Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan dan Administrasi Publik
Jurnal Academia Praja merupakan media publikasi yang dibentuk oleh Tim dari Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Achmad Yani, dalam rangka menampung berbagai hasil penelitian, pemikiran – pemikiran ilmiah, serta wacana – wacana keilmuan lainnya yang memberikan kontribusi positif bagi pemgembangan ilmu pengetahuan dalam lingkup ilmu sosial, politik dan pemerintahan di Indonesia. Berbagai tulisan yang disajikan dalam jurnal ilmiah ini merupakan sajian karya tulis dari para ilmuwan Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan yang terangkum dalam jurnal Academia Praja sebagai produk akademik yang bermanfaat, baik bagi para dosen, mahasiswa, kalangan intelektual ekstra maupun intra kampus, maupun bagi para penulisnya sebagai sebuah sumbangan dan pengembangan keilmuan. Dengan demikian diharapkan bahwa berbagai dinamika dan gagasan yang terus berkembang cepat dalam lingkup ilmu pemerintahan dapat terus menerus memperbaharui pemahaman para pembaca, khususnya kalangan akademisi maupun mahasiswa.
Articles
143 Documents
Pamong Praja
Dadang Sufianto
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (250.147 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.27
Pamong praja merupakan aparatur pemerintah yang mengemban misi pemerintah pusat di daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan umum dan urusan pemerintahan lainnya berdasarkan asas dekonsentrasi. Mereka berada dalam susunan organisasi pemerintah daerah. Peranannya sangat penting antara lain sebagai perekat negara kesatuan RI di daerah. Walaupun saat ini sebutan pamong praja tidak dinyatakan secara formal dalam peraturan perundang- undangan, namun hakikat kedudukan, fungsi, dan peranannya tetap ada dan dijalankan oleh para kepala daerah yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai wakil pemerintah pusat di wilayahnya.
Domestic Politics, Foreign Policy, and International Organization: The Case of Indonesia’s Withdrawal from the United Nations
Yohanes Sulaiman
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (256.603 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.28
Under what condition states will withdraw from an international organization? This article examines this question from the perspective of three systemic approaches: realism, liberalism, and constructivism by generating hypotheses from each approach and testing them on the case of Indonesia's withdrawal from the United Nations in 1965. The systemic perspectives, however, could only provide partial answers to this puzzle, and thus the need to include domestic political analysis in conjunction of the systemic analysis in order to fully answer the question.
TEKNIK TEKNIK PROPAGANDA POLITIK JALALUDIN RAKHMAT
Ahmad Zakiyuddin
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (264.885 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.41
This reasearch has goal for understanding Jalaluddin Rakhmat‟s political communication in general election 2014. Research methodology is case Study.This Research collecting data is deepth interview, document study, and field observation. This research use interactionalism symbolic theory and dramaturgis theory. The results showed Jalaluddin Rakhmat using various techniques of political propaganda in political communication that is as follows: (1). Nickname (name calling) is giving a bad name to the other party; (2). Iming-glinging (glittering generalities) is to use grandiose words, slogans, and twisting facts; (3) .transfer, ie to identify with authority institutions; (4) .Testimonials are the repetition of the speech of a respected or hated person to promote or belittle an intent; (5). Populist (Plain foks) that is placing themselves as part of the people; (6). Stacking cards (Card Stacking) is to carefully select an accurate and logical statement; and (7). Music carts (bandwagon), which encourages the Audience to jointly move people to achieve a definite goal or victory.
OLIGARKI PARTAI POLITIK DALAM REKRUTMEN CALON KEPALA DAERAH
Herri Junius Nge
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (317.889 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.42
The study wants to analyze the oligarchy of political parties in the determination of regional head candidates that impact the emergence of a single candidate in the 2017 election Landak District. The theory used is the concept of oligarchy proposed by Jefrry A Winters. The method used in this research is qualitative dengan type research case study. The results showed that the case of the emergence of the party oligarchs in determining candidates for the Head of the Regional Head Pemilukada Landak 2017 due to 1) Power based on formal political rights; DPP as the tallest structure in the organization of political parties, have a large and absolute authority to determine and decide candidates head of the region; 2) The official title of the organization; The DPP has strong legitimacy from the law so that it has the authority to organize; 3) The power of coercion / coercive; The DPP party's has the power to force the DPD and DPC to implement decisions and impose sanctions on lower-level party structures that do not comply with party decisions; 4) The power of mobilization; DPP has the ability to mobilize the party structure to implement policies that have been decided by the DPP through instruction; and 5) Material powers; The DPP has substantial resources, so that they can influence the party structure at the level that in determining the candidates being promoted.
