cover
Contact Name
I Komang Mertayasa
Contact Email
kmertayasa19@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawiayahfda@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
ISSN : 20896573     EISSN : 26141744     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Bawi Ayah Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu dengan e-ISSN 2614-1744 dan p-ISSN 2089-6573 adalah jurnal dengan peer-review yang diterbitkan oleh Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang, Palangka Raya. Diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerbitkan tinjauan terkini dari hasil pemikiran dan penelitian tentang Pendidikan agama dan kajian budaya dalam Agama hindu.
Arjuna Subject : -
Articles 79 Documents
KOMODIFIKASI PEMENUHAN JALAN HADAT PADA PERKAWINAN SUKU DAYAK NGAJU Susi Susi
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.330

Abstract

Tulisan ini memiliki masalah pertama tentang Komodifikasi Pemenuhan Jalan Hadat pada Perkawinan Suku Dayak Ngaju dan kedua Dampak Komodifikasi Pemenuhan Jalan Hadat pada Perkawinan Suku Dayak Ngaju pada Generasi penerus, dengan mengunakan teori yang dikemukakan oleh Piliang tentang komodifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komodifikasi yang terjadi pada pemenuhan Jalan Hadat pada Perkawinan suku Dayak Ngaju dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor masyarakat pendukung, faktor ekonomi dan faktor budaya dari ketiga faktor ini, dilakukan oleh pihak-pihak masyarakat dianggap kurang tepat, karena akan menimbulkan dampak negatif yang signifikan pada kehidupan generasi selanjutnya, walaupun juga terdapat dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat yang bekerja dibidang penindustrian. Dampak negatif ini secara tidak sadar kita telah memutus tali pengetahuan generasi kedepan untuk mengetahui nilai-nilai luhur yang ada dalam simbol pemenuhan Jalan Hadat pada perkawinan suku Dayak ngaju. Yang sepatutnya dijunjung tinggi karena menyimpan nilai budaya yang luhur yang patut dilestarikan bahkan dikenal dikalangan luar. Sehingga dalam hal ini masyarakat harus sadar dan kuat untuk selalu berjalan dengan tradisi, budaya yang sejak dulu sudah ada hingga nilai dan unsur sejarah yang asli tetap menjadi terpelihara.
POLA TRANSFORMASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU OLEH SRATI BANTEN DI KOTA PALANGKA RAYA Agung Adi
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.356

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi pola transformasi Pendidikan Agama Hindu oleh sarathi banten di Kota Palangka Raya. Latar penelitian beranjak dari realita empirik Pendidikan Agama Hindu tidak hanya dilaksanakan didalam sekolah, tetapi dilaksanakan pula di luar sekolah. Pendidikan agama Hindu di luar sekolah secara nyata tersedia dalam ruang-ruang tradisional yang dapat dipergunakan sebagai pola transformasi Pendidikan Agama Hindu. Pola-pola transformasi pendidikan inilah kemudian dimanfaatkan oleh para sarathi banten di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Transformasi pendidikan agama Hindu yang dilakukan oleh sarathi banten di Kota Palangka Raya berdasarkan hasil analisis adalah dengan memadukan pola modern dan tradisional. Pola modern adalah dengan memberikan pelatihan secara formal, bekerjasama dengan Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah atau Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), sedangkan pola tradisional melalui pelaksanaan ngayah dan matulungan/nguopin. Secara hakikat tujuan pola ini agar pendidikan Agama Hindu dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahkan secara teoretik penerapan pola tersebut sejalan dengan teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget.
IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU Pranata Pranata
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.365

