cover
Contact Name
Asri Hidayat
Contact Email
asri.hidayat@kemdikbud.go.id
Phone
+628114118474
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Sultan Alauddin km.7, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, 90221
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora
ISSN : 25024345     EISSN : 26864355     DOI : https://doi.org/10.36869
Core Subject : Social,
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora is an open access, a peer-reviewed journal published by Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan.
Articles 119 Documents
BERRE’ RI SULAWESI MANIANG : DARI PRODUKSI, PERDAGANGAN, PELAYARAN, HINGGA PENYELUNDUPAN BERAS (1946-1956) Adil Akbar
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2649.6 KB) | DOI: 10.36869/.v5i1.6

Abstract

Terdapat tiga hal pokok yang dibahas dalam penelitian ini: pertama, Produksi Beras di Sulawesi Selatan kurun tahun 1946-1950; kedua, Jaringan Perdagangan dan Pelayaran Komoditas Beras di Sulawesi Selatan kurun tahun 1946-1950; ketiga Penyelundupan Beras di Sulawesi Selatan kurun tahun 1950-1956. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Metode Sejarah dengan tahapan, Heuristik (pengumpulan data, terutama studi kearsipan dan kepustakaan) Verifikasi (kritik) Interpertasi (penafsiran) dan Histiografi (penulisan sejarah). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: hasil produksi beras di Sulawesi Selatan memuaskan, hal ini dikarenakan potensi alam dan luasnya lahan produktif untuk ditanami padi, selain itu kehadiran pelabuhan – pelabuhan di pesisir barat dan timur Sulawesi Selatan mendorong terciptanya jejaring perdagangan beras di kawasan timur Indonesia pada kurun tahun 1946-1950. Walaupun demikian, tidak dapat dinafikan gejolak politik yang terjadi di Sulawesi Selatan kurun tahun 1950-an mempengaruhi produksi dan perdagangan beras di daerah tersebut, salah satunya ialah praktek-praktek penyulundupan beras. Secara umum dapat disimpulkan selain bernilai ekonomis, menciptakan jejaring ekonomi juga memiliki nilai politik.Kata Kunci: Sulawesi Selatan, Beras, Pelabuhan, Penyelundupan, dan Perdagangan
MASYARAKAT ADAT DAN KONFLIK-KONFLIK PERTAMBANGAN: KASUS PERTAMBANGAN EMAS DI MORONENE, BOMBANA, SULAWESI TENGGARA Taufik Ahmad
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.121 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.45

Abstract

Desentralisasi memberi ruang kepada pemerintah daerah untuk mengelolah sumber daya alam di wilayahnya sehingga juga membuka ruang liberalisasi sektor pertambangan. Sumber daya tambang tidak hanya menjadi magnet bagi perusahaan pertambangan, tetapi juga memicu munculnya pertambangan rakyat baik dilakukan oleh individu maupun kelompok-kelompok sosial penambang. Penelitian ini mengambil fokus penambangan emas serta konflik-konflik pertambangan yang muncul di wilayah masyarakat adat Moronene. Dengan menggunakan analisis interdisiplin (sejarah-antrologi), penelitian ini menunjukkan bahwa maraknya pertambangan di atas tanah ada suku Moronene mengakibatkan semakin terpinggirnya peran komunitas adat dalam pengelolaan sumber daya alam mereka. Keadaan ini diperparah dengan munculnya kelompokkelompok sosial penambang serta masuknya perusahaan-perusahaan pertambangan berskala nasional dan lokal. Akibat lebih jauh, terjadi saling klaim dan tumpang tindih pemilikan lahan antara perusahaan, kelompok-kelompok penambang rakyat dan masyarakat adat. Wilayah suku Moronene semakin rentan dengan konflik sosial. Sector pertambangan memperlihatkan sifatnya yang paradoksal. Di lain sisi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan mendorong pembangunan infrastukur, namun di sisi lain mengakibatkan munculnya masalah-masalah sosial baru dalam masyarakat Moronene. 
PEMANFAATAN CANDI GUNUNG GANGSIR: UPAYA MENUMBUHKAN KESADARAN SEJARAH SISWA SMAN 1 PURWOSARI MELALUI METODE OUTDOOR LEARNING Akhmad Fajar Ma'rufin
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.573 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.81