EVALUASI PROGRAM INVESTASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU CITARUM
Dina Dina
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (358.793 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.43
Various policies and programs have been implemented to restore Citarum river, one of them is the Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) but in fact every year its condition is increasingly critical. This study aims to evaluate performance appraisal of the implementation of Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program (ICWRMIP) based on the concept of Jones (1991: 359) type of policy evaluation: 1.Political Evaluation; .organizational evaluation; 3. Substantive evaluation and concept of Riant Nuguroho (2011: 665) that policy control consists of: 1.Monitoring policy or policy supervision; 2.Evaluation of the policy; 3.Revaluation. The research method used in this research is descriptive qualitative method. Informant determination technique used with purposive sampling technique. Data collection techniques by conducting in- depth interviews, observation, literature study and documentation. The results of the research there has not done the control, still in inventory problem to equalize database of existing problem. feedback is still a solution tried by the implementing aggencies who are government organizations. This is also possible happen because there is no reward and punishment reward for human resources who involved in the management of Citarum Water Resources.
Anomali Kewenangan Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik dalam Sistem Desentralisasi Pemerintahan di Indonesia
Wawan Gunawan
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (254.015 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.44
Sekurangnya ada dua fenomena yang menarik untuk dicermati. Pertama, di ranah suprastruktur politik, pemerintah (eksekutif) telah mengimplementasikan desentralisasi kekuasaan, sehingga hanya tinggal 6 bidang saja yang menjadi kewenangan pusat; kewenangan lain telah didistribusikan ke pemerintah daerah. Kedua, di ranah infrastruktur politik, terjadi sentralisasi kewenangan di tangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Politik, khususnya di tangan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal, dalam hal menentukan calon kepada daerah; Calon gubernur/wakil gubernur, calon walikota/wakil walikota, calon bupati/wakil bupati. Sehingga, kewenangan Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang tidak memiliki kewenangan yang signifikan di hadapan DPP. Inilah fenomena anomali kewenangan DPP partai politik dalam sistem desentralisasi pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi sebagai sebuah prasyarat demokrasi seakan tidak berarti dalam struktur partai politik.
Analisis Kesiapan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam Wacana Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia ke Kota Palangkaraya
Nicodemus R Toun
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (256.866 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.45
Artikel ini merupakan hasil studi lapangan yang terkait dengan wacana pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya. Secara umum, pemerintah daerah Kalimantan Tengah menyatakan kesiapan dan persetujuan terkait wacana yang digulirkan oleh pemerintah pusat tersebut, namun gubernur Provinsi Kalteng mengingatkan ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan jika wacana tersebut benar-benar akan diwujudkan. Beberapa persoalan pokok tersebut adalah kesiapan anggaran untuk pembangunan infrastruktur, perencanaan tata ruang wilayah yang baik, perencanaan kesiapan SDM, dan aspek-aspek sosial budaya yang perlu untuk menjadi perhatian. Studi ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap beberapa informan serta analisis dokumentatif baik yang bersumber dari surat kabar, pemberitaan-pemberitaan di radio maupun di televisi dan studi lapangan oleh peneliti. Studi ini menyimpulkan bahwa, meskipun pemerintah daerah Kalteng sudah menyatakan kesiapannya, namun banyak faktor yang perlu untuk diperhatikan, terutama aspek sosial, politik, birokrasi, dan daya dukung lingkungan hidup. Peneliti menyimpulkan bahwa perlu dilakukan kajian mendalam terkait dengan perencanaan tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam Pendampingan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Cimahi
Rira Nuradhawati
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (428.491 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.46
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran P2TP2A dalam pendampingan perempuan dan anak korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Cimahi. Latar belakang penelitian ini didasari dari fenomena bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga merupakan suatu masalah sosial yang sangat serius, namun kurang mendapat tanggapan dan perhatian dari pemerintah, masyarakat dan juga para penegak hukum karena tindak kekerasan pada perempuan dan anak dianggap suatu hal yang wajar disebabkan hak suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga dan terjadi dalam wadah perkawinan yang legal. Sehingga perempuan dan anak sebagai korban kekerasan terbesar, memendam dan merasakan berbagai bentuk kekerasan baik fisik maupun psikis yang dialaminya dalam rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang diperoleh melalui studi pustaka, observasi dan wawancara yang mendalam. Dari analisis hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa; a) dalam pelaksanaan pendampingan adanya mekanisme pelaporan dari korban terhadap P2TP2A; b) adanya pelaksanaan pendampingan secara psikologis bagi korban. Faktor penghambat adalah LK3 lebih dominan dibandingkan P2TP2A dalam memberikan pendampingan serta terbatasnya sumber dana untuk operasional dari P2TP2A dan juga karakteristik korban dan penyebab KDRT yang tidak sama. Sedangkan factor pendukung adalah adanya keberanian dari korban untuk melapor dan adanya koordinasi dengan komponen-komponen yang lain dan tergabung dalam tim P2TP2A.
