cover
Contact Name
Rizaldy Purnamo Pedju
Contact Email
-
Phone
+6282346016601
Journal Mail Official
jurnal.potretpemikiran@iain-manado.ac.id
Editorial Address
Jl. Dr. SH Sarundajang, Kawasan Lingkar I, Malendeng Manado Kode Pos 95128
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Potret Pemikiran
ISSN : 16931874     EISSN : 25280376     DOI : -
Potret Pemikiran terdaftar dengan nomor ISSN 1693-1874 (Cetak), ISSN 2528-0376 (Online) adalah jurnal peer-review yang diterbitkan dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Potret Pemikiran mulai menerbitkan artikel-artikel versi cetak pada tahun 2000. Potert Pemikiran adalah jurnal pertama di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Manado yang sekarang bertranformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Saat itu, Potret Pemikiran melingkupi cangkupan ilmu secara umum, yaitu ilmu politik, hukum, ekonomi, pendidikan, serta agama hingga tahun 2018. Sejak tahun 2019, Jurnal Potret Pemikiran fokus dan jangkauannya terkait Pemikiran Islam di bidang: Filsafat, Tasawuf, Politik Islam dan sosial Keagamaan, serta terjadi perubahan gaya selingkung yaitu menjadi APA 6th Edition (American Psychological Association).
Articles 106 Documents
PRASANGKA SOSIAL DAN AKSI DEMONTRASI MASYARAKAT Aris Soleman
Potret Pemikiran Vol 20, No 2 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i2.752

Abstract

Abstract. The rise of the demonstration has finally become a phenomenon that is both interesting and apprehensive in the life of the nation and state. Social prejudice is one of the driving factors for the demonstration. Social prejudice is emotional, which is easily a motivator for the emergence of social explosions in society. Prejudice fosters suspicion, distrust and hostility. Prejudice contains three basic components of attitude namely, cognitive, affective, and cognitive.Keywords: Social Prejudice, Demonstration Abstrak.Maraknya aksi demontrasi mansyarakat akhir-akhhir ini menjadi fenomena yang menarik sekaligus memprihatinkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Prasangka sosial maenjadi salah satu faktor pendorong munculnya aksi demontrasi tersebut.Prasangka sosial bersifat emosional, yang mudah sekali menjadi motivator menculnya ledakan sosial dalam masyarakat.Prasangka menumbuhkan kecurigaan, ketidakpercayaan, dan permusuhan.Prasangka mengandung tiga komponen dasar sikap yakni, kognitif, afektif, dan kognitif.Kata Kunci :Prasangka Sosial, Demonstrasi
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA Delmus Puneri Salim
Potret Pemikiran Vol 21, No 2 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v21i2.741

Abstract

Abstract. Relations between religions have been formulated in terms of religion in Indonesia. Often interreligious relations are formulated in 'religious harmony' and often the understanding of the term is influenced by the concept of 'religious freedom'. Indonesia launched Tri Harmony in preventing people from getting caught up in unnecessary conflicts, namely Inter-Religious Harmony, Religious Harmony and Harmony between Religious People and the Government. A political formula that is practically expected to be able to manage religious people. Although this formulation is not a theological formula, this formula is intended not to be involved in conflict with one another, or so that in the religious community there is no attempt to tackle each other. However, the term religious freedom is often understood as a major part of religious harmony. Freedom of religion emphasizes the right of every citizen individually to be able to believe and practice the teachings and beliefs of a trusted religion. Both of these terms affect relations between religions in Indonesia. Keywords: Harmony, Freedom, Religion, Indonesia,. Abstrak. Relasi antar agama telah dirumuskan dalam istilah yang beragama di Indonesia. Seringkali relasi antar agama dirumuskan dalam bahasa ‘kerukunan agama’ dan sering juga pemahaman istilah tersebut dipengaruhi oleh keonsep ‘kebebasan beragama’. Indonesia mencanangkan Tri Kerukunan untuk mencegah agar orang tidak terjebak dalam konflik-konflik yang tidak perlu, yaitu Kerukunan Antar-Umat Beragama, Kerukunan Intern-Umat Beragama dan Kerukunan Antara Umat Beragama dengan Pemerintah. Suatu rumusan politik yang secara praktis diharapkan dapat mengelola umat beragama. Meskipun rumusan ini bukanlah suatu rumusan teologi, tetapi rumusan ini dimaksudkan agar tidak terlibat konflik satu sama lain, ataupun agar di dalam diri umat beragama tidak ada upaya saling menjegal. Namun demikian, istilah kebebasan beragama sering dipahami sebagai bagian utama dari kerukunan umat beragama. Kebebasan beragama menekankan hak setiap warga secara individu untuk bisa meyakini dan mengamalkan ajaran dan keyakinan agama yang dipercaya. Kedua istilah ini mempengaruhi relasi antar agama di Indonesia. Keywords: Kerukunan, Kebebasan, Beragama, Indonesia.
FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJAKUA KECAMATAN DI KOTA MANADO Syarifuddin Syarifuddin
Potret Pemikiran Vol 19, No 2 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v19i2.732

