cover
Contact Name
Firza
Contact Email
firza1814@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
diakronika@ppj.unp.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Diakronika
ISSN : 14111764     EISSN : 26209446     DOI : https://doi.org/10.24036/diakronika/
Diakronika accepts and contains articles that focus on the results of scientific studies and the results of research on history and education (learning) history. The results of the study contribute to the understanding, development of scientific theories and concepts, and their application in education and history in Indonesia and the world. Diakronika scales include studies of Indonesian history and world history, and educational studies in the form of subject matter, strategies, media, learning models, as well as historical learning evaluations.
Arjuna Subject : -
Articles 82 Documents
Kondisi Politik Di Kesultanan Bima (1915-1950) Sumiyati Sumiyati
Diakronika Vol 20 No 1 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.718 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss1/128

Abstract

Abstrak Kesultanan Bima adalah salah satu kerajaan di wilayah Timur yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan menerima sebagai bagian dari wilayah Indonesia. Perpolitikan di kesultanan Bima tahun sampai tahun 1915 berada dalam pengawasan pemerintahan Hindia Belanda, hal ini menjadikan Bima berada dalam wilayah kekuasaan Hindia Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah dan kajian pustaka dengan mengutamakan sumber arsip dan karya-karya yetdahulu yang relavan dengan tema penulisan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kesultanan Bima menjadi salah satu pionir dalam memperjuangan kemerdekaan diwilayah Indonesia Timur khususnya mewakili pulau Sumbawa yang memiliki tiga kerajaan yang masih berkuasa.
Pandemi Penyakit dalam Sejarah dan Dampaknya Terhadap Gejolak Sosial Politik Rusdi Rusdi
Diakronika Vol 20 No 1 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.377 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss1/146

Abstract

Riwayat wabah sama panjangnya, atau bahkan lebih panjang, dari pada riwayat manusia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyakit menular telah menimpa manusia sejak masa prasejarah. Namun, karena corak kehidupan mereka yang sederhana, nomaden, berburu dan meramu serta hidup dalam kelompok kecil yang terisolasi, penyakit tidak sampai menjadi pandemi karena kesempatan transmisi penyakit dari satu kelompok ke kelompok lainnya sangatlah kecil. Situasi itu berubah ketika manusia menemukan modus produksi baru yakni bercocok tanam. Sejak manusia menetap dan membangun komunitas di desa dan (terutama) kota, mereka harus berurusan dengan penyakit menular dalam skala yang lebih besar. Dalam sejarah peradaban manusia, pengaruh penyakit terhadap kematian kiranya menjadi signifikan tatkala manusia mulai memasuki peradaban agraris. Selain menyebabkan kematian, pandemi ternyata juga menciptakan gejolak sosial politik bahkan sampai menumbangkan sebuah rezim. Penyakit menular muncul di setiap zaman, dan hampir selalu mengakibatkan pergolakan politik. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pandemi penyakit dalam lintasan sejarah yang berdampak terhadap gejolak sosial politik.
Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Eksistensi Kesultanan Mataram Agus Agus Susilo
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.465 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/133

Abstract

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui perjuangan Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati ing Ngalaga Ngadurrahman dalam menjaga eksistensi Kerajaan Mataram tahun 1613 M - 1646 M. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Dalam metode penelitian sejarah, peneliti mengikuti langkah-langkahnya seperti Heuristik, Verifikasi Sumber atau Kritik Sumber (Kritik Ekstern dan Kritik Intern), Interpretasi, dan Historiografi. Hasil penelitian ini, seperti: 1) Kebijakan dan Kejayaan Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati ing Ngalaga Ngadurrahman (1613-1646 M). Pada masa itu Kesultanan Mataram Islam mengalami masa kejayaan dimasa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma, Kesultanan Mataram telah aktif memperluas wilayahnya hampir seluruh pulau Jawa dan sangat disegani bagi Kerajaan-Kerajaan atau bangsa lainnya. Kehidupan beragama, dimana agama Islam menjadi agama terbesar di Kesultanan Mataram, sosial ekonomi, budaya dan politik sangat pesat perkembangannya. 2) Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati ing Ngalaga Ngadurrahman (1613-1646 M) Melawan VOC di Batavia dan Berakhir Kekuasaannya, yaitu sebanyak 3 kali Sultan Agung Hanyakrakusuma melakukan ekspansi ke Batavia markas VOC (Belanda). Simpulan dari penelitian ini adalah Perjuangan Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati ing Ngalaga Ngadurrahman dalam menjaga eksistensi Kerajaan Mataram tahun 1613 M - 1646 M sangat besar. Sultan Agung Hanyakrajusuma memiliki ambisi menyatukan seluruh pulau Jawa dibawah Kesultanan Mataram Islam. Hal yang mengganggunya saat itu adalah adanya kekuasaan asing yaitu VOC di Batavia. Maka dilakukan beberapa kali serangan oleh Sultan Agung Hanyakrajusuma terhadap VOC di Batavia.
Problematika Pembelajaran Sejarah dengan Sistem Daring Ganda Febri Kurniawan
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.604 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/148