Peran Komunikasi Publik Media Sosial dalam Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Di Kota Bandung
Yovinus Yovinus
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 01 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (344.295 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i01.47
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini perlu untuk dimanfaatkan oleh para pelaksana kebijakan untuk mendukung kinerja pemerintahan dan menyerap aspirasi publik secara luas melalui media komunikasi sosial yang efektif. Pada prinsipnya, kebijakan keterbukaan informasi publik bertujuan untuk melibatkan publik sebagai sasaran dari kebijakan – kebijakan pembangunan untuk ikut serta merumuskan, mengkritisi dan akhirnya mendukung kebijakan-kebijakan tersebut. Dalam konteks ini, sosialisasi yang dilakukan oleh unsur pemerintah terkait dengan rancangan – rancangan kebijakan dapat menjadikan media sosial sebagai sarana uji publik yang efektif tanpa harus melakukan interkasi fisik antara pemerintah dan masyarakat. Demikianlah mengapa peran media sosial ini dianggap penting dalam mendukung implementasi kebijakan pemerintah terkait dengan keterbukaan informasi publik. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif-deskriptif, dan akhirnya diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi pemerintah maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk memperkaya pengetahuan tentang peran media sosial dalam mendukung implementasi kebijakan tentang keterbukaan informasi publik.
DINAMIKA MANAJEMEN PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Samugyo Ibnu Redjo
Academia Praja : Jurnal Ilmu Politik, Pemerintahan, dan Administrasi Publik Vol 1 No 02 (2018): Jurnal Academia Praja
Publisher : Universitas Jenderal Ahmad Yani
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (235.391 KB)
|
DOI: 10.36859/jap.v1i02.62
Manajemen pemerintahan sebagaimana tuntutan keberadaannya dan tuntutan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah, seyogyanya berubah sejalan dengan tuntutan globalisasi, pola-pola manajemen tradisional feodal diganti dengan pola modern yang demokratis. Hal itu paling tidak karena manajemen pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari kepolitikan global, kepentingan nasional dan tentunya kepentingan regional serta kepentingan lokal. Pemahaman ini perlu ditekankan bagi manajemen pemerintahan di Daerah karena era global berarti pasar global, ekonomi global dan nilai-nilai global. Dalam perkembangannya muncul pendapat bahwa pemerintah seharusnya berubah mengikuti perubahan ekonomi yang ada dan menjadikan pemerintahan yang memiliki kemampuan entrepreneur, sehingga gerak ekonomi dapat diikuti oleh pemerintah dan menyarankan agar pemerintah menerapkan sepuluh prinsip pemerintahan wirausaha (Osborne dan Gaebler 1992, juga Guillart dan Kelly, 1995). Selanjutnya Osborne dan Plastrik (1996) mengemukakan lima strategi (5 C‘s Strategy) sebagai implementasi lebih lanjut dari prinsip ―reinventing government‖ yang diajukan Osborne dan Gaebler. Oleh karena itu, demokratisasi manajemen pemerintahan di Daerah merupakan faktor yang menentukan untuk keberlangsungan otonomi, sehingga partisipasi efektif dari seluruh lapisan masyarakat dapat berlangsung tanpa perbedaan prinsip satu dengan lainnya. Terselenggaranya manajemen pemerintahan yang demokratis menunjukkan bahwa elit politik pemerintahan memahami dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi sebagaimana adanya, baik pada tataran kebijakan, tataran implementasi maupun pada tataran kultural yang mensyaratkan adanya mekanisme check and balances (saling kontrol dan saling mengimbangi) antara pemerintah dengan yang diperintah