cover
Contact Name
Surya Farid Sathotho
Contact Email
suryafarid@isi.ac.id
Phone
+62818462800
Journal Mail Official
tonil@isi.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Tonil, Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema
ISSN : 14116464     EISSN : 26858274     DOI : DOI: https://doi.org/10.24821/tnl.v19i2
Core Subject : Humanities, Art,
Tonil: Journal of Literature, Theatre, and Cinema Studies, issn: 1411-6464 (print) and issn: 2685-8274 (online), is a scientific journal in the fields of Theatre/Arts creations & studies under the publication banner of Theatre Department, Faculty of Performing Arts in Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta (ISI Yogyakarta). TONIL publication emphasizes its role as a medium for communication, discussion, advocation and literary refinement. TONIL serves as a vessel to accommodate the ideas and criticism from the artists, scientists, practitioners, and also all positions involved in the field of Theatre and Performing Arts
Articles 92 Documents
PEMERANAN TOKOH HELEN KELLER DALAM NASKAH HELEN KELLER KARYA WILLIAM GIBSON TERJEMAHAN MEYDA BESTARI nianda oryza
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 2 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i2.3025

Abstract

Abstrak: Tokoh Helen Keller dalam naskah karya William Gibson (1950) merupakan naskah pilihan aktor untuk pementasannya. Naskah tersebut menceritakan tentang seorang anak perempuan bernama Helen Keller berusia 7 tahun yang menderita disabilitas buta, tuli dan bisu. Karya pemeranan tokoh ini menggunakan teori pemeranan dan metode pelatihan pemeranan oleh Stanislavsky. Setelah melewati proses penciptaan karya pemeranan ini, aktor mendapatkan capaian tersendiri dalam proses keaktoran. Aktor mampu mengimbangi lawan main dengan permainan bahasa tubuhnya walau tidak memiliki dialog, aktor dapat belajar menakar dirinya untuk masuk ke dalam tokoh. Aktor dapat berperan baik dan wajar sesuai kebutuhan penokohan. Kata kunci: aktor, pemeranan, karakter, naskah, Hellen Keller, sistem Stanislavski  Abstract: Helen Keller character in William Gibson’s (1950) playscript is the actor's choice for her performance. The playscript tells about a 7-year-old girl named Helen Keller who suffers from blind, deaf and mute disabilities. This acting work uses the theory and the characterization training method by Stanislavsky. After going through this character role creation process, the actor gets its own achievements in the acting process. The actor can use her body language well, even though she did not have dialog scripts. The actor can feel and measure himself to enter into the character role. The actor can play a good and natural role according to character role requirement. Key words: actor, act, character, script, Helen Keller, Stanislavsky system
PENCIPTAAN NASKAH DRAMA LOLO TRANSFORMASI KEHIDUPAN PENARI SINTREN PEMALANG evi putrianti
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 1 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i1.2785

Abstract

Abstrak: Penciptaan naskah drama Lolo merupakan sebuah naskah transformasi kehidupan penari sintren Pemalang. Proses penciptaan naskah drama Lolo dilakukan dengan metode penciptaan menurut Graham Wallas, teori feminisme dilengkapi dengan teori tingkah laku sosial. Tahapan yang dilakukan dalam penciptaan naskah drama Lolo adalah dengan cara melakukan observasi dan wawancara, membaca tinjauan pustaka serta membaca karya-karya terdahulu. Setelah semua data terkumpul, proses selanjutnya adalah mengolahnya menjadi sebuah naskah drama utuh, yang menghasilkan sebuah naskah drama Lolo bertemakan transformasi kehidupan. Kata kunci: Transformasi, Sintren Pemalang, Teori Feminisme, Graham Wallas. Abstract: The creation of the Lolo play script creation is based on Pemalang sintren dancers’ lives. The creation process is done by Graham Wallas’ creation method and feminism combined with behaviorism theory. Steps being done in Lolo’s creation are doing observation, interview, literary review, and also by consulting previous reference studies. After all the data has been gathered, the next step proceeds to create the script in unity, resulting in: Lolo play script of life transformation. Key words: Performance, Chinese opera, Chinese legend and myth, acculturation, Semarang, Sanggar Mekar Teratai. 
MEMBANGUN RUANG URBAN ALTERNATIF MELALUI PERFORMANCE ART Surya Farid Sathotho
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 16, No 1 (2019): 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v16i1.3105

