cover
Contact Name
Desy Ayu Krisna M
Contact Email
kdesyayu@gmail.com
Phone
+6281542316447
Journal Mail Official
kdesyayu@gmail.com
Editorial Address
Dalem Mangkubumen KT III/237, Kraton
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur Pendapa
ISSN : 18580335     EISSN : 27155560     DOI : 1037631
Core Subject : Engineering,
Topik yang dapat dipublis dalam jurnal ini mencakup teoritisi, sejarah, filosofi, spiritual, kerajaan, bangsawan, kampung, perdesaan, cagar budaya (heritage), kawasan, lanskap (landscape), dan budaya arsitektur Jawa Mataram, arsitektur lokal Indonesia dan hal-hal seputar ilmu arsitektur pada umumnya baik teoritik, rancang bangun maupun teknologi.
Articles 93 Documents
Identifikasi dan Deskripsi Elemen Arsitektural pada Fasad Bangunan Masjid di Wilayah Turki Studi Kasus : Hagia Sophia, Yildirim Beyazit Külliye, dan Blue Mosque Mohamad Rizky Ramdhani; Kartika Dwi Cahyanti; Mohamad Baskoro; Muhammad Ibnu Fachry; Anisa Anisa
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v5i1.593

Abstract

Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih), perbaikan dan pembangunan kembali Konstantinopel dilakukan untuk mengembangkan wilayah tersebut menjadi wilayah yang makmur dibawah kekuasaan Turki Usmaniyah. Hal ini secara tidak langsung memberikan suatu ciri khas pada gaya arsitektur islam di masa tersebut, dimana desain di masa itu juga terinspirasi oleh gaya arsitektur yang dimiliki oleh Hagia Sophia.  Beberapa bentuk bangunan di wilayah tersebut memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan Hagia Sophia, namun dengan ciri khas arsitektur islam yang dimiliki oleh masing – masing masjid yang dibangun. Hal ini menjadikan bahasan yang menarik untuk diteliti, dimana tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk arsitektural yang diterapkan pada bangunan seperti masjid era Turki Usmaniyah yang terdapat di negara Turki. Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang didapat pada penelitian ini berasal dari studi literatur dari berbagai jurnal dan beberapa artikel terkait serta pengamatan terhadap studi kasus yang diteliti. Hal ini bertujuan untuk dapat secara langsung mendeskripsikan bentuk – bentuk arsitektural yang dimiliki oleh bangunan studi kasus yang akan diteliti.
Tipologi dan Morfologi Kota Bersejarah Lasem Mutiawati Mandaka; Ikaputra Ikaputra; Dyah Titisari Widyastuti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v5i1.594

Abstract

Paper ini bertujuan untuk mengetahui mengapa tipologi dan morfologi pada kota bersejarah (historic city) penting untuk dipelajari. Pembahasan yang ada pada paper ini masih bersifat general terutama terkait dengan tipologi dan morfologi pada historic city namun masih dapat dikembangkan lagi. Fokus amatan historic city mengambil studi kasus di kota Lasem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review dengan menekankan pada scoping review. Scoping review dipilih sebagai metode untuk mengidentifikasi dan memetakan beberapa studi kasus dari contoh-contoh tipologi dan morfologi historic city dunia seperti di Tokyo, Venesia dan Paris digunakan sebagai gambaran umum dan fokus amatan penelitian adalah di Lasem, Temuan penelitian yaitu tipologi dan morfologi historic city ini menghasilkan bahwa historic city terbentuk dari urban  artefak yang diperoleh dari sejarah pembentukan city skeleton yang terdiri dari streets, plots dan buldings yang terbentuk melalui proses waktu yang lama dengan sejarah yang berbeda-beda yang penting untuk dipelajari agar mampu memprediksi rencana kota di masa depan.
Kajian toleransi keruangan pada kawasan pendukung pariwisata di Jalan Margo Utomo, Yogyakarta Aprodita Emma Yetti; Indah Pujiyanti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.63