Abstract

Pembelajaran sejarah seharusnya mampu mendorong proses transfer nilai dan pengetahuan mengalami problematika dalam pembelajaran daring. Penelitian ini berusaha menganalisa problematika yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring. Motode penelitian menggunakan studi kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data penelitian berasal dari guru sejarah, setidaknya terdapat 7 (tujuh) guru dari SMA di kota Semarang yang terlibat dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi langsung. Analisis data penelitian menggunakan model interaktif. Temuan penting penelitian yaitu: a) guru mengalamikendala dalammengorganisasi kelas sejarah dalam sistem daring; b) jam belajar yang begitu pendek membuat guru sulit melakukan inovasi; c) guru mengandalkan metode ceramah secara dominan pada pelaksasnaan pembelajaran; dan d) guru mengalami kesulitan dalam menerapkan beberapa pendekatan untuk mengaktifkan kelas. Kesimpulan penelitian guru sejarah masih belum beradaptasi secara maksimal dalam proses pembelajaran secara daring.
Martir dalam Perang Pattimura dan Implikasi pada Pembelajaran Sejarah Leni - Marpelina
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.114 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/150

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan Martha Christina Tiahahu dalam perang Pattimura melawan kolonialisme penjajahan bangsa Belanda di Maluku dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran sejarah dewasa ini. Martha Christina Tiahahu adalah salah satu figur pejuang perempuan pertama yang ikut mengangkat senjata melawan penjajahan dan perbudakan yang di praktekan oleh bangsa Belanda di Maluku. Membahas Marhta dewasa ini menjadi penting karena nilai-nilai kepahlawanannya dapat dijadikan cita-cita bagi generasi muda untuk berperang melawan kebodohan, keterkungkungan, dan kemiskinan sebagai warga bangsa. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan menganalisis buku maupun artikel yang membahas mengenai Martha Christina Tiahahu. Dengan membahas mengenai Marta, maka diharapkan peserta didik dapat membangun memori kolektif tentang pahlawan nasional, serta memiliki rasa kesadaran sejarah yang tinggi sekaligus menambah wawasannya dalam memahami sebuah peristiwa sejarah secara utuh.
Perilaku Hulun (Karma Ning Hulun) dalam Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian Erni Siti Nuraeni
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.103 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/153

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menggali isi naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian dan mengkaji perilaku hulun (Karma Ning Hulun) terhadap raja di dalan Negara. Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan metode historis atau metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa isi naskah mencakup aturan tentang Dasa Prebakti & Dasa Kreta, perilaku rakyat (Karma Ning Hulun) terhadap raja di dalam Negara dan pelengkap perbuatan (Pangimbuh Ning Twah). Perilaku rakyat dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian terbagi menjadi beberapa perilaku antara lain perilaku menghadap raja, perilaku yang baik bagi orang banyak, perilaku di hadapan menak, perilaku memegang rahasia, perilaku hulun (rakyat) yang tidak setia, ketika melihat orang mendapat pujian, perilaku ketika terpilih menjadi pasukan, mendapat perintah, perilaku menuruti tohaan, perilaku berjalan di hutan, perilaku bertemu pejabat Negara, perilaku mendapat perintah bekerja di ladang, ketika buang air, ketika memintas jalan, ketika masuk keraton, perilaku dimarahi raja, perilaku teladan yang patut ditiru, perilaku setelah melaksanakan kewajiban, perilaku mendapat pujian, perilaku ketika dicela, dan perilaku ketika mendapat kebahagiaan. Kesimpulan perilaku pada masyarkat terbentuk dari kebiasaan kehidupan mereka.
Sulam Kerawang Gayo: Budaya Lokal, Bernilai Karakter dan Sebagai Identitas Bangsa Sufandi Iswanto; Nurasiah Nurasiah; Hidayana Putri
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.495 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/154

