cover
Contact Name
Lukmanul Hakim
Contact Email
lukmanulhakim7419@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmabasan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
MABASAN
ISSN : 20859554     EISSN : 26212005     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
MABASAN is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in MABASAN have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. MABASAN is published by Kantor Bahasa NTB twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
PENGEMBANGAN MODEL KEMAMPUAN GENERIK MENULIS CERPEN (STUDI CLASSROOM ETNOGRAPHY SISWA KELAS XI MAN 1 MATARAM) Rabiyatul Adawiyah; Syukrina Rahmawati
MABASAN Vol. 9 No. 2 (2015): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.488 KB) | DOI: 10.26499/mab.v9i2.163

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran kemampuan generik dalam materi menulis cerpen terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran menekankan pada peserta didik untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran dengan berpusat pada siswa (student centered). Metode yang digunakan yaitu Classroom etnograpy dengan subyek satu kelas yaitu kelas XI IPA 2 MAN 1 Mataram. Data dikumpulkan melalui observasi, angket, dokumentasi, wawancara dan pemberian tugas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran dengan kemampuan generik ini mempunyai kelebihan: ketepatan waktu 76%, kerja sama 92%, Motivasi 94%, tanggung jawab 74% dan berpikir kritis 64%. Adapun hasil kemampuan menulis cerpennya 94% kategori tinggi. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran kemampuan generik lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan produk siswa.
CITRAAN DALAM PUISI-PUISI KARYA RATNA ROSANA, SEORANG PENYAIR WANITA KALIMANTAN SELATAN Agus Yulianto
MABASAN Vol. 12 No. 2 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.398 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i2.55

Abstract

The objective of this research is to find out elements of imagery and meaning of Ratna Rosana’s poems  in her book of poem collections. The book is titled “Kabut Semu dalam Hadirmu”. This research is also aimed at knowing what dominant elements of imagery used by Ratna in the poetry that she wrote. The research problems are how are imagery and meaning of the Ratna Rosana’s poems in her book of poem collections described. What are the most dominant elements used by Ratna in her book of poem collections. This research uses descriptive qualitative method with recording technique and classification. Based on the results of the analysis, this research shows that the poems written by Ratna Rosana apply a lot of imagery to stress the meaning of image such as image of visions, hearings, touches, smells, movements, and senses. 
Antropologi Sastra: Mata Rantai Terakhir Analisis Ekstrinsik I Nyoman Kutha Ratna
MABASAN Vol. 5 No. 1 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.349 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i1.197

Abstract

Dalam bidang sastra, dikenal dua model analisis ekstrinsik, yaitu psikologi sastra dan sosiologi sastra. Dengan adanya kekayaan sekaligus keragaman aspek-aspek kebudayaan dalam kehidupan manusia, maka kedua jenis interdisiplin dianggap belum cukup. Antropologi sastra dianggap sebagai model interdisiplin yang dapat mengantisipasi kekuranagn tersebut. Antropologi sastra jelas melibatkan dua bidang ilmu yaitu antropologi dan sastra. Keduanya  pada dasarnya memiliki persamaan, sama-sama memanfaatkan cerita dalam bentuk pengalaman sehari-hari. Etnografi dengan novel, baik dalam proses pengumpulan data maupun proses penulisannya, menunjukkan ciri-ciri yang relatif sama. Dalam teori kontemporer kedua penulisan makin sulit dibedakan, karya sastra yang cenderung ilmiah, etnografi yang cenderung literer. Untuk mengantisipasi perkembangan antropologi sastra ke depan, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memasukkannya ke dalam kurikulum.
KLAUSA BAHASA SIANG Alisten Parulian Sigiro
MABASAN Vol. 9 No. 1 (2015): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.589 KB) | DOI: 10.26499/mab.v9i1.154

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian tentang klausa bahasa Siang. Untuk itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena metode dan teknik penelitian ini mencerminkan kenyataan berdasarkan fakta-fakta (fact findings) yang ada di lapangan sebagaimana adanya. Dengan demikian, hasil penelitian ini berusaha menggambarkan secara objektif dan tepat aspek klausa bahasa Siang sesuai dengan kondisi bahasa Siang saat ini, khususnya mengenai ciri, tipe, dan pola, serta hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bahasa Siang. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kategori frasa pengisi predikatnya penamaan klausa bahasa Siang pada umumnya adalah a) klausa nominal, b) klausa verbal, c) klausa adjektival, d) klausa preposisional, e) klausa numeralia, dan f) klausa pronominal. Sementara itu, klausa adverbial tidak dapat mengisi fungsi predikat. Klausa bebas dalam bahasa Siang predikatnya dapat diisi oleh frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, dan frasa numeralia. Ciri khas klausa bebas adalah memiliki potensi untuk berdiri sendiri sebagai kalimat bebas. Sementara itu, klausa terikatdalam bahasa Siang terdapat pada kalimat kompleks yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Dalam hal ini, hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain dalam kalimat kompleks dapat berupa hubungan subordinatif atau hubungan koordinatif.
REALITAS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA RAGAM TULISAN PADA LEMBAGA PEMERINTAHAN NFN Akmaluddin
MABASAN Vol. 12 No. 1 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.918 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i1.31

