cover
Contact Name
Muhrisun Afandi
Contact Email
risonaf@yahoo.com
Phone
+6282242810017
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat
ISSN : 25983865     EISSN : 26143461     DOI : https://doi.org/10.14421/panangkaran
Jurnal Panangkaran merupakan jurnal Assosiasi Peneliti Agama-agama yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai media komunikasi hasil penelitian para peneliti, ilmuwan dan cendekiawan. Tujuannya adalah untuk mewadahi, menyebarluaskan dan mendialogkan wacana ilmiah di bidang penelitian sosial keagamaan. Naskah yang dimuat dalam jurnal berasal dari hasil-hasil penelitian maupun kajian-kajian kritis para peneliti agama atau akademisi yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial keagamaan, kelekturan, pendidikan dan keagamaan, agama dan sains. Jurnal terbit setahun 2 kali pada bulan Juni dan Desember.
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2017)" : 12 Documents clear
Legenda Lok Laga (Studi Lirik Lagu Musik Panting Kalsel) Moch Lukluil Maknun
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.182 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-04

Abstract

This paper is the result of a transcription text analysis of a song titled "lok laga" hosted by panting music group in South Kalimantan. Using the qualitative approach and the semiotic method of Riffatere poems, it is found that this work is part of the oral tradition that is packed in the song. The purpose or function derived from this song are some things, among them are the description of the ideal traditional wedding of South Kalimantan in the past, the myth of the dragon which is a form of local wisdom and cultural fusion in Borneo, and the marker of a tourist site as a promotional event. Another interesting thing found in the lyrics is the songwriter's message to direct the listener to change the perception of myth into something less sacred.[Tulisan ini merupakan hasil analisis teks transkripsi sebuah lagu berjudul “lok laga” yang dibawakan oleh grup musik panting di Kalimantan Selatan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode semiotika puisi Riffatere didapatkan hasil bahwa karya ini merupakan bagian dari tradisi lisan yang dikemas dalam lagu. Tujuan atau fungsi yang didapatkan dari lagu ini ada beberapa hal, di antaranya adalah deskripsi pernikahan adat Kalimantan Selatan yang ideal pada masa lampau, mitos tentang naga yang merupakan bentuk kearifan lokal dan perpaduan budaya di Kalimantan, dan penanda situs wisata sebagai ajang promosi. Hal menarik lainnya yang ditemukan dalam lirik ini terdapat pesan pengarang lagu untuk mengarahkan pendengar mengubah persepsi mitos menjadi hal yang tidak terlalu sakral.]
Keadilan Sosial dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Pancasila Roro Fatihin
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.617 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-06

Abstract

Social justice has always been the most significant component in determining the orientation and objectives of social life. Issues frequently arise in relation to social discrepancies initiated by ensuing injustices, this further instigates crucial tension among groups, particularly in the field of economic welfare. As a unitary state, Indonesia has high aspirations of accomplishing life goals that rise up from the spirit ideology of Pancasila. As an ideology, Pancasila is not an objective, it functions as a means of achieving an objective. The objective of such mutual perspective of life is nothing but the creation of a developed, prosperous, and wealthy society in which it is embodied in the spirit of social justice. This study attempts to uncover substantial matters pertaining to the concept of social justice according to Al-Qur’an and Pancasila, wherein both are inseparable from the spirit of the Indonesian community in a broad sense. As a Muslim living in Indonesia, Al-Qur’an and Pancasila have become indivisible. They serve as a foundation and guidance in attaining a wealthy and prosperous life. In this context, I try to find the point of agreement on the concept of social justice between Al-Qur’an and Pancasila in order to find similarities or harmony between the two. My aim is to synergize the power of religion and the power of state ideology in order to easily accomplish the objectives and aspirations of civil society[Keadilan sosial selalu saja menjadi bagian paling penting dalam menentukan arah dan tujuan suatu kehidupan bermasyarakat.Seringkali masalah muncul berkenaan dengan adanya ketimpangan sosial yang bermula dari ketidakadilan yang menyertainya, hal ini memicu adanya ketegangan yang krusial antar kelompok, khsususnya dalam bidang kesejahteraan ekonomi.Sebagai negara kesatuan, Indonesia memiliki cita-cita tinggi untuk mencapai tujuan hidup yang bertitik tolak dari semangat dan Ideologi Pancasila. Sebagai ideologi, Pancasila bukanlah tujuan, tetapi ia berfungsi sebagai sarana untuk sampai pada suatu tujuan. Tujuan dari pandangan hidup bersama tersebut tak lain adalah terciptanya masyarakat yang maju, makmur, dan sejahtera yang kemudian hal ini tertuang dalam semangat keadialan sosial. Penelitian ini mencoba menggali hal penting tentang konsep keadilan sosial menurut Al-Qur’an dan Pancasila, kedua hal tersebut sama sekali tidak bisa dipisahkan dari semangat masyarakat Indonesia secara luas. Sebagai masyarakat Muslim yang tinggal di Indonesia, Al-Qur’an dan Pancasila sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan.Ia menjadi dasar sekaligus pegangan untuk mencapai suatu kehidupan yang makmur dan sejahtera. Dalam konteks ini, peneliti mencoba menemukan titik temu antara konsep keadilan sosial dalam perspektif Al-Qur’an dan Pancasila guna mencari persamaan atau keselarasan diantaranya keduanya.Tujuanny adalah untuk mensinergikan antara kekuatan agama dengan kekuatan ideologi negara, agar tujuan dan cita-cita sebagai masyarakat yang madani dapat dicapai dengan mudah.]
Konseling Sebaya dalam Memberdayakan Anak Jalanan Berbasis Masjid (Inkorporasi Perspektif Anak Jalanan Berbasis Komunitas Melalui Pendekatan Participatory Action Research) Muhammad Husni
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.861 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-03