Abstract

Kerawang Gayo merupakan salah satu hasil kebudayaan dari masyarakat Gayo. Secara umum, masyarakat Gayo khususnya dan Aceh umumnya menyebut kerawang Gayo sebagai kain tradisional khas suku Gayo. Kerawang Gayo sendiri hadir di tengah-tengah masyarakat Gayo untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Motif dan warnanya memiliki makna tersendiri dan menjadi falsafah hidup masyarakat. Kerawang Gayo hadir dengan sejarah yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya lokal kerawang Gayo, nilai-nilai karakter yang terkandung pada setiap motifnya, dan bagaimana bisa kerawang Gayo menjadi identitas bangsa. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerawang Gayo merupakan budaya asli masyarakat Gayo, kerawang Gayo telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun lalu dalam ruang lingkup masyarakat Gayo. Awalnya, kerawang Gayo hanyalah sebutan terhadap motif-motif yang terdapat pada benda-benda kebudayaan masyarakat Gayo, seperti pada gerabah, anyaman, dan ukiran kayu pada rumah-rumah tradisional. Namun sejak masyarakat Gayo mengenal tekstil dan seni menyulam, motif kerawang Gayo lebih identik disebut sebagai kain sulam tradisional. Dari motifnya, kerawang Gayo secara keseluruhan sangat syarat akan nilai-nilai dan sejalan dengan 18 nilai karakter yang terdapat pada kurikulum 2013. Kerawang Gayo disebut sebagai identitas bangsa, karena sesuai dengan maksud national culture yaitu budaya yang mementingkan unsur-unsur kerohanian, perasaan, dan saling membantu, karena nilai-nilainya terus berkembang. Tahun 2014 kerawang Gayo telah ditetapkan sebagai intangible culture atau Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal Umi Hartati
Diakronika Vol 20 No 2 (2020): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.639 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol20-iss2/155

Abstract

Cagar Budaya adalah warisan peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat potensi cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan potensi cagar budaya peninggalan masa penjajahan Belanda dan mendeskripsikan inventarisasi penginggalan masa penjajahan Belanda dapat dijadikan sumber sejarah lokal. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di PTPN VII Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah. Data dalam penelitian diperoleh melalui metode wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian ini bahwa potensi cagar budaya merupakan segala daya yang dapat dikembangkan dari objek/benda. Potensi cagar budaya yang ada di PTPN VII Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah yakni Bedeng panjeng, cerobong asap, mesin digester, rumah manajer, sumur, gedung kesenian, rumah panggung, kamar mandi, toilet umum, dan kontor afdeling. Bangunan tersebut merupakan potensi cagar budaya yang ada di Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah terutama di lingkup PTPN VII. Potensi cagar budaya tersebut dapat dijadikan sumber sejarah lokal yang merupakan peninggalan pada masa penjajahan Belanda.
Tanah, Otoritas Politik, dan Stabilitas Ekonomi Kerajaan Mataram Islam (1613-1645 M) Zaid Munawar
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.084 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/163

