cover
Contact Name
Sisva Maryadi
Contact Email
45trea@gmail.com
Phone
+6281374389611
Journal Mail Official
jurnalhandep.bpnbkalbar@kemdikbud.go.id
Editorial Address
Jalan Sutoyo Pontianak, Kalimantan Barat
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya
ISSN : 26140209     EISSN : 26847256     DOI : https://doi.org/10.33652/handep
Core Subject : Social,
Handep merupakan seri penerbitan kajian sejarah dan budaya yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat. Skop utama dari penerbitan ini adalah sejarah dan budaya. Kami memprioritaskan tulisan yang memuat isu tentang Kalimantan.
Articles 60 Documents
GUGUNG DAN JEHE: PEMBELAHAN ETNIK KARO DI SUMATRA UTARA Erond Litno Damanik
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.551 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.46

Abstract

Studi ini bertujuan untuk memahami pembelahan etnik Karo di Sumatra Utara. Masalah dirumuskan pada pertanyaan: bagaimanakah pembelahan etnik Karo dilakukan selama periode kolonialisme? Paradigma yang digunakan pada kajian ini adalah sejarah etnik dengan pendekatan mixed epistemologi, yakni menggabungkan pendekatan sejarah, antropologi budaya, dan arkeologi untuk menelaah proses sejarah dan budaya yang memunculkan pembelahan etnik. Penelitian dijalankan secara kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa pembelahan etnik Karo merupakan fenomena pengontruksian identitas selama periode kolonialisme, yang didasarkan pada perbedaan sosio-geografis dan sosiokultural dengan penekanan secara politis, ekonomi, dan sosial. Satuan sosial hasil pembelahan, yakni Karo Gugung dan Karo Jehe, tidak menghasilkan deep-rooted ethnic boundary karena keduanya masih mengakui atribut objektif yang sama. Kebaruan kajian ini bahwa etnisitas adalah alat pembentukan koloni baru yang tunduk pada Pemerintah Kolonial.
BUDAYA KEMPONAN PADA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK (KAJIAN KEARIFAN LOKAL DALAM KEHIDUPAN SOSIAL ETNIK MELAYU Muhammad Asyura
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.198 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.38

Abstract

Kemponan merupakan perwujudan kebudayaan lokal masyarakat Melayu Pontianak yang mengajarkan nilai sosial dalam bentuk sugesti. Kemponan merupakan budaya menghargai dan mengapresiasi sebuah tawaran ataupun pemberian orang lain berupa makanan dan minuman. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya kemponan berdasarkan sebab dan media terjadinya, pola pencegahannya, dan nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebab terjadinya budaya kemponan ialah adanya sugesti negatif dalam diri seseorang mana kala tidak memakan atau meminum yang disuguhkan atau yang diinginkan sehingga akan menimbulkan bala atau celaka bagi orang tersebut. Media terjadinya kemponan ialah makanan dan minuman, bahkan terdapat beberapa makanan dan minuman yang disakralkan oleh masyarakat Melayu Pontianak. Sebagai sebuah ‘sugesti negatif’ kemponan dapat dicegah dengan cara ‘dipatahkan’ melalui perilaku khas yang disebut jamah, cempalet, dan palet; yang mengandung nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penangkal bala atau celaka mana kala seseorang menolak ajakan untuk menyantap makanan ataupun minuman tertentu yang dianggap sakral. Di dalam perilaku menjamah, cempalet dan palet, budaya kemponan mengandung nilai kearifan lokal yaitu 1) nilai budaya saling menghargai sesama manusia, 2) nilai budaya menghargai alam, dan 3) nilai budaya religi.  
PERKEMBANGAN BUDAYA KOSMOPOLITAN DI BATAVIA 1905-1942 Andika Ariwibowo
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.059 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.66

Abstract

Kosmopolitan dapat diartikan sebagai suatu kewarganegaraan global. Giddens mengatakan bahwa salah satu faktor sebuah kota dikatakan kosmopolitan adalah perkembangan globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Konektivitas yang semakin mudah berkat perkembangan komunikasi, media, dan transportasi sejak abad ke-19 telah menjadikan kota-kota besar seperti Batavia menjadi titik luluh (melting pot) berbagai budaya dan bangsa. Sebuah kota kosmopolitan ditandai dengan hadirnya masyarakat kosmopolitan global yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, bangsa, tingkat ekonomi, dan gaya hidup. Kapitalisme dan industrialisasi telah mendorong perubahan pada struktur sosial dalam masyarakat. Kajian ini menggunakan metode sejarah dengan menelisik berbagai literatur sezaman yang terdiri atas artikel, dokumentasi, laporan, dan survei baik oleh instansi pemerintah, individu, maupun lembaga nonpemerintah. Kajian ini menemukan bahwa kebijakan tata ruang dengan menempatkan berbagai etnis dan bangsa dalam permukiman yang sama telah menghadirkan suasana kota yang lebih toleran. Keberadaan ruang publik rupanya dikelola dengan baik oleh Gemeente Batavia yang menjadi titik luluh beragam etnis dan kelas sosial.
PEMIKIRAN MODERNISASI EKONOMI BUMIPUTRA DALAM SURAT KABAR BOEDI OETOMO DAN SOEARA MOEHAMMADIJAH DI HINDIA BELANDA (1920-1928) Rechardus Deaz Prabowo
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.875 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.55