Abstract

Abstrak: Ruang diciptakan oleh perilaku subyek historis. Gagasan ini merujuk pada konteks ruang urban dengan makna ruang yang cair. Dinamisnya makna ruang menantang membuka kesempatan untuk menawarkan ide dan makna baru bagi ruang. Performance dan performativity sebagai suatu bentuk perilaku subjek historis memiliki kapasitas untuk menciptakan makna-makna ruang yang baru. Tulisan ini hendak membahas mengenai proses danimplikasi dari ruang baru yang tercipta dari aktifitas menggeser tempat pertunjukan Tari Ibu oleh Brilyan (2019). Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai  apakah suatu ruang dapat disebut sebagai ruang urban atau tidak adalah dengan teori Pierce tentang apa yang dia maksudkan sebagai logical interpretant dan penjelasan Schehner mengenai performativity. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah bahwasannya sangat mungkin bagi performance untuk memindahkan tempat dan ruang urban. Kata kunci: ruang, urban, seni pertunjukan, performatifitas, tari Abstract: Space is created by the action of the historical subject. This idea refers to the fluidity of urban space context meaning. Performance and performativity as a form of historical subject behavior have the capacity to offer a new definition of urban space. This paper will discuss the process and implications of the new space created by the activity of shifting the venue for Tari Ibu dance performance by Brilyan (2019). Pierce's theory about “logical interpretant” and Schehner's explanation of performativity were utilized to assess whether a space can be referred to as urban and non-urban space. The conclusion that can be drawn from this discussion is that it is very possible to create an alternative urban space through a performance art. Key words: space, urban, performance art, performativity, dance
ANALISIS KO-TEKSTUAL DALAM AUDIO VISUAL BAGIAN TEATER TRADISI TARLING DRAMA BARIDIN KARYA H. ABDUL AJIB PRODUKSI KURNIA NADA GROUP waro'ah waro'ah
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 14, No 2 (2017): November 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v14i2.3098

Abstract

Abstrak: Tarling drama Baridin adalah pertunjukan teater tradisi asal Cirebon yang ide ceritanya bermula dari mitos kemat Jaran Guyang. Berlatar belakang permasalahan kesenjangan sosial antara dua keluarga membuat Baridin melakukan kemat Jaran Guyang sebagai akibat dari sakit hati karna telah dihina dan cinta ditolak. Penelitian analisis ko-tekstual tarling drama Baridin bertujuan memaparkan aspek-aspek tarling drama Baridin sebagai teater tradisi secara instrinsik. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui dialog, alur, penokohan, latar dan tema pertunjukan tarling  drama Baridin, serta mengetahui makna syair kemat Jaran Guyang dilihat dari arti denotatif dan konotatif yang menjadi mitos sekaligus pesan moral bahwa janganlah menghina dan berbuat kasar pada orang lain. Kata kunci: tarling, drama, analisis ko-tekstual, mitos   Abstract: Tarling drama Baridin is a traditional theater show from Cirebon whose story idea stems from the myth of kemat Jaran Guyang. Background of social disparity between two families makes Baridin performing Jaran Guyang's death as a result of heartache because he has been insulted and love is rejected. The research of co-textual analysis of Baridin drama tarling aims to explain the aspects of Tarling drama Baridin as a theater tradition intrinsically. The result of this research is to know the dialogue, plot, characterization, background and theme of Bariar drama tarling show, and to know the meaning of the dashed verse of Jaran guyang seen from the denotative and connotative meaning which become the myth as well as the message that do not insult and do rude to others. Keywords: tarling, drama, co-textual analysis, myth
PENCIPTAAN TOKOH JERRY PADA NASKAH DRAMA THE ZOO STORY KARYA EDWARD ALBEE i gusti patra
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 2 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i2.3023