Abstract

The existence of the chief as an official in the government has existed since the existence of the Islamic kingdom both on Java and outside Java, including in the Dutch colonial government. currently the head of the government based on the ministerial regulation on the utilization of state apparatus number 26 in 2005 has been determined as a functional position according to government regulation Number 16 of 1999 concerning functional positions of civil servants. The tasks of the headman in relation to the application of Islamic teachings and Shari'a in the field of marriage are not just a ceremonial event, but also as a means of manifesting the strictness of a Muslim and unifying the sacred bonds of inner and outer relations between a man and woman. therefore the tasks and roles of the peghulu are considered very important. This paper will discuss the functionalization of the position of the chief and its influence on the performance of the KUA. This study took a research study in KUA Sub-District throughout Manado. The results of the study were that the researchers found that KUA resources in Manado in general still had to be evaluated, because the staff were mostly women, the number of employees was still minimal and the educational background was mostly not S1. Whereas according to the rules, one KUA has 7 or 6 staff but in this city of Manado one KUA only has two or three staff. In addition to the implementation of KUA activities, the budget is still attached to the Department office so that all activities carried out are less effective. Keywords:Penghulu, KUA Manado, Functionalization, Islamic Shari'a. Keberadaan penghulu sebagai pejabat dalam pemerintahan telah ada sejak adanya kerajaan Islam baik di Jawa maupun luar Jawa termasuk pada pemerintahan kolonial Belanda. Saat ini penghulu berdasarkan peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara nomor: 26 tahun 2005 telah ditetapkan sebagai jabatan fungsional sesuai peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 1999 tentang jabatan fungsional pegawai negeri sipil. Tugas-tugas penghulu berkaitan dengan penerapan ajaran dan syariat agama Islam dibidang pernikahan tidak sekedar sebuah acara seremonial, melainkan juga menjadi sarana perwujudan ketatan seorang muslim dan pemersatu ikatan suci lahir batin antara seorang pria dan wanita. Oleh karena itu tugas dan peran peghulu dirasa sangat penting. Tulisan ini akan membahas tentang fungsionalisasi jabatan penghulu dan pengaruhnya terhadap kinerja KUA. Penelitian ini mengambil studi penelitian di KUA Kecamatan se-kota Manado. Hasil dari penelitian adalah peneliti menemukan masalah bahwa sumberdaya KUA yang ada di kota Manado pada umumnya masih ada yang perlu dievaluasi, karena para stafnya kebanyakan perempuan, jumlah pegawainya masih minim dan latar belakang pendidikan kebanyakan bukan S1. Sedangkan menurut aturan yang ada satu KUA memiliki 7 atau 6 orang staf tetapi di kota Manado ini satu KUA hanya memiliki dua atau tiga orang staf. Selain itu untuk pelaksanaan kegiatan KUA, anggaran masihmelekat dengan kantor Departemen sehingga segala kegiatan yang dilakukan kurang efektif. Kata Kunci:Penghulu, KUA Manado, Fungsionalisasi, Syariat Islam.
Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia Rithon Igisani
Potret Pemikiran Vol 22, No 1 (2018)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v22i1.757