Abstract

Empowering street children is a form of care and attention toward their lives as they are also children of the nation who have the rights to live a decent life. The empowerment of street children attempts to get them off the streets and turn them into becoming more independent with pride and dignity as human being. Street children are a part of the marginalized community requiring supervision, which is not easy to do as there are negative stigmas or impressions in the community regarding their presence, and unsupportive family environment. These two stigmas will be incessant unless individual street children changes themselves to escape from the community of street children. The target of this activity is to change the mindset of street children. From a negative way of thinking to a positive one, from bad to good. Some of the efforts undertaken in accomplishing that, among others, are by holding activities of religious discussions, group prayers, and getting in the habit of gathering in prayer rooms (musala). These three activities have been carried out maximally. The second target of this activity is enhancing the children’s skills. The efforts carried out were activities for developing electrical skills, culinary skills, calligraphy, and alternative medicine of wet cupping. The entire process of these activities ran well and properly within a period of 2 months by providing close assistance and supervision. The third target aims at developing an entrepreneurial spirit and a spirit of self-appreciation throughout all aspects of life. In this case, the achievement expected of the street children is for them to develop awareness and desire to establish business endeavors that will be beneficial to themselves.[Pemberdayaan anak jalanan sebagai wujud kepedulian terhadap nasib anak jalanan, juga merupakan anak bangsa yang berhak memperoleh kehidupan yang layak. Pemberdayaan anak jalanan berupaya pengentasan anak jalanan dari jalanan dan menjadikan mereka mandiri serta mempunyai harkat dan martabat sebagai manusia. Anak jalanan bagian dari komunitas marjinal yang memperlukan pembinaan, tidak mudah untuk melakukannya karena stigma atau kesan negative dari masyarakat tentang keberadaan mereka, dan lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Dua stigma itu tidak dapat dihilangkan terkecuali individu anak jalanan merubah dirinya untuk keluar dari komunitas anak jalan.Target kegiatan ini merubah mindset anak jalanan. Cara berfikir yang negative menjadi positif, buruk menjadi baik. Beberapa upaya yang dilakukan dalam merubah itu di antaranya kegiatan diskusi keagamaan, salat berjamaah, dan membiasakan diri untuk kumpul di musala. Tiga kegiatan ini sudah dijalankan secara maksimal.Target yang kedua dalam kegiatan ini mengembangkan keterampilan anak. Upaya yang dilakukan adalah keterampilan elektro, keterampilan boga, kaligarfi dan pengobatan alternatif bekam. Secara keseluruhan proses kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik dalam jangka waktu 2 bulan pendampinganTarget ke tiga, menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Semangat untuk mengapresasikan diri dalam segala sisi kehidupan. Dalam hal ini, pencapaian yang diharapkan tumbuh kesadaran bagi peserta dampingan keinginn untuk mengembangkan usaha yang dapat bermanfaat bagi dirinya.]
Ekoteologitani untuk Kedaulatan Pangan Etos Islam dan Spirit Bertani pada Masyarakat Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul, Yogyakarta Moh. Soehadha
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.63 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-07

