cover
Contact Name
Asri Hidayat
Contact Email
asri.hidayat@kemdikbud.go.id
Phone
+628114118474
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Sultan Alauddin km.7, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, 90221
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora
ISSN : 25024345     EISSN : 26864355     DOI : https://doi.org/10.36869
Core Subject : Social,
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora is an open access, a peer-reviewed journal published by Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan.
Articles 119 Documents
MEMAHAMI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BUGIS WAJO MELALUI MAKNA BALO LIPAQ SABBE Hardiyanti Nur; Arisal Arisal
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.855 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.83

Abstract

Salah satu aktivitas keseharian masyarakat Bugis Wajo yakni menenun. Menenun atau mattennung sebagai wujud tradisi masyarakat setempat yang keberadaanya hingga kini masih tetap menunjukkan eksistensinya di tengah kecanggihan teknologi modern. Perpaduan benang-benang khas hingga menjadi kain dengan berbagai bentuk corak serta kandungan filosofi makna yang termuat di dalamnya menjadi poin penting dalam melestarikan kearifan lokal daerah melalui karya. Artikel merupakan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan melalui pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat belas macam corak sarung sutera (balo lipaq sabbé) dengan makna yang termuat di dalamnya. Corak tersebut terdiri atas balo makkalū, balo tettong, balo lobang, balo renniq, balo bombing, balo coboq, balo pucuk, balo mappagiling, balo mesa, balo bunga kertas, balo candiq bukkang, balo bukkang, balo matahari, dan balo areq-kareq. Makna filosofi yang termuat di dalam corak atau balo lipaq sabbé tersebut terkait dengan sistem kekuasaan dalam suatu wilayah, kebangsawanan, keindahan, keberanian, serta keutuhan dan kesempurnaan hidup manusia.
PENGOBATAN TRADISIONAL PENYAKIT “NONMEDIS” PADA MASYARAKAT ADAT KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI – SELATAN Abdul Hafid
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2060.348 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.37

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pengobatan tradisional berkenaan dengan penyakit nonmedis, penyakit kajakkalang (arwah leluhur), kasamperoan (penghuni kampung), pappitaba (guna-guna), dan pangngisengang (pekasih). Pengobatan mengenai penyakit nonmedis merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat adat Kajang untuk mengatasi persoalan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adat Kajang. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Kajang masih tetap mempertahankan sistem pengobatan tradisional yang terkait dengan penyakit nonmedis. Menurut pandangan masyarakat adat Kajang bahwa penyakit nonmedis adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara medis oleh ilmu kedokteran karena jenis penyakit ini disebabkan oleh hal gaib, seperti kemasukan roh leluhur, setan atau jin, dan sebagainya. Penyakit nonmedis biasa juga disebabkan oleh perbuatan manusia yang menggunakan makhluk gaib atau makhluk halus (guna-guna). Jenis penyakit seperti ini diyakini oleh masyarakat adat Kajang bahwa pengobatannya harus melalui dukun atau sanro. Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala dan penyebab masing-masing penyakit, gejalanya ada sebagian mirip satu dengan lainnya, akan tetapi sanro memiliki pengetahuan lokal untuk mengobati penyakit dengan melihat kondisi dan perilaku pasien.
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRADISI TUDANG SIPULUNG MASYARAKAT AMPARITA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Fatmawati P
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.358 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.74

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai dalam tradisi Tudang Sipulungmasyarakat Amparita Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data, berupa: pengamatan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tudang sipulungmerupakan suatu tradisi bagi masyarakat petani yang dilakukan sebelum dan sesudah panen padi.Tujuan dilaksanakannya Tudang Sipulung ialah untuk membicarakan masalah yang berhubungan dengan aktivitas petani, baik pada saat mulai menanam benih sampai tiba waktu panen.Tradisi Tudang Sipulungdilaksanakan secara sederhana oleh masyarakat petani di lapangan, balai Desa, dan bahkan di rumah-rumah sawah sekalipun.Dalam pelaksanaan acara tersebut, terdapat sejumlah nilai sebagai pedoman bagi masyarakat petani dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan sosial masyarakat maupun keluarga.Nilai-nilai tersebut meliputi nilai musyawarah, nilai Religius, nilai Solidaritas, nilai ketaatan/kepatuhan, nilai kesederhanaan, dan nilai kebersamaan.
DARI KAMPUNG PINGGIRAN KE KAMPUNG KOTA: TRANSFORMASI KAMPUNG MACCINI DI MAKASSAR TAHUN 1950-1990 arianto arianto; anna asriani muchlis
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.93 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.60

