cover
Contact Name
Sri Haryanto
Contact Email
manarulquran@unsiq.ac.id
Phone
+62286-321873
Journal Mail Official
manarulquran@unsiq.ac.id
Editorial Address
Jl. Raya Kalibeber Km. 03 Mojotengah, Wonosobo, Jawa Tengah
Location
Kab. wonosobo,
Jawa tengah
INDONESIA
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam
ISSN : 14127075     EISSN : 26154811     DOI : https://doi.org/10.32699/mq
Core Subject : Religion,
Manarul Quran adalah terbitan berkala ilmiah dengan nomor ISSN 1412-7075 (print), 2615-4811 (online) yang dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo, jurnal ini terbit sejak tahun 2001. Manarul Quran merupakan wahana desiminasi hasil riset dan kajian studi islam dengan fokus pada kajian dan hasil riset tentang Islamic Culture, Islamic Studies, Gender Studies. Al-Quran Studies, Islam and Science Integration, dan Al-Quran and Science Integration.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 100 Documents
ITTIJAH AL-MANAHIJ Al-KHOMS FI TAFSIR RUH AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR’AN (TAFSIR HAQQI) Karya Ismail Haqqi al-Brousawi Konstantinepel (1653-1715 M / 1063-1127 H) Samsurrohman Samsurrohman
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 15 No 1 (2015): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktifitas interpretasi terhadap kalam Allah yang dikomunikasikan kepada hamba-Nya merupakan aktifitas yang tidak mengenal henti, hal itu dikarenakan adanya keautentikan kitab suci yang menuntut para pengimannya untuk selalu bisa membuatnya selaras dengan perkembangan jamannya. Dengan kata lain, yang membuatnya kitab suci itu bisa berbicara adalah manusia, khususnya para pengimannya. Al Qur’an dikomunikasikan Allah pada empat belas abad silam, dimaksudkan untuk seluruh jaman dan masa, oleh sebab itu kebutuhan akan interpretasi menyebabkan perlu untuk di up data pada setiap jamannya, sehingga kitab suci itu senantiasa shalih likulli zaman. Disinilah kenapa Al Qur’an dapat diterima disetiap jaman. Karya besar yang dilakukan Ismail Haqqi merupakan salah satu upaya kesana, sehingga karya itu merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi khazanah intelektualitas di dunia Islam, khususunya yang bersinggungan dengan Al Qur’an dan tafsirnya. Kekayaan yang terkandung dalam Ruh Al Bayan Fi Tafsir Al Qur’an karya Ismail, merupakan salah satu wujud bagi kaya dan melimpahnya permata yang hendak dikomunikasikan Allah kepada para hamba. Tawaran beberapa manhaj yang disajikan Ismail menunjukan pula bahwa Al Qur’an tidak pernah mengenal kering, bahkan semakin dikaji semakin banyak dan melimpah pengetahuan didalamnya terungkap. Disinilah antara lain kenapa penulis berusaha untuk meneliti Ruh Al Bayan Fi Tafsir Al Qur’an karya Ismail Haqqi.
