cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 250 Documents
Kontroversi Bohong dalam Keluaran 1:8-22 Yonathan Salmon Efrayim Ngesthi; Matius I Totok Dwikoryanto; Fatiaro Zega
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.146

Abstract

AbstractMany people today tolerate the truth of the word by considering that lying for the sake of goodness becomes a natural thing. Through the history of Sifra and Pua, the writer wants to describe the purpose of writing this article to provide an understanding in a biblical context using descriptive qualitative methods and literature study approaches, it can be concluded in the study of the light of the Bible, that lying white or lying for good fulfills all the criteria for action which is included in lying or witness to lies. Because white lies are part of lies or witnesses to lies that God consistently forbids in the Bible, white lies should not be done by believers. It cannot be denied that the practice of white lying has become a habit and is considered normal and commonplace in today's society. But this does not mean that believers can simply join society at large to approve and practice white lies. Furthermore, the Church must act proactively in providing Christian ethics education, especially in relation to the topic of white lies or lying for good so that members of the congregation have a clear and stable understanding of this issue AbstrakMasayarakat saat ini banyak yang toleransi terhadap kebenaran firman dengan mengangap bahwa kebohongan demi kebaikan menjadi hal yang wajar. Melalui sejarah Sifra dan Pua penulis ingin menjabarkan tujuan penulisan artikel ini memberikan pemahaman dalam kontek Alkitabiah menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan studi Pustaka, dapat disimpulkan dalam kajian dari terang Alkitab, bahwa bohong putih atau bohong untuk kebaikan memenuhi semua kriteria tindakan yang termasuk dalam kebohongan atau saksi dusta. Karena bohong putih termasuk bagian dari kebohongan atau saksi dusta yang dilarang Allah secara konsisten di dalam Alkitab, maka bohong putih tidak boleh dilakukan oleh orang percaya. Memang tidak dapat disangkal bahwa praktek bohong putih sudah menjadi kebiasaan dan dianggap wajar dan lumrah dalam masyarakat hari ini. Namun ini tidak berarti orang percaya boleh begitu saja menggabungkan diri dengan masyarakat pada umumnya untuk menyetujui dan mempraktekkan bohong putih. Selanjutnya Gereja harus bertindak proaktif menyelenggarakan pendidikan etika Kristen, khususnya yang berhubungan dengan topik bohong putih atau bohong untuk kebaikan sehingga anggota jemaat memiliki pengertian yang jelas dan mantap tentang persoalan ini
Penerapan Prinsip Pemuridan Elia dalam Pendidikan Agama Kristen Soeliasih Soeliasih
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.23

Abstract

Elijah was one of the prophets of the nation of Israel who experienced the terrible use of God. Through his ministry, the Israelites experienced a great revival. The success of Elijah's ministry did not reach himself, but he had duplicated it to his student named Elisha, even Elisha became a greater prophet than Elijah. The success of discipleship Elijah the prophet needs to be an example for God's servants today in carrying out Christian religious education. This study seeks to find the principles of discipleship Elijah the prophet to apply to discipleship in the present. As a result of this research, it was found several qualifications of religious educators in Elijah, including aspects of spirituality, mentality, personality, and managerial. Abstrak: Elia adalah salah satu nabi bangsa Israel yang mengalami pemakaian Allah secara dahsyat. Melalui pelayanannya bangsa Israel mengalami kebangunan rohani yang besar. Keberhasilan pelayanan Elia tidak sampai pada dirinya sendiri, namun ia telah menduplikasikannya kepada muridnya yang bernama Elisa, bahkan Elisa menjadi nabi yang lebih hebat daripada Elia. Keberhasilan pemuridan nabi Elia perlu menjadi contoh bagi hamba-hamba Tuhan pada masa sekarang dalam menjalankan pendidikan agama Kristen. Penelitian ini berusaha menemukan prinsip-prinsip pemuridan nabi Elia untuk dapat diterapkan bagi pemuridan pada masa sekarang. Sebagai hasil dari penelitian ini ditemukan beberapa kualifikasi pendidik agama dalam diri Elia, meliputi aspek spiritualitas, mentalitas, personalitas, dan manajerial.  
Efektivitas Model Pembelajaran Simbolik Pada Perkuliahan Agama Kristen dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Iman dan Moral Sampitmo Habeahan; Yakobus Ndona
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.95