Abstract

Pariwisata merupakan salah satu generator ekonomi di Indonesia. Dalam konteks keruangan arsitektur, berkembangnya pariwisata berbanding lurus dengan pertumbuhan kawasan dan kota di suatu tempat. Fasilitas untuk mendukung pariwisata menjadi sebuah kebutuhan primer dari perencanaan pariwisata. Salah satu dampak dari kebutuhan fasilitas pariwisata adalah munculnya ruang-ruang baru di kawasan-kawasan lama yang sudah terbentuk sebelumnya. Dampak tersebut dapat memunculkan konflik keruangan. Untuk meredam konflik keruangan, maka perlu adanya tindakan adaptif berupa toleransi keruangan di lapangan. Jl. Margo Utomo, Yogyakarta merupakan salah satu penggalan jalan yang strategis dan saat ini berkembang sebagai sentra perniagaan dan pariwisata Yogyakarta. Kawasan ini memiliki akulturasi budaya dari sisi arsitektural yang menjadi ciri khas dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Banyak investor yang tertarik untuk investasi di Yogyakarta dan membangun fasilitas pariwisata di jl.Margo Utomo. Pembangunan fasilitas-fasilitas baru di kawasan ini harus dicermati agar tidak terjadi konflik keruangan.  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kebijakan dalam keruangan arsitektur dan membangun kesadaran serta toleransi akan nilai ruang di perkotaan yang ramah terhadap pariwisata.
Analisis material dinding yang berpegaruh terhadap tingkat kenyamanan termal bangunan; studi kasus bangunan rumah tinggal desain dari Puslitbang Perumahan dan Permukiman Kementrian Pekerjaan Umum Nurina Vidya Ayuningtyas; Jatmika Adi Suryabrata
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.64

Abstract

Latar belakang yang sudah ada mengenai upaya mencapai suhu yang nyaman ini tidak dapat hanya diselesaikan dari sisi sistem mekanikalnya, namun pendekatan arsitektural dari desain konfigurasi selubung bangunannya yang mampu membantu dan memberikan efek nyaman bagi penghuninya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal atau suhu di dalam ruangan sebuah desain rumah tinggal dengan menerapkan beberapa material dinding yang berbeda-beda sehingga didapatkan nilai perbandingan tingkat kenyamanan termal setiap material dinding yang diaplikasikan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode simulasi melalui model komputer (computer model). Berdasar hasil analisis sesuai hasil simulasi yang didapat, maka pemilihan material pada menggunakan batako, bata dan bata ringan secara karakteristik memiliki sifat bahan yang mirip. Hal ini dikarekan karakter “thermal properties”ketiga bahan ini tidak jauh beda. Berbeda dengan material kayu, berdasar hasil simulai untuk memperoleh Surface Inside Temperature, Mean Radiant Temperature dan Opertaive Temperature mendapat hasil suhu/temperatur paling tinggi.
Pengaruh perubahan fungsi bangunan pada bentuk bangunan Bangsal Banjar Andhap Dalem Mangkubumen Yogyakarta Tri Yuniastuti; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.65

Abstract

Dalem Mangkubumen awalnya adalah rumah tinggal bagi Putra Mahkota Kraton Yogyakarta calon Sultan Hamengkubuwono VII. Sejak dibangun mulai tahun 1874, Dalem Mangkubumen mengalami perubahan fungsi: awalnya sebagai rumah Pangeran beserta kerabat Kraton, sebagai kampus Universitas Gadjah Mada (1949-1982) dan kampus Universitas Widya Mataram sejak tahun 1982 hingga saat ini. Hal ini mengakibatkan bangunan di Dalem Mangkubumen mengalami perubahan baik tata ruangnya maupun penampilannya termasuk bangunan Bangsal Banjar Andhap.           Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal Banjar Andhap akibat perubahan fungsi yang terjadi hingga saat ini. Penelitian ini diharapkan juga dapat mengungkap bagaimana tata ruang dan penampilan bangunan sebelum mengalami perubahan sehingga dapat menjadi acuan melestarikan bangunan yang asli. Agar tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka cara atau metode yang dinilai tepat digunakan adalah metode grounded yang didasarkan atas penelusuran empirik.           Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal banjar Andhap sejak digunakan sebagai tempat pendidikan Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram : yang semula terbuka tanpa dinding karena berfungsi untuk umum, menjadi tertutup berdinding luar dan partisi yang membatasi ruang-ruang Fakultas Hukum UWM. Penambahan material komponen bangunan bersifat semi permanen, sehingga tidak kesulitah apabila suatu saat harus dikembalikan ke bentuk aslinya.
Tipologi tata ruang rumah bangsawan di dalam Baluwarti Kraton Yogyakarta, berdasarkan gelar kebangsawanan Istiana Adianti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.66