Abstract

Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran masyarakat bumiputra di Hindia Belanda dalam memajukan kondisi perekonomian mereka di tengah-tengah situasi kolonialisme. Politik Etis melahirkan kelas menengah modern yang terdidik dari masyarakat bumiputra. Kelompok ini kemudian memengaruhi pola pemikiran masyarakat bumiputra secara umum dalam memandang situasi ekonomi modern. Pemikiran kelompok kelas modern terdidik ini dapat ditelusuri dari dua surat kabar yang berpengaruh, seperti Boedi Oetomo yang mewakili kelompok masyarakat priayi (tradisional dan modern) dan Soeara Moehammadijah yang mewakili kaum santri. Dengan menggunakan metode sejarah, tulisan ini menunjukkan bahwa perekonomian pada masa Hindia Belanda dibangun atas pandangan ideal pemerintah kolonial atas sistem ekonomi liberal. Kedua surat kabar memberikan opini yang berbeda dalam menghadapi situasi zaman modern, sesuai dengan basis kultural masyarakat yang diwakilinya. Boedi Oetomo mengutamakan modernisasi alat-alat produksi, pendidikan ekonomi, dan perbaikan tata kelola usaha, sedangkan Soeara Moehammadijah menunjukkan bahwa cara memperbaiki perekonomian masyarakat adalah berbasis sumbangan komunitas dan pendidikan moral.
EKSISTENSI TASAWUF DI KALIMANTAN BARAT: KAJIAN TERHADAP PERKEMBANGAN TAREKAT Elmansyah Elmansyah; Patmawati Patmawati
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 1, December 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.276 KB) | DOI: 10.33652/handep.v3i1.56

Abstract

Tulisan yang membahas tentang eksistensi tasawuf di Kalimantan Barat cenderung bersifat parsial. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengungkap eksistensi tasawuf di seluruh wilayah Kalimantan Barat melalui perkembangan tarekat di berbagai daerah. Tulisan ini dikerjakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1) tasawuf pertama kali teridentifikasi sejak datangnya Syeikh Hussein al-Qadri di Negeri Matan, Ketapang; 2) tasawuf eksis sejak murid-murid Syeikh Ahmad Khatib Sambas pulang dari haji dan mengajarkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah; 3) tasawuf berkembang di Kalimantan Barat dalam bentuk tarekat, antara lain Tarekat Naqsyabandiyah Muzhariyah, Tarekat Haq Naqsyabandiyah, Tarekat Al-Mu’min, Tarekat Shiddiqiyah, dan Tarekat Sammaniyah; 4) keberadaan tarekat-tarekat di Kalimantan Barat dapat dilihat melalui kondisi kehidupan beragama masyarakat, yaitu diterimanya Islam dengan baik di masyarakat yang sebelumnya sudah beragama dan Islamisasi budaya leluhur yang masih berkembang dengan tanpa mengurangi nilai-nilai budaya yang ada. 
PEMIKIRAN MARIA ULLFAH SANTOSO TENTANG HAK PILIH PEREMPUAN INDONESIA (1938-1941)) Laksmita Hestirani
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.104

Abstract

Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran Maria Ullfah Santoso dalam memperjuangkan hak pilih perempuan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Hingga awal dekade 1930-an, perempuan Indonesia belum memiliki hak pilih serta masih menjauhkan diri dari partisipasi politik. Sebagai seorang ahli hukum yang memiliki keterlibatan aktif dalam pergerakan perempuan Indonesia, Maria Ullfah aktif mengampanyekan hak pilih perempuan Indonesia melalui tulisan dan pidato. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pemikiran Maria Ullfah tentang hak pilih perempuan diformulasikan serta pengaruhnya dalam perjuangan hak pilih perempuan Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan sejarah pemikiran, penulismenemukan bahwa Maria Ullfah berpendapat bahwa setiap golongan masyarakat, termasuk perempuan, harus memiliki hak pilih. Menurutnya, hak pilih pasif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat duduk di dewan-dewan perwakilan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia. Adapun hak pilih aktif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pengaruh pemikiran Maria Ullfah terlihat dalam usaha kaum perempuan Indonesia untuk memiliki perwakilan di Dewan Rakyat (Volksraad), serta keberhasilan perempuan Indonesia dalam mendapatkan hak pilih aktif untuk pertama kalinya pada tahun 1941.
“MENJADI INDONESIA” DI TAHUN 1950-AN: SAUTI, TARI SERAMPANG XII, DAN KEBANGKITAN MELAYU DI SUMATRA UTARA Nasrul Hamdani
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.111