Abstract

Abstract. This article described the interpretation study carried out by the Mufassir in Indonesia. The term Mufassir is now important to revise in order to have that continuity among identity, tradition, and Al-Qur’an scientific study with their generations. The results showed that the practice of Qur'anic interpretation in Indonesia was spearheaded by Abdurrauf al-Singkil, Sheikh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi Ash-Shiddiqy, HB Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka and Muhammad Quraish Shihab. The conclusion told that the style of interpretation in Indonesia contains three main dimensions, namely epistemology (source / method / criteria of Al-Qur'an knowledge), methodology (how to translate the dimensions of normativity of Al-Qur'an), and historical science. Therefore, the subjective nature of the Qur'an text turned into the objective nature of science text and then ethics (functioning the relationship between AlQur'an and social reality).  Keywords : Interpretation, Mufassir, Al-Qur'an  Abstrak. Tulisan ini menguraikan tentang kajian tafsir yang digeluti oleh para Mufassir di Indonesia. Dunia mufassir penting ditinjau kembali agar terjadi kesinambungan identitas, tradisi dan reproduksi keilmuan Al-Qur’an antar generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik penafsiran Al-Qur’an di Indonesia dipelopori oleh Abdurrauf al-Singkil, Syekh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi AshShiddiqy, H.B Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka, Muhammad Quraish Shihab.Kesimpulannya adalah corak kajian tafsir di indonesia mengandung tiga dimensi utama yaitu epistemology (sumber/cara/kriteria pengetahuan Al-Qur’an yang dipakai, metodologi (cara menerjemahkan dimensi normativitas Al-Qur’an yang dipakai), historis ilmu. Dengan demikian, sifat subjektif teks Al-Qur’an berubah menjadi sifat objektif teks ilmu. Kemudian, etika (memfungsikan hubungan antara Al-Qur’an dan realitas sosial).  Kata kunci : Tafsir, Mufassir, Al-Qur’an
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Abdul Kahar
Potret Pemikiran Vol 19, No 1 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v19i1.712

Abstract

This study discusses theoretical descriptions, frameworks and research hypotheses. Communicative learning techniques are ways of delivering messages or information to targets that can be delivered through various methods that are assisted by several media in the form of images, Ohv, television and other media in accordance with the message conveyed and goals what you want to achieve. In this study two types of communicative learning will be discussed, namely simulation and recitation. Simulation is a form of play performed by participants to solve one form of problem, in accordance with established rules, and practice carrying out tasks that will be faced in everyday life. Recitation (recitation) can be equated with the method of giving assignments, the method of assigning assignments is one way of teaching that is characterized or characterized by the existence of problems or problems that are given by the teacher to be completed or mastered within the period agreed upon between teachers and students.Keywords: Theoretical Description, Simulation, Recitation Studi ini membahas tentang deskripsi teoritis, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.Teknik pembelajaran komunikatif adalah cara penyampaian pesan atau informasi kepada sasaran yang dapat disampaikan melaluiberbagai metode yang dibantu oleh beberapa media berupa gambar, Ohv, televisi dan media lainnya sesuai dengan pesan yang disampaikan dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini akan dibahas dua macam pembelajaran komunikatif yaitu simulasi dan resitasi. Simulasi merupakan bentuk permainan yang dilakukan peserta untuk memecahkan salah satu bentuk permasalahan, sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Resitasi (recitation) dapat disamakan  dengan metode  pemberian tugas, metode pemberian tugas adalah salah satu cara mengajar  yang dicirikan atau ditandai oleh adanya  persoalan atau problematika yang  diberikan oleh guru untuk diselesailcan  atau dikuasai dalam  jangka waktu yang telah disepakati bersama  antaru guru dan siswa.Kata Kunci: Deskripsi Teoritis, Simulasi, Resitasi
RETHINKING ISLAMIC THEOLOGY Mengagas Teologi Sosial dalam Konteks Pluralisme dan Multikulturalisme (Perspektif Pemikiran Teologi Fethullah Gulen) Muhammad Said
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.748

