cover
Contact Name
I Komang Mertayasa
Contact Email
kmertayasa19@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawiayahfda@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
ISSN : 20896573     EISSN : 26141744     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Bawi Ayah Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu dengan e-ISSN 2614-1744 dan p-ISSN 2089-6573 adalah jurnal dengan peer-review yang diterbitkan oleh Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang, Palangka Raya. Diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerbitkan tinjauan terkini dari hasil pemikiran dan penelitian tentang Pendidikan agama dan kajian budaya dalam Agama hindu.
Arjuna Subject : -
Articles 79 Documents
MEMAKNAI SARASWATI SEBAGAI UPAYA PENCERAHAN DIRI (Kajian Pasal 41 Panaturan) Komang Suarta
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.296

Abstract

Seseorang yang dihadapkan dengan kegelapan, tentu ia akan membutuhkan cahaya agar mampu melangkah dengan benar. Begitu pula halnya dalam hal ini, agama dipegang bagaikan sebuah obor untuk menerangi jalan di dalam kegelapan, agar kita mengetahui mana jalan yang patut dan mana pula jalan yang tidak patut untuk dipijak. Dewasa ini, banyak kita saksikan fenomena-fenomena yang menunjukan perilaku manusia yang dikuasai oleh kegelapan pikiran dengan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan asubha karma yang dilarang dalam ajaran Hindu. Hal tersebut bukan saja dilakukan oleh mereka yang memiliki pendidikan rendah, namun juga oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Selain dari fenomena yang kita saksikan tersebut, hal serupa juga dikisahkan dalam sejarah kehidupan leluhur Hindu Kaharingan yang melupakan segala bentuk ajaran yang disampaikan oleh Ranying Hatalla (Tuhan) pada keturunan Raja Bunu (manusia) sebelum diturunkan untuk mengisi kehidupan di dunia ini. Hal tersebut diceritakan dalam Pasal 41 Panaturan. Panaturan merupakan kitab suci umat Hindu Kaharingan yang dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah (1) Siapakah Saraswati dalam theologi Hindu?. (2) Bagaimanakah memaknai Saraswati sebagai upaya pencerahan diri (kajian Pasal 41 Panaturan)?. Adapun yang menjadi tujuan dalam tulisan ini adalah (1) Untuk mengetahui Saraswati dalam theologi Hindu, (2) Untuk mengetahui makna Saraswati sebagai upaya pencerahan diri (kajian Pasal 41 Panaturan). Dalam ajaran Hindu Tuhan adalah sumber dari segala pengetahuan yang ada dan diberi gelar Saraswati.Dengan senantiasa mempelajari, mengingat dan mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh, maka sesungguhnya telah memuja Saraswati yakni perwujudan Tuhan sebagai penguasa pengetahuan yang dalam ajaran leluhur Hindu Kaharingan dikenal dengan sebutan Bawi Ayah. Dengan demikian, maka hidup akan senantiasa terarah karena melangkah dengan tuntunan pikiran yang tercerahkan.
UPACARA KEMATIAN PADA MASYARAKAT DAYAK TUMON DI DESA GUCI KABUPATEN LAMANDAU (KAJIAN AGAMA DAN BUDAYA HINDU) Nali Eka
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.297

Abstract

Masyarakat Dayak Tumon yang beragama Hindu Kaharingan begitu mengedepankan upacara kematian berupa pengupacaraan terhadap tubuh dan perjalanan sang roh. Berdasarkan alasan tersebut Peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang: Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Tumon di Desa Guci Kabupaten Lamandau (Kajian Agama dan Budaya Hindu). Titik incar pengkajian penelitian ini adalah menyangkut bagaimana bentuk, fungsi dan kajian agama dan Budaya Hindu terhadap upacara kematian pada masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumen serta dianalisis secara deskriptif interpretatif melalui tahapan klasifikasi, reduksi dan interpretasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa Ritual kematian masyarakat Dayak Tumon merupakan tradisi agama sekaligus adat, sehingga memiliki nilai-nilai luhur. Nilai-nilai tersebut terlihat dalam tradisi perawatan jenazah dan penguburan sampai pada pasca penguburan dimana bentuk perhatian dan kasih sayang keluarga yang ditinggalkan begitu luar biasa, yang meninggal diperlakukan layaknya ketika masih hidup, doa-doa yang dilantunkan oleh dukun agar perjalanan sang roh kembali kepada penciptanya. Upacara kematian bagi masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau tidak sekedar bersifat sakral melainkan juga bersifat sosial. Upacara kematian ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kosmos yang diharapkan dapat memberikan keselamatan baik kepada roh si mati maupun terhadap manusia yang ditinggalkan. Konsep kematian masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci kabupaten Lamandau tersebut di atas sejalan dengan kepercayaan yang terdapat dalam peradaban Veda (Hindu) tentang karma, reinkarnasi/Punarbhawa.
PERANAN GURU DALAM MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG KREATIF - Mitro
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.298