Abstract

Abstrak: Lakon ini berbicara tentang dampak modernisasi sebuah masyarakat yang membuat orang-orang menderita keterasingan pada kehidupan yang mereka miliki. Tujuan penciptaan tokoh atau karya pemeranan naskah The Zoo Story karya Edward Albee utamanya adalah sebagai media eksplorasi aplikasikan metode pelatihan Stanislavsky dalam tokoh Jerry dalam naskah. Naskah dan karakter tokoh dibahas menggunakan psikoanalisis Freud dan teori struktur dan tekstur. Proses penciptaan tokoh atau pemeranan ini telah terlaksana dengan baik meski terdapat sedikit kendala. Kata kunci : Modernisasi, Optimisme Amerika, Stanislavsky  Abstract: This playscript talks about the impact of the modernization of a society that makes people suffer from alienation to their lives. The purpose of character creation on this "The Zoo" playscript by Edward Albee is primarily as an exploration medium to apply Stanislavsky's training methods in Jerry's character. The playscript and characters are discussed using Freud's psychoanalysis and theories of structure and texture. The character creation process has been carried out well despite a few obstacles. Key words: modernization, American Optimism, Stanislavsky
PEMERANAN TOKOH NORA DALAM NASKAH RUMAH BONEKA KARYA TERJEMAHAN AMIR SUTAARGA (NASKAH ASLI A DOLL’S HOUSE KARYA HENRIK IBSEN) Supiriani Lestari
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 16, No 1 (2019): 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v16i1.3127

Abstract

Abstrak: Terjemahan naskah Rumah Boneka (A Doll’s House) oleh Amir Sutaarga dari naskah asli A Doll’s House oleh Henrik ibsen adalah kritik egoisme kaum lelaki yang sedikit menyinggung isu kesetaraan gender terhadap kaum perempuan. Ibsen bertujuan untuk mengekspos stigma yang salah terhadap peran dan institusi sosial gender perempuan. Aktor utama dalam drama ini akan memerankan Nora dengan penerapan teori acting “magic if” yang dicetuskan oleh Constantin Stanislavski – dengan mengimajinasikan diri “as if” dan “if only” dimana aktor membayangkan dirinya berada di posisi Nora. Dalam pengaplikasian teori pemeranan ini, terjadi eksplorasi dalam berbagai tingkatan pada latihan untuk benar-benar menjiwai karakter Nora berikut dengan konflik-konflik yang dialaminya. Kata Kunci: A Doll’s House, Henrik Ibsen, Nora, Stanislavski, Magic If Abstract: A translated script Rumah Boneka (A Doll's House) by Amir Sutaarga from the original script A Doll's House by Henrik Ibsen which is a criticism onto human male's egoism and slightly exposes the gender equality to a human female. Ibsen aims to reveal the wrong social statements onto a female's social role and its social institutions. The main actor in this play will portray Nora by applying the "magic if" acting theory which was introduced by Constantin Stanislavski - "as if" and "if only" kind of self-imagination where the actor imagines to be in Nora's shoes. In the application of this theory of acting, the exploration goes through certain levels of acting rehearsals to really get into the character of Nora's along with her conflicts. Key word: A Doll's House, Henrik Ibsen, Nora, Stanislavski, Magic If.
PEMERANAN TOKOH SYLVIA DALAM NASKAH THE TYPISTS KARYA MURRAY SCHISGAL TERJEMAHAN YURI AKHMAD S subekti, galuh
Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 14, No 1 (2017): MENYOAL PENCIPTAAN TEATER
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Modern man has now undergone a change of perspective with various problems concerning individuals and even groups. The reason is so complex, with the current pace of modern man more follow the actual desire is not the choice. Humans assume that he is alright without realizing that he has become an object and experiencing non-existence. Today's modern man has unknowingly experienced and felt the void, hope, loneliness, and anxiety. Since Sylvia young to old Sylvia many changes. Awareness as a manuisa who lost existence is supported by the presence of Paul. Staging will be presented with the concept of pantomime and realist acting style. With so actors are required to be able to combine the concept with the achievement as much as possible. Key word : Theatre, actor, Syvia, acting, physical theatre, pantomime.
PEMERANAN TOKOH SCAPIN DALAM NASKAH AKAL BULUS SCAPIN KARYA MOLIERE TERJEMAHAN ASRUL SANI dwi juniarto
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 2 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i2.3019

