cover
Contact Name
Muhrisun Afandi
Contact Email
risonaf@yahoo.com
Phone
+6282242810017
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat
ISSN : 25983865     EISSN : 26143461     DOI : https://doi.org/10.14421/panangkaran
Jurnal Panangkaran merupakan jurnal Assosiasi Peneliti Agama-agama yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai media komunikasi hasil penelitian para peneliti, ilmuwan dan cendekiawan. Tujuannya adalah untuk mewadahi, menyebarluaskan dan mendialogkan wacana ilmiah di bidang penelitian sosial keagamaan. Naskah yang dimuat dalam jurnal berasal dari hasil-hasil penelitian maupun kajian-kajian kritis para peneliti agama atau akademisi yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial keagamaan, kelekturan, pendidikan dan keagamaan, agama dan sains. Jurnal terbit setahun 2 kali pada bulan Juni dan Desember.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 2 (2020)" : 7 Documents clear
Etika Santri kepada Kiai Menurut Kitab Ta'lim Muta'allim di PP. Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta Hasyim Wibowo
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-01

Abstract

Education in Indonesia currently, just focuses on educate the brain and skills in carrying out tasks and recoginizing moral values. The absence of moral values shows that there is a reduction in education in Indonesia today. Therefore education should not only talk about how to transfer knowledge for the student, but also transfer good moral values as a whole. Teachers are not only a source of knowledge, but also the role models. Islamic education which is rooted in the culture of Indonesian society is pesantren or boarding school. In daily life at the boarding school, the figure of the kiai is very influential on the personality of the students, this is based on the santri's sense of ta'dzim to the kiai or commonly referred to as tabarukan or ngalap barokah kiai, thus making the students highly esteem and respect their kiai. One of the learning materials that have been taught at the beginning of teaching is the Ta'lim Muta'allim book. The goal is to instill a commendable attitude or commendable morals for the students. The methods used are qualitative and quantitative, namely analyzing carefully the views and responses of the ethics of the santri to the kiai according to the Ta'lim Muta'allim book at the Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Islamic boarding school in Yogyakarta. The results of the study concluded that the kiai and santri relationship is an ethical relationship. Namely a relationship that gives rise to submission and obedience. These two things will distinguish ethics and etiquette. If ethics deals with the attitude of students who are submissive and obedient, then etiquette deals with the attitude of the santri who are polite. However, this santri ethics does not emerge by itself. This ethic arises because of external influences.[Pendidikan Indonesia saat ini hanya terfokus pada upaya untuk mencerdaskan otak dan keterampilan dalam melaksanakan tugas, sehingga meminggirkan nilai-nilai moral dan akhlak. Absennya nilai-nilai moral dan akhlak ini menunjukkan bahwa terjadi reduksi dalam dunia pendidikan di Indonesia hari ini. Oleh karena itu pendidikan sebaiknya tidak semata-mata hanya berbicara mengenai bagaimana melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada murid, namun juga melakukan transfer nilai-nilai moral dan akhlak yang baik secara menyeluruh. Dengan begitu, guru bukan hanya menjadi sumber ilmu tapi juga suri tauladan. Hanya dengan demikian pendidikan bisa dipahami secara utuh. Pendidikan Islam yang berakar dari budaya masyarakat Indonesia adalah pesantren. Dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren, sosok kiai sangat berpengaruh terhadap kepribadian santri, hal tersebut didasari oleh rasa ta'dzim santri kepada kiai atau biasa disebut dengan istilah tabarukan atau ngalap barokah kiai, sehingga menjadikan para santri sangat mengangungkan dan menghormati kiainya. Materi pembelajaran yang sudah diajarkan di awal pengajaran salah satunya adalah kitab Ta'lim Muta'allim tujuannya ialah menanamkan sikap terpuji atau akhlak terpuji bagi kalangan santri. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, yaitu menganalisis secara cermat tentang pandangan dan tanggapan mengenai etika santri kepada kiai menurut kitab Ta’lim Muta’allim di pondok pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan data primer yang didapat langsung oleh peneliti dari hasil penelitian lapangan dengan instrumen yang sesuai. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa relasi kiai dan santri adalah relasi etis. Yaitu relasi yang memunculkan ketundukan dan kepatuhan. Dua hal ini akan membedekan etika dan etiket. Jika etika menggumuli sikap santri yang tunduk dan patuh, maka etiket menggumuli sikap santri yang sopan lagi santun. Namun demikian, etika santri ini tidak muncul dengan sendirinya. Etika ini muncul karena pengaruh eksternal.]
Pertaruhan Keimanan Pascal dan Dampaknya pada Perilaku Beragama Ilham Maulana
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-02