Abstract

Abstract This article elaborate about the neccesity of renewal Islamic theology in the context of pluralism and multiculturalism. One of contemporary Muslim schoolars, Fethullah Gulen, could be considered among the most influential Muslim theologians of our time. His work focus on redefining the nature of Islamic discourse in the contemporary world by doing interreligious and intercultural dialogue. Today, we need to shift our paradigm from classical kalam which dogmatic, abstract, and exclusive to more practical theology based on life and contemporary needs, which is called “social theology”.  Gulen’s theological discourse distinguished for his support of democracy, humanisme, openness to globalization, progressiveness in integrating tradition with modernity, and to make sense of pluralistic-piety. Keyword: Kalam, Social-Theology, Pluralitic-Piety, MulticulturalismeAbstrak. Artikel ini menguraikan tentang necseity pembaharuan teologi Islam dalam konteks pluralisme dan multikulturalisme. Salah satu murid sekolah Muslim kontemporer, Fethullah Gulen, dapat dianggap sebagai salah satu teolog Muslim paling berpengaruh di zaman kita. Karyanya fokus pada mendefinisikan kembali sifat wacana Islam di dunia kontemporer dengan melakukan dialog antaragama dan antarbudaya. Saat ini, kita perlu menggeser paradigma kita dari kalam klasik yang dogmatis, abstrak, dan eksklusif ke teologi yang lebih praktis berdasarkan pada kehidupan dan kebutuhan kontemporer, yang disebut "teologi sosial". Wacana teologis Gulen dibedakan atas dukungannya terhadap demokrasi, humanisme, keterbukaan terhadap globalisasi, progresifitas dalam mengintegrasikan tradisi dengan modernitas, dan untuk memaknai kesalehan pluralistik.Kata kunci: Kalam, Teologi Sosial, Pluralitic-Piety, Multikulturalisme
KEADILAN DALAM KERANGKA TEOLOGIS, FILOSOFIS DAN ETIK Rahman Mantu
Potret Pemikiran Vol 21, No 1 (2017)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v21i1.737

Abstract

Abstract. Justice has been experiencing a kind of blurring of meaning. Because so many interpretations describe what is called theoretical justice, its limitations, and how it is implemented. There are many differences of opinion that lead to debate among western philosophers and between groups within Islam about the meaning of justice. Therefore the author tries to explain the meaning of theological, philosophical, and ethical perspective justice. The discussion will be limited to the thoughts of leaders related to the three aspects of justice. The predetermined figures have a concern with the theme of justice. The philosophers include Aristotle, Murthada Muthahari, Plato, and John Rawls. While among groups in Islam the authors of this paper include the Mu`tazilah with the Asy`ariyah. In the writing found that each of the philosophers and their groups had different understandings about interpreting justice whether in the theological, philosophical, and ethical domains. Keywords: Justice, Theological, Philosophical, Ethical, Islamic. Abstrak.Keadilan selama ini mengalami semacam pengkaburan makna. Karena begitu banyak tafsir dalam menguraikan apa itu yang disebut dengan keadilan secara teoritik, batasan-batasannya, serta bagaimana implementasinya. Banyak terjadi perbedaan pendapat yang mengtarah ke perdebatan dikalangan filosof barat maupun antar kelompok di dalam Islam tentang makna keadilan. Oleh karena itu penulis mencoba menjelaskan makna keadilan perspektif teologis, filosofis, dan etis. Pembahasan akan dibatasi dengan pemikiran-pemikiran tokoh terkait dengan tiga aspek keadilan tersebut. Tokoh-tokoh yang telah ditentukan memiliki konsern dengan tema keadilan.Para filosof itu diantaranya Aristoteles, Murthada Muthahari, Plato, serta John Rawls.Sedangkan antar kelompok dalam Islam yang penulis angkat dalam tulisan ini diantaranya Kaum Mu`tazilah dengan Kaum Asy`ariyah.Dalam tulisan mendapati bahwa masing-masing para filosof dan kelompoknya mempunyai pemahaman yang berbeda-beda tentang memaknai keadilan apakah itu dalam ranah teologis, filosofis, dan etik. Keywords:Keadilan, Teologis, Filosofis, Etik, Islam.
PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM DAN MULTIKULTURAL DALAM KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK RELIGIUSITAS PADA ANAK Musdalifah Dachrud; Yusra Yusra
Potret Pemikiran Vol 22, No 2 (2018)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v22i2.782