Abstract

Abstrak: Pemeranan tokoh Scapin dalam naskah Akal Bulus Scapin merupakan perancangan akting komedi. Bentuk akting komedi ini memfokuskan pencarian bentuk-bentuk ekspresi yang karikatural. Tujuan dari pemeranan tokoh Scapin ini adalah agar pembaca khususnya pelaku seni peran agar dapat menemukan dan mengetahui cara bermain akting komedi tokoh Scapin dalam naskah Akal Bulus Scapin dengan  permainan gaya akting komedi. Komedi farce digunakan sebagai metode dalam proses pemeranan tokoh dalam naskah ini. Proses penciptaan permainan akting komedi ini menghasilkan kesimpulan bahwa seorang aktor terlebih dahulu harus paham tentang tiga dimensi tokoh yang akan dimainkannya: fisiologi, sosiologi, dan psikologi. Selain itu penting untuk mengeksplorasi gestur komikal, intensitas dan suara aktor, kecepatan (spontanitas) penampilan dan suara, pola-pola keganjilan (ketaklaziman), dan surprise (kejutan). Kata kunci: aktor, komedi, farce, Molière  Abstract: Scapin character acting in the script of the Akal Bulus Scapin is a comedy acting design. This form of comedy focused on the search for comical expression acting. The purpose of the Scapin character acting is especially for the actors, so be able to find and know how to play comedy acting on the Scapin characters in the Akal Bulus Scapin scripts with a comedy style. Farce comedy is used as a method in the characterization process in this playscript. The creation process of the comedy resulting in the conclusion that an actor must first understand the three dimensions of the character he will play: physiology, sociology, and psychology. Also, it is important to explore comical gestures, the actor's voice, the spontaneity of appearance, sound, peculiarity, and surprises. Key word: actor, comedy, farce, Molière
PEMERANAN TOKOH AKU DALAM NASKAH MY FRIEND HAS COME KARYA TOSHIRO SUZUE rangga dwi apriadinnur
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 15, No 1 (2018): 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v15i1.2782

Abstract

Abstrak: My Friend Has Come menceritakan tokoh Aku yang memiliki keunikan psikologis dan sosiologis. Tokoh Aku adalah seorang introvert dengan kecenderungan skizofrenia. Dalam cerita, ia juga dikatakan sebagai hikikomori, sebutan dalam Bahasa Jepang terhadap orang yang melakukan penarikan diri dari interaksi sosial. Untuk memahami dan memerankan tokoh Aku ini, penulis melakukan penelitian kualitatif dengan studi pustaka tentang psikologi, hikikomori, dan juga menonton referensi lain dengan tokoh serupa dengan tokoh Aku. Penulis menggunakan metode pendekatan Magic If oleh Stanislavski dengan gaya akting realisme. Kata kunci: Hikikomori, introvert, magic if, realisme, skizofrenia Abstract: My Friend Has Come tells the character I who is very unique both psychologically and sociologically. The character I is an introvert with signs of schizoprenia. In the story, this I is also called as a hikikomori, a nickname in Japanese language to people who isolate themselves from social interaction. To understand and to act as character I, the writer does qualitative research by studying relevant literature about psychology, hikikomori, and also watching other references with similar characterization as character I. The writer uses Stanilavski’s method of Magic If with realism acting style. Key words: Hikikomori, introvert, magic if, realism, schizophrenia
IMPROVISASI DALAM TEATER: ANTARA TEKNIK PEMERANAN DAN PERTUNJUKAN eko santosa
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 14, No 2 (2017): November 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v14i2.3099

Abstract

Abstrak: Improvisasi terkadang sulit untuk didefinisikan. Setiap pekerja seni teater memiliki konsep, metode dan cara mereka sendiri untuk melakukannya. Namun dari semuanya, improvisasi selalu terkait dengan spontanitas yang ditransformasikan dari konsep acting is doing. Ketika akting adalah reality of doing maka akan ada gerakan fisik yang membawa pengaruh pada perasaan atau emosi. Untuk memiliki adaptasi fisik spontan dalam setiap adegan akting, aktor harus dilatih dengan baik dalam hal improvisasi. Materi pelatihan improvisasi berisi semua elemen akting yang mengikuti empat aturan: why, do’s, dont’s, and how. Aktor yang memiliki keterampilan improvisasi dapat membawa elemen-elemen tersebut kepada realitas akting sebagai suatu teknik dalam teater yang berbasis naskah atau untuk tampil dalam suatu teater improvisasi. Kata kunci: improvisasi, teknik akting, pertunjukan, latihan  Abstract: Improvisation is sometimes hard to be defined. Every theater worker has their own concept, methode and way to do it. But must of all, improvisation is always connected to spontanity which is transformed from acting is doing. When acting is reality of doing there would be a physical action which brings influence to feelings or emotions. To have a spontaneus physical adaptation in every beat of scene of acting, actors should be well trained in the term of improvisation. The training materials of improvisation contains all elements of acting which are following four rules: why, do’s, dont’s, and how. Actors whom have skill of improvisation could bring it into  the reality of acting as a technique in script’s based theater or to perform within theater improvisation.  Key words: improvisation, acting technique, performance, training  

Page 1 of 10 | Total Record : 92