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) sejarah Candi Gunung Gangsir (2) bentuk arsitektur Candi Gunung Gangsir, (3) Upaya menumbuhkan kesadaran sejarah siswa SMAN 1 Purwosari melalui metode outdoor learning dengan pemanfaatan cagar budaya Candi Gunung Gangsir. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan criterion selection. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dan pencatatan dokumen. Validasi data dilakukan dengantriangulasi.Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yaitu pengumpulan, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Candi Gunung Gangsir merupakan salah satu peninggalan cagar budaya dari Kerajaan Medang Kamulan kelanjutan dari Mataram Kuno. Candi tersebut terletak di Beji, Pasuruan, (2) Arsitektur candi maka dapat disimpulkan merupakan gabungan antara langgam Jawa Tengah dan Jawa Timur namun Candi Gunung Gangsir lebih condong pada gaya Mataram Kuno. Gaya Mataram Kuno dapat dilihat dari relief-relief pada dinding Candi Gunung Gangsir dan didukung adanya tulisan parama yang diperkirakan sezaman dengan tulisan pada masa Pu Sindok. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan fungsi candi maka dapat disimpulkan bahwa Candi Gunung Gangsir berfungsi sebagai kuil, yaitu tempat pemujaan terhadap dewa, (3) Kesadaran sejarah siswa SMAN 1 Purwosari mulai tumbuh melalui metode outdoor learningdengan pemanfaatan Candi Gunung Gangsir yang indikasinya yaitu tumbuh minat belajar sejarah pada siswa, serta siswa memahami akan arti penting sejarah khususnya sejarah Candi Gunung Gangsir, muncul pada diri siswa rasa kepedulian menjaga peninggalan cagar budaya bangsa.
MENGKRITISI DINAMIKA KOLONISASI DAN TRANSMIGRASI DI TOMONI/MANGKUTANA, LUWU TIMUR (1937-1985) Sahajuddin M.Si.
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.081 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.35

Abstract

Kajian ini mengungkapkan dan menjelaskan tentang penting tidaknya pelaksanaan kebijakan migrasi, khususnya masalah kolonisasi pada masa Hindia Belanda dan masalah transmigrasi pada pascakemerdekaan Indonesia dengan melihat kasus penempatannya di Tomoni, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan kolonisasi dan transmigrasi memiliki perbedaan dan persamaan dari segi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, yaitu antara pengerahan tenaga kerja dan pemerataan penduduk. Kebijakan itu dalam pelaksanaannya ada yang menganggap gagal karena tujuan kurang tercapai dengan beban anggaran yang besar, tetapi juga ada yang menilai berhasil. Namun, penempatan kolonis dan transmigran di Mangkutana/Tomoni terbilang berhasil setelah ada stimulusisasi dengan adanya migrasi swakarsa lokal dan nasional. Secara kultural di Sulawesi Selatan, juga berfungsi sebagai salah satu faktor yang menstimulus keberhasilan itu karena migrasi menjadi budaya dan perilaku yang kerap dilakukan oleh orang-orang Sulawesi Selatan di nusantara sejak abad XVII dan berlangsung hingga masa kemerdekaan. 
BERLAYAR KE NEGERI SEBERANG: ORANG MANDAR DI TELUK TOMINI ABAD XVIII-XIX Abd. Karim
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.867 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.72