Abstract

Seorang guru agama Hindu agar mampu menciptakan siswa yang berahlak mulia, memiliki pengetahuan dan sikap yang agamis, mampu mempraktekannya dalam berkehidupan bermasyarakat. Terwujudnya guru agama Hindu yang mampu menerapkan manajemen pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan proses membelajarkan siswa. Guru agama Hindu perannya merencanakan pembelajaran, menyusun dan merancang perencanaan pembelajaran dengan baik dan tepat sasaran, membuat rumusan tujuan yang ingin capai, mampu menyusun materi dan membuat bahan pelajaran, menerapkan alat dan media yang tersedia, serta menentukan cara mengevaluasi. Perannya sebagai pengorganisasian pembelajaran mempunyai tugas untuk merancang dan berkreativitas mencari, mencipta, membuat sumber belajar dan digunakan dalam metode atau strategi pembelajaran. Perannya sebagai pelaksanaan pembelajaran mampu menjalankan dan melaksanakan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Mampu menelaah keadaan siswa baik fisik dan Psikis siswa, menerapkan strategi dan metode pembelajaran dengan situasi dan kondisi tertentu, serta mampu menerapkan evaluasi yang baik dan benar sebagai umpan balik. Perannya sebagai mengevaluasi pembelajarannya, sehingga dapat mengetahui hasil belajar siswa agama Hindu yang sebenarnya, menjadi acuan mengetahui berhasil dan belum berhasilnya pembelajaran. Efek yang diharapkan bahwa guru agama Hindu mampu menganalisis system pembelajaran yang nantinya digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
PROFESIONALISME PUSTAKAWAN DALAM AJARAN HINDU DI ERA PERSAINGAN GLOBAL I Gusti Ayu Ketut Yuni Masriastri; Elekmida Sinaga
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.367

Abstract

The concept of librarian professionalism and personality is a concept that has long been proclaimed and scheduled but, over time, the concept is as if forgotten and not glimpsed. If we may see the librarian is the main gate in providing services in the library. Librarians are also the driving engine (main engine) for the progress of a library. A librarian is required to be proficient at work, having good human resources (HR) and no less important is sounding good ethics and personality. In addition it must look attractive. A librarian has a good and attractive appearance reflected by his personality and good ethics. To have it all, a librarian must work from the heart, sincerely and sincerely devote himself. Personality and good ethics can not be easily formed but it requires effort and hard work and a sincere desire to achieve it. In the teachings of Hinduism the professionalism of a work (librarian) is in the books of Manawa Dharmasastra Sloka 100 and 161, the book Bhagawad Gita (Bh. G. XVI. 1) and (Bh. G. XVI. 2) and the book Sarasamuscaya sloka 300 and 302. In essence the above sloka teaches how a human being (librarian) behaves well in carrying out his work such as being honest, polite, not easily angry, gentle, not lying and working hard.
ESENSI TRI HITA KARANA PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU Lilik Lilik; I Komang Mertayasa
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.373

Abstract

Tri Hita Karana merupakan konsep dasar yang mengharapkan manusia untuk menjaga hubungan diantara ketiga unsur sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Ketiga unsur tersebut yaitu antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Parhyangan), antara manusia dengan sesamanya (Pawongan), antara manusia dengan lingkungannya (Palemehan). Kecenderungan manusia dewasa ini hanya mengejar materi dan itu dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebahagiaan di dunia, sehingga hakekat dari kehidupan yang sejati sudah mulai tersingkirkan oleh ego untuk pemenuhan hal yang bersifat maya. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang komprehensif mengenai hakekat penyebab kebahagiaan dan kedamaian dengan terus belajar dalam mengembangkan hal-hal yang mampu mengantarkan pada kebahagiaan dan kedamaian. Bahagia atau tidaknya seseorang tergantung dari pikiran dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu Pikiran hendaknya selalu diarahkan dan dilatih serta dikontrol agar selalu berpikir yang baik. Beberapa esensi Tri Hita Karana sebagai aspek pembelajaran pendidikan agama hindu yaitu Esensi spiritual (Parhyangan) yaitu untuk selalu tulus ikhlas serta bersyukur atas apapun yang dialami; Esensi sosial (Pawongan) yaitu memupuk rasa cinta kasih dalam kehidupan masyarakat; Esensi Alam Lingkungan (Palemahan) yaitu menjaga lingkungan sekitar sehingga memberi manfaat bagi kehidupan mahluk.
AGNIHOTRA : VEDIC RITUAL YANG MULTIFUNGSI Ayu Veronika Somawati; Ni Made Yunitha Asri Diantary
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 10 No 2 (2019): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v10i2.388