Abstract

The using of learning model determines learning outcomes. The symbolic learning model is a way to improve Christian lectures internalize the values of faith and moral so that it can contribute namely to form a human person with nobel character. What kinds of learning model is effective? The learning model in certain material is not effective in other material. Based on the problem and the formulation of the problem, the objectives of the study: First, to design and test it out the symbolic learning model in Christian Lectures. Second, to find out and to reveal the effectiveness the symbolic learning model in internalizing the values of faith and moral in Christian lectures. The characteristic of this research to solve the problem that being faced and make the condition better by action which is refined continuously. Researchers reflection found out the source of the problem is not in accordance. The researcher will be tested it out a alternative model by doing the model symbolic learning in Christian lectures. The discovery will contribute in national education in overcoming the gap between attain a level of understanding and character development. The research used the spiral model Kemmis and Taggart that will emphasize the reflection spiral. It self consist of planning, action, observation, reflection and replanning. The research was done with two circles. The result of the reflection and first circle recommendation determine needs and the activities of second circle. The data collection will be done by interview, observation, documentation and questionnaire. So, will be analyzed be by reduced, on display and conclusion. The data was analyzed quantitatively by formula: I =  X 100% (Internalization of values : total value = total college students x 100). The result of the research that the using of learning model symbol based in Christian education lectures can be used to achieve the values of faith and moral and stimulate the college student to build commitment embodiment of values in life.Penggunaan model pembelajaran menentukan hasil belajar.  Model pembelajaran simbolik sebagai jalan untuk mengembangkan perkuliahan Agama Kristen dengan menginternalisasikan nilai-nilai iman dan moral, sehingga dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yakni membentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia. Apakah model pembelajaran simbolik efektif untuk menginternalisasi nilai iman dan moral mahasiswa? Berdasarkan masalah dan rumusan masalah penelitian ini bertujuan Pertama; untuk mendesain dan mengujicobakan model pembelajaran simbolik dalam perkuliahan Agama. Kedua; untuk menemukan dan mengungkapkan efektivitas model pembelajaran simbolik dalam menginternalisasikan nilai-nilai iman dan moral dalam perkuliahan Agama Kristen. Sifat khas penelitan ini adalah untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan membuat kondisi lebih baik dengan tindakan yang disempurnakan secara terus-menerus. Refleksi peneliti menemukan sumber persoalan pada model pembelajaran yang tidak sesuai. Peneliti akan mengujicobakan suatu model alternatif, yakni model pembelajaran simbolik pada PAK, untuk menemukan efektivitas dari model ini. Penemuan akan berkontribusi pada dunia pendidikan dalam mengatasi jurang antara pencapaian tingkat pemahaman dengan pengembangan karakter. Penelitian menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart yang akan menekankan spiral refleksi diri yang terdiri dari perencanaan, tindakan, orservasi, dan refleksi dan perencanaan kembali sebagai untuk memahami apa yang seharusnya di buat untuk mengembangkan situasi pendidikan. Penelitian dilakukan dengan dua siklus. Hasil refleksi dan rekomendasi siklus pertama menentukan kebutuhan dan kegiatan siklus kedua. Pengumpulan data akan dilakukan lewat wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan angket. Maka dianalisis dengan cara direduksi, didisplay, disimpulkan. Data angket akan dianalisis secara kuantitatif dengan rumus I =  X 100% (Internalisasi nilai = jumlah nilai: Jumlah Mahasiswa x 100). Hasil penelitian bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis simbol dalam perkuliahan Pendidikan Agama Kristen dapat digunakan untuk mencapai iman dan moral serta merangsang mahasiswa untuk membangun komitmen perwujudan nilai-nilai dalam kehidupan.
Memahami Penerapan Taurat Pada Masa Yesus dan Implikasinya Dalam Menghayati Firman Tuhan Pada Masa Kini Sri Lina BL Simorangkir
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.55