Abstract

Studi ini mengkaji tentang Orang Mandar di Kawasan Teluk Tomini pada Abad XVIII-XI dengan memfokuskan pada awal kedatangannya. Meski sebelumnya Orang Mandar telah melakukan kontak dengan Teluk Tomini melalui pelayaran dan perdagangan namun setelah ekspansinya ke Kaili maka jalur yang “aman” akhirnya tercipta.Studi ini mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana pintu gerbang ke kawasan Teluk Tomini ini terbuka hingga mengkaji tentang pengaruh Orang Mandar yang sangat signifikan terhadap jalannya aktivitas pelayaran maupun perdagangan di Kawasan Teluk Tomini.Penulis melihat rangkaian peristiwa itu dari sisi politik ekonomi dengan menggunakan metodologi sejarah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penulis berharap studi ini dapat melengkapi khasanah penulisan sejarah maritim dan menjadi referensi bagi penulis selanjutnya.
KARESIDENAN MANADO DALAM KANCAH PERDAGANGAN MARITIM DI HINDIA BELANDA, AWAL ABAD XIX – 1942 Jhon Rivel Purba
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.522 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.58

Abstract

Penelitian ini mengkaji keterlibatan Karesidenan Menado dalam perdagangan maritim di Hindia Belanda pada abad XIX sampai 1942. Rumusan pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini yaitu, apakah letak geografis Karesidenen Menado turut memengaruhi keterlibatannya dalam jaringan perdagangan maritim di Hindia Belanda? dan bagaimana dinamika perdagangannya di bawah pemerintahan Hindia Belanda? Penulisan ini menggunakan metode kualitatif (studi pustaka). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keterlibatan karesidenan ini dalam perdagangan maritim tidak hanya didukung oleh potensi ekonomi, tetapi juga oleh letak geografisnya yang relatif memudahkan pelaku ekonomi untuk memasuki wilayah ini. Karesidenan Menado dikelilingi beberapa perairan yang bersentuhan langsung dengan beberapa kawasan, seperti Filipina di sebelah utara, Ternate di sebelah timur, Jepang di sebelah timur laut, dan pesisir barat wilayah Amerika. Selain Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, KPM dan Cekumij-nya, aktor yang berperan dalam kegiatan ini yaitu penduduk lokal, Etnis Tionghoa, Orang Arab, dan negaranegara lain, seperti Inggris, Jepang, Jerman, Perancis, Norwegia, dan Amerika Serikat, melalui kapal-kapalnya. Potensi ekonomi dan keberadaan kapal asing mendorong pemerintah membuat sejumlah regulasi, yaitu pengangkutan komoditas perdagangan harus menggunakan kapal KPM atau Cekumij. Pemerintah juga mengalihkan rute distribusi komoditas tersebut ke Makassar. Kapal milik negara lain tidak lagi dapat menjemput komoditas secara langsung ke daerah penghasil, tetapi harus mengambilnya ke Makassar.
ZIARAH MAKAM SYEKH YUSUF AL-MAKASSARI DI KABUPATEN GOWA, SULAWESI SELATAN renold d
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1791.779 KB) | DOI: 10.36869/.v5i1.20

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada ziarah makam Syekh Yusuf sebagai seorang wali yang berasal dari Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja motivasi peziarah yang datang ke makam syekh yusuf sejauh mana ritual dan religiusitas meraka terhadap syekh Yusuf. Selain itu dilihat juga bagiamana ziarah makam berdamapak pada kehidupan ekonomi, legitimasi politik dan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data primer dan data sekunder menggunakan teknik observasi, wawancara, dokomentasi dan studi kepustakaan. Adapun hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat motivasi yang berbeda-beda dari setiap peziarah yang datang ke mkaam syekh Yusuf, ziarah makam dapat dijadikan sebagai legitamsi politik dalam mengumpulkan suara sebagai metode pencitraan politik, dari segi pariwisata ziarah makam dapat meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten Gowa karena pengunjung yang datang bukan saja berasal dari Sulawesi melainkan juga dari Jawa, Kalimantan, Papua, Sumatera bahkan dari luar negeri. Selain itu kehadiran makam Syekh Yusuf memberikan dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat sekitar.Kata kunci: Ziarah, Makam, Syekh Yusuf.
MODAL SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN PANCING DI KELURAHAN BONE-BONE, KOTA BAUBAU Abdul Asis; Masgaba Umar
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.194 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.49