Abstract

Abstract. This research is motivated by the fact that the role of families in forming religiosity in children is very influential for children’s lives in the future, families, especially parents, are the first means for children to receive socialization. What children will become, parents are very influential, good and bad children in society are also influenced by parental education, especially in instilling Islamic education and multicultural education from an early age. Many people consider parents to be a reflection of children, so that religious and multicultural education given to children is expected to from good religiosity in children. Religiosity has an important role in human life and life, both personality and in groups. The low religiosity in children, illustrates that children still desperately need guidance from various parties, one of the most important is family.    Key Words : Islamic education, multicultural education, family, religiosity  Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa peranan keluarga dalam membentuk religiusitas pada anak sangat berpengaruh bagi kehidupan anak di masa yang akan datang, keluarga terutama orang tua merupakan sarana pertama kali bagi anak dalam penerimaan sosialisasi. Anak akan menjadi apa kelak, orang tua sangatlah berpengaruh, baik buruknya anak dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh didikan orang tua terutama dalam menanamkan pendidikan Islam dan pendidikan mulikultural sejak usia dini. Masyarakat banyak menganggap orang tua merupakan cerminan anak, sehingga pendidikan agama dan multikultural yang diberikan terhadap anak diharapkan dapat membentuk religiusitas pada anak dengan baik. Religiusitas memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Rendahnya religiusitas pada anak, menggambarkan bahwa anak masih sangat membutuhkan bimbingan dari berbagai pihak salah satunya yang terpenting adalah keluarga.   Kata Kunci : Pendidikan Islam, Pendidikan Multikultural, Keluarga, Religiusitas
PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKSISTENSI PEMUDA Arhanuddin Salim
Potret Pemikiran Vol 19, No 2 (2015)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v19i2.728

Abstract

To realize the vision of national development, namely to realize a society of noble character, morality, ethics, culture and civilization based on the Pancasila philosophy, the national education system must be the main focus that must be addressed. Based on the functions and objectives of national education, it is clear that education at every level must be organized systematically to achieve that goal. This concerns the reality of education in educational units from early childhood education to tertiary education which is currently experiencing fading and degradation in terms of forming the character of its students. All of this is due to the absence of a learning system focused on the direction of the formation of superior character values. Keywords:education, character education, youth and the future of the nation Untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, maka sistem pendidikan nasional harus menjadi fokus utama yang harus dibenahi. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini menyangkut realitas pendidikan di dalam satuan pendidikan dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi yang saat ini mengalami pemudaran dan degradasi dalam hal pembentukan karakter peserta didiknya. Semua ini disebabkan karena tidak adanya sistem pembelajaran yang terfokus pada arah pembentukan nilai-nilai karakter unggul. Kata Kunci:pendidikan, pendidikankarakter, pemuda dan masa depanbangsa
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA (BMN) SECARA AKUNTABLE MENUJU GOOD GOVERNANCE Kartika Amiri
Potret Pemikiran Vol 20, No 2 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i2.753

Abstract

Abstract. State-owned goods or abbreviated as BMN are state assets whose management must be regular and accountable in accordance with applicable laws and regulations and do not conflict with rules and laws where the responsibility starts from the source / input, process carried out, to the results or output which is obtained. In order to be used for the survival of the nation and state towards a good, fair and prosperous government. Laws, binding regulations are considered very compatible to protect State assets for the realization of Good Governance. Keywords:State Property, Good Governance Abstrak. Barang Milik Negara atau disingkat BMN merupakan asset Negara yang pengelolaannya harus teratur dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan aturan dan undang-undang dimana pertanggungjawabannya mulai dari sumber/input, proses yang dilakukan, sampai pada hasilnya atau output yang diperoleh. Agar bisa dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup bangsa dan bernegara menuju pemerintah yang baik, adil dan makmur. Undang-undang, peraturan yang mengikat dinilai sangat kompatibel guna melindungi asset Negara demi terwujudnya Good Governance.Kata Kunci: Barang Milik Negara, Good Governance

Page 3 of 11 | Total Record : 106