Abstract

Salah satu fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa negara. Atas dasar fungsi tersebut, bahasa Indonesia digunakan dalam penyusunan dokumen-dokumen kedinasan di berbagai lembaga pemerintahan. Ragam bahasa Indonesia yang seharusnya digunakan dalam penyusunan dokumen kedinasan pada berbagai lembaga pemerintahan adalah bahasa Indonesia standar. Namun, harapan ini belum sepenuhnya terlaksana karena masih terdapat banyak kesalahan berbahasa tulisan dalam penyusunan dokumen kedinasan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam dokumenkedinasan di Sekda Pemkot Mataram.  Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik kode dan pengkodean. Kesalahan bahasa tulisan yang ditemukan pada dokumen dinas tersebut sebanyak 27 yang terdiri atas kesalahan dalam bidang EYD yang meliputi: kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan tanda titik, kesalahan penggunaan tanda koma, dan kesalahan penggunaan cetak miring. Setelah diakumulasi, kesalahan dalam bidang EYD sebanyak 15 kesalahan. Sementara itu, kesalahan dalam bidang morfologi sebanyak 6, kesalahan dalam bidang sintaksis sebanyak 3, dan kesalahan dalam bidang semantik sebanyak 3 kesalahan.One of Indonesian function is state language. On the based of the function, Indonesian used in compilation of official texts in various state institutes. Indonesian manner which ought to be used in compilation of official texts is standard Indonesian language. But, this order not yet is fully executed because still there are a lot of mistake of have written language in compilation of official texts. Therefore, this research is conducted to know forms written language errors in the official texts at the Secretariat Office of the Government of Mataram City.Data collecting in this research is conducted with observation method and documentation. While data analysis conducted with code and code technique.Written language errors of found at official texts counted 27 which consist of mistake in the field of EYD covered: mistakeof usage of letter of kapital, mistake usage of dot sign, mistake usage of semicolon sign, and mistake usage of italic letter. Latter accumulated mistake of EYD counted 15 mitakes. Meanwhile, mistake morphology counted 6, mistake of syntax counted 3, and mistake of semantics counted 3.
Kontak Bahasa antara Komunitas Tutur Bahasa Bugis dengan Komunitas Tutur Bahasa Sasak di Pulau Lombok Desi Rachmawati
MABASAN Vol. 2 No. 1 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.99 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i1.122

Abstract

Penelitian ini merupakan salah satu kajian sosiolinguistik, yang melibatkan unsur sosial dan unsur kebahasaan yang terjadi pada masyarakat bilingual dan multilingual dengan cara melakukan adaptasi sosial dan adaptasi linguistik. Adaptasi linguistik yang dilakukan oleh komunitas tutur bahasa Bugis terhadap bahasa Sasak hanya ditemukan dalam bentuk serapan fonologi, dan serapan leksikon. Kecenderungan dari adaptasi linguistik yang  terkait dengan kuat-kurangnya pengaruh bahasa Sasak terhadap bahasa Bugis pada enklave Haji dan enklave Pelangan berkategori dominan. Sedangkan pengaruh bahasa Bugis terhadap bahasa Sasak pada enklave Haji dan enklave Pelangan  termasuk dalam kreteria kurang. Penggunaan bahasa Indonesia dalam masyarakat tutur bahasa Bugis pada enklave Haji dan enklave Pelangan terjadi akibat adanya alih kode dan campur kode. Terjadinya pengaruh bahasa yang dominan dan bervariasi pada kedua enklave di atas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain geografi, sosial (ekonomi, pendidikan, kebutuhan, usia) dan budaya
Kemampuan Berbahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Desa dan Kota di NTB Tim Penelitian Pengajaran Kantor Bahasa NTB
MABASAN Vol. 1 No. 1 (2007): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.715 KB) | DOI: 10.26499/mab.v1i1.145

Abstract

Makalah ini mengkaji kemampuan berbahasa Indonesia Tulis Siswa kelas V SD desa dan kota di Nusa Tenggara Barat dengan menggunakan metode kuantitatif.Ada lima sekolah baik di desa maupun di kota yang dijadikan sampel dengan jumlah 181 siswa yang dihubungkan dengan kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia dan variable penelitian yang meliputi letak sekolah, status sekolah, pengaruh bahasa daerah, jenis kelamin, dan pekerjaan orang tua.Tingkat kesalahan berbahasa tulis siswa yang bersekolah di desa ternyata memiliki persentase kesalahan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan berbahasa tulis siswa yang bersekolah di kota. Kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa SD negeri lebih baik daripada kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa swasta. Selanjutnya, kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa SD perempuan lebih baik daripada kemampuan berbahasa tulis siswa SD laki-laki. Berikutnya, kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa SD yang berbahasa ibu menggunakan bahasa Indonesia lebih baik daripada kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa SD yang berbahasa ibu bahasa daerah. Sementara itu, kemampuan  berbahasa Indonesia tulis siswa SD yang orang tuanya nonpegawai negeri dalam hal ini wiraswasta lebih baik daripada kemampuan berbahasa Indonesia tulis siswa SD yang orang tuanya PNS. Dengan kata lain, semua hipotesis yang berhubungan dengan kriteria di atas diterima kecuali pada kriteria pekerjaan orang tua.
PENERJEMAHAN MANUSKRIP DI LOMBOK: SUATU USAHA UNTUK MEMAHAMI NILAI BUDAYA SASAK Safoan Abdul Hamid
MABASAN Vol. 7 No. 2 (2013): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.697 KB) | DOI: 10.26499/mab.v7i2.178