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan modal sosial bagi masyarakat nelayan pancing di Kelurahan Bone-Bone. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan lokasi dan fokus penelitian dilakukan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan pancing di Kelurahan Bone-Bone Kota Baubau umumnya mengoperasikan kapal milik orang Flores dengan sistem bagi hasil (bagi dua) setelah dikeluarkan perongkosan selama mereka melaut. Agar tetap eksis, mereka menerapkan modal sosial, baik dalam beraktivitas melaut, maupun dalam  berinteraksi antarsesama warga Kelurahan Bone-Bone, seperti: saling percaya, solidaritas, dan membangun hubungan kerja sama atau jaringan dengan papalele, penyedia umpan, pemilik rumpon, dan pedagang sembako. Dalam satu organisasi penangkapan  terdiri atas bos, kep, boi-boi, bas, dan ABK (anak buah kapal).
ARSITEKTUR BANGUNAN KAMPUNG KEMASAN SEBAGAI EVIDENSI DAN WUJUD SILANG BUDAYA MARITIM DI GRESIK akhmad fahar ma'rufin
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3090.329 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.12

Abstract

Penelitian ini mengkaji mengenai Arsitektur bangunan Kampung Kemasan di Gresik sebagai bukti dan wujud silang budaya masyarakat maritim. Kampung Kemasan merupakan salah satu bagian dari Kota Lama di Gresik yang memiliki ciri khas arsitektur bangunan perpaduan dari Cina dan Eropa. Fokus penelitian ini menitikberatkan pada pembahasan arsitektur bangunan yang menjadi ciri Kampung Kemasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan narasi berupa catatan dan data deskriptif yang menggambarkan kondisi atau keadaan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis interaktif yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Kampung Kemasan terbentuk berawal dari kedatangan seorang pengrajin emas bernama Bak Liong. Karena profesinya tersebut wilayah tersebut disebut Kampung Kemasan. Lambat laun Kampung Kemasan menjadi tempat pemukiman para saudagar kaya baik dari Eropa, Cina, Arab maupun Bumiputera. Bangunan yang dulu dihuni hingga kini tetap lestari dan menjadi cagar budaya Gresik. Bangunan-bangunan tua tersebut memiliki ciri khas dengan seni arsitektur perpaduan antara budaya China dan Eropa maupun lokal seperti dari warna, ornamen maupun pemanfaatan fungsi bangunan.
MAKNA SIMBOLIK PAKAIAN ADAT SUKU TAMBEE DI SULAWESI SELATAN Tini Suryaningsi
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.027 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i1.77

Abstract

Pakaian tradisional merupakan penanda ciri identitas sebuah kebudayaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang makna dari pakaian adat suku Tambee yang berada di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, pengamatan, dan wawancara dengan informan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pakaian adat Suku Tambee memiliki beragam jenis tergantung pada kegiatan yang dilakukan. Motif pada pakaian adat memiliki makna yang melukiskan akan kondisi kehidupan mereka sebagai masyarakat agraris yaitu motif nenas, padi, dan daun sagu. Adapun warna dari setiap pakaian adat yang dikenakan oleh masyarakatnya mencerminkan suasana hati yang penuh sukacita, sakral, maupun dalam suasana kedukaan. Warna hitam bercorak emas merupakan warna dasar yang menunjukkan kekhasan dan kesejahteraan masyarakatnya. Pakaian adat Suku Tembee menunjukkan jati dirinya sebagai suku yang memiliki budaya yang patut untuk dilestarikan.

Page 5 of 12 | Total Record : 119