Abstract

Makalah ini menjelaskan mengenai transformasi fisik dan sosial Kampung Maccini di Makassar, yang telah mengalami pola perubahan dari kampung pinggiran ke kampung kota. Berawal dari konflik DI/TII di pedalaman hingga migrasi penduduk dari daerah ke Makassar. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui sejarah dan perkembangan, terutama tentang berbagai perubahan yang terjadi di Kampung Maccini dalam kurun waktu 1950-1990. Metode yang digunakan dalam tulisan ialah metode yang umum digunakan dalam penulisan sejarah, seperti heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Untuk menerapkan metode di atas, maka penulis melakukan pengamatan langsung di lapangan terkait objek yang hendak diteliti. Sehingga, tulisan ini secara khusus membahas perubahan fisik serta sosial masyarakat Kampung Maccini dari kultur agraris ke budaya urban, terkait penataan awal daerah perkampungan di wilayah perkotaan sejak tahun 1950-an. Penataan wilayah ini kelak mempengaruhi pola permukiman di sana hingga 1990-an, dengan tetap memperhatikan segi geografis kampung pada masa lampau. Perubahan dan transisi kekuasaan di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, memunculkan berbagai problem bagi penduduk Kampung Maccini yang membuat pemerintah sulit mengatasinya, terlebih setelah perluasan wilayah kota pada tahun 1970.
ETOS KERJA KOMUNITAS NELAYAN PENDATANG DI SODOHOA KENDARI BARAT masgaba umar
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1803.051 KB) | DOI: 10.36869/.v5i1.23

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan pendatang di Sodohoa Kendari Barat, Kota Kendari. Metode pengumpulan data berupa wawancara, focus group discussion, dan pengamatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Nelayan pendatang yang ada di Kelurahan Sodohoa berasal dari daerah Pangkep, Ujung Lero, dan Makassar. Mereka bermigrasi ke Kendari dengan alasan bahwa di perairan Kendari terdapat banyak ikan seperti ikan tongkol yang memiliki nilai jual yang bagus. Selain itu, di             Kendari ada “bos” yang bisa memberi modal pinjaman berupa uang yang dapat digunakan dalam beraktivitas mencari dan menangkap ikan di laut. Pada dasarnya motif utama mereka melakukan migrasi karena faktor ekonomi dan faktor sosial budaya daerah asal. Faktor ekonomi timbul akibat nelayan pendatang tidak memiliki modal uang untuk beraktivitas melaut, sehingga mereka meminjam pada bos yang ada di Kendari. Pengembalian pinjaman dilakukan setiap kali melaut atau setelah bagi hasil dengan pemilik modal yang sekaligus sebagai distributor hasil tangkap nelayan.  Faktor sosial budaya timbul sebagai akibat adanya naluri untuk bekerja agar memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Menjadi nelayan merupakan warisan yang turun temurun dari orang tua mereka, tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan karena keterbatasan keterampailan dan keahlian yang dimiliki. Semangat kerja mereka termotivasi adanya perasaan malu (siri’) jika tidak memiliki penghasilan. Kata kunci: Nelayan pendatang, etos kerja, Sodohoa
NILAI KARAKTER DALAM ÉLOKKÉLONG PAKKACAPI PADA MASAYARAKAT BUGIS SIDENRENG RAPPANG arisal ical; Rismawidiawati Rusli
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.09 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.42

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai dan makna pendidikan karakter Bugis dalam élokkelong pakkacapi masyarakat Bugis Sidenreng Rappang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah élokkélong pakkacapi yang mengandung nilai pendidikan karakter. Sumber data dalam penelitian ini adalah para pemain Pakkacapi yang biasa melantunkan nyanyian pada saat melakukan pertunjukan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi,- rekam, -k catat, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui enam tahap, yaitu mengumpulkan data, mentranskripsi data rekaman, mengidentifikasi dan mengklasifikasi data, menyajikan data, mendeskripsikan dan menginterpretasikan data, serta membuat simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sepuluh jenis nilai pendidikan karakter yang ditemukan dengan berdasar pada 18 nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendikbud. Nilai karakter yang ditemukan meliputi karakter religius, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, dan cinta damai. Adapun nilai karakter baru yang ditemukan yakni nilai ketabahan dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan. Berdasarkan maknanya, nilai pendidikan karakter dalam élokkélong pakkacapi menggambarkan hubungan yang tak terpisahkan antara manusia dan diri sendiri (pangkaukeng rupa tau lao ri aléna), manusia dan manusia yang lain (pangkaukeng seuwa tau lao ri tau lainngé), dan manusia dan Tuhannya (seuwwa tau lao ri Puangna).
PERMUKIMAN SELATAN KOTA MAKASSAR: PERUMAHAN BTN MINASA UPA 1980 - 2015 Syafaat Rahman Musyaqqat
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.584 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.79