Abstract

Dalam interaksi edukatif, guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan disajikan kepada siswa, tetapi juga harus mengetahui filosofis dan didaktisnya, sehingga mampu memberikan motivasi di dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar, guru memegang peranan penting karena bertindak sebagai pengelola dan pelaksana interaksi belajar mengajar. Guru bertindak sebagai perencana, membimbing dan mengarahkan dalam memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar dengan baik. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di depan kelas, guru tidak hanya dituntut menyusun perencanaan pengajaran dan mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan kepada para siswanya, tetapi guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa yang terkandung dalam materi pelajaran yang disajikan.
PENDIDIKAN DAN NILAI NILAI MORALITAS DALAM AJARAN MAHABHARATA BAGI UMAT HINDU - Nurlensi
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.299

Abstract

Kitab Itihasa digambarkan sebagai “Itihasa mahapunyap” Itihasa mengandung nilai-nilai kebajikan yang utama (Adiparva, 112:16) dan sering juga disebut “punyap kathah” (cerita penuh kebajikan). Di dalam beberapa Itihasa yang umumnya mengutib kitab Mahbharata dapat ditemukan formulasi “atrapy udaharantimam Itihasa puratamam” sekarang mulai dengar cerita tentang Itihasa kuno. Cerita tentang Itihasa banyak mengandung unsur-unsur pendidikan dan hal ini sangat dominan di dalamnya. Jalinan sejarahnya seakan akan tidak nampak. Demikian dapat dijumpai dalam Mahabharata XII.391.14 “Sungguh tidak diragukan lagi, Itihasa disebut juga Viracerita atas Epos memuat berbagai aspek pemikiran keagamaan yang pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari bangsa Aria, baik berkaitan denga sejarah politiknya, sejarah keagamaan, maupun sejarah perkembangan ide-ide filsapat di India dan merupakan mata rantai yang tidak pernah putus dengan masa lampau, masa yang mendahuluinya, sering terjadi adanya masukan yang baru ke dalam yang lama, sehingga timbulah “Liberalisme konsevatf” dan hal ini yang mendorong tercapainya hasil hasil yang gemilang di lapangan kebudayaan dan peradaban India (Radharishnan, 1989:43). Ramayana karya Maharsi Valmiki disebut Mahakavia yang artinya karya puisi yang besar (agung) yang memenuhi persyaratan sebuah naskah dalam bentuk puisi. Seperti telah umum diketahui bahwa Itihasa terdiri dari dua Epos besar (viracerita) yaitu Ramayana dan Mahabharata. Itihasa juga termasuk kitab Purana dinyatakan sebagai jantung hati, atau nurani dari ajaran Agama Hindu (Klostermaier, 1990:74), yang menunjukan kepada kita bahwa sumber ajaran Agama Hindu disamping tentunya Veda sebagai Wahyu Fuhan Yang Maha Esa adalah kitab Itihasa dan juga purana dalam kedua jenis kitab tersebut kita mendapatkan contoh pengamalan implementasi ajaran Agama Hindu untuk kehidupan sehari-hari. Lebih jauh kajian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan nasional, khususnya pengembangan pendidikan nasional dalam rangka memperkokoh jati diri (identitas), citra bangsa dan memupuk serta meningkatkan patritisme dan nasionalisme untuk mencegah disetigrasi nasional yang gejalanya mulai nampak di Indonesia.
UPAYA GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN PENGENDALIAN DIRI SISWA DI SMK BHAKTI MULYA SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR nata, pranata
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.300

Abstract

Penomena menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa dalam mengendalikan dirinya menghadapi gejolak keremajaannya sangat sulit. Salah satu yang sangat berperan adalah guru khususnya guru agama. Dimana guru agama harus berperan sebagai pembimbing dimana dia harus membimbing siswa-siswanya agar menjadi lebih baik dalam pergaulannya dimasyarakat sehingga anak didiknya dapat mencapai kedewasaan yang optimal. Guru agama harus mampu mencurahkan segala perhatiannya kepada anak didiknya di sekolah dalam hal mengatasi segala permasalahan yang dialami anak didiknya, sehingga siswa dapat tersadarkan bahwa pergaulan yang salah akan berdampak negatif bagi dirinya. Berangkat dari permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah sistem pembelajaran Pendidikan Agama Hindu, untuk mengetahui tentang upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh guru agama Hindu dalam meningkatkan pengendalian diri siswa serta untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan pengendalian diri siswa di SMK Bakti Mulya Kabupaten Kotawaringin Timur.
UPACARA MAMAPAS LEWU PADA MASYARAKAT HINDU KAHARINGAN DI DESA PETAK BAHANDANG KECAMATAN TASIK PAYAWAN KABUPATEN KATINGAN Suwito Suwito
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.302