Abstract

Rumah hunian bangsawan di kraton Yogyakarta disebut dalem, yang dikategorikan dalam bangunan rumah joglo. Dalem diberikan kepada keturunan raja dan orang yang telah berjasa kepada kraton  untuk memberikan keleluasaan dalam mengatur ruamhnya sendiri sekaligus sebagai bentuk pelestarian budaya. Sebagai keturunan raja dan orang yang telah berjasa atau disebut bangsawan memiliki nama dan gelar kebangsawanan sesuai aturan dilingkungan kraton Yogyakarta. Pengelompokan dalem menurut kepemilikan awal dalem berdasarkan nama dan gelar didalam baluwarti Kraton, didapatkan tatanan kecenderuangan tatanan ruang rumah tinggalnya. Walaupun pada dasarnya dikategorikan dalam rumah tradisonal Yogyakarta tipe Joglo. Dimana Joglo memiliki hirarki kelengkapan paling tinggi dibanding tipe yang lain dalam hal susunan ruangnya.  Pada kelompok tertentu terdapat peruabahan perubahan yang tidak sesuai dengan karakter rumah joglo. Perubahan tersebut terjadi pada kelompok yang memiliki ketrikatan paling jauh dengan kraton.
Studi wisata berbasis satwa sebagai destinasi baru di Kawasan Karangwaru Riverside Yohanes Eudes Suharno; Padmana Grady Prabasmara
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.67

Abstract

Karangwaru Riverside merupakan Ruang Terbuka Hijau yang dikembangkan di kawasan bantaran Sungai Buntung di wilayah Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Pengembangan kawasan bantaran sungai merupakan upaya dari Kementerian PUPR dalam penataan kawasan bantaran sungai. Sebagai sebuah bantaran sungai, awalnya kawasan Karangwaru Riverside merupakan sebuah kawasan kumuh yang padat penduduk. Kondisi yang demikian, salah satunya berimplikasi kerusakan ekosistem dan fungsi sungai yang terhambat. Untuk mengatasi dan mengendalikan masalah tersebut, maka revitalisasi sungai merupakan salah satu solusi, teknisnya berupa pembuatan siring. Sejalan dengan penataan kawasan tersebut, wilayah tersebut dikembangkan pula sebagai Ruang Terbuka Hijau bagi warga sekitar. Kehadiran Ruang Terbuka Hijau tersebut, mengundang perhatian dari warga sekitar maupun yang berasal dari luar wilayah. Mengacu pada hal  tersebut, maka kawasan Karangwaru Riverside memilki potensi besar untuk dikembangkan dengan berbagai tujuan dan bidang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendukung pengembangan dan penataan kawasan Karangwaru Riverside. Salah satu pengembangan Karangwaru Riverside sebagai destinasi baru kawasan wisata, yaitu wisata berbasis satwa. Keberadaan Sungai Buntung di wilayah tersebut, memberikan keuntungan bagi pengembangan Karangwaru Riverside sebagai kawasan wisata satwa. Selain untuk mendukung program Kota Tanpa Kumuh, pengembangan tersebut berfungsi pula untuk mengakomodir masyarakat yang memiliki ketertarikan pada satwa dan memiliki potensi pengembangan ekonomi kreatif. 
GEDUNG PERTUNJUKAN SENI (TEATER) DI BANYUMAS Dengan Penekanan Arsitektur Post Modern – Neo Vernakular Akhmad Ginanjar; Tri Yuniastuti; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.97