Abstract

This article presents the results of an explorative research that examined the concept of agrarian ecotheology. This issue was raised with the assumption that Islamic teachings can be a part in the restrengthening of agrarian culture i.e. to take part in enhancing food sovereignty and security in Indonesia. This study is established on the perspective of anthropological ecology. The data source for this article is results of research that has been conducted at the Srimartani Village, Piyungan District, Bantul Regency, Yogyakarta Special Region Province. Data collection was conducted by using various techniques such as participant observation, focused group discussion (FGD) and interviews through questionnaires. The data collected from the field research was then analyzed using a descriptive-interpretative method.The study results show that Islamic teachings could be employed in restrengthening the agrarian culture, that is as a means to enhance food sovereignty and security. This study also provides critical contribution to the perspective of contemporary Islamic ecotheology so that it does not tend to be anthropocentric, thus becoming exploitative in nature. A new construction of Islamic ecotheology, which accommodates the view that humans, as farmers as well, have a proportional position within their environment, needs to be developed.
Gagasan Sekularisasi Politik Ibn Taymiyah Muhammad Arif
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.768 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-02

Abstract

Nearly all Islamists, Islamic scholars, agree that the concept of political secularization is unobserved in the tradition of medieval Islamic thoughts. Yet, this does not mean that there was no concept on political secularization at all during that period. Support for political secularization is, for instance, found in the views of Ibn Taymiyah, one of the prominent Islamic thinkers in the medieval era. For this reason, I am interested in conducting further study on the subject matter in this article. This article employed the method of literature review analysis by examining works by Ibn Taymiyah, particularlyMinhaj al-Sunnah al-Nabawiyah fi naqdh kalam al-Syi’ah wa’l-Qadariyahand other relevant references. In analyzing the collected data, I utilized two approaches: existential phenomenology and historical continuity. This article found that there are at least four impressions in Ibn Taymiyah’s thoughts that may be stated as oriented toward political secularization. Firstly, Ibn Taymiyah understood that imamahis not a matter of religion or faith. Secondly, Ibn Taymiyah stated that Islamic sharia is the responsibility of the ummah not a matter of imamah. Thirdly, Ibn Taymiyah said that the presence of the Prophet Muhammad in this world is merely as a prophet or messenger of God and not as an Imam or political leader. Fourthly, Ibn Taymiyah initiated an electoral mechanism that does not prioritize religious aspects.[Hampir semua Islamis, pengkaji Islam, sepakat bahwa dalam tradisi pemikiran Islam pertengahan tidak dijumpai adanya gagasan sekularisasi politik. Namun, bukan berarti tidak pernah ada gagasan tentang sekularisasi politik dalam tradisi pemikiran politik Islam pertengahan. Dukungan atas sekularisasi politik ini misalnya dapat dijumpai dalam pemikiran Ibn Taymiyah, salah satu dari pemikir Islam pada era pertengahan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut dalam artikel ini. Artikel ini menggunakan metode kajian berbasis pustaka, yaitu dengan menelaah karya-karya Ibn Taymiyah, terutama Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyah fi naqdh kalam al-Syi’ah wa’l-Qadariyah serta referensi-referensi lain yang terkait. Dalam menganalisis data-data yang terkumpul penulis menggunakan dua pendekatan, yaitu: fenomenologi eksistensial dan kesinambungan historis. Artikel ini menemukan bahwa setidaknya ada empat jejak dalam pemikiran Ibn Taymiyah yang dapat dikatakan mengarah pada sekularisasi politik. Pertama, Ibn Taymiyah memahami bahwa imamah bukan merupakan urusan agama atau keimanan. Kedua, Ibn Taymiyah mengatakan bahwa syari’ah Islam adalah tanggungjawab ummah bukan urusan imamah. Ketiga, Ibn Taymiyah mengatakan bahwa keberadaan Nabi Muhammad di dunia ini hanyalah sebagai seorang nabi atau utusan Allah dan bukan sebagai seorang Imam atau pemimpin politik. Keempat, Ibn Taymiyah memunculkan mekanisme pemilihan pemimpin yang tidak mengutamakan sisi agama.]
Konstruksi Pemikiran Candah dalam Jemaat Ahmadiyah (Tinjauan Filsafat Hukum Islam) Hamka Husein Hasibuan
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.288 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-08

Abstract

Candah in the Ahmadiyah congregation is a very substantial matter, in which it entails the sacrifice of wealth/possession(al-tad}h}iyah al-māliyah) by an Ahmadi. This is often misunderstood by non-Ahmadiyah followers due to its similarity to zakat. Candah is Ahmadiyah’s reconstruction of texts pertaining to infaq, by determining the quantity, time period, and institution managing it. The initial aim of candah, initiated by Mirza Ghulam Ahmad, was to spread ideas of his Mahdi (prophetic) attributes, that have currently become more extensive. Every Ahmadi believes that giving candah will consequently reinforce their faith and submission.[Candah dalam Jemaat Ahmadiyah merupakan sesuatu yang sangat prinsipil, sebagai bentuk pengorbanan harta (al-taḍḥiyah al-māliyah) dari seorang Ahmadi. Yang dalam banyak hal, sering disalahpahami oleh non-Ahmadiyah, karena kemiripannya dengan zakat. Candah adalah kontruksi ulang Ahmadiyah tehadap nash-nash yang berbicara mengenai infak, dengan menentukan besaran kadar, waktu dan lembaga yang mengelolanya. Tujuan awal candah dicanangkan oleh Mirza Ghulam Ahmad, untuk menyebarkan ide-ide kemahdiannya, yang pada saat sekarang tujuan itu sudah lebih luas. Setiap Ahmadi berkeyakinan, dengan membayar candah keimanan dan keikhlasan mereka akan bertambah kokoh.]
Halaman judul dan Pengelola Editor Panangkaran
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.632 KB)