Abstract

Upacara Mamapas Lewu akibat perzinahan adalah merupakan bagian dari sikap dan tingkah laku baik dalam pelaksanaan upacara menetralisirkan segala hal-hal yang tidak baik, malapetaka, marabahaya bagi kehidupan manusia serta memohon berkat perlindungan dan anugrah dari Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa) agar dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat desa mendapatkan kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan yang melibatkan masyarakat sekitarnya. Kegiatan tersebut merupakan sesuatu yang selalu dilakukan oleh masyarakat Hindu Kaharingan bahkan masyarakat secara umum juga meyakini ajaran tersebut, karena ingin mendapatkan keselamatan. Dengan dilakukan upacara Mamapas Lewu akibat perzinahan sebagai salah satu upacara untuk menetralisir atau menghapuskan segala hal peristiwa yang terjadi pada kehidupan manusia yang didasari dengan simbol, mitos dan ritus. Tatacara upacara mamapas lewu akibat perzinahan adalah diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana upacara, setelah beberapa sarana tersebut telah dipersiapkan, maka seluruh keluarga dan masyarakat yang melaksanakan upacara tersebut bersama-sama mendirikan Pasah Pali tersebut di Pinggir Sungai. Hal itu dilakukan secara bergotong royong (habaring hurung) bersama masyarakat sekitarnya. Setelah itu baru upacara mamapas lewu akibat perzinahan dilaksanakan mulai dari pisor melaksanakan duduk menawur (Hataburan Bulau Urai) menuju Ganan Pali dengan mempersembahkan sesajen agar tidak mengganggu lagi. Fungsi upacara mamapas lewu akibat perzinahan adalah mempunyai fungsi yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan, keharmonisan dan keselamatan dunia. Makna upacara mamapas lewu akibat perzinahan pada hakikatnya adalah sebagai perwujudan simbol-simbol ketuhanan yang mempunyai makna yang tinggi dalam hal manusia memuja kebesaran Tuhan beserta semua manifestasinya, karena segala yang akan terjadi di karenakan atas kehendak Ranying Hatalla (Tuhan Yang Maha Esa). Makna tersebut dapat ditinjau dari makna sasajen dan ritualnya.
PEMAHAMAN KONSEP TEOLOGI HINDU (PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU) Ni Wayan Ramini Santika
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.303

Abstract

Dalam kehidupan beragama khususnya agama Hindu yang memiliki suatu Pemahaman Konsep Teologi Hindu yang bersumber daripada Kitab Suci Veda dan Kitab Suci Panaturan, karena kitab suci sebagai pedoman umat Hindu dalam memperkuat keimanan tentang pengetahuan Ketuhanan. Agama Hindu mengembangkan ajarannya sesuai dengan desa (tempat), kala (waktu/penentuan hari baik atau buruk) dan patra (keadaan sosial ekonomi, situasi dan kondisi). Selain itu, dalam pelaksanaan ajaran agama Hindu juga selalu berpegang pada Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa (filsafat), etika (tata susila) dan ritual (upacara). Ketiga kerangka ini merupakan sebagai dasar bagi setiap umat Hindu dalam usahanya untuk mencapai ketenangan dan ketentraman dalam keyakinanya. Aspek tattwa atau filsafat agama merupakan inti ajaran Agama Hindu, sedangkan aspek susila atau etika merupakan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Aspek upacara atau ritual agama merupakan yadnya, persembahan atau pengorbanan suci yang tulus ikhlas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena itu ketiga kerangka dasar agama tersebut harus dipahami, mengingat ketiganya saling berkaitan. Memahami atau tidak memahami salah satu aspek, dapat mengakibatkan pemahaman terhadap Agama Hindu menjadi tidak lengkap dan bahkan bisa mengaburkan atau memberi pengertian yang keliru terhadap Agama Hindu.. Pendidikan Agama Hindu diberikan pada peserta didik diharapkan agar menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan Pendidikan Agama Hindu dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran Agama Hindu sehingga terbentuknya budi pekerti yang luhur dan berakhlak yang mulia.
NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM GEGURITAN AJI DIBIA CAKSU I Ketut Sudarsana
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 1 (2018): PENDIDIKAN KARAKTER HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i1.227