Abstract

Banyumas sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, merupakan daerah yang mempunyai kebudayaan yang kental, antik, dan unik. Banyumas lebih dikenal dengan bahasa ngapaknya, yang bagi sebagian orang terdengar lucu, dan apa adanya sesuai dengan ikon daerahnya yakni Bawor dengan senjatanya kudi. Banyumas juga tak bisa terlepas dari arus globalisasi dan social media. Pengaruh negatif yang terjadi di Banyumas adalah dengan mulai punahnya beberapa seni tradisional, yaitu Gondolio dari Desa Tambaknegara, Rawalo, Tari Buncis dari Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Dhalang Jemblung Sumpiuh dan Tambak, Sintren dari Purwojati, Rengkong di Kutaliman, Kedungbanteng, Cepetan dari Desa Watu Agung Tambak, Rinding dari Gumelar, dan Baritan Desa Plana, Somagede. Di sisi lainnya minimnya fasilitas gedung kesenian juga jadi masalah tersendiri di Kabupaten Banyumas.Melihat hal itu, sangatlah dibutuhkan sebuah ruang untuk pelestarian dan pengembangan berbagai seni Banyumas. Ruang yang mampu mewadahi proses pertunjukan, regenerasi, dan pengembangan seni Banyumas. Sebuah Gedung Pertunjukan Seni (Teater) Banyumas, dengan karakter Arsitektur Post Modern- Neo Vernakular bisa dijadikan antitesa hal tersebut. Karena disatu sisi unsur-unsur local Banyumas musti terus dilestarikan dan dikembangkan dalam dunia arsitektur dan dalam segala bidang.
Ragam Hias Mirong Simbol Kebesaran dan Kepemilikan Bangunan Milik Raja Kasultanan Yogyakarta Sukirman Sukirman; Desy Ayu Krisna Murti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.98

Abstract

Bangunan Rumah Tradisional Keraton Yogyakarta banyak yang dihiasi khususnya menggunakan ornamen tradisional Jawa berupa stilirisasi bentuk tumbuh-tumbuhan. Diantara ragam hias mirong, yang bila melihat bentuknya bukan stilirisasi tumbuhan. Tidak terdapat dokumen yang menyertai proses pembuatan ragam hias mirong yang menerangkan makna dan artinya, sehingga muncul berbagai persepsi tentang mkana dan arti ragam hias mirong. Satu diantaranya mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Di samping untuk menghias beberapa bangunan di dalam keraton mirong juga dipergunakan untuk menghias bangunan Masjid Agung Yogyakarta, yang menjadi persoalan, relevankah pemaknaan bahwa mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (Penguasa Ratu Selatan). Masyarakat awam belum tahu makna dan artinya, padahal mirong merupakan bagian dari karya, cipta, rasa, dan karsa Keraton Yogyakarta yang merupakan ciri khas dan identitas bangunan, ragam hias dan budaya Keraton.
Konsep simbolisme pohon hayat pada Pusat Batik Yogyakarta Alfonsus Nanda Fianto Putra; Hadi Setyawan; Satrio Hasto Broto Wibowo
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.99

Abstract

Batik adalah karya budaya asli Yogyakarta dan Indonesia secara umum yang telah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya intangible dunia. Penetapan batik sebagai karya budaya dunia oleh Unesco mendorong dilakukannya penelitian untuk perlindungan terhadap batik. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan konsep disain wadah atau badan Pusat Batik Yogyakarta. Konsep disain ini merupakan manifestasi dari kebutuhan akan wadah fisik yang berfungsi untuk menjaga, mengembangkan dan membina batik. Hal tersebut dilakukan sebagai  bentuk implementasi safeguarding terhadap warisan budaya intangible batik oleh Unesco. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan dan literatur; sedangkan metode disain digunakan metode simbolisme menurut Broadbent, 1980. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh temuan bahwa batik sebagai warisan dunia merupakan bagian dari hasil budaya dunia yang turut mewarnai budaya dunia tak benda yang layak untuk dijaga, dikembangkan dan dibina agar tetap lestari dan berkelanjutan terus menerus keberadaannya. Dari penelitian ini juga telah berhasil ditemukan  konsep disain Pusat Batik Yogyakarta sebagai wadah penjaga batik dengan mengambil motif pohon hayat sebagai simbol  perwujudan tata dan bentuk masa (bentuk bangunan). 

Page 5 of 10 | Total Record : 93