Abstract

For a man, his faith would be a base of his worldview, such as his thought about what is good and evil, and also about how he should act of daily life. In the same context but with different view, philosophy explained that metaphysics is a foundation of man's thought. Include about its ethic thought. This article will explain about Pascal’s Wager, about wager of faith, as a foundation of religious behavior. With philosophical approach, it will illustrate how faith that believed by someone could influence his behavior of daily. Thus the result of this article tells that a man’s faith about God and life after death impacts for religious behavior. In contrary if someone couldn’t believe about God and life after death, it also impacts for his behavior. Both are opposed because of differences in knowledge about faith which have an impact on the value system adopt in ethics.[Bagi seorang manusia, keimanannya akan menjadi dasar dari pandangan dunianya (worldview), seperti pemikirannya mengenai apa yang dimaksud dengan baik dan buruk, dan juga mengenai bagaimana seharusnya ia bertindak di kehidupan hariannya. Dalam konteks yang sama namun berbeda pandangan, filsafat menjelaskan bahwa metafisika merupakan fondasi dari pemikiran seseorang. Termasuk tentang pemikiran etikanya. Artikel ini akan menjelaskan mengenai Pertaruhan Pascal (Pascal’s Wager), yakni tentang pertaruhan iman, sebagai fondasi dari perilaku beragama. Dengan pendekatan filsafat, artikel ini akan mengilustrasikan bagaimana iman yang dipercayai oleh seseorang bisa mempengaruhi perilaku hariannya. Jadi hasil dari artikel ini memberitahu bahwa keyakinan seseorang tentang Tuhan dan kehidupan setelah kematian berdampak pada perilaku beragama. Sebaliknya jika seseorang tidak percaya tentang Tuhan dan kehidupan setelah kematian, itu pun berdampak pada perilakunya. Keduanya berlawanan karena adanya perbedaan dalam pengetahuan mengenai iman yang memiliki dampak pada sistem nilai yang diadopsi dalam etika.]
Islamophobia dalam Film Ayat-ayat Cinta 2: Analisis Semiotika Roland Barthes Novita Diyah Ayu Pratiwi
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-03

Abstract

Semiotics of Roland Barthes is one of the critical theories of language studies which introduces a two-stage system of meaning which is then followed by the meaning of mythology. This semiotic model is able to capture the implied meanings of each scene shown in the film. Every scene that appears is not only interpreted denotatively, but also interpreted connotatively. The various connotative meanings will in turn be reduced to a myth that contains certain interests or ideologies that the perpetrators intend to convey. By using Roland Barthes' semiotic theory, this study aims to parse the meanings of the research subject, namely the symptoms of Islamophobia that the director wants to convey to his audience, and to find out how the existence of Muslims who are minorities in their daily lives that tend to be frequently viewed. one eye by the non-Muslim community. The method used is library research, which is a research method that makes library sources such as books, journals, theses and other literature related to research subjects. The results of this study indicate that someone who is indicated to be affected by the symptoms of Islamophobia does not only attack personally, but also extends to several aspects such as alluding to femininity, Islamic culture, and scholarship in Islam. The Islamophobia shown in this film is visualized in various unpleasant acts such as ridicule, vandalism, cultural discrimination, and physical assault.[Semiotika Roland Barthes merupakan salah satu teori kritis dari kajian bahasa yang memperkenalkan sistem dua tahap pemaknaan yang kemudian dilanjutkan dengan pemaknaan mitologi. Model semiotika ini mampu menangkap makna-makna yang tersirat dari setiap adegan yang ditampilkan pada film. Setiap scene yang muncul tidak hanya dimaknai secara denotatif, melainkan juga dimaknai secara konotatif. Makna konotatif yang beragam pada gilirannya akan direduksi menjadi suatu mitos yang bermuatan kepentingan atau ideologi tertentu yang hendak disampaikan oleh  para pelakunya. Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk mengurai makna dan realitas dari subjek penelitian yaitu gejala-gejala Islamophobia yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada para penonton melalui film Ayat-Ayat Cinta 2 serta untuk mengetahui bagaimana eksistensi umat Islam yang menjadi minoritas dalam kesehariannya khusunya di negara Barat yang sering kali dipandang sebelah mata oleh komunitas non-Muslim. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, yaitu metode penelitian yang menjadikan sumber pustaka berupa buku, jurnal, skripsi dan literatur lain yang berkaitan dengan subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang yang terindikasi terkena gejala Islamofobia tidak hanya menyerang secara personal, tetapi meluas ke beberapa aspek seperti menyinggung feminitas, budaya Islam, dan keilmuan dalam Islam. Islamofobia yang ditampilkan dalam film ini divisualisasikan dalam berbagai tindakan tidak menyenangkan seperti ejekan, vandalisme, diskriminasi budaya, dan penyerangan fisik.]
Aset Penghidupan Penyandang Paraplegia Sebelum dan Setelah Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Bantul Astri Hanjarwati
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-04