Abstract

This article examines issues of land, political authority, and economic stability of the Islamic Mataram Kingdom during the reign of Sultan Agung (1613-1645 AD). This study uses the historical method by carrying out steps such as topic selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. This research shows that Sultan Agung as a king has full authority over land management in the entire territory of the Islamic Mataram Kingdom. So that the land can be managed properly, the Sultan Agung divides the land based on concentric circles of the territory, both in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran in order to build a community under the auspices of his government. There are three types of land that are known in this division, namely narawita land (land in the core area of ​​the kingdom which is used as agricultural land and plantations to produce rice, flowers, grass, oil, etc. for palace purposes), lungguh/apanage land (land in the territory of the Negara Agung, Mancanegara, and Pasisiran distributed to the nobles and royal officials as land salaries for their role in the continuity of the administration, and perdikan land (village land in which there are royal sacred buildings, such as places of worship, tombs, and the like, which are exempt from taxation as given to religious leaders (ulama and penghulu). These lands are mainly managed for agriculture as the most important economic source for the kingdom. The maximization of land management is able to have a positive impact on economic stability and governance in the Islamic Mataram Kingdom. Keywords: Land, Political Authority, Economic Stability, Islamic Mataram Kingdom Artikel ini bertujuan mengkaji tentang persoalan tanah, otoritas politik, dan stabilitas ekonomi Kerajaan Mataram Islam pada masa kekuasaaan Sultan Agung (1613-1645 M). Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melakukan langkah-langkah seperti pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Agung sebagai seorang raja memiliki otoritas penuh terhadap pengelolaan tanah di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Agar tanah tersebut dapat dikelola dengan baik, maka Sultan Agung membagi tanah berdasarkan lingkaran konsentris wilayah kekuasaan, baik di wilayah Negara Agung, Mancanegara maupun Pasisiran demi membangun masyarakat yang berada dalam naungan pemerintahannya. Ada tiga jenis tanah yang dikenal dalam pembagian tersebut, yaitu tanah narawita (tanah di wilayah inti kerajaan yang digunakan sebagai tanah pertanian dan perkebunan agar menghasilkan padi, bunga, rumput, minyak, dan lain-lain untuk keperluan istana), tanah lungguh/apanage (tanah di wilayah Negara Agung, Mancanegara dan Pasisiran yang didistribusikan kepada para bangsawan dan pejabat tinggi kerajaan sebagai tanah gaji atas perannya terhadap kelangsungan jalannya pemerintahan), dan tanah perdikan (tanah desa yang di dalamnya terdapat bangunan suci kerajaan, seperti tempat ibadah, makam, dan semacamnya, yang dibebaskan dari pungutan pajak sebagaimana diberikan kepada para tokoh agama (ulama dan penghulu). Tanah-tanah tersebut dikelola terutama untuk pertanian sebagai sumber ekonomi terpenting bagi kerajaan. Maksimalisasi pengelolaan tanah tersebut mampu memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi dan pemerintahan di Kerajaan Mataram Islam. Kata Kunci: Tanah, Otoritas Politik, Stabilitas Ekonomi, Kerajaan Mataram Islam
Analisis Pendekatan Saintifik sebagai Indikator Berpikir Ilmiah dalam Pembelajaran Sejarah Ofianto Ofianto; Tri Zahra Ningsih
Diakronika Vol 21 No 1 (2021): DIAKRONIKA
Publisher : FIS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.117 KB) | DOI: 10.24036/diakronika/vol21-iss1/169

Abstract

Abstract. This study aims to analyze the extent to which the concept of a scientific approach that is generally accepted for all subjects in the curriculum in Indonesia is be able to become a basis for scientific thinking in history learning. This research is descriptive quantitative research with a survey method that aims to obtain information about the scientific thinking abilities of students in schools. The research subjects consisted of 60 high school students in Indonesia. The data was collected through a written test in the form of a description. Data analysis techniques using Partial Credit Model (PCM) with the help of the Quest program. The findings of the study showed that students who were able to answer questions in category 3 were less than 50%. These data indicate that the scientific approach that applies in general to all subjects in the curriculum in Indonesia has not been able to become the basis for students' scientific thinking skills in history learning. Based on this, the authors recommend four skills in historical learning, namely historical literacy, historical thinking, historical consciousness, and historical reasoning to be the basis for scientific thinking in historical learning. Keywords: Scientific Approach, Scientific Thinking, Historical Literacy, Historical Thinking, Historical Consciousness, and Historical Reasoning Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana konsep pendekatan ilmiah yang berlaku umum untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia mampu menjadi landasan berpikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey yang bertujuan untuk memperoleh informasi gambaran tentang kemapuan berpikir ilmiah siswa di sekolah. Subjek penelitian terdiri dari 60 siswa Sekolah Menengah Atas di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis dalam bentuk uraian. Teknik analisis data menggunakan Partial Credit Model (PCM) dengan bantuan program Quest. Temuan penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang mampu menjawab soal pada kategori 3 kurang dari 50%. Data tersebut mengindikasikan bahwa pendekatan ilmiah yang berlaku secara umum untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum di Indonesia belum mampu menjadi landasan keterampilan berpikir ilmiah siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hal tersebut, penulis merekomendasikan empat keterampilan dalam pembelajaran sejarah yaitu historical literacy, historical thinking, historical consciousness, dan historical reasoning untuk menjadi landasan berpikir ilmiah dalam pembalajaran sejarah. Kata Kunci: Pendekatan Ilmiah, Berpikir Ilmiah, Historical Literacy, Historical Thinking, Historical Consciousness, dan Historical Reasoning.