Abstract

Studi ini membahas latar belakang pembangunan Perumahan BTN Minasa sebagai salah satu wilayah permukiman penduduk di sebelah selatan Kota Makassar, yang kemudian mengalami proses perkembangan dari 1980 sampai 2015, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Perumahan BTN Minasa Upa. Studi ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan kerja, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derasnya arus urbanisasi sebagai salah satu faktor diperluasnya kota di tahun 1971 memunculkan beragam masalah, terutama keterbatasan tempat tinggal. Oleh karena itu, dengan melibatkan pihak swasta, pemerintah Kota Makassar memfokuskan pada pembangunan perumahan rakyat. Pembangunan Perumahan BTN Minasa Upa merupakan salah satu dari program tersebut.Perumahan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dari perkembangan perumahan seperti sarana dan prasarana maupun keadaan penduduk, sehingga sangat berpengaruh terhadap corak kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat perumahan.
PRANATA BUDAYA DALAM PERKAWINAN SUKU PAMONA DI LUWU TIMUR Mrs Musdalifah; Abdul Rahman; Mr Rifal; Mr Ahmadin
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.262 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.33

Abstract

Pranata budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat. Fungsi pranata budaya memberi pedomaan pada masyarakat dalam bertingkah laku, menjaga keutuhan masyarakat, dan sebagai sistem pengendali sosial (social control). Penelitian ini bertujuan mengungkapkan fungsi pranata budaya baik secara laten maupun manifes, demi terciptanya keteraturan sosial (social order). Ketentuan pranata budaya ketika melakukan pelanggaran berupa hamil di luar nikah akan dikenakan denda sebesar 1,5 juta rupiah. Pranata budaya pada masyarakat Suku Pamona masih bertahan hingga kini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan penelitian lapangan yang mencakup observasi, dokumentasi dan wawancara. Adapun teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Masyarakat suku Pamona tidak dapat serta merta menghilangkan aturan-aturan adat yang telah ada dan dijalankan sejak dahulu serta masyarakat menganggap bahwa hukum adat lebih kuat dari peraturan negara serta mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarkat.
CALABAI DALAM TUBUH LELAKI TELAAH EPISTEMOLOGI FENOMENOLOGI PADA NOVEL KARYA PEPI AL-BAYQUNIE Feby Triadi
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.611 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.69

Abstract

Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana pengaruh Epistemologi Fenomenologi Edmud Husserlmengenai kesadaran dalam penulisan karya sastra milik Pepi Al-Bayqunie. Metode yang digunakan adalah pengumpulan bahan-bahan tertulis untuk mengungkap letak Fenomenologi dalam novel. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa, Pepi sebagai seorang aktivis keagamaan, menarasikan hal yang dianggap tabu, sebagai kesadaran diri sendiri, dengan memahami gejala Fenomenologi dan menjadikan kesadaran kolektif, guna konstruksi nilai pada masyarakat. Dengan begitu melihat tiga peran kesadaran bahasa, simbol dan makna, memberikan penafsiran untuk menjangkau seberapa luas khazanah pemikiran dan kreativitas penulis dalam membangun narasi-narasi yang mendukung data. Tentu ini tidak dilakukan begitu saja, tanpa adanya perenungan disertai dengan kesadaran individu yang dapat diterima secara kolektif. Maka dengan begitu dipastikan Fenomenologi menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang emik.
CURITANA I BIU TUNGKE: KAJIAN NILAI DAN PERANANNYA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER MASYARAKAT fitriani fitriani; arisal ical
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.449 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai pendidikan karakter dalam Curitana I Biu Tungke. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian analisis konten yang mengacu pada teori Kluckhohn.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai karakter terbagi menjadi dua, yaitu nilai moral dan nilai sosial. Nilai moral terbagi menjadi tiga yaitu nilai kebaikan, nilai kejahatan, dan nilai kualitas. Sedangkan nilai sosial tergambar dalam nilai kerjasama. Adapun nilai kebaikan yang tergambar dalam Curitana I Biu Tungke yaitu menurut, kerja keras, dan menghargai ibu tirinya. Nilai kejahatan yang tergambar dalam Curitana I Biu Tungke yaitu tidak adil, menyiksa anak, dan dan tidak jujur. Nilai kualitas yang tergambar dalam Curitana I Biu Tungke yaitu sopan. Sementara nilai kerja sama yang tergambar dalam Curitana I Biu Tungke yaitu meningkatkan rasa kekeluargaan, kepedulian, dan kebersamaan warga masyarakat.

Page 2 of 12 | Total Record : 119