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI INTELEKTUAL MUSLIM Asep Sunarko
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada masa keemasan Islam banyak bermunculan intelektual muslim dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non-agama (pengetahuan umum). Tidak hanya menyangkut permasalahan fiqih dan teologi, tetapi juga dalam bidang filsafat, matematika, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Kaum intelektual ini adalah kaum yang menempatkan nalar (pertimbangan akal) sebagai kemampuan pertama yang diutamakan, yang melihat tujuan akhir upaya manusia dalam memahami kebenarannya dengan penalarannya. Meskipun secara kuantitas mereka bisa dikatakan sangat sedikit, akan tetapi secara kualitas tentunya mereka di atas rata-rata orang awam karena mereka memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan.Diakui atau tidak, sebenarnya kaum intelektual merupakan bagian dari masyarakat dan bukan kelas tersendiri, tetapi memiliki keterkaitan sosial di mana kegiatan yang diberi kategori intelektual mendapat tempat dalam hubungan pada umumnya. Kaum intelektual tidak ditempatkan sebagai kelas tersendiri, tetapi berlaku bagi siapa saja yang melakukan perjuangan menegakkan kebenaran guna mewujudkan keadilan, kebebasan, dan kemajuan masyarakatnya. Jadi kaum intelektual bukanlah kaum elit yang harus memisahkan diri dari masyarakat di mana ia lahir atau tinggal, akan tetapi ia harus berpijak dan bergaul dengan masyarakat tersebut serta membawa mereka menuju kemerdekaan. Merdeka dari belenggu kebodohan, pasungan ketertinggalan dan kemerdekaan dari kemiskinan. pengabdian serta komitmen yang jelas dalam membangun peradaban umat dan bangsanya.Dari situlah pengembangan intelektual muslim harus dibumikan kembali sehingga umat islam menjadi Rohmatan Lil Alamin.
KETIMPANGAN GENDER DALAM PENDIDIKAN Chairani Astina
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan yang dapat mencerdaskan bangsa adalah pendidikan yang terbebas dari unsur diskriminasi gender. Laki-laki dan perempuan, sama–sama berhak memperoleh pendidikan tinggi, sama-sama berhak mengabdikan ilmu yang telah diperolehnya untuk kebaikan manusia, baik dalam lingkungan rumah tangga maupun diluar rumah tangganya.Meskipun saat ini sudah banyak perempuan yang mengenyam pendidikan akan tetapi mereka tetap belum mendapatkan kesempatan sepenuhnya untuk mengembangkan kualitas diri mereka dengan cara meneruskan pendidikan mereka kejenjang yang lebih tinggi lagi, dikarenakan beberapa faktor yaitu : ekonomi, sosial, fasilitas pendidikan dan pembagian peranan menurut jenis kelamin. Dan ada pula beberapa ketimpangan yang terjadi dalam pendidikan yaitu: 1) kurikulum yang bias gender, 2) kebijakan sekolah yang diskriminatif, dan 3) stigmatisasi disiplin ilmu. Untuk mengembangkan masyarakat, ada beberapa prinsip yang harus ditumbuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan emansipatori : Pemerataan atau kesetaraan, berkelanjutan, produktifitas, dan pemberdayaan dari setiap individu.Adapun tujuan dari pendidikan berperspektif gender di antaranya: mempunyai akses yang sama dalam pendidikan, kewajiban yang sama, dan persamaan kedudukan dan peran. Jika ini dapat direalisasikan maka kita bisa mengurangi terjadinya ketimpangan-ketimpangan gender yang ada dalam pendidikan.
ILMU MUNASABAH SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM Hendri Purbo Waseso
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian dalam ulumul qur’an dapat dianggap sebagai kajian lama atau yang telah menyejarah dalam perjalanan umat Islam. Mendekati kajian-kajian tersebut dari prespektif yang berbeda dapat memproduksi pengetahuan baru. Melalui kontekstualisasi, seperti yang dilakukan oleh tokoh muslim kontemporer seperti Muhammad Abduh dengan tafsir rasionalnya, Nasr Hamid dengan kajian tekstualitas al-Qur’annya dan sederet tokoh lainnya, agaknya tidak mustahil jika kajian dalam ulumul qur’an dianalisa relevansi dan kontekstualisasinya dengan pendidikan Islam.Analisa yang digunakan dalam tulisan ini melalui pendekatan hermenutika yaitu, mencari dalalah dalam ilmu munasabah sampai kemudian ditemukan maghza nya dalam konteks pendidikan Islam. Hasilnya adalah bahwa ilmu munasabah dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam pendidikan Islam.