Abstract

People with paraplegia of victims of the earthquake in Bantul District in 2006 were new disabled people who suffered spinal damage and used a wheelchair for daily mobility. A new diffable is someone who became disabled not from birth but because of an accident, natural disaster and degenerative pain. The number of people with paraplegia in 2006 earthquake was 442 people. The amount is not small that requires policy and treatment so they can continue their lives properly. An assessment of livelihood assets after a disaster (being disabled) is important to do. The purpose of this study is to analyze the differences in the condition of livelihood assets before the disaster, shortly after the disaster and current conditions. The locations of this study were six sub-districts in Bantul Regency with the largest number of paraplegia sufferers with a population of 124 people, and 44 people are taken using stratified random sampling. The data were taken using using a questionnaire. The analysis used is a scale assessment. The research results show that human capital, physical capital and financial capital have decreased from before the earthquake disaster, while social capital has increased in conditions after the earthquake disaster. Improvement of the livelihoods condition from shortly after the disaster to the current condition (10 years after the disaster) is influenced by two factors, they are the livelihood strategies of people with paraplegia and the government, NGO and family support interventions.[Penyandang paraplegia korban bencana gempa bumi di Kabupaten Bantul tahun 2006 merupakan difabel baru yang mengalami kerusakan tulang belakang dan mobilitas sehari-hari menggunakan kursi roda. Difabel baru adalah seseorang yang menjadi difabel bukan sejak lahir tetapi karena kecelakaan, bencana alam dan sakit degeneratif. Jumlah penyandang paraplegia akibat gempa bumi tahun 2006 yaitu 442 orang. Jumlah yang tidak sedikit ini memerlukan kebijakan dan penanganan agar mereka dapat melanjutkan kehidupannya secara layak. Asesmen mengenai aset penghidupan setelah bencana (menjadi difabel) penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kondisi aset penghidupan sebelum bencana, sesaat setelah bencana dan kondisi saat ini. Lokasi penelitian adalah enam kecamatan di Kabupaten Bantul dengan jumlah penyandang paraplegia terbanyak dengan jumlah populasi 124 orang, dan diambil sampel dengan metode stratified random sampling sebanyak 44 orang. Pengambilan data dengan teknik survei menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah penilaian skala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal manusia, modal fisik dan modal keuangan mengalami penurunan dari sebelum bencana gempa bumi, sedangkan modal sosial mengalami kenaikan pada kondisi setelah bencana gempa bumi. Peningkatan kondisi aset penghidupan dari sesaat setelah bencana menjadi kondisi saat ini (10 tahun setelah bencana) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu strategi penghidupan penyandang paraplegia dan intervensi pemerintah, LSM dan daya dukung keluarga.]
Etika Eudaimonisme dalam Buddhisme Siti Rokhmatul Umah
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-07