Abstract

Agama Hindu merupakan salah satu agama besar yang diakui diseluruh dunia dan merupakan agama tertua yang berdiri di atas pondasi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yakni Tattva atau filsafat agama Hindu, Susila atau etika agama Hindu, dan Upacara atau ritual agama Hindu. Tri Kerangka Dasar Agama Hindu ini diibaratkan seperti sebutir telur, dimana kuning telurnya merupakan tattva, putih telurnya adalah susila serta kulit telurnya diibaratkan sebagai upacara. Upacara atau ritual inilah merupakan bagian dari Tri Kerangka Dasar agama Hindu yang dapat dengan mudah dilihat dan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam ritual agama Hindu dilaksanakan oleh umat, salah satunya adalah upacara agnihotra. Agnihotra adalah upacara persembahan kepada Deva Agni yang kerap disebut dengan istilah Vedic ritual atau juga disebut Vedic Fire Ceremony. Meskipun istilah agnihotra terdengar asing ditelinga umat Hindu, namun pada dasarnya simbolisasi dari anihotra ada dalam setiap ritual keagamaan di Bali yakni dalam bentuk pasepan. Upacara agnihotra sendiri memiliki beberapa fungsi yang berkaitan juga dengan fungsi api itu sendiri sebagai bagian terpenting dari upacara agnihotra. Adapun fungsi dari upacara Agnihotra antara lain : agnihotra sebagai inti yajna, agnihotra sebagai perantara pemuja dengan yang dipuja, agnihotra sebagai penyucian, agnihotra sebagai penerangan, agnihotra sebagai sumber energi, agnihotra sebagai sarana peningkatan spiritual serta agnihotra untuk keharmonisan.
IMPLEMENTASI NILAI ETIKA HINDU PADA GEGURITAN NI SUMALA Ida Bagus Putu Eka Suadnyana
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 11 No 1 (2020): Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v11i1.445

Abstract

Geguritan adalah satu bentuk karangan dalam kesusastraan Bali yang disusun dengan menggunakan pupuh-pupuh. Salah satu Karya Sastra tersebut terdapat dalam Geguritan Ni Sumala yang menyebutkan perjalanan hidup yang dialami oleh anak cacat dan tidak mempunyai sanak keluarga. Anak itu selalu dicemooh oleh temannya, dihina dalam masyarakat tapi akhirnya ia menemukan kebahagiaan. Geguritan Ni Sumala bukan saja merupakan karya sastra klasik yang sangat indah namun disamping itu mengandung nilai-nilai pendidikan etika yang sangat dalam maknanya. Disamping itu Geguritan Ni Sumala banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat perlu diketahui dan dipahami oleh masyarakat luas. Dengan timbulnya anggapan yang negatif bahwa geguritan maupun cerita rakyat adalah karya cipta yang sangat ketinggalan jaman, sehingga tak perlu lagi untuk dipelajari dan diteruskan kepada generasi berikutnya.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SMAN-1 KUALA KAPUAS Ni Putu Eka Merliana
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 11 No 1 (2020): Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v11i1.447

Abstract

The purpose of this study is to find out 1) the use of information technology in the learning of Hinduism, 2) what factors support the use of information technology in learning Hinduism, 3) the obstacles experienced by the SMAN-1 Kuala Kapuas in utilizing information technology in religious learning Hindu. SMAN-1 Kuala Kapuas being the first high school in the Kapuas district of Central Kalimantan Province has implemented technology as a medium of learning and this has also been applied in Hindu learning. The results obtained from this research are the application of information technology has a positive influence on students, where students are able to deeply understand the material provided in the teaching and learning process. The importance of technology in learning Hinduism makes the character of Hindu students at SMAN-1 Kuala Kapuas better so that they can implement it in their daily lives.
PROSES PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI KALIMANTAN TENGAH Made Paramarta
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 11 No 1 (2020): Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v11i1.450