PERAN PERGURUAN TINGGI DAN PEMBERANTASAN KORUPSI Abdul Kholiq
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan bangsa Indonesia ini menuju bangsa yang maju dan beradab, yakni: Pertama, Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan (agent of change); Perguruan tinggi sebagai satuan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi memiliki kedudukan penting dalam proses perubahan sosial karena perguruan tinggi mengemban fungsi sebagai agent of social change dalam melakukan transformasi kultural kearah kondisi masyarakat yang lebih maju. Dalam konteks ini, fungsi perguruan tinggi, yaitu; a) Sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu, b), sebagai lembaga pelatihan bagi karir peneliti, dan c), sebagai organisasi pengelola yang efisien. Perguruan tinggi di Indonesia menjalankan tiga fungsi tersebut dengan mempertimbangkan ciri khas nasional sesuai dengan latar belakang historis, sosio kultural dan idiologis. Kedua, Perguruan Tinggi sebagai pusat kebudayaan; Pendidikan sebagai prakarsa yang meliputi proses pengalihan pengetahuan dan keterampilan serentak dengan proses pengalihan nilai-nilai budaya. Proses itu sekaligus menjamin terpeliharanya jalinan antar generasi dalam suatu masyarakat.Orientasi pada nilai-nilai budaya pada gilirannya menjelmakan perilaku manusia sebagai anggota masyarakat dengan peradabannya yang khas. Sejauh mana masyarakat itu berorientasi pada nilai-nilai budayanya, menentukan tangguh-rapuhnya ketahanan budaya masyarakat yang bersangkutan, terutama terukur melalui apa yang terjadi dalam pelbagai pertemuan antar budaya. Ketiga; Perguruan Tinggi sebagai Moral Force Pemberantasan Korupsi. Keterlibatan civitas akademika dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum.Peran aktif segenap civitas akademik pada perguruan tinggi diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pendidikan anti korupsi dan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan upaya pemberantasan. Dan yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari.
KYAI SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN (Studi Kasus di Pesantren Ulumul Qur’an Kalibeber Wonosobo) Maryono Maryono
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was aimed; 1) to know the meaning of kyai as a learning leader at the Pesantren Ulumul Qur’an, 2) to know a leadership style in learning at the pesantren of ulumul qur’an, 3) to know the handicap of kyai in doing a learning leadership.This research used a qualitative method. The subject of reserach were such as kyai, teachers and students. Technique of data collecting used particpant observation, interview, and study of document. And the analysis of data used interactive analysis of miles and huberman that ie; data collection, data reduction, data display and conclusionResult of research have showed that the meaning kyai of learning leader were a manager of learning, a designer of learning, a decision maker, and an evaluator of learning. The leadership style of kyai in learning such as uswatun hasanah style and istiqomah style. Trick of kyai in learning leeadership were regeneration, lapanan activity, habituation and roan or teamwork. Finally, the handicap of santri in learning cativity such as feeling of lazy, less seriously, and no discipline, and the handicap of kyai in learning leadership were busy in campus, village surounding and social activity.
KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tematik) Muhamad Ali Mustofa Kamal
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Humans are the most amazing creatures, the unique multi-dimensional beings, all-covering, very open, and has great potential. Its presence on earth has the vision and mission of God the Creator as an explanation of the Qur'an. Human resources play an important role in the prosperity of the earth. In this paper, discussion of interpretations of the human attempt to give enlightenment for every ones to its existence as a creature that can rank high on the side of his Lord on the contrary to be the lowest since the element of humanity is inherent in him. The element of faith and taqwa and his wisdom in instilling virtue is a pre-requisite that must be met to be a real man. Reviews on the history of man noted that humans have a superior characteristics in accordance with its function. The Qur'an specifically noted human functions that we should think together as teaching materials, devotional materials and ideas.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI DALAM AL-QUR’AN Muhtar Sofwan Hidayat
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang pemahaman pendidikan multikultural yang ada di dalam al-Quran. Hal ini penting untuk dapat meredam berbagai persoalan yang sekarang dihadapi bangsa Indonesia. Seperti separatisme dan radikalisme, ketika tidak ada upaya pencegahan dari sejak dini akan membawa dampak negatif bagi masa depan dalam berbangsa dan bernegara.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, melalui penelitian perpustakaan (library research) yang meneliti pesan teks dari al-Quran. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, di mana bahan-bahan yang terkumpul diuraikan, ditafsirkan, dibandingkan persamaan dan perbedaannya dengan fenomena tertentu yang diambil bentuk kesamaannya, serta menarik kesimpulan. Oleh karena itu, maka lebih tepat jika dianalisa menurut dan sesuai dengan isinya, atau menggunakan metode analisis isi, yang kemudian merefleksikan teks berupa pesan atau simbol-simbol tersebut dengan metodologi penafsiran untuk melakukan pembacaan hermeneutika tentang pemahaman pendidikan multikultural yang ada dalam al-Quran yang lebih menekankan aspek humanitas, toleransi, berbaik sangka dan keadilan diatas segala-galanya.Hasil penelitian ini menunjukkan: didalam al-Qur’an terdapat konsep pendidikan multikultural yang megajarkan sikap saling menghargai heterogenitas dan pluralitas antar sesama manusia, multikulturalisme yang terkandung didalam al-qur’an menganjurkan untuk menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, dan aliran agama. Dalam al-Qur’an perbedaan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari, dan merupakan sunnah Allah. Perbedaan laki-laki dan perempuan, perbedaan suku bangsa adalah realitas pluralitas yang harus dipandang secara positif dan optimis, perbedaan itu harus diterima sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar kenyataan itu. Bahkan kita disuruh untuk menjadikan pluralitas tersebut sebagai instumen untuk menggapai kemulian di sisi Allah. Sehingga terdapat keselarasan antara nilai pesan teks yang disampaikan oleh al-Qur’an dengan multikulturalisme dalam pengembangan sikap saling menghargai heterogenitas dan pluralitas antar sesama manusia.
PERAN MANAJEMEN TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH/MADRASAH Nur Farida
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manajemen merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah/madrasah yang dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Manajemen yang baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep manajemen yang sudah ada. Dalam rangka inilah, sekolah/madrasah harus mempunyai manajemen untuk mengatur pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggungjawabkan, mengatur serta memimpin sumberdaya daya-sumber daya insani serta barang-barang untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan madrasah/sekolah. Manajemen sekolah/madrasah juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru, serta kebutuhan masyarakat setempat. Untuk itu perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Jika fungsi pokok manajemen itu berjalan dengan baik, maka akan menghasilkan sebuah pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik dan juga lembaga.
MODEL PENGELOLAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN WONOSOBO Zaenal Sukawi
Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam Vol 16 No 1 (2016): Manarul Qur'an
Publisher : LP3M Universitas Sains Al Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada dasarnya semua agama itu mengajarkan dan mencintai kerukunan serta perdamaian antar umat beragama, menghormati dan menghargai kemanusiaan, serta melakukan hubungan harmonis dengan semua makhluk Tuhan, meskipun berbeda etnik dan latar belakangnya. Sedang Kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu : kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat, kearifan lokal (local wisdom) yang juga disebut dengan local knowledge atau seperangkat pengetahuan yang bisa terdiri dari nilai-nilai agama, budaya, peradaban, dan mitologi yang berkembang dan hidup dalam masyarakat sampai sekarang. Acuan atau dalil kearifan lokal bisa juga termanifestasikan kedalam bentuk yang amat beragam seperti gogon tuhon, pepatah, peribahasa, kisah pendek padat makna, dan sebagai pengetahuan lokal lainnya.Wonosobo sebagai kabupaten yang mempunyai keberagaman dalam beragama terkenal dengan kerukunannya.Hal ini salah satunya karena kaerifan localnya yang terkelola dengan model-model yang baik sehingga kerukunan umat Bergama berjalan dengan baik.

Page 2 of 10 | Total Record : 100