Abstract

The development of the Jewish nation in observing the Torah from the time of the Babylonian exile to the time of Jesus' presence in Judea continued, both amidst the changing cultural effects of politics on the existing government. The Torah is a reference for the Jewish people to live by in worship and in their daily life. The Jewish Torah strictly rules the norms relating to personal and social morals. The material of the Torah had developed at the time of Jesus, been added with interpretations of the 'letters' of the Torah, new attitudes of behavior, which were increasingly distant and increasingly difficult to do. The way they understand the Torah is seen in the attitude and manner of the teachings of Jesus. The scribes were adept at interpreting the Torah literally with convoluted explanations. Jesus declared that He came to fulfill the Torah. The application of the application of the Torah for the present time appears in spiritual values such as spiritual understanding of God's Word, Bible study, understanding the current passages of the Torah, as well as the need for one's qualifications to live the Word of God. Therefore, today we need hermeneutic principles so that we don't misinterpret the Bible.Perkembangan bangsa Yahudi dalam melakukan Taurat sejak dari masa pembuangan di Babel sampai pada masa kehadiran Yesus di Yudea terus berlanjut, baik di tengah perubahan budaya maupun dampak politik pada pemerintah yang ada saat itu. Taurat menjadi acuan pegangan hidup bangsa Yahudi dalam ibadah dan dalam hidup sehari-hari. Taurat orang Yahudi sangat ketat mengatur norma-norma yang menyangkut moral pribadi dan sosial. Materi Taurat sudah berkembang pada masa Yesus, ditambah dengan tafsiran-tafsiran ‘huruf’ Taurat, pedoman sikap tingkah laku, yang semakin jauh dan semakin sulit dilakukan.     Cara mereka memahami Taurat yang terlihat pada sikap dan cara menanggapi ajaran Yesus. Para ahli Taurat mahir dalam menginterpretasikan Taurat secara harafiah dengan keterangan berbelit-belit. Yesus menyatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi Taurat. Implikasi penerapan Taurat untuk masa kini muncul pada nilai-nilai rohani seperti kebangunan rohani memahami Firman Tuhan, pendalaman Alkitab, memahami perikop-perikop Taurat untuk masa kini, serta perlu kualifikasi seseorang dalam menghayati Firman Allah. Maka untuk itu di masa kini perlu prinsip-prinsip Hermeneutik agar tidak keliru dalam menafsir Alkitab.
Miyea Hemboni: Pendekatan, Pendampingan, dan Konseling Budaya Masyarakat Adat Suku Sentani Elise Litaay
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.136

Abstract

The value of solidarity is an approach, mentoring and counseling that can be found in the payment of Miyea Hemboni in the indigenous peoples of the Sentani tribe. The purpose of this research is to find out why, Miyea Hemboni is carried out in the marriage of the indigenous people of the Sentani tribe, and an understanding of Miyea Hemboni provides a model of approach, mentoring and counseling. The research method used is qualitative research methods and data obtained through interviews and literature study. Which is oriented towards the Sentani customary area. Interviews with several informants as historical actors. The results obtained from this research are that Miyea Hemboni can be used as an approach, mentoring, and counseling for the indigenous peoples of the Sentani tribe as a foundation of philosophy and cultural values of solidarity because it contains socio-cultural values of the community which are described as follows: Gotong Royong (Pulhauw) , Togetherness (Aka mbai, Peaka mbai), Brotherhood (Ria mbai), Baku help (Rekey Hakoy), One heart (Kenambai umbai).Nilai solidaritas adalah sebuah pendekatan, pendampingan dan konseling yang dapat ditemukan dalam pembayaran Miyea Hemboni dalam masyarakat adat suku Sentani. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mengapa Miyea Hemboni dilaksanakan dalam perkawinan masyarakat adat suku Sentani, serta pemahaman terhadap Miyea Hemboni memberikan model pendekatan, pendampingan dan konseling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan data yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka. Yang berorientasi pada wilayah adat Sentani. Wawancara terhadap beberapa informan sebagai pelaku sejarah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Miyea Hemboni dapat dijadikan sebagai pendekatan, pendampingan, dan konseling masyarakat adat suku Sentani sebagai landasan filosofi dan nilai-nilai budaya solidaritas karena, mengandung nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang dideskripsikan sebagai berikut : Gotong Royong  (Pulhauw),  Kebersamaan (Aka mbai, Peaka mbai), Persaudaraan (Ria mbai), Baku bantu (Rekey Hakoy), Satu hati  (Kenambai umbai).
Pandangan Etika Kristen tentang Berbusana bagi Wanita Kristen Evi Prasti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.12