Abstract

Dalam sejarah Indonesia, tahun 1950-1963 disebut sebagai periode paling dinamis. Pada masa ini, integrasi nasional yang dilandasi asas Berdikari (akronim dari berdiri di atas kaki sendiri) sebagai “ideologi” utama dalam pembentukan ekonomi nasional, menasionalisasi perusahaan asing, dan menumpas pemberontakan daerah mulai terbentuk dengan jelas. Dalam proses ini, peran penggiat kebudayaan daerah menjadi penting terutama dalam usaha-usaha merepresentasikan daerah di tingkat nasional, sementara pada saat yang sama berhadapan dengan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah. Dengan mengambil Sauti, tokoh penggiat kebudayaan Melayu, penelitian ini bertujuan memahami perjuangan Sauti dalam merepresentasikan kebudayaan Melayu sebagai produk “Kebudayaan Nasional”. Dengan pendekatan sejarah, sebagian besar data diperoleh melalui sumber-sumber dokumentasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin menunjukkan peran dan kontribusi Sauti yang menentukan dalam penyebarluasan Serampang XII. Namun dalam upaya itu, ia menghadapi tantangan dari sesama orang Melayu dan kesultanan Melayu yang menganggap dirinya sebagai pemilik kebudayaan besar Melayu.  
THE STRUCTURE OF MUSIC PRESENTATION IN BALIATN RITUAL OF DAYAK KANAYATN Yudhistira Oscar Olendo
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.93

Abstract

Traditional music in baliatn ritual has a composition or structure of special music presentation which can influence pamaliatn or tukang liatn (the ritual leader) to experience the transcendental period. Besides, the music played can incur the magical power, it indicates how strong the effect of the sound or voice of gongs, dau, and gadobokng that were played during baliatn ritual. The research problem was how does the structure of music presentation in baliatn ritual of Dayak Kanayatn? Thus, the purpose of this research was to describe and analyze the problem in the structure of music presentation of baliatn ritual. The research used descriptive method in qualitative research design. The study has found that the structure of music presentation in baliatn ritual held in three steps; the beginning part is guntur mandayu beating motif, the main part is ka ‘bawakng beating motif, and the final part is ne’ unte beating motif. In this research, the researcher also made the notation of Dayak Kanayatn music in special and simple way.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI APITAN DI DESA SERANGAN, KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK Faridhatun Nikmah
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.113

Abstract

Tradisi Apitan merupakan salah satu bentuk upacara selamatan dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Penelitian ini mengkaji mengenai proses ritual tradisi Apitan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ritual dalam pelaksanaan tradisi Apitan dimulai dari pembukaan, sambutan, doa Apitan, makan bersama, pertunjukan wayang, dan penutupan. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi Apitan terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diperoleh di antaranya adalah sikap religius, jujur, disiplin, cinta tanah air, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Hal lain yang perlu diteladani oleh generasi muda bahwa tradisi Apitan dijadikan sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.
EKSPEDISI MILITER BELANDA DI MANDAR 1905-1907 Abd Karim
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 3, No. 2, June 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33652/handep.v3i2.79

Abstract

Penguasaan Belanda atas wilayah Sulawesi secara utuh dimulai pada 1906. Otoritas Belanda atas Mandar tampak dari perubahan status Mandar menjadi negara bawahan. Kondisi itu terekam dalam laporan ekspedisi militer pemerintah Hindia Belanda 1905-1906, sebuah aksi bersenjata penentu kejatuhan wilayah terakhir di Sulawesi. Bagaimana dan mengapa ekspedisi militer yang menjadi kunci penguasaan Belanda di seluruh wilayah Sulawesi tersebut dapat berhasil adalah pokok permasalahan dari tulisan ini. Dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, permasalahan tersebut akan dibahas dalam tulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspedisi militer Belanda melahirkan pergulatan elite lokal yang dimanfaatkan Belanda untuk diadu domba. Belanda yang kesulitan menghadapi perlawanan rakyat Mandar akhirnya bersepakat dengan sebagian kelompok bangsawan untuk bekerja sama. Dengan demikian, rakyat Mandar yang dipimpin oleh I Sendjata dan Ammana I Wewang juga harus melawan bangsawan Mandaryang berada di pihak pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menjadi pemenang dan cita-cita desentralisasi untuk membentuk sistem administrasi yang tunggal terlaksana.