Abstract

Manuskrip atau naskah kuno merupakan salah satu artefak warisan nenek moyang yang sangat berharga karena di dalamnya tersimpan jejak sejarah, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai budaya masa lalu. Pulau Lombok dikenal menyimpan banyak koleksi manuskrip baik yang tersimpan di museum maupun yang berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan preservasi fisik dan non-fisik manuskrip – preservasi kandungan. Makalah ini bertujuan untuk menawarkan sebuah gagasan bahwa penerjemahan teks manuskrip merupakan salah satu usaha untuk memahami nilai-nilai budaya masyarakat Sasak. Penerjemahan dianggap sebagai-bagian dari upaya preservasi manuskrip secara non-fisik. Data-data dalam kajian ini dikumpulkan melalui studi lapangan di desa Sakra tempat disimpannya beberapa manuskrip berbahan lontar. Hasil wawancara dengan pemilik manuskrip dan penduduk sekitar menunjukkan bahwa manuskrip-manuskrip tersebut sarat akan nilai-nilai budaya seperti nilai hubungan manusia dengan Tuhan dan nilai hubungan manusia dengan sesama. Data pendukung dikumpulkan melalui kajian pustaka terhadaap berbagai referensi tertulis. Data-data itu kemudian dianalisis untuk mendukung tema kajian ini. Masyarakat tidak dapat mengambil manfaat dari keberadaan manuskrip itu karena kendala bahasa dan aksara. Hanya segelintir orang yang dapat memahami teksnya karena bahasa dan aksara yang digunakan tidak dipakai lagi di tengah-tengah masyarakat Sasak. Penerjemahan manuskrip Sasak pernah dilakukan tapi tidak ada keberlanjutan disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengkajian dan penerjemahan manuskrip serta sedikitnya ahli yang memahami bahasa dan aksara manuskrip yang dikenal dengan aksara jejawan. Dapat disimpulkan bahwa pemerintah perlu membentuk bidang atau lembaga yang khusus bertugas untuk mengkaji dan menerjemahkan manuskrip serta melanjutkan pengajaran aksara jejawan sebagai muatan lokal di tingkat sekolah dasar.
BENTUK DAN CIRI ADJEKTIVA BAHASA DAYAK NGAJU Elisten Parulian Sigiro
MABASAN Vol. 10 No. 1 (2016): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.156 KB) | DOI: 10.26499/mab.v10i1.80

Abstract

The method used in this research is descriptive qualitative methods and techniques in this study reflect the reality on the facts (fact findings) that is in the field as it is. This research examines how the shape and characteristics of adjectives in BDNg. Thus, the researchers sought to describe objectively and accurately in accordance with the aspects of adjectives BDNg current conditions. In practice, this is done through two methods of data collection techniques, namely by using interview and documentation techniques. The findings of this research, that adjective BDNg can be marked by characteristic, namely (1) there is a possibility to join the particle beken 'not' and dia 'no' (2) can accompany a noun, or (3) may be accompanied by words labih 'more' , pangka 'most', tutu 'very', and labien 'very'. Meanwhile, based on variations in shape, adjectives can be distinguished BDNg its kind on the basis adjectives and adjectival derivative. Basic adjectives are adjectives that only consist of a single morpheme. Meanwhile, the derivative adjective derivative form BDNghave formed through the process of moving on word class and morphological processes, namely affixation, reduplication and compounding. Based their category, there is only one category of adjectives of adjectives BDNg, the adjectives predicative (adjectives that could occupy the position of the predicate in the clause). Furthermore, in its formation, adjectives BDNg formed through some process of affixation, reduplication and compounding.
Alus Enduk dalam Sistem Tutur Masyarakat Sasak Lalu Erwan Husnan
MABASAN Vol. 5 No. 2 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.279 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i2.214

Abstract

Stratifikasi bahasa Sasak tidak hanya terdiri atas tingkatan kasar, biase, alus biase, dan alus utame tapi juga alus enduk. Tingkatan terakhir terbilang baru karena penamaan baru diberikan pada tahun 2007 dan belum jelas posisinya dalam tingkata tutur Bahasa Sasak. Untuk itu, tiga desa (Bayan, Gerung, dan Tiwugalih) diambil sebagai sampel mewakili masing-masing variasi dialektal bahasa Alus bahasa Sasak. Tingkatan ini tidak memiliki kosakata sendiri seperti yang lain. Kosakata yang digunakan lebih banyak mengambil dari tingkagtan kasar dan biase dibandingkan dengan dua tingkatan yang lain. Posisi tingkatan ini berada setelah alus utame.

Page 1 of 24 | Total Record : 238