Abstract

In dressed placement there are special situations that require the wearer to dress in formal situations, namely government agencies, schools, offices and worship. In a semi-formal or causal situation that is a semi-formal situation but there is a limit of politeness also in non-formal situations such as in the market, at home. This situation has no rules that bind it from the three situations we must be able to choose clothing according to the provisions of the event we are going to attend. Christian women's clothing must be different, because it manifests the person of the Lord Jesus the Great and holy so that the appearance of dressed in Christianity especially prioritizes God rather than appearance. Because God is holy and holy, in practice daily life glorifies God through our bodies. In a position as a student, the clothes that are used are dress that is polite, not sexy, does not wear a T-shirt, does not wear a tight shirt, mini skirt, transparent clothes but can choose clothes that are reasonable and appropriate in the campus situation. AbstrakDalam penempatan berbusana ada situasi khusus yang menuntut si pemakai berbusana sapan dalam situasi formal yaitu instansi pemerintahan, sekolah, kantor dan beribadah.  Dalam situasi semi formal atau causal yaitu situasi setengah formal  tetapi ada  batas kesopanan juga dalam situasi non formal seperti di pasar, dirumah.  Situasi ini tidak ada peraturan yang mengikatnya dari ketiga situasi  tersebut kita harus dapat memilih busana sesuai ketentuan acara yang kita akan hadiri.  Busana  wanita Kristen harus berbeda, karena mewujudkan pribadi Tuhan  Yesus yang Agung dan kudus sehingga penampilan  dalam berbusana orang Kristen  terlebih mengutamakan  Tuhan dari pada penampilan.  Sebab tuhan adalah suci  dan kudus  maka dalam praktek kehidupan sehari hari memuliakan Tuhan melalui tubuh  kita.  Dalam posisi sebagai mahasiswa maka busana yang dipakai  adalah busana yang sopan, tidak seksi, tidak memakai kaos oblong,tidak memakai kaos ketat,rok mini, baju transparan melainkan dapat memilih busana yang wajar dan pantas dalam situasi kampus.
Peningkatan Pertumbuhan Gereja Melalui Sikap Gembala Jemaat Berdasarkan 1 Petrus 5:2-3 Yanto Paulus Hermanto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.82

Abstract

The growth of the church is God's will, so this goal is a priority for God's church. The growth of the church cannot be separated from the character Peter who is a disciple who was asked by the Lord Jesus to shepherd His people. Church growth cannot be separated from the attitude of church leaders (pastors), therefore the problem discussed in this study is how to increase church growth through the attitude of the church pastor based on 1 Peter 5: 2-3. By researching and answering the formulation of this problem, it is hoped that the leaders of the congregation and congregation will have knowledge and attitudes that are in accordance with the word of God, and finally church growth is experienced by all churches.Pertumbuhan gereja merupakan kehendak Allah, sehingga sasaran ini menjadi prioritas bagi gereja Tuhan. Pertumbuhan gereja tidak bisa dipisahkan dari tokoh Petrus yang merupakan murid yang diminta Tuhan Yesus untuk menggembalakan umat-Nya.  Pertumbuhan gereja pun tidak dapat dipisahkan dari sikap pemimpin jemaat (gembala), oleh sebab itu masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan gereja melalui sikap gembala jemaat berdasarkan 1 Petrus 5:2-3. Dengan meneliti dan menjawab rumusan masalah ini diharapkan para pemimpin jemaat dan jemaat memiliki pengetahuan dan sikap yang sesuai firman Allah, dan akhirnya pertumbuhan gereja dialami oleh semua gereja.
Taurat dan Nubuat Palsu: Kajian Sudut Pandang Taurat Terhadap Nubuat Palsu Kosma Manurung
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.31