Abstract

Kontroversi Pemikiran Teks Keagamaan Kiai Abdul Mu'thi, Pondok Pesantren An-Najah, Magelang Dandung Budi Yuwono
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.652 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-09

Abstract

This article discusses the thoughts of Kiai Mu'thi religious texts that have sparked controversy and internal conflicts among the NU as a critical discourse. Data collection is done by interview, observation, and documentation. The result of the research indicates that the problem of 73 classes (firqah) is a material that is never left behind in every Kiai Mu'thi recitation, as well as a commitment to always remind to fellow Muslims, especially the nahdliyin group which he calls the alignment of aqidah and amar ma'ruf nahi munkar. Da'wah movement is more oriented towards kiai, ulama, religious leaders, and religious teachers so that they can return in the direction that has been considered heretical. Kiai Mu'thi da'wah movement is a deconstruction as well as a reconstruction of discourse construction that develops among nahdliyin, and which is also a representation of the outward effort of the dominant pesantren hegemony in its territory in order to form entities and social relations.
Cendekiawan Muslim dan Wacana Konflik Etnis Di Kalimantan Barat Zakiyah Zakiyah
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.417 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-01

Abstract

This article discusses Muslim scholars who wrote books, article and essay on ethnic conflict in Western Kalimantan and what are the content of such text. This is an important theme due to the fact that there is a series of ethnic conflict happened in West Kalimantan since many years ago, for instance, in 1952 conflict between Madurese and Dayak, in 1967 clash between Dayak and Chinese, in 1979 conflict between Madurese and Dayak, in 1983 conflict between Madurese and Dayak, in 1996/1997 Madurese and Dayak, and 1999/2000 between Madurese and Malay people. Data was gathered through two methods; document analysis and interviews. Finding of this research shows that there are many books, articles and essay written by Muslim scholars talking about conflict 1996/1997 and conflict 1999.[Artikel ini membahas tentang cendekiawan muslim yang menghasilkan karya tulis berupa buku, ertikel, essay dan lainnya dengan tema konflik etnis di Kalimantan Barat dan bagaimana isi karya tulis tersebut. Tema ini penting untuk dikaji karena wilayah ini telah mengalami rangkaian konflik etnis sejak beberapa tahun yang lalu, diantaranya adalah tahun 1952 konflik antara etnis Madura dan Dayak, 1967 antara etnis Dayak dan Cina, 1979 antara suku Madura dan Dayak, 1983; antara komunitas Madura dan Dayak, tahun 1996/1997 antara etnis Madura  dan Dayak, tahun 1999/2000 antara etnis Madura dan Melayu. Data dikumpulkan melalui dua cara yaitu telaah dokumen dan wawancara dengan informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tulisan-tulisan dari para cendekiawan muslim  di Kalimantan Barat yang berisi tentang rangkaian peristiwa konflik 1996/1997 dan konflik 1999, serta ada pula yang berupa telaah teoritis tentang konflik etnik.] 
Preservasi Naskah Kuno Koleksi Masjid Agung Surakarta Riswinarno Riswinarno
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.36 KB) | DOI: 10.14421/panangkaran.2017.0102-10

Abstract

This article discusses the preservation of ancient scripts in the Surakarta Grand Mosque collection. A majority of texts are former books that were used as teaching materials at the Manba’ul ‘UlumMadrasah in Surakarta. A madrasah established by the Kasunanan sultanate of Surakarta during the reign of Sri SusuhunanPakubuwono IX (1861-1893). The presence of these texts serves as evidence in the intensity of the sultanate in developing Islam through the education process, hence making them a highly significant source of written history.There are currently 93 scripts in existence, however the conditions require serious preservation efforts. Aside from natural degradation by time, other ecological factors that should be considered in their preservation are quite lacking. Each script has differing conditions, thus the need for special treatment. For that reason, preservation efforts must be undertaken immediately.

Page 1 of 2 | Total Record : 12