Abstract

One of the Eastern Philosophy teachings that emphasizes the moral practices and ethical teachings is Buddhism. However, these teachings are still scattered and not yet systemised. So, it is necessary to identify the pattern and form of the ethics. At first glance, ethics in Buddhism has the same pattern as the ethics of eudaimonism that is made by Aristotle which contains several aspects, namely teleological aspects, self-development, and virtue. This studies employs Aristotle's ethical theory as a theoretical framework to dialogue, analyze, and build ethical concepts that is occurred in the teachings of Buddhism. There are three characters in Aristotle's ethical philosophy, namely teleology, self-development, and virtue. The data were gathered through library research and analysed by interpretation and description methods. The approach that is employed in this paper is a philosophical approach that seeks to find the basic philosophical structure of the teachings of Buddhism in the concept of Aristotle's ethics of eudaimonism. This study shows that the ethics of Buddhism contain teleological aspects that in line with the ethics of eudaimonism, namely, self-development aspects, and virtue aspects. According to Buddhism, the goal of all human action is to attain the highest happiness, namely Nibbana (detachment from suffering). To achieve it one must practicing the Noble Eightfold Path.[Salah satu ajaran filsafat Timur yang menekankan praktik-praktik moral serta ajaran etika adalah Buddhisme. Namun, ajaran-ajaran etika tersebut masih berserakan dan belum tersistem. Maka, perlu diidentifikasi corak atau bentuk etikanya. Sekilas, etika dalam Buddhisme memiliki corak yang sama dengan etika eudaimonisme dari Aristoteles yang mengandung beberapa aspek, di antaranya, aspek teleologis, pengembangan diri, dan keutamaan. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan teori etika Aristoteles sebagai kerangka teoritis dalam mendialogkan, menganalisis, dan membangun konsep etika yang terdapat dalam ajaran Buddhisme. Dalam filsafat etika Aristoteles, terdapat tiga karakter, yaitu teleologi, pengembangan diri, dan keutamaan. Data-data dikumpulkan melalui studi kepustakaan/library research dengan menggunakan metode analisa yaitu interpretasi dan deskripsi. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan filosofis yang berupaya menemukan struktur dasar filosofis dari ajaran Buddhisme dalam konsep etika eudaimonisme Aristoteles. Artikel ini menemukan bahwa etika dalam Buddhisme mengandung aspek yang terdapat dalam etika eudaimonisme, yakni aspek teleologi, yakni pengembangan diri, dan aspek keutamaan. Menurut Buddhisme, tujuan dari segala tindakan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan tertinggi, yaitu Nibbana (terlepasnya dari penderitaan). Untuk mencapainya adalah dengan mempraktikkan Jalan Mulia Beruas Delapan.]
Respon Masyarakat Lokal dalam Menghadapi Pandemi COVID-19: Studi Masyarakat Pengrajin Bambu di Desa Muntuk Erna Fitri Utami
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-05

Abstract

The COVID-19 pandemic is a non-physical disaster that has quite an impact on various aspects of life, one of which is in the economic sector. The existence of this pandemic has paralyzed economic activity in various countries, one of which is Indonesia. So that society must try to stay alive. This study aims to determine the socio-economic conditions of the bamboo craftsmen community during the COVID-19 pandemic. In addition, this study aims to determine the efforts made by bamboo craftsmen to survive in the midst of uncertain conditions. This study used a qualitative descriptive research method, namely to describe the factors that caused the bamboo craftsmen community in Muntuk Village experienced economic downturn. Furthermore, through this method the bamboo craftsmen community will respond in order to remain resilient so that they can survive in the new normal era.The results of this study indicate that the bamboo craftsmen experienced an economic downturn caused by several factors, including the Large-Scale Social Restriction (PSBB) policy, regional quarantine, increased community living costs, decreased prices and numbers of bamboo handicraft orders, and school fees in the future online learning. Seeing these conditions, bamboo craftsmen must shape themselves to remain resilient. The response has been to continue producing bamboo handicrafts, switching to mobile vendors and online shops, and building market relationships with various parties such as restaurants, hotels, markets and company.[Pandemi COVID-19 merupakan bencana non fisik yang cukup berdampak di berbagai aspek kehidupan, salah satunya di sektor ekonomi. Keberadaan pandemi ini melmpuhkan kegiatan perekonomian di berbagai Negara, salah satunya Indonesia. Sehingga masyarakat harus berusaha untuk agar tetap bertahan hidup.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat pengrajin bambu di masa pandemi COVID-19. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pengrajin bambu agar tetap bertahan hidup di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yakni untuk mendeskripsikan dan memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pengrajin bambu di Desa Muntuk mengalami keterpurukan ekonomi. Lebih lanjut, melalui metode ini akan dipaparkan bagaiamana respon masyarakat pengrajin bambu agar tetap resiliens sehingga mampu bertahan di era normal baru.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para pengrajin bamboo mengalami keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh beberapa  faktor, di antaranya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karantina wilayah, meningkatnya biaya hidup masyarakat, menurunnya harga dan jumlah pesanan kerajinan bambu, dan biaya sekolah di masa pembelajaran daring. Melihat kondisi tersebut, pengrajin bambu harus membentuk diri mereka agar tetap resiliens. Adapun respon yang dilakukan adalah dengan tetap memproduksi kerajinan bambu, beralih menjadi pedagang keliling dan online shop, serta membangun relasi pasar dengan berbagai pihak seperti restaurant, hotel, pasar dan PT.]
Analisis Komunikasi pada Aplikasi MiChat sebagai Sarana Media Prostitusi Online di Pontianak Zakaria Efendi
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2020)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.2020.0402-06