Abstract

Geguritan Aji Dibia Caksu adalah salah satu karya sasrta Bali yang dipergunakan dalam mengiringi pelaksanaan upacara agama Hindu dan juga merupakan suatu karya sastra tradisional yang sampai sekarang eksistensinya masih amat memeasyarakat dalam kehidupan sosial budaya di Bali. Para ahli sastra Bali masih memandang geguritan ini memiliki keistimewaan, karena kehadirannya mengandung arti tersendiri di dalam pembentukan sikap mental masyarakat, serta terkandung Nilai-nilai pendidikan, estetika, moral dan konseptitual yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat pada era globalisasi khususnya di Bali. Yang dimana sudah banyak sekali pengaruh pengaruh budaya luar masuk ke Pulau Bali, dan banyak sekali khususnya generasi-generasi muda saat ini yang terperosok kedalam pergaulan jaman sekarang atau kekinian dimana banyak seklai generasi muda Bali itu gengsi untuk mempelajari budayanya sendiri yang sebenarnya hampir punah, dimana menrut mereka ketinggalan jaman sekali dalam mempelajari budaya bali khususnya geguritan itu tersebut. Dimana yang paling signivikan sekali adalah dalam hal pendidikan dimana banyak sekali nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Geguritan Aji Dibia Caksu tersebut
MODEL PEMBELAJARAN HINDU DALAM ADI PARWA I Wayan Suarjaya
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 1 (2018): PENDIDIKAN KARAKTER HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i1.230

Abstract

Model Pembelajaran Hindu di Adiparwa, berisi kombinasi model-model Pembelajaran Modern, dikombinasikan dengan aliran Ceritra di Adiparwa. Ada empat model pembelajaran, yaitu 1). Logika teoritis rasional. 2) .Rasional 3). Perilaku 4). Lingkungan belajar. Model pembelajaran ini dipadukan dengan makna Learning in Adiparwa, ceritanya adalah Bhagawan Domya, Bhagawan Drona dan cerita yang terkait dengan model pembelajaran.
POLA PENDEKATAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH serlis serlisrusandi rusandi
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 1 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i1.301

Abstract

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk memantau proses, relevansi kemajuan belajar siswa dengan tujuan atau standar yang telah ditetapkan, dan perbaikan pengajaran siswa serta kelemahan - kelemahan yang telah dilakukan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Menetukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam proses evaluasi. Efektifitas evaluasi bergantung pada telitinya deskripsi tentang apa yang akan dievaluasi, karena itu agar hasil evaluasi dapat mencerminkan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa dan efektivitas program pengajaran yang telah dilaksanakan, maka diperlukan teknik dan pendekatan analisis evaluasi yang digunakan untuk menentukan keakuratan informasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dan merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat dalam memilih alternatif yang terbaik berdasarkan kesesuaian antara hasil yang dicapai dan tujuan yang ingin dicapai. Pola pendekatan dalam evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dilayaninya dan harus dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk menetukan apa yang ingin diketahui oleh siswa. Evaluasi yang komprehensif menuntut berbagai teknik evaluasi. Salah satu alasan perlunya berbagai prosedur evaluasi adalah karena setiap jenis hanya menyajikan bukti-bukti yang unik tetapi terbatas tentang perilaku siswa. Untuk mendapatkan gambaran yang komplit tentang pencapaian siswa perlu kombinasi hasil dari berbagai teknik. Pemakaian pendekatan dalam evaluasi yang sewajarnya menuntut kewaspadaan akan keterbatasannya seperti juga kekuatannya. Semua alat evaluasi selalu mengandung kekurangan tertentu. Pertama, adalah kesalahan sampling, yakni hanya dapat mengukur sampling kecil pada satu waktu. Kesalahan kedua adalah pada alat evaluasi itu sendiri atau proses memakai alat itu. Sumber kesalahan yang lain lahir dari penafsiran yang salah tentang hasil evaluasi, menganggap alat-alat tersebut mengandung presisi yang sebenarnya tidak mereka miliki. Sebaik-sebaiknya alat evaluasi hanya memberikan hasil yang bersifat mendekati saja sehingga harus ditafsirkan secara wajar. Kesadaran atas keterbatasan alat evaluasi memungkinkan penggunaannya lebih efektif, dan kesalahan-kesalahan dalam teknik evaluasi dapat dihilangkan dengan cara hati-hati dalam memilih dan menggunakannya. Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.