Abstract

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pendidikan yang berkualitas adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya saing sebuah bangsa yang kita sadari pendidikan memiliki peran sangat penting. Proses Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional adalah sebuah evaluasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, dituangkan pada sistem pendidikan nasional dengan aturan penilaian yang jelas, digunakan untuk penentuan kelulusan peserta didik pada satuan pendidikan. Proses penyusunan soal ujian nasional, pemerintah melalui kementerian pendidikan dengan ketetapan aturan pada Prosedur Operasional Standar Ujian Nasional (POS UN) telah ditetapkan bahwa 25 % soal dibuat oleh pusat dan 75 % soal buat didaerah. Aturan ini merupakan aturan yang baku, dimana daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi bekerjasama dengan Kementerian Agama Provinsi dalam penyususan dan perakitan soal pusat. Daerah dibantu oleh Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik itu ditingkat SMP dan SMA/K, dengan memperhatikan Kisi-kisi soal yang telah ditetap oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Setelah tersusun, soal akan dimasukan ke aplikasi server dinas pendidikan Provinsi/Kabupaten berlanjut ke tutor masing-masing disetiap satuan pendidikan. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) Pendidikan Agama Hindu merupakan sistem pelaksanaan ujian yang dielenggarakan berdasarkan aturan POS UN, jenjang yang melaksankan ujian ini yaitu Tingkat Sekolah Dasar, Tingkat Menengah, dan Tingkat Menengah. Kalimantan Tengah merupakan salah satu dari beberapa provinsi di Indonesia yang menerapkan pelaksaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional, dikelola langsung oleh dinas pendidikan provinsi Kalimantan Tengah, salah satu pembelajaran yang diujikan yaitu pendidikan agama Hindu.
PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANAMKAN ASPEK AFEKTIF, KOGNITIF DAN PSIKOMOTORIK PADA PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SMPN SATU ATAP TEWEH BARU KABUPATEN BARITO UTARA Pranata Pranata
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 11 No 1 (2020): Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v11i1.452

Abstract

SMPN Satu Atap ini memiliki jumlah siswa beragama Hindu cukup banyak akan menjadi tantangan bagi guru agama Hindu untuk menerapkan kriteria dalam pelaksanaan aspek Kognitif, Aspek Afektif dan aspek Psikomotorik siswa, karena untuk menjalankan ketiga aspek tersebut haruslah didukung oleh faktor lain didalam pendidikan, seperti sarana dan prasarana dan kemampuan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang guru. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Peranan guru agama Hindu dalam Penanaman Aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik Dalam Pembelajaran pendidikan Agama Hindu di SMPN SATU ATAP Teweh Baru Kabupaten Barito Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai data yang dikumpulkan secara alamiah. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi maupun wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru agama Hindu serta siswa-siswa agama Hindu. Penanaman aspek Kognitif sudah berjalan sesuai kurikulum. Masih menggunakan metode tradisional, kegiatan untuk mengingat kembali materi yang sudah disampaikan didalam kelas, berupa menyebutkan, menjelaskan atau menyampaikan, mampu memberikan contoh atau mampu mempraktekkan didalam kelas atau di dalam kehidupan sehari-hari. Soal ulangan berupa soal tertulis dengan rata-rata soal seperti sebutkan, menjelaskan, berikan contoh, masih hanya pada taraf tingkat rendah berupa pengetahuan dan pemahaman saja, belum menyentuh kepada tingkat yang lebih tinggi seperti sintesis atau evaluasi. Penanaman aspek Afektif disimpulkan bahwa mengarahkan siswa untuk gemar membaca buku dan melakukan kerjasama, Pemberian respon di kelas maupun di luar kelas, menekankan kepada siswa melalui nasehat, disilipi didalam materi pelajaran agar anak didik menjadi sopan santun dalam pergaulan, bentuk pengalaman yang ditekankan berupa salaman dan mencium tangan guru sebelum masuk kelas, sebelum kegiatan pembelajaran, diwajibkan untuk berdoa besama yang dipimpin oleh siswa. Menggelola dan membangun sistem nilai dengan mewajibkan kepada anak didik aktif dalam pelaksanaan basarah rutin dibalai basarah, mempersiapkan sarana dan prasarana basarah, melantunkan kidung Kandayu,melantunkan Manggaru Sangku Tambak Raja, bisa melafalkan Puja Tri Sandya. Penanaman aspek Psikomotorik melakukan praktek yang bertujuan untuk di tiru atau dipraktekkan oleh siswa-siswanya. Sehingga untuk aspek manifulasi, aspek pengalamiahan dan aspek artikulasi masih belum dilaksanakan oleh guru, sehingga apa yang didapat siswa masih terbatas pada aspek ketrampilan dasar saja.