Abstract

Nearly all of social media provide a GPS feature that allows users to find each other around them. One of them is MiChat. In Pontianak this application is one of the social media that is widely misused as a means of communication for online prostitution. This study is trying identify and describe the communication process tha is occured in the MiChat application, as a means of online prostitution, and figure out some cases of online prostitution in Pontianak using MiChat. This study draw upon communication analysis and descriptive qualitative methods by collecting data that are obtained by interviews, observations, and literature exploration from online and print news. Furthermore, the supporting data comes from books and scientific articles. The results of the study indicate the fact that being a prostitute is considered a promising job for the perpetrators because they can earn money easily. Economic and lifestyle factors are the reasons behind the perpetrators to become prostitutes. Many sex workers are turn out to be underage and not only from the area around Pontianak but also comes from Java, Sumatra, Sulawesi and other country. Running MiChat application for prostitution transactions is only a negative use of social media, because of its privation that is considered more secure. The conclusion of this research is that serious action is necessary from the regional and central governments to review the operational permits of social media that consist of potential to be used as a means of online prostitution. Law enforcers must seriously monitor and regulate prostitution activities in Pontianak which are carried out via offline and online. Serious attention is necessary for parents to children. Moral cultivating and character education needs to be considered since an early age so that children grow up with strong religious provisions so they don't fall into promiscuity and prostitution.[Hampir semua media sosial menyediakan fitur GPS yang dapat mempertemuka penggunanya dengan pengguna lain disekitarnya. Salah satunya adalah MiChat. Di Pontianak aplikasi ini menjadi salah satu aplikasi chatting yang banyak disalahgunakan sebagai sarana komunikasi prostitusi online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses komunikasi yang digunakan dalam aplikasi MiChat, penyalahgunaan MiChat sebagai sarana prostitusi online, dan kasus prostitusi online di Pontianak menggunakan MiChat. Penelitian ini menggunakan analisis komunikasi dan metode kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan eksplorasi literatur dari berita online maupun cetak. Data pendukung berasal dari buku dan artikel ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa menjadi PSK dianggap menjadi pekerjaan yang menjanjikan bagi para pelaku karena dapat memperoleh uang dengan mudah. Faktor ekonomi dan gaya hidup melatarbelakangi para pelaku untuk menjadi PSK. Banyak ditemukan, para PSK masih di bawah umur dan tidak hanya berasal dari daerah sekitar Pontianak melainkan juga berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi dan daerah lain. Penggunaan aplikasi MiChat untuk prostitusi merupakan sebuah pemanfaatan media sosial secara negatif, karena keamanan aplikasi ini dinilai lebih terjamin. Oleh karenanya, perlu tindakan serius dari pemerintah daerah dan pusat untuk meninjau kembali izin operasional media sosial yang berpotensi digunakan sebagai sarana prostitusi online. Penegak hukum harus serius memantau dan menertibkan kegiatan prostitusi di Pontianak yang dilakukan via offline maupun online. Perlu perhatian serius dari orangtua kepada anak-anak. Pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini agar anak-anak tumbuh dengan bekal agama yang baik agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas dan prostitusi.]

Page 1 of 1 | Total Record : 7