Abstract

Abstract: The purpose of this research is to present the Torah's view of false prophecy. The methodology used in this article uses text analysis and literature review. This article describes how false prophecy occurred in the Torah, the source of false prophecy, the entrance of false prophecy, and its consequences to mankind. Based on the results of this study in the Torah's view, false prophecies originated by the devil as the father of all liars who entered through the human desire and then resulted in the destruction of the relationship between God and man resulting in prolonged sin and suffering for humanity.Abstrak: Adapun tujuan penelitian artikel ini adalah ingin memaparkan sudut pandang Taurat terhadap nubuat palsu. Metodologi yang digunakan dalam artikel ini menggunakan analisis teks dan kajian literatur. Artikel ini menggambarkan bagaimana nubuat palsu dalam Taurat, sumber nubuat palsu, jalan masuk nubuat palsu, dan akibatnya bagi manusia. Berdasarkan hasil penelitian ini dalam pandangan Taurat, nubuat palsu berasal dari iblis sebagai bapak segala pendusta yang masuk melalui keinginan daging manusia yang kemudian mengakibatkan hancurannya hubungan antara Allah dan manusia sehingga mengakibatkan dosa dan penderitaan yang berkepanjangan bagi manusia.
Evaluasi Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Kristen di Masa Pandemi Priskila Issak Benyamin; Ibnu Salman; Frans Pantan; Wiryohadi Wiryohadi; Yogi Mahendra
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.174

Abstract

Penelitian ini berangkat dari adanya kesejangan dalam program pembelajaran daring selama pandemi di Kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana keberhasilan program pembelajaran daring pendidikan agama Kristen dan dampaknya baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Metode penelitian yang digunakan yakni model penelitian evaluasi discrepancy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek desain, instalasi, proses dan produk berada pada kategori rendah. Hal ini terlihat juga dalam cost-benefit analysis program pembelajaran daring pendidikan agama Kristen yang masih lemah.
Kepemimpinan Perempuan Dalam Jemaat: Analisis Penerjemahan Polisemi Kata gunh (gune) dalam 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:11-12 Marulak Pasaribu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.2

Abstract

The purpose of the Bible itself is to enable human to understand God and His will. Therefore, it is vital to be translated to languages so that individuals can read and understand His Word. However, the translation of the Bible to other languages often meets difficulties due to differences in diction between the source language and the target languages. Besides, one word in a language may have different senses which are related and dynamic. The goal of this research is to find the appropriate translation of the word gunh in Paul’s letter, specifically 1 Chorintian 14:34-35 and 1 Timothy 2:11-12 and to find the position of women’s leadership in the church. The research is carried out using descriptive-qualitative method focusing in elaborating the diction found in different translations of the Bible, such as Greek, English and Bahasa Indonesia. The finding shows that the translation of the word gunh  in Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) is not accurate. Instead of translating the word gunh  to wife, the institution translate the word into women in general. The recommend that LAI edit the translation of the Bible and that the church leader allow women to be leader in the congregation.AbstrakPenerjemahan Alkitab ke dalam bahasa lain bukan pekerjaan mudah. Tidak adanya padanan kata yang tepat dan akurat  dari kata aslinya ke dalam bahasa si pembaca dan terdapat banyak kata memiliki variasi makna yang saling terkait dan memunyai makna yang luwes adalah sebagian kendala dalam penerjemahan Alkitab. Tujuan penelitian ini adalah menemukan terjemahan yang tepat istilah gunh (gune) dalam 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:11-12 dan bagaimana kedudukan wanita dalam kepemimpinan jemaat. Penelitian ini meneliti data dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, yang menekankan pada penjelasan berdasarkan studi kata dengan sumber data yang digunakan adalah Alkitab berbahasa Yunani, Inggris dan Indonesia. Temuan hasil penelitian ini adalah bahwa terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang menerjemahkan istilah gunh  dengan perempuan tidak akurat. Yang benar adalah istri dan bukan “perempuan secara umum”. Rekomendasi hasil penelitian ini ditujukan kepada LAI agar mengoreksi terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dan kepada para pemimpin gereja untuk dapat menerima perempuan  ditahbiskan menduduki kepemimpinan dalam jemaat.  

Page 2 of 25 | Total Record : 250