan rata-rata skala nyeri pada VAS, yaitu nyeri diam, sebelum terapi sebesar 1,88 menjadi 0,00 sesudah terapi; nyeri tekan, sebelum terapi sebesar 3,50 menjadi 1,13 sesudah terapi; dan nyeri gerak, sebelum terapi sebesar 5,43 menjadi 2,43 sesudah terapi.Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan dengan hasil uji t yang menunjukkan αhitung (0,000) < α(0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terapi latihan (hold relax, passive movement, active movement) dan massage dengan pemasangan skin traction berpengaruh terhadap rasa nyeri pada kasus close fraktur humeri dextra 1/3 distal.
Pengaruh Short Wave Diathermy (SWD) dan Terapi Latihan terhadap Frozen Shoulder Dextra Didik Purnomo; Zainal Abidin; Nurwahida Puspitasari
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.205 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.12

Abstract

Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang pasti ditandai dengan hilangnya gerak shoulder aktif maupun pasif secara progresif. Secara epidemiologi frozen shoulder terjadisekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5 % populasi sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebihsering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Short wave diathermy dan terapi latihan pada penderita Frozen shoulder. Populasi penelitian ini adalah penderita frozen shoulder di RSU Pandan Arang Boyolali. sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan nyeri menggunakan visual analog scale(VAS). Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan 3 cara yaitu nyeri tekan, nyeri diam, dan nyeri gerak selain itu data berupa kualitatif dilihat dari adanya peningkatan atau penurunan aktifitas fungsional. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan Short wave diarthermy dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, pada penderita frozen shoulde.
Pengaruh Terapi Latihan terhadap Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation, Trikuspidal Regurgitation, Pulmonal Hipertensi Nurwahida Puspitasari; Kuswardani Kuswardani; Akhmad Alfajri Amin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.302 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.13

Abstract

Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit cardiovaskula. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap penderita Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation, Trikuspidal Regurgitation dan Pulmonal Hypertensi di RSUD Dr. Adyatma, Semarang sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan sangkar thorax.Sangkar Thorax sebagai pemeriksaan sesak nafas. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti sesak sebelum dan sesudah tindakan terapi latihan (breathing exercise, mobilisasi sangkar thorax, gerak aktif anggota gerak atas dan bawah). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : Terapi latihan dapat mengurangi derajat sesak napas, spasme otot pernapasan dan meningkatkan ekspansi sangkar thorax pada penderita Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation (MR), Trikuspidal Regurgitation (TR) dan Pulmonal Hypertensi (PH).

Page 1 of 13 | Total Record : 125